Persyaratan Sertifikasi Halal. Kebijakan dan Prosedur HAS 23000:2

dokumen-dokumen yang mirip
SERTIFIKASI HALAL OLEH LPPOM DAN MUI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) adalah

MANUAL Sistem Jaminan Halal

SISTEM JAMINAN HALAL (S J H)

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL [PERUSAHAAN ]

Sertifikasi dan Sistem Jaminan Halal

AUDIT INTERNAL UNTUK MENJAWAB 11 KRITERIA SJH

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. TINJAUAN PUSTAKA

-Y::YY.1T:r:::Y.:lY-lifl.ii::-.

SERTIFIKASI HALAL DALAM PRODUK KULINER UMKM

BAB III USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DAN SERTIFIKASI HALAL

apoteker123.wordpress.com 1 dari 5 DAFTAR PERIKSA Halal Assurance System 23000:1 PERTANYAAN PERIKSA HASIL PERIKSA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

MENU CEROL DAN KEBIJAKAN BARU

MANUAL SJH PT EVIGO INDONESIA MAN-SJH-01

PENGEMBANGAN KONSEP MODEL SISTEM JAMINAN HALAL PRODUK DAGING AYAM DI RUMAH POTONG AYAM 1

DOKUMEN KEHALALAN BAHAN

2016, No diberlakukan Standar Nasional Indonesia dan/atau Persyaratan Teknis secara wajib; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks

Kepala Bidang Auditing : Dr. Ir. Mulyorini R. Hilwan, MS dan Dr. Liesbetini Hartoto, MS

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 200/PMK.04/2011 TENTANG AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 200/PMK.04/2011 TENTANG AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menimbang : Mengingat :

PEDOMAN DAN PROSEDUR PENETAPAN FATWA

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL

MENU CEROL DAN KEBIJAKAN BARU

SURAT PERJANJIAN SERTIFIKASI PRODUK/PENGGUNAAN SPPT SNI ANTARA ... DENGAN LSPRO CHEMPACK. Nomor :... Nomor :...

Manual SJH. Dokumen perencanaan yang menggambarkan cara perusahaan memenuhi 11 kriteria SJH Berfungsi sebagai panduan bagi perusahaan

KIAT MEMILIH PRODUK HALAL

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

BAB I PENDAHULUAN. yang halal, karena setiap makanan yang kita konsumsi akan mendarah. daging dalam tubuh dan menjadi sumber energi yang penting untuk

BAB I PENDAHULUAN I.1.

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 0027 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

DP INFORMASI KAN MENGENAI PROSEDUR AKREDITASI JANUARI 2004

"Copy Peraturan ini di buat untuk penayangan di website "

PERSYARATAN SERTIFIKASI F-LSSM

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 381/Kpts/OT.140/10/2005 TENTANG

BAB III TINJAUAN TEORITIS PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN. digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau

PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT PANDUAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

No. 1071, 2014 BPOM. Pangan. Olahan yang Baik. Cara Produksi. Sertifikasi. Tata Cara.

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

2016, No terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang

2. Layanan-layanan LS ICSM Indonesia akan memberikan layanan-layanan sebagai berikut:

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: P-19/BC/2007

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VI JAMINAN KEHALALAN DAN MEKANISMENYA

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK BANJARBARU SERTIFIKASI PRODUK PENGGUNAAN TANDA SNI

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-92 / BC / 1997 TENTANG

BAB I KETENTUAN UMUM Menteri adalah Menteri Perindustrian.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 381/Kpts/OT.140/10/2005 TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI KONTROL VETERINER UNIT USAHA PANGAN ASAL HEWAN

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER. 02/MEN/2010 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN PAKAN IKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG SERTIFIKASI PRODUK HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN

2015, No DAG/PER/3/2007 tentang Standardisasi Jasa Bidang Perdagangan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib terhadap Barang da

"Copy Peraturan ini di buat untuk penayangan di website "

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN PERJANJIAN SERTIFIKASI PERATURAN SERTIFIKASI

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Skema sertifikasi produk

PEDOMAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI DALAM RANGKA PENERBITAN DOKUMEN V-LEGAL

Jurnal EduTech Vol. 3 No.2 September 2017 ISSN: e-issn:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Tata Cara. Syarat. Pendaftaran Pakan. Pencabutan.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN TEKSTIL DAN ANEKA NOMOR : 01/ILMTA/PER/1/2008 TENTANG

Pedoman: PD Rev. 02

MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR

PROSES SERTIFIKASI 20/6/2012

DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEINDUSTRIAN. SNI. Industri.

