6 PERENCANAAN INTERPRETASI BERBASIS KONSERVASI BAMBU SEBAGAI BAHAN BAKU ANGKLUNG

dokumen-dokumen yang mirip
3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

7 CONTOH PROGRAM INTERPRETASI: MENGENAL BAMBU SEBAGAI BAHAN BAKU ANGKLUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini memaparkan mengenai metode dan prosedur penelitian yang telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDIO TUGAS AKHIR DOSEN PEMBIMBING : Dr. ANDI HARAPAN S., S.T., M.T. BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK SAUNG ANGKLUNG UDJO. Oleh : Firda Awal Gemilang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4. Apakah Anda tertarik dalam bermain alat musik musik?

PENGARUH EXPERIENTIAL MARKETING TERHADAP REVISIT INTENTION WISATAWAN SAUNG ANGKLUNG UDJO

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ABSTRAK PERANCANGAN IDENTITAS DAN PROMOSI KELOMPOK SENI BUDAYA KUDA LUMPING MEKAR SARI. Oleh Christian Agustinus NRP

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENJABARAN KKNI JENJANG KUALIFIKASI V KE DALAM LEARNING OUTCOMES DAN KURIKULUM PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA PROGRAM DIPLOMA IPB 2012

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ><

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah Wisatawan Dalam Negeri Luar Negeri

BAB I PENDAHULUAN. Angklung adalah salah satu alat musik yang tumbuh dan berkembang di

BAB I PENDAHULUAN. kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan

3 METODE Jalur Interpretasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fatia Indrianti,2014

BAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada

Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang Kabupaten Belitung TA LATAR BELAKANG

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

KONSEP PEMASARAN KAWASAN WISATA TEMATIK

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DANAU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dini Herdiani, 2014 Pembelajran Terpadu dalam Kurikulum 2013 di Kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung

BAB III METODE PENELITIAN. beraturan, terarah, dan terkonteks serta relevan dengan maksud dan tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

BAB I PENDAHULUAN. Bambu merupakan salah satu material lokal Indonesia yang sering. kita jumpai di lingkungan masyarakat. Namun dalam pemanfaatannya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Surapati No.92 Bandung. Rumah Angklung Bandung adalah tempat pembuatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencari suatu konsep wisata yang bertemakan budaya di Indonesia. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beraneka ragam suku budaya dan kebudayaan sangat erat

BADAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Badan. Pasal 93

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang , 2014

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran musik bisa didapat melalui jalur formal, non formal

PENGELOLAAN DAYA DUKUNG DAN PEMASARAN PARIWISATA BERKELANJUTAN. Oleh : M. Liga Suryadana

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran dan. (penerima pesan). Hal tersebut dimaksudkan bahwa komunikasi

PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

B. Komponen-Komponen Perencanaan Pembelajaran 1. Tujuan pembelajaran 2. Isi (materi pembelajaran) a. Pengertian Tema

KAJIAN PUSTAKA. mendalam mengenai makna hasil belajar, akan dibahas. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3), hasil belajar merupakan hasil dari

PERANCANGAN MEDIA SOSIALISASI TENTANG JAJANAN TRADISIONAL MELALUI GAME

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa baru untuk memenuhi kebutuhan konsumen (Puspitasari 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan

Skema implementasi NEA

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

PENDIDIKAN LINGKUNGAN

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan ekosistem hutan yang terdapat di daerah pantai dan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan, maupun lingkungan kehidupan masyarakat. Alam dapat dikatakan. terpisahkan antara manusia dengan lingkungan alam.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2015 PERANAN MEDIA VISUAL TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang seksama dan dicermati semua pihak tak terkecuali oleh perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang

BAB I DATA DAN INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. laut. Hutan bakau atau mangrove ini tumbuh terutama di tempat tempat yang. ikan blodok, kepiting, burung kuntul, kera, dan ular.

SPM Standar Pelayanan Masyarakat. Standar Pelayanan Masyarakat Pariwisata Alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

BAB VI DESAIN PERANCANGAN

PENDAHULUAN. No. 48 Tahun 1988 tanggal 19 November Pembangunan Taman Hutan. Raya Bukit Barisan ini sebagai upaya konservasi sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Konsep Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan di Kampung Buyut Cipageran (Kabuci) Kota Cimahi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

FAKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI DI KABUPATEN JEMBER

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam dunia pendidikan, guru mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

