ESTIMASI PRODUKSI GAS METANA DARI RUMPUT DAN TANAMAN LEGUMINOSA YANG DIUKUR SECARA IN VITRO

dokumen-dokumen yang mirip
Afnur Imsya *, Muhakka dan Fitra Yossi Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya ABSTRACT

Tingkat Kecernaan Nutrisi dan Konsentrasi N-NH 3 Bahan Pakan dari Limbah Pertanian dan Rumput Rawa Secara In Vitro

PERBANDINGAN LAJU DEGRADASI RUMPUT GAJAH DAN TANAMAN LEGUMINOSA DI DALAM RUMEN

KELARUTAN MINERAL KALSIUM (Ca) DAN FOSFOR (P) BEBERAPA JENIS LEGUM POHON SECARA IN VITRO SKRIPSI SUHARLINA

PEMANFAATAN Indigofera sp. DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA DOMBA JANTAN

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KADAR PROTEIN PAKAN DAN WAKTU PEMBER IAN SUPLE MEN ENERGI TERHADAP PRODUKSI MASSA MIKROBA RUMEN DOMBA

PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMEN PAKAN MULTINUTRIENT (SPM) TANPA MOLASSES TERHADAP EKOSISTEM RUMEN DAN PRODUKTIVITAS DOMBA

TOTAL PRODUKSI GAS DAN DEGRADASI BERBAGAI HIJAUAN TROPIS PADA MEDIA RUMEN DOMBA YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG SAPONIN DAN TANIN SKRIPSI RIANI JANUARTI

AKTIVITAS ISOLAT MIKROBA RUMEN KERBAU YANG DISIMPAN PADA SUHU RENDAH

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p Online at :

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh

HASIL DAN PEMBAHASAN

Raden Febrianto Christi, Abu Bakar Hakim, Lesha Inggriani, Atun Budiman Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN KONSENTRAT DALAM PAKAN RUMPUT BENGGALA ( Panicum Maximum ) TERHADAP KECERNAAN NDF DAN ADF PADA KAMBING LOKAL

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

POPULASI PROTOZOA, BAKTERI DAN KARAKTERISTIK FERMENTASI RUMEN SAPI PERANAKAN ONGOLE SECARA IN VITRO

KELARUTAN MINERAL KALSIUM (CA) DAN FOSFOR (P) DAN FERMENTABILITAS BEBERAPA JENIS LEGUM POHON SECARA IN VITRO

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH TEKNIK PENYIMPANAN TERHADAP AKTIVITAS MIKROBA DALAM BIANG BIOPLUS

FERMENTABILITAS DAN KECERNAAN in vitro RANSUM YANG DIBERI UREA MOLASSES MULTINUTRIENT BLOCK ATAU SUPLEMEN PAKAN MULTINUTRIEN

PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH PEPAYA TERHADAP KANDUNGAN GLUKOSA DARAH SAPI POTONG DI DESA KANDANG MUKTI KECAMATAN LELES KABUPATEN GARUT

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

RESPONS KOMPOSISI TUBUH DOMBA LOKALTERHADAP TATA WAKTU PEMBERIAN HIJAUAN DAN PAKAN TAMBAHAN YANG BERBEDA

KONSISTENSI KEEFEKTIFAN BIOPLUS SERAT SELAMA MASA SIMPAN PADA SUHU RUANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2003). Pemberian total mixed ration lebih menjamin meratanya distribusi asupan

PENGARUH PENAMBAHAN NITROGEN DAN SULFUR PADA ENSILASE JERAMI UBI JALAR (Ipomea batatas L.) TERHADAP KONSENTRASI NH 3 DAN VFA (IN VITRO)

Pengaruh Suplementasi Daun Sengon (Albazia falcataria) Terhadap Kecernaan dan Fermentabilitas Bagasse Hasil Amoniasi Secara In Vitro

Lokakarya Fungsional Non Peneli BAHAN DAN METODE Percobaan ini dilaksanakan di laboratorium nutrisi Balai Penelitian Ternak di Bogor dengan meng

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

merupakan hasil fermentasi dari karbohidrat yang dibentuk oleh monosakarida dari hidrolisis selulosa oleh mikroba rumen. VFA terdiri dari asam asetat,

HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI BAKTERI TOLERAN TANIN DAN PENGARUH INOKULASINYA TERHADAP MIKROBA RUMEN TERNAK KAMBING 5 BERPAKAN KALIANDRA (Calliandra calothyrsus)

KOMPARASI RESPONS PRODUKSI SUSU SAPI PERAH YANG DIBERI IMBUHAN BIOPLUS VS SUPLEMENTASI LEGOR

PENGARUH AMPAS TEH DALAM PAKAN KONSENTRAT TERHADAP KONSENTRASI VFA DAN NH 3 CAIRAN RUMEN UNTUK MENDUKUNG PERTUMBUHAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

DETOKSIFIKASI SIANIDA OLEH MIKROBA RUMEN (BIOPLUS RACUN)

Ahmad Nasution 1. Intisari

BAB I. PENDAHULUAN. tahun 2005 telah difokuskan antara lain pada upaya swasembada daging 2014

PENGARUH PENGGUNAAN KONSENTRAT DALAM PAKAN BERBASIS RUMPUT (Panicum maximum) TERHADAP KECERNAAN HEMISELULOSA DAN SELULOSA PADA KAMBING LOKAL

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi NH3. protein dan non protein nitrogen (NPN). Amonia merupakan bentuk senyawa

UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH MENGGUNAKAN SUPLEMEN KATALITIK

EFEKTIVITAS SUBSTITUSI KONSENTRAT DENGAN DAUN MURBEI PADA PAKAN BERBASIS JERAMI PADI SECARA IN VITRO SKRIPSI OCTAVIANI NILA PERMATA SARI

BAB III MATERI DAN METODE. Sumber Protein secara In Vitro dilaksanakan pada bulan September November

DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL... xvi. DAFTAR GAMBAR... xviii. DAFTAR LAMPIRAN... xx I. PENDAHULUAN... 1 II. TINJAUAN PUSTAKA... 14

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit

Alat Neraca analitik, gelas piala 600 ml, gelas ukur 100 ml, "hot plate", alat refluks (untuk pendingin), cawan masir, tanur, alat penyaring dengan po

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

KECERNAAN HIJAUAN TURI (Sesbania grandifkora) DENGAN PENAMBAHAN AMPAS SAGU KUKUS YANG DIUJI SECARA IN VITRO. Ch. W. Patty ABSTRACT

EFEK PROBIOTIK DAN SELUBIOSE TERHADAP VOLATILE FATTY ACIDS (VFA) DAN NH3 RUMINAL DOMBA GARUT

RESPON PENAMBAHAN AMPAS TEH

EVALUASI PAKAN TERCEMAR TIMBAL (Pb) PADA SISTEM FERMENTASI RUMEN IN VITRO SKRIPSI PRAMUDIANTO EKAWARDANI

I. PENDAHULUAN. sehingga perlu dilakukan peningkatan kualitas, kuatitas, dan kontinyutasnya. maupun dalam bentuk kering (Susetyo, 1980).

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

Produk Metabolisme Rumen pada Sapi Peranakan Ongole Fase Tumbuh

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Formulasi Pakan Hijauan (Rumput Gajah, Kaliandra dan Gamal) terhadap Pertumbuhan dan Bobot Karkas Domba

26/09/ Pendahuluan. 1. Pendahuluan. 1. Pendahuluan. 1. Pendahuluan. 1. Pendahuluan. Pakan ternak ruminansia di Indonesia:

PENCAPAIAN BOBOT BADAN IDEAL CALON INDUK SAPI FH MELALUI PERBAIKAN PAKAN

G. S. Dewi, Sutaryo, A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

HIJAUAN GLIRICIDIA SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

PENGARUH SUHU PENYIMPANAN TERHADAP DAYA INHIBITOR METANOGENESIS SEDIAAN CAIR KULTUR BAKTERI Acetoanaerobium noterae DAN Acetobacterium woodii

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

Peternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science

NILAI NUTRISI TONGKOL JAGUNG YANG DIFERMENTASI MENGGUNAKAN MIKROBA RUMEN SEBAGAI SUMBER INOKULAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi

KEMAMPUAN BERBAGAI KOMBINASI ISOLAT BAKTERI SIMBION RAYAP DENGAN ISOLAT BAKTERI RUMEN DALAM MENDEGRADASIKAN PAKAN SUMBER SERAT

PENGARUH PENGGUNAAN UREA-MINYAK DALAM RANSUM TERHADAP ph, KECERNAAN BAHAN KERING,BAHAN ORGANIK, DAN KECERNAAN FRAKSI SERAT PADA SAPI PO

Semua perlakuan tidak menyebabkan keadaan ekstrim menghasilkan NH 3 diluar

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

Bobot dan Panjang Saluran Pencernaan Sapi Jawa dan Sapi Peranakan Ongole di Brebes

KELARUTAN DAN KECERNAAN BAHAN KERING (IN VITRO) BULU AYAM

BAB III MATERI DAN METODE. Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien Pakan Hasil pengamatan konsumsi pakan dan nutrien dalam bahan kering disajikan pada Tabel 7.

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Kandungan Nutrien Ransum Berdasarkan 100% Bahan Kering (%)

Shirley Fredriksz Dosen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura - Ambon. Keywords: Gamal Leaf, Steam Cassava, Digestion, In-Vitro

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

Pengaruh Pemakaian Urea Dalam Amoniasi Kulit Buah Coklat Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Secara in vitro

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

Degradasi Substrat Volatile Solid pada Produksi Biogas dari Limbah Pembuatan Tahu dan Kotoran Sapi

PENGARUH PENGGUNAAN KONSENTRAT DALAM PAKAN RUMPUT BENGGALA (Panicum maximum ) TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA KAMBING LOKAL

MATERI DAN METODE. Materi

KANDUNGAN SERAT KASAR Centrosema pubescens DAN Capologonium mucunoides DI KAMPUNG WASUR ABSTRACT

Tyas Widhiastuti. Pembimbing: Dr. Ir. Anis Muktiani, M.Si Dr. Ir. Mukh. Arifin, M.Sc

PERUBAHAN KANDUNGAN OKSALAT SELAMA PROSES SILASE RUMPUT SETARIA

Pengaruh Subtitusi Produk Samping Nenas (Ananas comosus (L). Merr) pada Pakan Basal Rumput Gajah dan Kaliandra terhadap Ekosistem Rumen Domba

I. PENDAHULUAN. berasal dari hijauan dengan konsumsi segar per hari 10%-15% dari berat badan,

PENINGKATAN NILAI HAYATI JERAMI PADI MELALUI BIO-PROSES FERMENTATIF DAN PENAMBAHAN ZINC ORGANIK

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

PENERAPAN UJI t (DUA PIHAK) DALAM PENELITIAN PETERNAKAN (An Aplication of the t - Test (Two Tails) in Animal Science Experiment)

Pengaruh Penggantian Rumput dengan Pelepah Sawit Ditinjau dari Segi Kecernaan dan Fermentabilitas Secara In Vitro Gas

Seminar Nasional Fakultas Peternakan Unpad ke-2 Sistem Produksi Berbasis Ekosistem Lokal

Transkripsi:

ESTIMASI PRODUKSI GAS METANA DARI RUMPUT DAN TANAMAN LEGUMINOSA YANG DIUKUR SECARA IN VITRO (Estimation from methane production from grass and legumes in-vitro) Y. WIDIAWATI, M. WINUGROHO dan P. MAHYUDDIN Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 ABSTRACT Ruminant animals give contribution on green house effect due to methane emission both from rumen and feces. In the rumen, methane is produced during the fermentation of feeds in the rumen, particularly roughage diets. Methane released from the rumen indicates loss of dietary energy for the animals thus showed in efficiency of feed utilization by the animals. Roughage is the main feed for ruminant animals. Two types of roughages are grass and leguminous tree/shrubs. The main roughages in Indonesia are elephant grass and leguminous shrub, namely Gliricidia, Leucaena, and Calliandra. They were used in the experiment to estimate the amount of methane produced during fermentation in the rumen. The experiment was undertaken by using in vitro technique with 48 hours of incubation time. Roughage feeds used in the experiment were oven dried (60 o C). Methane produced in the rumen was estimated by using data on volatile fatty acids concentration, particularly three main acids, namely acetic acid, propionic acid and butyric acid. The results of experiment showed that from each mg of organic matter degraded in the rumen, methane produced from Elephant grass was higher (0.20 mole) compared to those produced in Gliricidia (0.07 mole); Leucaena (0.09 mole) and Calliandra (0.13 mole) (P > 0.05). It can be concluded that methane produced during rumen fermentation of leguminous tree/shrubs was lower than those produced from grass. Key Words: Elephant Grass, Gliricidia, Leucaena, Calindra, VFA, Methane ABSTRAK Ternak ruminansia turut berperan dalam peningkatan green house effect karena produksi gas metana yang dihasilkan selama proses fermentasi pakan berserat di dalam rumen. Produksi gas metana dalam rumen merupakan kehilangan energi dan tidak efisiennya penggunaan pakan oleh ternak. Hijauan merupakan sumber pakan utama ternak ruminansia. Sumber hijauan dapat berupa rumput / bahan lain yang mengandung serat tinggi maupun tanaman lain yang berserat rendah tetapi mengandung protein tinggi. Dua jenis hijauan yaitu rumput yang diwakili oleh Rumput Gajah dan tanaman leguminosa yang diwakili oleh Gliricidia, Leucaena dan Kaliandara digunakan dalam pengujian untuk mengestimasi produksi gas metana dalam rumen. Pengujian dilakukan secara in vitro selama 48 jam masa inkubasi. Hijauan yang diuji dalam bentuk kering oven dan telah digiling. Jumlah gas metana yang dihasilkan diestimasi dengan menggunakan rumus dan menggunakan data produksi asam lemak terbang yaitu asam asetat, asam propionat dan asam butirat. Hasil pengujian menunjukkan bahwa rumput Gajah memproduksi gas metana lebih banyak dibandingkan dengan tanamam leguminosa. Dari setiap mg bahan organik yang tercerna di dalam rumen, rumput Gajah menghasilkan lebih banyak gas metana (0,20 mole) (P > 0,05) dari pada yang dihasilkan oleh Gliricidia (0,07 mole); Leucaena (0,09 mole) dan Kaliandra (0,13 mole). Dapat disimpulkan bahwa produksi gas metana yang dihasilkan selama proses ferementasi dalam rumen dari tanaman leguminosa lebih rendah dibandingkan dengan rumput. Kata Kunci: Rumput Gajah, Gliricidia, Leucaena, Kalindra, VFA, Metana 131