LPPOM MUI_CEROL Provinsi 2016 Rev.1

Penerapan skema sertifikasi produk

Terbitan Nomor : 4 Desember 2012

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA HALAL DETECTOR : APLIKASI CERDAS PENDETEKSI KEHALALAN PRODUK DI HANDPHONE BERBASIS ANDROID

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87%

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA NOMOR : 63/IAK/Per/8/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 19/Permentan/OT.140/4/2009 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENDAFTARAN PAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001

Penerapan skema sertifikasi produk

NOMOR 215 TAHUN 2016 TENTANG BAB I PENDAHULUAN

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 324/Kpts/TN.120/4/94 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN USAHA OBAT HEWAN MENTERI PERTANIAN,

P - 36/BC/2007 TATALAKSANA AUDIT KEPABEANAN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Muslim Atas Pencantuman Sertifikat Halal

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 60/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

Persyaratan Sertifikasi Halal Kebijakan dan Prosedur HAS 23000:2

Tujuan : Peserta memahami prinsip-prinsip dari Kebijakan dan Prosedur dalam Sertifikasi Halal. Peserta dapat menerapkan Prinsip-prinsip dari Kebijakan dan Prosedur dalam Sertifikasi Halal.

Outline Sertifikasi Halal Langkah-langkah penting dari Sertifikasi Halal MUI. Kebijakan dan Prosedur pada Sertifikasi Halal MUI.

Sertifikasi Halal Sertifikasi Halal adalah sebuah proses melalui serangkaian prosedur yang melibatkan baik produsen dan lembaga sertifikasi Halal untuk membuktikan bahwa produk yang diproduksi telah sesuai dengan ketentuan Halal dan Sistem Manajemen dari bahan, proses produksi, produk, SDM dan prosedur dapat menjamin dan dapat menjaga kehalalan produk secara konsisten.

Komponen Penting dalam Proses Sertifikasi Halal Adanya pemahaman akan Kebijakan, Prosedur, dan Kriteria dari Sertifikasi Halal yang ditetapkan oleh Lembaga Sertifikasi Halal. Adanya personel yang memiliki otoritas dalam memberikan keputusan dalam Aspek Sains (Auditor ) dan Aspek Syariah (Ulama). Sistem dari perusahaan yang dapat menjamin produksi produk Halal. Personel yang ditunjuk resmi oleh perusahaan dan memiliki otoritas dan tanggung jawab dalam menjamin konsistensi Kehalalan produk yang dihasilkan (Tim Manajemen Halal).

Langkah Penting dalam Sertifikasi Halal I. Persiapan dari Perusahaan yang mengajukan Sertifikasi Halal untuk memenuhi Kriteria Sistem Jaminan Halal. II. Proses dalam Sertifikasi Halal oleh LPPOM MUI : Pendaftaran Pengkajian Pre Audit On Site Audit Evaluasi Pasca Audit Penerbitan Sertifikat Halal Mengembangkan Produk/Fasilitas Baru Perpanjangan Sertifikat Halal

Sertifikasi Halal MUI Wajib Mengikuti Kebijakan dan Prosedur Sesuai HAS 23000:2 Kebijakan Prinsip-prinsip dasar yang dirumuskan dan ditegakkan oleh LPPOM MUI, untuk mengarahkan perusahaan dalam mengelola produk halal untuk memperoleh Sertifikat Halal. Prosedur Rangkaian tahapan yang harus diikuti oleh perusahaan untuk mendapatkan Sertifikat Halal.

Kebijakan Umum Semua jenis produk dapat diajukan untuk sertifikasi halal seperti makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetika, baik berupa bahan baku, produk intermediet dan produk akhir serta produk pendukungnya. Sertifikasi dapat diajukan oleh berbagai jenis perusahaan (industri pengolahan, RPH, restoran, katering, termasuk oleh distributor). Proses sertifikasi halal harus mengikuti kebijakan dan prosedur sertifikasi.

