BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. baik fisik, psikologis, intelektual maupun sosial. Baik buruknya perkembangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa. Sebesar 63,4 juta jiwa diantaranya

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi yang terunggul dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun tersebut usia produktif penduduk Indonesia paling banyak dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO PUSKESMAS KEDUNDUNG Jl. BY PASS KEDUNDUNG, TELP.(0321) MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN JALAN PULAU MOYO NO 63A PEDUNGAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan. Kemitraan Kementerian Kesehatan hasil Riset Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap seksualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak-anak menuju ke jenjang masa

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. serta proses-prosesnya, termasuk dalam hal ini adalah hak pria dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat (Sarwono, 2001)

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

KULONPROGO BANGKIT TANGGULANGI AIDS

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Seks bebas adalah hubungan seksual terhadap lawan jenis maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI DESA MARGOSARI KECAMATAN LIMBANGANKABUPATEN KENDAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Internasional Kependudukan dan Pembangunan (International. berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya

BAB I PENDAHULUAN sebanyak 1,1 juta orang (WHO, 2015). menurut golongan umur terbanyak adalah umur tahun dengan

BETAPA SERIUSNYA PERMASALAHAN REMAJA KITA

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Program For Appropriate Technology in Health (PATH, 2000)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Proses pola asuh orangtua meliputi kedekatan orangtua dengan remaja,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

Transkripsi:

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan fase terjadinya pertumbuhan dan perkembangan baik fisik, psikologis, intelektual maupun sosial. Baik buruknya perkembangan remaja lingkungan ikut andil memberikan kontribusi, baik lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat termasuk teman sebaya. Wirdhana dkk (2012: 15) masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami beberapa perubahan yaitu dalam aspek jasmani, rohani, sosial, emosional dan personal. Akibat berbagai perubahan tersebut, remaja juga akan mengalami perubahan tingkah laku yang dapat menimbulkan konflik dengan orang di sekitarnya, seperti konflik dengan orangtua atau lingkungan masyarakat setempat. Konflik tersebut terjadi karena akibat adanya perbedaan sikap, pandangan hidup, maupun norma yang berlaku di masyarakat. Keadaan ini dapat mendatangkan konflik apabila keputusan yang diambil tidak tepat. Sehingga remaja dapat jatuh ke dalam perilaku beresiko baik masalah fisik atau psikososial. Menurut Susilastuti (2014) Indonesia lima tahun lalu masuk dalam 10 besar Negara pengakses situs pornografi di dunia maya. Bahkan oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika, setiap tahun peringkat tersebut selalu meningkat. Pranawati (2014) menguatkan salah satu dampak kekerasan seksual meningkat adalah akibat menonton pornografi. 1

2 Menurut Sarah (2012) kehidupan pada masa remaja diwarnai banyak hal pertumbuhan, perubahan, munculnya berbagai kesempatan dan menghadapi resiko termasuk resiko kesehatan. Masalah kesehatan pada remaja merupakan masalah yang serius, terutama banyaknya kasus-kasus akibat perilaku seksual yang menyimpang. Seperti yang diberitakan di media masa. Angka kriminalitas yang tinggi terutama terkait dengan perkosaan, pornografi dan pacaran yang mengkhawatirkan. Data Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia dalam SDKI 2012 tentang perilaku pacaran yang kebablasan menunjukkan bahwa beberapa perilaku berpacaran remaja yang belum menikah antara lain, sebanyak 29,5 persen remaja pria dan 6.2 persen wanita pernah meraba atau merangsang pasangannya, sebanyak 48,1 persen remaja laki-laki dan 29,3 persen remaja wanita berciuman bibir, sebanyak 79,6 persen remaja pria dan 71,6 persen wanita pernah berpegangan tangan dengan pasangannya. Selain itu diketahui, umur berpacaran untuk pertama kali paling banyak adalah 15-17 tahun, yaitu 45,3 persen remaja pria dan 47,0 persen remaja wanita. Dari seluruh usia yang disurvei yakni 10-24 tahun, dan hanya 14,8 persen mengaku belum pernah pacaran sama sekali ( Aisyiyah, 2014). Selain hal tersebut di atas, Muthmainnah (2013) mengatakan bahwa masalah kesehatan yang dihadapi remaja di Indonesia antara lain meningkatnya jumlah remaja dengan HIV/AIDS, Infeksi Menular Seksual (IMS), Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) dan penyalahgunaan NAPZA. Menurut data Bappenas, UNFPA dan BKKBN Tahun 2010 diketahui bahwa separuh dari 63 juta jiwa