PENDAHULUAN Gas metana yang dikeluarkan dari ternak ruminansia mempunyai dampak negatif baik terhadap lingkungan maupun ternaknya sendiri. Gas metana yang diproduksi dalam rumen merefleksikan kehilangan energi pakan yang dikonsumsi ternak yang mengindikasikan rendahnya efisiensi penggunaan pakan oleh ternak (BAKER, 1999). Berkaitan dengan lingkungan, maka produksi gas metana dari ternak ruminansia memberikan kontribusi terhadap green house effect (JOBLIN, 1999). Oleh karena itu penurunan produksi gas metana dalam rumen sangat besar peranannya dalam penyelamatan dunia dari efek negatif rumah kaca dan juga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan dalam upaya meningkatkan produktivitas ternak. Selama proses fermentasi pakan di dalam rumen akan dihasilkan beberapa jenis gas dengan persentase yang berbeda. Jumlah gas yang terbanyak dihasilkan adalah CO 2, kemudian diikuti oleh CH 4, N 2, H 2 S, H 2 dan O 2. Proporsi dari masing-masing gas sangat tergantung dari jenis ternak, jenis pakan dan waktu setelah diberi pakan. Sebagai contohnya, produksi gas yang dihasilkan dalam cairan rumen domba yang diberi makan hay dan diukur antara jam ke 4 sampai 8 setelah diberi pakan adalah CO 2 sebanyak 63 65%; kemudian diikuti oleh CH 4 sebanyak 27 29%; N 2 sebanyak 6,7%; H 2 S + H 2 sebanyak 2,3% dan O 2 sebanyak 1% (CHURCH, 1976). Produksi gas metana sangat erat kaitannya dengan produksi gas CO 2 dan dua jenis asam lemak terbang yaitu asam asetat dan asam butirat. Dalam pembentukan gas metana, bakteri methanogenes secara intensif akan menggunakan H 2 yang diperoleh dari format dan dari asam asetat dan butirat (CHURCH, 1976). Sedangkan asam propionat adalah satusatunya asam lemak terbang yang tidak ada kaitannya dengan produksi gas metana. Gas CO 2 dihasilkan pada saat produksi asam asetat, sehingga pakan yang banyak menghasilkan asam asetat akan menghasilkan banyak CO 2. Hal ini mengindikasikan bahwa komposisi asam lemak terbang yang dihasilkan selama proses fermentasi pakan di dalam rumen akan sangat berpengaruh terhadap produksi gas metana. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap produksi dan komposisi asam lemak terbang adalah fraksi dari tanaman yang di fermentasi di dalam rumen. Fraksi yang mudah larut akan difermentasi dengan cepat sehingga ph rumen turun sampai di bawah 6. Kondisi ini akan menstimulasi pertumbuhan bakteri penghasil asam propionat dan sebaliknya menghambat pertumbuhan bakteri penghasil asam asetat (DOUGHERTY, 1984). Fraksi dinding sel difermentasi dengan lambat sehingga ph rumen berada di kisaran 6 7 yang merupakan ph yang baik untuk pertumbuhan bakteri penghasil asam asetat. Dua jenis pakan hijauan yaitu rumput dan tanaman leguminosa mempunyai perbedaan dalam hal kandungan kedua fraksi tersebut (SALAWU et al., 1999; KARIUKI et al., 2001; AHNL et al., 1989; CHADHOKAR, 1982). Fermentasi kedua jenis pakan di dalam rumen akan memberikan pola produk akhir yang berbeda pula, khususnya yang berkaitan dengan produksi gas metana. Produksi gas metana selama proses fermentasi bahan pakan dalam rumen dapat diestimasi dari produksi asam lemak terbang. MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan secara in vitro dengan menggunakan metoda dari THEODOROU dan BROOKS (1990). Sampel yang digunakan sebagai substrat yang diuji adalah daun leguminosa Gliricidia, Leucaena dan Kaliandra serta Rumput Gajah yang telah dikering oven pada suhu 60 C dan digiling. Sebanyak masing-masing 1 gram sampel dimasukkan dalam setiap botol in vitro yang telah berisi 96 ml larutan basal. Masing-masing sample diulang 5 kali (STEEL dan TORRIE, 1980). Setiap botol kemudian diinukolasi dengan sumber mikroba yang berasal dari cairan rumen domba yang telah diberi makan campuran antara Rumput Gajah dan tiga jenis leguminosa Kaliandra, Gliricidia dan Leucaena dengan perbandingan 60 : 40 dalam bahan kering. Cairan rumen di ambil 5 jam setelah ternak diberi makan di pagi hari. Lamanya masa inkubasi adalah 48 jam, dengan masa pengamatan dilakukan pada interval waktu 2, 6, 12, 18, 24, 36, dan 48 jam setelah masa inkubasi terhadap jumlah bahan organik 132