Kebijakan Sertifikasi untuk Distributor : Prioritas ditujukan untuk produsen yang produknya diajukan. Produsen membuat Surat pernyataan telah memahami persyaratan sertifikasi halal MUI. Produsen membuat Manual dan mengimplementasi SJH. Distributor membuat Manual SJH dalam lingkup kegiatan distributor dan mengimplementasikannya.

Produk Kemas Ulang (Repacked) atau Label Ulang (Relabelled) Kebijakan Umum Dapat disertifikasi jika : - Produk tersebut bersertifikat halal MUI, atau - Produk termasuk kategori produk No Risk.

Produk Pengenceran, Pemurnian Dan Standarisasi Dapat diajukan untuk disertifikasi dengan syarat: Produk bersertifikat halal MUI; atau Produk bersertifikat halal lembaga yang diakui MUI dan berasal dari grup perusahaan yang sama dengan produk yang disertifikasi, dan auditor dapat memeriksa formula produk serta informasi lain terkait kehalalan produk (misal fasilitas); Produk termasuk kategori produk No Risk. Bahan aditif dan/atau bahan penolong yang digunakan harus halal.

PROSEDUR SERTIFIKASI

A B

A B

Prosedur Sertifikasi Halal Online (Cerol-SS23000)

Pendaftaran Pendaftaran dilakukan berbasis kelompok produk. Semua fasilitas produksi harus terdaftar, termasuk jika ada penambahan pabrik, gudang intermediet, maklon, dsb.

Sertifikasi dapat dilakukan untuk sebagian produk atau seluruh produk. Jika produk pangan eceran (retail) dengan merk tertentu didaftarkan, maka semua produk dengan merk yang sama yang dipasarkan di Indonesia juga harus didaftarkan. Sertifikasi restoran/ katering mencakup semua menu.

Perusahaan menyusun dan menerapkan SJH serta mempunyai status SJH minimal B. Implementasi SJH dituangkan dalam Manual SJH. Sertifikasi halal dapat diajukan ke LPPOM MUI Pusat maupun LPPOM MUI Propinsi. LPPOM MUI Propinsi untuk sertifikasi perusahaan yang bersifat lokal dan nasional tertentu, sedangkan LPPOM MUI Pusat untuk sertifikasi perusahaan nasional dan internasional.

Lingkup Sertifikasi LPPOM MUI Pusat : Perusahaan dengan kantor pusat di propinsi tertentu dan memiliki cabang di propinsi lain, atau merupakan cabang dari perusahaan lain di luar negeri. Perusahaan dengan produk dipasarkan ke beberapa propinsi atau untuk ekspor. Restoran dengan sistem waralaba (franchise). Perusahaan yang berlokasi di luar negeri.

Lingkup Sertifikasi LPPOM MUI Provinsi Perusahaan Rumah Potong Hewan (RPH) di provinsi. Perusahaan yang lokasi kantor/produksi dan pemasarannya hanya di satu provinsi, tidak memiliki cabang atau bukan merupakan cabang perusahaan di provinsi lain. Perusahaan dengan lokasi kantor/ produksi di satu propinsi dan pemasarannya ke beberapa provinsi dengan kategori produk NO RISK. Restoran yang hanya ada di satu propinsi, dan tidak bersistem waralaba (franchise). Perusahaan dengan lokasi produksi/outlet di banyak provinsi dengan manajemen terpisah (merk sama), dengan syarat semua tempat disertifikasi LPPOM MUI masing-masing provinsi.

RPH di luar negeri yang akan disertifikasi oleh lembaga sertifikasi halal yang diakui MUI, maka dilakukan audit oleh LPPOM MUI dan Komisi Fatwa MUI pada awal sertifikasi dan dilakukan audit pemantauan (surveilance) setiap 3 (tiga) tahun. Masuk dalam List of MUI Halal Approved Establishment Slaughterhouse menjadi prasyarat untuk RPH yang akan memasarkan produknya di Indonesia.