3 remaja berusia 10-24 tahun di Indonesia rentan perilaku tidak sehat. Salah satu yang paling menonjol di kalangan remaja saat ini adalah masalah seksualitas Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), aborsi, infeksi menular seksual serta penyalahgunaan narkoba. Menurut Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) DIY, data HIV/AIDS wilayah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman sepanjang tahun 2013 menjadi wilayah paling tinggi dalam kasus penggunaan narkotika dan obat terlarang dibanding daerah lain di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil riset Komisi Penanggulangan AIDS DIY tahun 2014, Kota Yogyakarta menduduki peringkat tertinggi dari ke-empat daerah dengan jumlah penderita sebanyak 774 orang. Berikutnya disusul Sleman 639 orang, Bantul 560 orang, Gunung Kidul berjumlah 137 orang dan Kulonprogo dengan jumlah 123 orang. Kegagalan remaja dalam mengatasi konflik, karena mengikuti egonya dapat menimbulkan berbagai masalah seperti HIV/AIDS dan narkoba, kehamilan tidak diinginkan, penyakit menular seksual, termasuk masalah ini muncul diberbagai penelitian disebabkan oleh sumber informasi yang tidak benar. Seperti teman sebaya dan media yang kemudian berdampak pada pengetahuan yang tidak benar (Tribunnews.com dan nasional.tempo.com). Penyebab tingginya perilaku berisiko pada remaja dapat dikarenakan minimnya pengetahuan tentang kesehatan, keterampilan, sikap dan perilaku remaja terhadap kesehatannya serta kurangnya informasi yang tepat dan benar. Minimnya informasi dan pengetahuan tentang kesehatan baik fisik, mental dan spiritual menyebabkan remaja rentan dengan masalah. Sementara fasilitas layanan

4 konseling dan kesehatan reproduksi bagi remaja masih sulit diakses. Tersediannya layanan kesehatan juga belum bisa berperan maksimal. Dalam konteks ini Pengetahuan seputar kesehatan remaja sangat penting untuk diperoleh remaja. Adanya pengetahuan yang komprehensif terkait kesehatan, remaja akan dapat mengontrol dirinya dengan baik dan mampu mencegah diri dari sakit baik lahir maupun batin. Aisyiyah (2012) mengatakan bahwa para remaja sangat ingin mendapatkan informasi kesehatan reproduksi secara komprehensif. Remaja berharap mendapatkan informasi dari Puskesmas. Namun citra Puskesmas di mata remaja hanya diperuntukkan untuk layanan pemeriksaan bukan layanan konseling, Puskesmas masih identik dengan tempat pemeriksaan Ibu dan Anak. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Puskesmas untuk dapat memberikan pelayanan khusus pada remaja. Sementara perilaku tidak sehat pada masa remaja akan berdampak pada status kesehatan pada tahapan usia selanjutnya. Kondisi ini menunjukkan besarnya masalah kesehatan pada remaja masa kini yang membutuhkan penanganan serius dari berbagai pihak. Masalah remaja sangat kompleks, selain tersebut di atas, mental remaja juga sebagian besar kurang stabil, remaja cenderung tergantung dengan orang lain dan teman sebaya, sehingga bisa mendorong remaja salah mengambil keputusan dalam bersikap. Salah satu penyebabnya adalah kemandirian remaja yang belum optimal dalam mengambil keputusan dan bersikap. Pasudewi (2012) menyebutkan remaja yang kurang mandiri akan kesulitan dalam menyelesaikan masalah berbagai permasalahan dalam hidupnya karena tidak memiliki kebebasan dalam