tercerna dan estimasi produksi gas metana per unit bahan organik tercerna. Produksi gas metana diestimasi dari konsentrasi asam lemak terbang (VFA) parsial yang meliputi konsentrasi asam asetat, asam propionate dan asam butirat. Analisa konsentrasi asam lemak terbang dilakukan dengan menggunakan Gas Liquid Chromatography (GLC, HEWLETT PACKARD, 3700, USA). Jumlah bahan organik tercerna dianalisa dengan menyaring bahan sampel yang telah diinkubasi dalam setiap masa inkubasi untuk menghitung sisa bahan kering dan bahan organik. Jumlah bahan organik tercerna dihitung dengan rumus: Bahan organik tercerna (mg) = BO sampel awal (mg) BO sisa dalam botol inkubator (mg) Penghitungan produksi gas metana dilakukan dengan menggunakan data dari konsentrasi asam lemak terbang yaitu konsentrasi dari tiga komponen utama yaitu asam asetat, asam butirat dan asam propionat. Estimasi produksi gas metana dihitung dengan menggunakan rumus dari OWENS dan GOETSCH (1988), yaitu: CH4 = 0,5 [asetat] + 0,5 [butirat] 0,25 [propionat] [asetat]: konsentrasi asam asetat [butirat]: konsentrasi asam butirat [propionat]: konsentrasi asam propionat HASIL DAN PEMBAHASAN Konsentrasi asam lemak terbang dalam media in vitro dari setiap jenis pakan diuji yang diamati selama masa inkubasi 48 jam ditampilkan pada Tabel 1. Data ini selanjutnya digunakan sebagai faktor dalam rumus untuk menghitung estimasi produksi gas metana dalam proses fermentasi pakan diuji dalam rumen. Diantara keempat pakan yang diuji, maka Rumput Gajah menghasilkan asam lemak terbang yang lebih tinggi per unit bahan organik yang tercerna. Diantara ketiga legumionosa, maka Gliricidia menghasilkan asam lemak terbang yang tertinggi per unit bahan organik tercerna, kemudian diikuti oleh Kaliandra dan Leucaena. Sedangkan proporsi dari masing-masing komponen utama asam lemak terbang, yaitu asam asetat, asam propionat dan asam butirat selama masa inkubasi 48 jam di tampilkan pada Tabel 2. Data yang ditampilkan merupakan rata-rata dari proporsi ketiga asam lemak terbang yang diamati di setiap masa inkubasi yaitu 2, 6, 12, 18, 24, 36 dan 48 jam. Tabel 2. Rataan proporsi dari asam asetat, asam propionat dan asam butirat dari total asam lemak terbang yang dihasilkan per mg bahan organik yang tercerna selama 48 jam masa inkubasi Asetat (%) Propionat (%) Butirat (%) Rumput Gajah 70,3 21,5 8,2 Gliricidia 61,5 32,5 6,0 Leucaena 63,5 27,5 9,0 Kaliandra 65,0 23,0 12,0 Dilihat dari proporsi asam lemak terbang yang dihasilkan, maka terlihat perbedaan yang cukup besar antara jenis pakan yang berbeda. Untuk Rumput Gajah, asam asetat dihasilkan dengan proporsi > 70%, sedangkan untuk tanaman leguminosa proporsi asam asetat hanya sekitar 61,5 65%. Proporsi propionat pada Gliricidia yang terbesar yaitu 32,5% dibandingkan dengan ketiga pakan lainnya yang berkisar di antara 21,5% sampai 27,5%. Tabel 1. Konsentrasi total asam lemak terbang (mm) per mg bahan organik yang tercerna dari setiap waktu pengamatan dalam periode 48 jam masa inkubasi Waktu pengambilan sampel selama 48 jam masa inkubasi (jam) 2 6 12 18 24 36 48 Rumput Gajah 0,030 0,023 0,015 0,0135 0,010 0,0115 0,0085 Gliricidia 0,012 0,0120 0,008 0,0075 0,008 0,0056 0,0055 Leucaena 0,0075 0,010 0,010 0,009 0,0065 0,007 0,008 Kaliandra 0,0076 0,0125 0,012 0,010 0,010 0,0085 0,008 133