Untuk perusahaan yang berlokasi di China, pendaftaran dilakukan melalui kantor perwakilan LPPOM MUI di China ( email: china_halalregistration@halalmui.org ) Semua fasilitas produksi (termasuk pabrik tambahan, gudang antara, lokasi maklon dll) harus didaftarkan.

Prosedur Sertifikasi Halal Online (Cerol-SS23000)

Pemeriksaan Kecukupan Dokumen Dokumen pendaftaran diperiksa oleh Bagian Auditing dan SJH untuk ditentukan kecukupannya. Jika dokumen belum memenuhi, maka Bidang Auditing mengirimkan Pre Audit Memorandum Setelah dokumen dinyatakan lengkap dan akad sertifikasi telah lunas, maka audit dapat dijadwalkan.

Prosedur Sertifikasi Halal Online (Cerol-SS23000) Biaya Sertifikasi

Biaya Sertifikasi Dilakukan setelah melakulan pendaftaran melalui akad sertifikasi. Meliputi : 1. Biaya audit 2. Sertifikat halal 3. Status nilai implementasi/ Sertifikat SJH 4. Analisis laboratorium (untuk produk tertentu) 5. Publikasi di Majalah Jurnal Halal.

Procedures Of Online Halal Certification Cerol-SS23000

Pelaksanaan Audit Dilakukan oleh minimum 2 orang auditor yang dilengkapi dengan surat tugas resmi. Proses produksi produk yang didaftarkan sertifikasi atau sejenisnya sedang berlangsung. Audit dilaksanakan di semua fasilitas yang berkaitan dengan produk yang disertifikasi. Audit lanjutan dapat dilakukan jika diperlukan Pada pengembangan/perpanjangan yang tidak memerlukan audit on site, dilakukan audit on desk.

Pelaksanaan Audit Pada pendaftaran sertifikasi yang melalui BPOM RI, penjadwalan audit dilakukan bersama antara BPOM RI dan LPPOM MUI. Pengaturan transportasi dan akomodasi menjadi tanggungjawab perusahaan. Audit dilaksanakan pada jam kerja. Audit meliputi pemeriksaan dokumen, observasi lapangan, pemeriksaan fisik bahan dan pengambilan sampel (jika dibutuhkan).

Pelaksanaan Audit (lanjutan) Audit dilaksanakan di semua fasilitas yang berkaitan dengan produk yang disertifikasi. RPH dan produk Very High Risk (gelatin, kolagen, whey, dll) audit dilakukan di seluruh fasilitas produksi, pengumpul bahan baku, fasilitas pemotongan, dan sebagainya. Industri Pengolahan : pabrik, tempat penyiapan bahan atau fasilitas lain yang merupakan bagian dari proses produksi atau penyimpanan produk, dan tempat maklon. Restoran/Katering : kantor pusat, gudang distribusi dan outlet/gerai/tempat penyajian, supplier, produsen produk titipan, tempat RPH/RPA (bila daging tidak dilengkapi Sertifikat halal).

Pelaksanaan Audit (lanjutan) Laporan audit ditandatangani oleh auditor dan auditi. Pelaksanaa audit on site mencakup audit implementasi SJH. Pelaksanaan audit on desk dilakukan di kantor LPPOM MUI.

Procedures Of Online Halal Certification Cerol-SS23000

Evaluasi Pasca Audit Evaluasi hasil audit dilakukan melalui forum Rapat Auditor dan Rapat Komisi Fatwa. Sertifikat halal akan diterbitkan jika produk sudah dinyatakan halal dalam Rapat Komisi Fatwa.

Rapat Auditor Dijadwalkan setiap minggu. Diikuti oleh seluruh auditor LPPOM MUI. Jika masih ada kekurangan, maka Bagian Auditing mengirimkan audit memorandum kepada perusahaan. Jika hasil audit sudah memenuhi kriteria, maka auditor menyiapkan Laporan Hasil Audit yang akan disampaikan dalam Rapat Komisi Fatwa.