5 bertindak serta tidak progresif sehingga remaja cenderung bersikap pasif, tanpa inisiatif untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dan cenderung bergantung pada orang lain. Teman sebaya dipilih remaja sebagai tempat berbagi dan dianggap memiliki cara penyelesaian yang baik sesuai dengan yang dikehendakinya. Teman sebaya dan seseorang di sekitarnya berpengaruh sangat kuat pada diri remaja, semua saran, pendapat, dan ajakan oleh temannya selalu diikuti, termasuk mengikuti kegiatan baik di sekolah ataupun di luar sekolah. Pengabaian dan penolakan dari teman sebaya juga dapat mengakibatkan para remaja merasa kesepian dan timbul rasa permusuhan yang selanjutnya berhubungan dengan kesehatan mental individu dan masalah kriminal (Suwarjo, 2008). Hal ini dapat menjadikan remaja kurang mandiri dalam mengambil keputusan dalam bersikap. Jika remaja memiliki kemandirian yang baik. maka akan dapat menumbuhkan sikap yang tangguh dan kuat sehingga akan dapat terwujud ketahanan pribadi remaja yang baik. Kondisi yang demikian memerlukan adanya penanganan serius dengan segera dan sungguh-sungguh. Perlu adanya ruang bagi remaja untuk mengakses informasi seputar keremajaan dan kesehatan agar dapat menjadi bekal bagi remaja dalam menyikapi konflik yang muncul pada dirinya. Dengan demikian remaja akan mampu menyikapi konfliknya dengan baik, tepat, kuat dan berdaya. Untuk mewujudkanya remaja sehat, tangguh, teguh pendirian, optimis, percaya diri, mampu mengontrol diri, memiliki empati dan aktif dalam berperandi lingkunganya, diperlukan suatu upaya-upaya menuju terapainya tujuan yang diinginkan. Upaya ini tentu tidak lepas dari peran serta pemerintah, instansi dan

6 masyarakat dalam mengembangkan potensi remaja dan perkembangan remaja baik dari segi kecerdasan, keterampilan maupun mental demi terciptanya remaja Indonesia yang sehat fisik dan mental yang kuat, sehingga menjadi generasi pewaris, penerus cita-cita bangsa, serta pewaris pembangunan yang percaya diri dan memiliki ketahanan pribadi yang baik sebagai kader pimpinan bangsa, pelopor dan penggerak pembangunan Indonesia yang produktif di masa depan. Soedarsono (1997) ketahanan pribadi suatu bangsa merupakan bentuk sikap suatu bangsa yang mencerminkan sikap ketangguhan dan keuletan. Oleh Marthani (2014) dikatakan bahwa ketahanan nasional dapat terwujud apabila ditopang oleh pribadi-pribadi tangguh. Pribadi yang tangguh akan dapat mempengaruhi ketahanan pribadi remaja menjadi baik. Dalam pribadi yang tangguh terdapat keuletan dan kejuangan, sehingga sesorang dapat mengatasi tantangan, ancaman, hambatan, gangguan baik dalam diri maupun dari luar pribadi, baik langsung maupun tidak langsung. Ketahanan pribadi sesorang sangat dibutuhkan guna terwujudnya ketahanan Nasional suatu bangsa. Ketahanan pribadi suatu bangsa tidak lepas dari kualitas sumberdaya manusianya. Salah satu sember daya manusianya yaitu remaja, yang merupakan pioner, agen of change bagi suatu Negara. Dalam sejarah Indonesia tercatat remaja punya andil besar dalam mewujudkan kemerdekaan bangsa dan kemajuan bangsa Indonenesia. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya, Kementrian Kesehatan RI (2010) mengatakan bahwa untuk mewujudkan remaja yang sehat, tangguh, dan produktif serta mampu bersaing, tentunya diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan dan membina kesehatan remaja yang melibatkan semua pihak