44 6 PERENCANAAN INTERPRETASI BERBASIS KONSERVASI BAMBU SEBAGAI BAHAN BAKU ANGKLUNG Seperti yang disampaikan oleh Muscardo (1998) peran interpretasi dalam mendukung kegiatan wisata meliputi meningkatkan pengalaman berkualitas bagi pengunjung, meningkatkan kualitas hidup pengelola dan masyarakat, menyampaikan pentingnya keberlanjutan sumber daya, perlindungan keanekaragaman biodiversitas (jenis-jenis yang digunakan sebagai bahan baku angklung), pemeliharaan ekosistem melalui metode pemanenan tebang pilih serta melakukan penanaman in-situ maupun exsitu yang menjamin keberadaan angklung sebagai warisan dunia baik dari segi sumber daya maupun produk secara berkelanjutan. Program wisata yang terdapat di Saung Angklung Udjo masih sebatas pada kebudayaan/kesenian alat musik angklung sehingga belum menyentuh sumber daya sebagai bahan baku utama pembuatan angklung. Perencanaan interpretasi yang dibuat berupa interpretasi berbasis konservasi sumber daya sebagai bahan baku angklung. Keberlanjutan usaha (produksi angklung) dan kelestarian kesenian dan budaya angklung yang dilakukan oleh pihak pengelola Saung Angklung Udjo sangat tergantung pada sumber daya sebagai bahan baku pembuatan angklung. Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan antara alat musik angklung (sebagai produk/komoditas) dan sumber daya (sebagai bahan baku). Perencanaan interpretasi merupakan salah satu upaya pengenalan sumber daya yang diharapkan dapat meningkatkan pengertian dan pemahaman, kesadaran, serta apresiasi masyarakat (pengelola dan pengunjung) terhadap sumber daya sebagai bahan baku utama angklung yang jumlahnya terbatas. Pentingnya upaya konservasi dalam menjaga keberadaan sumber daya jangka panjang disampaikan dalam bentuk interpretasi. Pengadaan bahan baku, kegiatan produksi angklung merupakan atraksi yang dapat dikemas menjadi program interpretasi. Topik sebagai obyek interpretasi dijabarkan menjadi beberapa tema, antara lain: pengenalan jenis-jenis, memahami siklus hidup, manfaat, filosofi dan konservasi sumber daya. Beberapa rumpun tanaman yang tumbuh di area Saung Angklung Udjo menjadi obyek penting yang dapat menjelaskan karakteristik bio-ekologis sebagai sumber daya (bahan baku) utama pembuatan angklung. Obyek Angklung tidak dapat dipisahkan dari obyek sebagai bahan baku pembuatannya. Topik angklung dapat dijabarkan menjadi beberapa tema yang berkaitan dengan obyek antara lain: filosofi angklung, proses menjadi angklung (pemanenan, perakitan, hingga pengemasan), bentuk-bentuk angklung yang mengalami modifikasi dari jaman dahulu hingga masa kini, karakteristik tabung-tabung angklung yang menghasilkan nada yang berbedabeda. Tujuan dan Sasaran Interpretasi Tujuan interpretasi berbasis konservasi sumber daya di Saung Angklung Udjo dibangun di atas empat pilar utama yaitu understanding and

appreciation; sustainability; authenticity and relevancy; danbest practices. Sasaran interpretasi menurut Sharpe (1982) ada tiga hal yaitu: (1) mengembangkan kesadaran dan memperkaya pengetahuan pengunjung, (2) meningkatkan pendayagunaan sumber daya, dan (3) menjadi sarana promosi agar masyarakat mengetahui nilai sejarah, konservasi dari obyek yang dimaksud. Implementasi dari tujuan yang mengintegrasikan dari keempat pilar tersebut diharapkan menjadi pilihan terbaik dalam perencanaan interpretasi di Saung Angklung Udjo. Sejalan dengan apa yang telah dikemukakan oleh Tilden (1977) bahwa Interpretation is an educational activity which aims to reveal meanings and relationships through the use of original objects, by firsthand experience, and by illustrative media, rather than simply to communicate factual information, maka tujuan dan sasaran perencanaan interpretasi di Saung Angklung Udjo dijabarkan sebagai berikut: 1. Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan penghargaan (apresiasi) masyarakat (pengunjung) mengenai dan angklung. a. Menjadi pusat informasi dan konservasi di Jawa Barat. b. Mewujudkan pendekatan yang seimbang antara sumber daya alam () dan budaya (angklung). c. Mengembangkan komunikasi dua arah antara pengunjung dan Saung Angklung Udjo. 2. Mencapai kelestarian sumber daya dan angklung, serta keberlanjutan usaha Saung Angklung Udjo. a. Terwujudnya kelestarian sumber daya alam (). b. Terwujudnya relevansi sosial melalui pemberdayaan masyarakat sekitar dan kerjasama kemitraan. c. Terwujudnya program rutin dengan lembaga pendidikan dan pihak lainnya. d. Mewujudkan Saung Angklung Udjo sebagai model interpretasi yang ideal, asli, khas dan relevan bagi semua pengunjung. Tujuan ini meliputi aktifitas pendidikan lingkungan melalui penggalian dan penyampaian informasi mengenai sumber daya dan angklung melalui program interpretasi. Dengan memperhatikan pelaksanaan interpretasi yang autentik, relevan dan eksklusif bagi pengunjung, agar memperoleh makna dan nilai dari sumber daya dan angklung dan menciptakan kepedulian (awareness) yang tinggi terhadap. Dari tujuan tersebut, interpretasi diharapkan dapat mencapai tujuan yang menjamin keseimbangan antara kelestarian sumber daya dan keberlanjutan usaha bagi pihak pengelola Saung Angklung Udjo. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Veverka (1994), bahwa objectives are specific and measurable steps that outline actions to achieve goals. Tujuan, sasaran dan strategi perencanaan interpretasi berbasis konservasi di Saung Angklung Udjo dikembangkan berdasarkan rencana interpretasi yang merupakan hasil sintesis dari inventarisasi dan analisis data penelitian (tabel 5). Strategi yang dikembangkan ini diharapkan juga dapat menarik pengunjung baik pengunjung baru maupun pengunjung yang pernah datang ke Saung Angklung Udjo sehingga tertarik untuk melakukan kunjungan kembali secara rutin. 45