Hasil penghitungan produksi gas metana berdasarkan rumus OWENS dan GOETSCH (1988) dengan menggunakan data-data konsentrasi asam lemak terbang parsial yaitu asam asetat, asam propionat dan asam butirat ditampilkan pada Gambar 1. Estimasi produksi gas metana dari Rumput Gajah sangat nyata lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga tanaman lainnya terutama selama 6 jam masa inkubasi. Penurunan produksi gas metana pada masa inkubasi 12 sampai 48 jam terjadi sangat drastis. Pada ketiga tanaman leguminosa pola produksi gas metana relatif sama selama 48 jam masa inkubasi. Namun dari segi jumlah, maka Gliricidia memproduksi gas metana yang terendah selama periode 48 jam, kemudian diikuti oleh Leucaena dan yang tertinggi adalah Kaliandra. Rata-rata produksi gas metana per unit bahan organik tercerna selama masa inkubasi 48 jam dari keempat pakan yang diuji ditampilkan pada Tabel 3. Pada Rumput Gajah, dari setiap 1 mg bahan organik tercerna maka dihasilkan 0,20 mole gas metana. Jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang diproduksi oleh tanaman leguminosa yaitu sekitar 0,07 sampai 0,13 mole dari setiap 1 mg bahan organik tercerna di dalam rumen (P < 0,05). Diantara ketiga jenis leguminosa, maka Kaliandra yang menghasilkan gas metana terbanyak dari setiap 1 mg bahan organik tercerna (P < 0,05). Sedangkan untuk tanaman Gliricidia dan Leucaena memproduksi gas metana yang relatif sama (P > 0,05). Tabel 3. Rataan estimasi produksi gas metana per mg bahan orgnaik tercerna yang diamati selama 48 jam masa inkubasi Jenis sampel tanaman Rumput Gajah Gliricidia Leucaena Kaliandra Estimasi produksi gas metana (mole/mg BO tercerna) 0,20 a 0,07 c 0,09 c 0,13 b Produksi gas metana sangat erat hubungannya dengan jumlah asam asetat dan asam butirat yang dihasilkan selama masa fermentasi pakan di dalam rumen, namun tidak berhubungan dengan produksi asam propionate. Hal ini disebabkan karena gas metana yang dihasilkan sangat tergantung kepada ketersediaan H 2 dan CO 2 di dalam rumen yang dilepaskan saat terjadi produksi asam asetat dan butirat selama proses fermentasi pakan dalam rumen. Berbeda halnya dengan produksi asam propionate yang tidak disertai dengan produksi H 2 dan CO 2 (CHURCH, 1976). 0,5 0,45 0,4 0,35 0,3 0,25 0,2 0,15 0,1 0,05 Gambar 1. Profile estimasi produksi gas metana dari Rumput Gajah (RG), Gliricidia (Gli), Leucaena (Leu) dan Kaliandra (Kal ) selama masa inkubasi 48 jam 134

Hasil pengujian in vitro, mengindikasikan bahwa estimasi produksi gas metana yang tinggi pada rumput Gajah (0,20 mole/mg BO tercerna) disebabkan karena proporsi asam asetat dan asam butirat, sebagai penyedia H 2 dan CO 2, yang dihasilkan cukup tinggi yaitu sebesar 78,5%. Pada Gliricidia dan Leucaena, proporsi asam asetat dan butirat berkisar antara 67,5 72,5% sehingga produksi gas metana menjadi lebih rendah (0,07 0,09 mole/mg BO tercerna) dibandingkan pada Kaliandra (0,13 mole/mg BO tercerna) dengan proporsi asam asetat dan asam butirat sebesar 77%, hampir mendekati rumput Gajah. Nampaknya produksi asam propionat yang lebih tinggi pada Gliricida dan Leucaena (27,5 32,5%) dibandingkan pada Kaliandra (23%) dan rumput Gajah (21,5%) mengurangi dilepaskannya H 2 dan CO 2, sehingga mengurangi pembentukan gas metana oleh bakteri dari kelompok Methanogenes (BAKER, 1999). Pola produk hasil akhir fermentasi pakan dalam rumen sangat tergantung kepada komposisi dari pakan itu sendiri. Rumput Gajah memiliki fraksi dinding sel yang lebih banyak 60 75% (KARIUKI et al., 2001) dibandingkan dengan dengan tanaman leguminosa (31 47 %; Salawu, et al., 1999; Ahnl, et al. 1989; dan Chadokar, 1982). Dimana proses fermentasi fraksi dinding sel ini akan menghasilkan banyak asam asetat (DOUGHERTY, 1984). Hasil pengujian menunjukkan bahwa rumput Gajah yang mengandung lebih banyak dinding sel (> 60%) dibandingkan dengan isi sel (< 40%) menghasilkan porsi asam asetat dan gas metana yang tinggi. Di lain pihak tanaman leguminosa yang mengandung isi sel yang lebih banyak (> 53%) dibandingkan dengan dinding sel (< 47%) menghasilkan porsi asam propionat lebih tinggi dibandingkan dengan rumput Gajah sehingga menghasilkan gan metana yang lebih rendah. Diantara ketiga tanaman leguminosa, Kaliandra memiliki dinding sel dengan kisaran 31 60%, sedangkan Gliricida dan Leucaena berkisar antara 31 47%. Hal ini berpengaruh terhadap produk asam asetat dan gas metana. Dimana gas metana yang dihasilkan selama proses fermentasi Kaliandra lebih tinggi (0,13 mole) dibandingkan dengan Gliricidia (0,07 mole) dan Leucaena (0,09 mole) dari setiap mg bahan organik tercerna. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa tanaman leguminosa yang mengandung protein tinggi dan berkualitas baik menghasilkan lebih sedikit gas metana dibandingkan dengan pakan yang lebih banyak mengandung serat (rumputrumputan). Oleh karena itu, penambahan tanaman leguminosa dalam formulasi pakan ternak ruminansia dapat mengurangi kandungan serat pakan tetapi meningkatkan kandungan protein pakan sehingga dapat mengurangi produksi gas metana. Hal positif yang didapat apabila dilakukan subtitusi rumput /yang berserat tinggi dengan leguminosa/hijauan berserat rendah tetapi mengandung protein tinggi adalah menurunnya produksi gas metana sehingga kontribusi gas metana dari ternak ruminansia terhadap perusakan lingkungan/rumah kaca lebih sedikit. Hal lainnya adalah dapat mengurangi kehilangan energi pakan yang terbuang lewat produksi gas metana sehingga meningkatkan efisiensi penggunaan pakan oleh ternak. KESIMPULAN Hasil pengujian in vitro dapat disimpulkan bahwa bahwa estimasi produksi gas metana selama proses fermentasi di dalam rumen dari tanaman leguminosa yaitu Gliricidia (0,07 mole/mg BO tercerna), Leucaena (0,09 mole/mg BO tercerna), dan Kaliandra (0,13 mole/mg BO tercerna), lebih rendah dibandingkan pada rumput Gajah (0,20 mole/mg BO tercerna). DAFTAR PUSTAKA AHN, J. H., B. M. ROBERTSON, R. ELLIOT, R. C. GUTTERIDGE and C. W. FORD. 1989. Quality assessment of tropical browse legumes: Tannin content and protein degradation. Anim. Feed Sci. Technol. 27: 147 156. BAKER, S.K. 1999. Rumen methanogens and inhibition of methanogenesis. Aust. J. Agric. Res. 50: 1293 1298. CHADHOKAR, P.A. 1982. Gliricidia maculata - Promising Legume Fodder Plants. World Anim. Rev. 44: 36 43. 135