7 termasuk orang tua, sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah sejak tahun 2003 yang dimotori oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia yaitu mengembangkan model pelayanan kesehatan yang disebut dengan pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR). Program PKPR merupakan model pelayanan kesehatan baik fisik maupun mental, yang ditujukan dan akan dapat dijangkau oleh remaja, menyenangkan, dan memenuhi kebutuhan sesuai selera remaja. Program PKPR ini sangat strategis karena sesuai kebutuhan dan hak remaja untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara maksimal. PKPR dapat dilaksanakan di Puskesmas, Rumah sakit atau tempat-tempat dimana remaja berkumpul termasuk di Sekolah atau lainnya (Kementrian Kesehatan RI, 2010) Melalui program PKPR diharapkan remaja mampu mengembangkan dirinya dengan baik, meningkatkan pengetahuan khususnya tentang kesehatan remaja dan menjaga kesehatan diri dalam rangka mewujudkan remaja yang sehat dan hebat. Yaitu remaja yang sehat dan tangguh dalam menjalani kehidupannya sebagaimana harapan bangsa remaja mampu menjadi pioner generasi masa depan, agen perubahan, serta mampu mengontrol dirinya dari segala tantangan, menjadi remaja yang berkarakter tangguh dan memiliki katahanan pribadi yang baik. Informasi adanya program PKPR di Puskesmas belum banyak diketahui remaja secara luas sehingga perlu adanya perhatian berbagai pihak. Keberadaan Puskesmas PKPR di Indonesia masih terbatas, termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kementrian Kesehatan DIY mendorong Puskesmas untuk melaksanakan dan mengembangan serta mengoptimalisasikan pelaksanaan

8 program PKPR di Yogyakarta. Termasuk salah satunya pelaksanaan program PKPR di Puskesmas Gondokusuman II Kota Yogyakarta sebagai Puskesmas Percontohan di Kota Yogyakarta. Meskipun pelaksanaan program PKPR di Puskesmas belum menjadi prioritas, akan tetapi isu kesehatan remaja dalam program PKPR ini sangat penting untuk mendapatkan perhatian khusus dalam mewujudkan remaja yang sehat baik lahir maupun batin. Untuk menjadikan remaja yang sehat fisik, psikis dan rohaninya dalam mengatasi permalahan dan perilaku berisiko yang muncul pada diri remaja, perlu ada upaya khusus, sebagiamana upaya yang telah dilakukan Kementrian Kesehatan RI melalui adanya program pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) yang dilaksanakan di Puskesmas. Puskesmas diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada remaja sesuai dengan kebutuhannya sehingga dapat mewujudkan remaja yang sehat dan tangguh. Apabila remaja Indonesia sehat akan dapat memberikan kontribusi peningkatan kualitas kesehatan sumber daya manusia Indonesia. Hal tersebut di atas, yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pelaksanaan Program Pelayanan Kesehatan Peduli remaja dalam mendukung Katahanan Pribadi Remaja Studi Pada Puskesmas Gondokusuman II Di Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Provinsi DIY.

9 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan menjadi dua rumusan masalah penelitian, yaitu: 1.2.1 Bagaimana pelaksanaan program pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) di Puskesmas Gondokusuman II, Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta? 1.2.2 Bagaimana pelaksanaan program pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) dalam mendukung ketahanan pribadi remaja peserta program PKPR Puskesmas Gondokusuman II di Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta? 1.3 Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran peneliti, penelitian mengenai program pelayanan kesehatan peduli remaja ini pernah dilakukan oleh peneliti lain, tetapi dalam lokus dan objek material yang berbeda. Adapun penelitian yang dimaksud adalah sebagai berikut. Pertama, Pertama, Penelitian program kesehatan oleh Muflihati (2005) tentang pelaksanaan program pendidikan kesehatan reproduksi remaja berbasis sekolah studi kasus program penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi remaja di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Penelitiaanya menunjukkan proses pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi remaja berbasis sekolah (KRR) merupakan salah satu upaya untuk memberikan informasi kepada remaja tentang perkembangan seksualitas dan reproduksinya secara sehat baik fisik, psikologis