Rapat Komisi Fatwa Dijadwalkan setiap minggu Sampel produk eceran (retail) diperlihatkan pada Rapat Komisi Fatwa. Jika Rapat Komisi Fatwa memutuskan bahwa masih terdapat kekurangan, maka Bidang Auditing mengirimkan kembali audit memorandum kepada perusahaan. Setelah status kehalalan diputuskan Komisi Fatwa, maka perusahaan harus mengirimkan daftar bahan yang telah ditandatangani oleh pimpinan perusahaan untuk ditandatangani oleh Direktur LPPOM MUI

Analisa Laboratorium Pengujian kandungan babi/turunannya serta pengujian kandungan alkohol untuk produk tertentu. Pengujian Kandungan Babi/Turunannya untuk perusahaan dengan kategori produk daging dan olahannya. Sampel berasal dari tempat produksi atau pasar. Untuk perusahaan dengan produk tertentu wajib melakukan analisa laboratorium (kandungan babi atau alkohol) secara berkala (minimal 6 bulan sekali). Membuat laporan berkala setiap 6 (enam) bulan sekali sesuai jadwal audit internal

Penerbitan Sertifikat Halal Diterbitkan setelah produk tersebut dinyatakan halal dalam rapat Komisi Fatwa MUI. Ditandatangani oleh Ketua Umum MUI, Ketua Komisi Fatwa MUI dan Direktur LPPOM MUI. Berlaku selama dua tahun. Berisi data nomor Sertifikat, nama dan alamat perusahaan, nama dan alamat pabrik, nama produk secara rinci serta masa berlaku Sertifikat.

Pengembangan Produk/Fasilitas Pengembangan mencakup : penambahan produk untuk disertifikasi (produk baru / reformulasi / penggantian nama) Penambahan fasilitas produksi Penambahan gerai/outlet bagi restoran. Menjadi tambahan pada Lampiran Sertifikat Halal

Pengembangan produk/penambahan fasilitas/gerai disampaikan secara tertulis ke LPPOM MUI dengan pengisian aplikasi pendaftaran. Perlu atau tidaknya dilakukan audit berdasarkan status SJHnya. Khusus untuk restoran, penambahan gerai/outlet tetap dilakukan audit.

Perpanjangan Sertifikat Halal Pendaftaran ulang sebelum berakhirnya masa berlaku Sertifikat Halal. Permohonan perpanjangan akan diberlakukan berdasarkan ketentuan status SJH. Bila perusahaan tidak melakukan perpanjangan Sertifikat Halal, maka LPPOM MUI berhak mengumumkan kepada masyarakat luas.

Logo LPPOM MUI Perusahaan harus mencantumkan logo LPPOM MUI pada kemasan produk yang bersertifikat halal. Untuk restoran, logo LPPOM MUI dapat dicantumkan di gerai restoran. Untuk katering, logo LPPOM MUI dapat dicantumkan di tempat penyajian dan media promosi. Aturan pencantuman logo halal pada produk eceran (retail) mengikuti aturan yang dikeluarkan oleh BPOM RI.

Ketentuan Lain-lain 1. Perubahan Data Sertifikasi 2. Penerbitan Surat Keterangan dalam Proses Sertifikasi 3. Penerbitan Surat Keterangan Halal 4. Masa Tenggang Proses Sertifikasi Halal 5. Revisi Sertifikat Halal 6. Legalisir Sertifikat Halal 7. Konversi Sertifikat Halal 8. Jaminan Pasca Sertifikasi 9. Inspeksi Mendadak (Sidak

Perubahan Data Sertifikasi Perubahan data dari data yang tercantum di formulir pendaftaran harus melaporkan ke LPPOM MUI secara tertulis. Jika perubahan data dilakukan pada saat audit, maka auditor akan mengisi form Berita Acara Perubahan Data Sertifikasi Halal sebelum diproses lebih lanjut terkait akad sertifikasi. Perubahan data yang dilakukan sebelum Sertifikat halal diterbitkan, maka perubahan data dilakukan dengan pengajuan surat permohonan resmi. Perubahan data berupa penambahan produk atau fasilitas setelah proses audit, maka perusahaan harus mengisi formulir pendaftaran untuk disertifikasi.