CHURCH, D.C. 1976. Digestive Physiology and Nutrition of Ruminants. Oxford Press, Oregon. DOUGHERTY, R.W. 1984. Physiology of the ruminant digestive tract. In: Duke's Physiology of Domestic Animals. SWENSON, M. (Ed.) Cornell Univ Press, New York. p. 351 358. HEGARTY, R.S. 1999. Mechanism for competitively reducing ruminal methanogenesis. Aust. J. Agric. Res. 50: 1299 1305. JOBLIN, K.N. 1999. Ruminal acetogenes and their potential to lower ruminant methane emissions. Aust. J. Agric. Res. 50: 1307 1313. KARIUKI, J.N., S. TAMMINGA, C. K.B. GACHUIRI, G.K. GITAU and J.M.K. MUIA. 2001. Intake and Rumen Degradation in Cattle Fed Napier Grass (Pennisetum purpureum) Supplemented with Various Levels of Desmodium intortum and Ipomoea batatus Vines. South African J. Anim. Sci. 31: 149 157. OWENS, F.N. and A.L. GOETSCH. 1988. Ruminal fermentation. In: Church, D.C. (Ed.) The Ruminal Animals, Digestive Physiology and Nutrition. Prentice Hall, New Jersey. pp. 145 171. SALAWU, M.B., T. ACAMOVIC, C.S. STEWART and R.L. ROOTHAERT. 1999. Composition and Degradability of Different Fractions of Calliandra Leaves, Pods and Seeds. Anim. Feed Sci. Technol. 77: 181 199. STEEL, R.G.D. and J.H. TORRIE. 1980. Principles and Procedures of Statistics: A Biometrical Approach. Second Edition McGraw-Hill Book Company, London. 633 p. THEODOROU, M.K. and A.E. BROOKS. 1990. Evaluation of a New Procedure for Estimating the Fermentation Kinetics of Tropical Feeds. The Natural Resources Institute, Ctatham. 136