10 maupun sosial. Program KRR juga sebagai upaya pencegahan timbulnya masalahmasalah seksualitas remaja seperti Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV/AIDS dan sekolah dianggap sebagai setting tempat yang tepat bagi program pendidikan KRR. Isu penelitian ini senada namun belum mengkaji pengaruhnya kepada individu. Sedangkan peneliti pada penelitian ini ingin mengkaji pelaksanaan program PKPR dalam mendukung ketahanan pribadi remaja. Kedua, penelitian oleh Suhariati (2010) tentang analisis beberapa faktor yang mempengaruhi implementasi program PKPR di Puskesmas Wilayah Kediri. Penelitian ini memiliki persamaan dalam konteks program PKPR. Tujuan penelitian Suhariati menganalisis beberapa faktor yang mempengaruhi implementasi program PKPR di Puskesmas wilayah Kabupaten Kediri, sedangkan peneliti bertujuan mengkaji pelaksanaan program PKPR dalam mendukung ketahanan pribadi remaja. Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Sarah (2012) tentang implementasi program kesehatan peduli remaja di Puskesmas Sumbawa Barat. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program PKPR. Hasilnya menunjukkan implementasi program PKPR belum berjalan maksimal. Persamaan penelitian ini adalah pada fokus penelitian tentang program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Namun penelitian ini hanya focus pada implementasi program PKPR. Sementara peneliti mengembangkan pada pelaksanaan program PKPR kaitannya dalam mendukung ketahanan pribadi remaja.

11 Keempat, penelitian tentang efektivitas support group therapy dalam meningkatkan resiliensi warga binaan wanita kasus narkotika oleh Helmaleni (2012). Penelitian bertujuan untuk melihat efektivitas support group therapy terhadap resiliensi warga binaan wanita. Penelitian ini menunjukkan secara umum subjek yang diteliti telah memiliki kemampuan resiliensi yang baik. Suport group therapy terbukti efektif dalam meningktan resilensi warga binaan wanita kasus narkotika. Penelitian ini memiliki kesamaan sama-sama meneneliti tentang resilensi atau ketahanan pribadi remaja. sementara peneliti menyoroti pelaksanaan program PKPR dalam mendukung ketahanan pribadi remaja. Berdasarkan temuan peneliti, penelitian mengenai program pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) ini pernah dilakukan oleh peneliti lain, tetapi dalam fokus, dan lokus yang berbeda. Peneliti akan fokus pada pelaksanaan program pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) dalam mendukung ketahanan pribadi remaja. Lokus penelitian di Puskesmas Gondokusuman II Kota Yogyakarta. Peneliti bermaksud untuk melihat sejauhmana pelaksanaan program PKPR dengan harapan akan menjadi salah satu alternatif solusi dan kotribusi dalam mendukung ketahanan Pribadi remaja guna mewujudkan katahanan pribadi bangsa yang tangguh. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah penelitian yang dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

12 1.4.1 Mengkaji pelaksanaan program pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) di Puskesmas Gondokusuman II Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. 1.4.2 Mengkaji pelaksanaan program PKPR dalam mendukung ketahanan pribadi peserta PKPR Puskesmas Gondokusuman II di Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang diharapkan dapat diperoleh adalah sebagai berikut: 1.5.1 Manfaat Akademik Penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khazanah ilmu ketahanan Nasional khususnya ketahanan pribadi pada remaja melalui program pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR). 1.5.2 Manfaat Praktis Memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pembuat kebijakan untuk menjalankan program PKPR dalam mendukung ketahanan pribadi remaja. Bagi remaja agar dapat berguna bagi diri dalam meningkatkan kualitas ketahanan pribadinya. Bagi petugas PKPR dalam mengembangkan program PKPR yang lebih baik.