46 Tabel 5 Perencanaan Interpretasi Berbasis Konservasi Bambu sebagai Bahan Baku Angklung di Saung Angklung Udjo No. Tujuan Sasaran/ Indikator Strategi 1. Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan penghargaan (apresiasi) masyarakat (pengunjung) mengenai dan angklung 2. Mencapai kelestarian sumber daya dan angklung, serta keberlanjutan usaha Saung Angklung Udjo a. Menjadi pusat informasi dan konservasi di Indonesia. b. Mewujudkan pendekatan yang seimbang antara sumber daya alam () dan budaya (angklung). c. Mengembangkan komunikasi dua arah antara pengunjung dan Saung Angklung Udjo. Pengunjung bisa mengenal dan habitatnya Pengunjung mengetahui jenis-jenis yang menjadi bahan baku angklung Pengunjung mengerti dan memahami pentingnya konservasi Pengunjung mengetahui proses pengolahan sebagai bahan baku angklung Pengunjung bisa merasakan pengalaman secara langsung proses pembuatan angklung a. Terwujudnya kelestarian sumber daya b. Terwujudnya keberlanjutan produksi angklung c. Mewujudkan Saung Angklung Udjo sebagai model interpretasi yang ideal, asli, khas dan relevan bagi semua pengunjung. Pengunjung dapat menerima pesan konservasi dan tertarik untuk ikut serta (berpartisipasi) dalam kegiatan konservasi untuk melestarikan kesenian alat musik angklung Meningkatnya kepedulian publik terhadap konservasi sumber daya Membangun arboretum dan pusat konservasi Meningkatkan penekanan program wisata pada sumber daya dan angklung Mengintegrasikan interpretasi dengan angklung Memberi peluang bagi pengunjung berperan dalam kegiatan interpretasi (menjadi guide/informan mengenai, menjadi salah satu pemain pertunjukan) Memfasilitasi pengunjung untuk berperan dalam pengelolaan interpertasi (volunteer) Membangun media komunikasi secara online (website) Menggali dan mengembangkan nilai-nilai budaya masyarakat lokal Meningkatkan kepedulian publik terhadap konservasi sumber daya Menerapkan hasil riset untuk mendukung pengelolaan Mengembangkan pusat produksi angklung. Membangun arboretum dan pusat konservasi Membangun stasiun penelitian dan pembibitan