Penerbitan Surat Keterangan dalam Proses Sertifikasi Diterbitkan berdasarkan permintaan perusahaan. Untuk pendaftaran baru dan pengembangan, Surat diterbitkan setelah proses audit. Untuk perpanjangan, Surat diterbitkan setelah pendaftaran perpanjangan selambatnya 2 (dua) bulan sebelum habis masa berlaku Sertifikat halal Berlaku selama 3 (tiga) bulan dan hanya dapat diperpanjang 1 (satu) kali.

Penerbitan Surat Keterangan Halal Diterbitkan berdasarkan permintaan dari perusahaan dan telah dinyatakan lulus dalam Rapat Komisi Fatwa MUI. Berlaku selama 1 (satu) bulan dan tidak dapat diperpanjang.

Masa Tenggang Proses Sertifikasi Halal Proses sertifikasi dianggap batal jika dalam waktu 3 (tiga) bulan perusahaan tidak memberikan tanggapan sama sekali atas proses sertifikasi yang sedang berlangsung. LPPOM MUI dapat menghentikan proses sertifikasi jika dalam waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal audit dilakukan tidak ada kemajuan dalam penyelesaian proses sertifikasi halal. Proses sertifikasi dapat dilanjutkan kembali jika perusahaan melakukan pendaftaran ulang.

Revisi Sertifikat Halal Pengajuan revisi Sertifikat halal dilakukan bila : - Terdapat kesalahan penulisan dalam Sertifikat halal; - Perubahan nama produk; - Perubahan nomor Sertifikat halal dan kelompok produk; - Perubahan nama perusahaan. Revisi Sertifikat halal tidak menutup kemungkinan dilakukan audit kembali sebelum permohonan revisi dipenuhi. Permohonan Revisi SH dilakukan secara tertulis kepada bidang Administrasi & Sertifikasi

Legalisir Sertifikat Halal Untuk kepentingan tertentu, misalnya izin bea cukai produk impor, LPPOM MUI dapat melakukan legalisir atas Sertifikat Halal MUI yang masih berlaku. Perusahaan mengajukan surat permohonan Legalisir Sertifikat halal kepada LPPOM MUI dan membayar biaya legalisir sesuai aturan yang ada.

Konversi Sertifikat Halal LPPOM MUI Pusat dapat melakukan konversi atas Sertifikat Halal MUI Propinsi yang masih berlaku. Konversi dilakukan dengan mengajukan permohonan ke LPPOM MUI Propinsi, disertai dengan dokumen pendukung. LPPOM MUI Propinsi mengirimkan permohonan konversi dan dokumen pendukungnya ke LPPOM MUI Pusat, dengan disertai Berita acara Komisi Fatwa MUI Propinsi. Audit dapat dilakukan jika dinilai perlu untuk memeriksa pemenuhan Kriteria SJH. LPPOM MUI Pusat menerbitkan Sertifikat Halal jika produk sudah dinyatakan halal dalam Rapat Komisi Fatwa MUI Pusat.

Jaminan Pasca Sertifikasi Perusahaan harus menyerahkan laporan berkala penerapan SJH setiap 6 (enam) bulan sekali. Penggunaan bahan baru, termasuk bahan yang sama dari produsen yang berbeda, dalam proses produksi atau trial pada fasilitas produksi, harus meminta persetujuan penggunaannya ke LPPOM MUI. Bahan baru yang telah mendapatkan persetujuan dimasukkan ke dalam Daftar Bahan. Up date Daftar Bahan dapat dilakukan setiap enam bulan, bersamaan dengan penyerahan laporan berkala untuk ditandatangani oleh Dir. LPPOM MUI.

Inspeksi Mendadak (Sidak) Kriteria perusahaan yang diberlakukan Sidak : - Perusahaan yang telah memperoleh Sertifikat SJH. - Perusahaan dengan produk kategori very high risk - Perusahaan dengan produk risk atau low risk, jika dicurigai tidak lagi memenuhi kriteria SJH. Pelaksanaan sidak dapat dilakukan tanpa pemberitahuan atau dengan pemberitahuan. Laporan sidak ditandatangani oleh auditor dan auditi. Jika terdapat ketidaksesuaian, maka ditindaklanjuti sesuai dengan keputusan LPPOM MUI.

Terima kasih