47 Program Interpretasi Dari tujuan, sasaran dan strategi perencanaan interpretasi seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, selanjutnya ditetapkan beberapa program interpretasi di Saung Angklung Udjo. Dalam menentukan program interpretasi, ada beberapa hal yang menjadi dasar pertimbangan, seperti yang telah disarankan oleh Lewis (1980) yaitu: (1) orang belajar terbaik dari pengalaman pertama, (2) orang belajar lebih baik ketika mereka aktif terlibat dalam proses pembelajaran, (3) orang belajar lebih baik ketika mereka menggunakan berbagai sensasi yang tersedia, (4) pengunjung belajar tentang apa yang paling bernilai untuk mereka diwaktu kini, (5) menggunakan berbagai variasi pendekatan dan pembelajaran, dan (6) pembelajaran baru adalah membangun pondasi akan pengetahuan sebelumnya. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip interpretasi yang telah dikemukakan oleh Tilden (1977), pendekatan interpretasi oleh Ham (1992), dan saran-saran dari Lewis (1980), maka beberapa program interpretasi yang dipilih di Saung Angklung Udjo adalah : 1. Program pengenalan sumber daya 2. Program pengenalan bahan baku angklung Program-program tersebut di atas merupakan program interpretasi berbasis konservasi sumber daya sebagai bahan baku utama pembuatan angklung. Dalam program ini, pengunjung tidak hanya diberi informasi mengenai jenis-jenis dan upaya konservasi yang menjadi bahan baku utama pembuatan angklung, tetapi mereka diajak untuk berpartisipasi dalam kegiatan konservasi tersebut baik secara langsung maupun secara tidak langsung sehingga dapat memperkaya pengalaman pengunjung. Mengajak pengunjung melihat langsung obyek interpretasi, memahami keterkaitan dan hubungan obyek interpretasi dengan lingkungan melalui pengalaman langsung lewat panca indera, penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, ataupun perabaan. Aspek yang terlibat dalam sebuah penyampaian interpretasi tidak hanya ranah kognitif, melainkan juga ranah afektif dan psikomotorik. Parameter ranah afektif berupa perasaan dan emosi yang berpengaruh signifikan terhadap persepsi dan perilaku pengunjung khususnya terkait isu lingkungan (Povey&Rion 2002). Obyek, Tema dan Materi Interpretasi Dalam perencanaan interpretasi berbasis konservasi ini, semua data penelitian yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber, baik data primer maupun data sekunder digunakan untuk merumuskan dan mendukung pengembangan tema interpretasi. Perumusan dan pengembangan tema interpretasi seperti yang dikemukakan oleh Veverka (1994) memberikan langkah-langkah perencanaan interpretasi yang meliputi enam elemen yaitu What, Why, Who, How/ When/Where (Story Development Forms), Implementation and Operation, So What. Pada elemen pertama, Veverka (1994) memberikan penjelasan bahwa What berisi tentang The resources, theme, and sub-theme to be interested, dengan demikian What memberikan gambaran mengenai sumber daya yang akan menjadi obyek interpretasi.

48 Ham (1992) menyatakan bahwa The topic of a presentation is simply its subject matter, whereas the theme of the presentation is the specific message about the subject we want to communicate to the audience. Sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Ham (1992) tersebut, maka sebagai obyek interpretasi di Saung Angklung Udjo telah dipilih menjadi topik interpretasi yang merupakan dasar dalam pengembangan tema interpretasi berbasis konservasi sebagai bahan baku pembuatan angklung. Dalam merumuskan tema interpretasi, Mullins (1979) menetapkansuatu formula yaitu Theme = Topic + Recurring Message Element. Pada penelitian ini, formulasi tema interpretasi dapat dirumuskan sebagai Tema = Topik ( Obyek) + Pesan berulang (pesan bagi pengunjung). Berdasarkan formula tersebut, maka dapat dirumuskan sebuah tema utama yang terbagi menjadi 3 (tiga) sub tema dalam perencanaan interpretasi berbasis konservasi sumber daya sebagai bahan baku pembuatan angklung yaitu, angklung, dan saung angklung udjo. Tema utama interpretasi berbasis konservasi sumber daya sebagai bahan baku pembuatan angklung di Saung Angklung Udjo. Banyak penelitian yang menganggap bahwa sangat penting untuk menciptakan program dengan tema yang jelas dan sesuai dengan tujuan (Knapp&Benton 2004). Tema-tema tersebut merupakan pernyataan ide penting yang mengatur pesan-pesan yang akan disampaikan kepada pengunjung Saung Angklung Udjo. Pesan yang diturunkan dari tema-tema interpretasi merupakan materi yang berupa informasi yang akan disampaikan kepada pengunjung Saung Angklung Udjo. Materi ini secara komprehensif meliputi seluruh obyek yang terdapat di Saung Angklung Udjo dengan berbasis pada konservasi sumber daya sebagai bahan baku angklung. Dengan tema-tema ini diharapkan mampu menginspirasi, menggugah kesadaran, kepedulian dan penghargaan pengunjung terhadap obyek interpretasi. Beberapa materi interpretasi dari masing-masing tema dideskripsikan pada Tabel 6 di bawah ini. Tabel 6 Obyek, Tema dan Materi Interpretasi di SAU No. Obyek Tema Pesan/ Materi 1. Sumber daya Bioekologi menjadi dasar konservasi sumber daya Tema Pendukung : 1. Karakteristik merupakan tulang punggung (backbone) Saung Angkung Udjo 2. Konservasi sumber daya Klasifikasi, morfologi serta anatomi Habitat dan penyebaran Pengenalan jenis-jenis Memahami siklus hidup Manfaat Filosofi Karakteristik Sifat fisik dan mekanik Jenis yang menjadi bahan baku pembuatan angklung ( tidak semua jenis dapat dijadikan bahan baku angklung) Prinsip pengelolaan Arboretum di SAU Pembibitan dan penanaman di SAU