BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS TENTANG ARISAN TEMBAK DI DESA SENAYANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PUPUK DALAM KELOMPOK TANI DI DESA KALIGAMBIR KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK HUTANG PIUTANG DALAM TRADISI DEKEKAN DI DESA DURUNGBEDUG KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT dalam surat al-maidah ayat 2, sebagai berikut: saling tolong menolong dalam hal kebaikan sejalan dengan kenyataan itu

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN POTONGAN TABUNGAN BERHADIAH DI TPA AL- IKHLAS WONOREJO KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULULOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV. A. Persamaan dan Perbedaan Aplikasi Produk Talangan Haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan NUsantara Surabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB IV DENGAN UANG DI DESA LAJU KIDUL KECAMATAN SINGGAHAN KABUPATEN TUBAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN TABUNGAN PAKET LEBARAN DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB II JUAL BELI, KREDIT DAN RIBA. dahulu perlu diperjelas pengertian jual beli. Secara etimologi berarti menjual

Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO

BAB III PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB II LANDASAN TEORI PEAKSANAAN PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG DANA ZAKAT MA L DI YAYASAN NURUL HUDA SURABAYA. A. Analisis Mekanisme Hutang Piutang Dana Zakat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

MUD{A<RABAH PADA NASABAH BERMASALAH DI BMT MUDA

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT EL LABANA SERTA KAITANYA DENGAN FATWA DSN MUI NO.04 TAHUN 2000

RIBA DAN BUNGA BANK Oleh _Leyla Fajri Hal. 1

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejak itu hingga sekarang perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA TERHADAP SURABAYA. A. Analisis Berdasarkan Hukum Islam Terhadap Kontrak, Prosedur, Realisasi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DUA AKAD DALAM SATU TRANSAKSI KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN MENURUT HUKUM ISLAM

BAB V PENUTUP. 1. Akad utang sapi untuk penanaman tembakau berdasarkan ketentuan kreditur

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Islam memperkenankan negara untuk mengatur masalah perekonomian agar

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB I PENDAHULUAN. satu yang diutamakan, karena hal itu yang menentukan berhasil atau gagalnya

Kelompok Azizatul Mar ati ( ) 2. Nur Ihsani Rahmawati ( ) 3. Nurul Fitria Febrianti ( )

BAB IV. A. Analisis Tanggung Renteng Nasabah MATABACA di Beberapa Wilayah di. Implementasi tanggung renteng pada pembiayaan qard{ul h{asan di

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD KAFA<LAH BI AL-UJRAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN KAFA<LAH HAJI DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU NO 7 TAHUN 2004 TERHADAP JUAL BELI AIR IRIGASI DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

A. Analisis Mekanisme Angsuran Usaha Kecil dengan Infaq Sukarela pada Bantuan Kelompok Usaha Mandiri di Yayasan Dana Sosial Al Falah Surabaya

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Praktek Pinjam Pakai Sepeda Motor

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL

BAB I PENDAHULUAN. Muamalah adalah ketetapan-ketetapan Allah SWT yang mengatur hubungan

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan pada Perum Pegadaian Cabang Bandar Lampung

RESCHEDULING NASABAH DEFAULT PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH

MURA>BAH}AH DALAM PEMBIAYAAN USAHA PERIKANAN DI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN OBJEK DARI PRAKTIK PARON HEWAN (SAPI) DI DESA GUNUNG SERENG KECAMATAN KWANYAR KABUPATEN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN. memenuhinya, dan harus berhubungan dengan orang lain. Hubungan antara satu

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SENGKETA AHLI WARIS DALAM PENGGUNAAN TANAH YAYASAN AL-HIKMAH

BAB III. Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) bersal dari perkataan Co dan Operation yang mengandung arti kerja sama untuk

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

BAB I PENDAHULUAN. M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN UANG MUKA SEWA MOBIL PADA USAHA TRANSPORTASI MAJU JAYA DI BANYUATES SAMPANG MADURA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB 1V REASURANSI PADA TABUNGAN INVESTASI DI BANK SYARIAH BUKOPIN SIDOARJO DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

BAB I ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MULTI JASA DENGAN AKAD IJARAH DI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARI'AH (BPRS) MITRA HARMONI SEMARANG

BAB IV ANALISIS TERHADAP APLIKASI PEMBIAYAAN PLAY STATION DENGAN SISTEM MURA<BAH}AH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis terhadap praktik utang piutang berhadiah di Desa Sugihwaras Kecamatan candi Kabupaten Sidoarjo Manusia sebagai makhluk sosial dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak mungkin dapat dilakukan sendiri, namun harus diusahakan bersama-sama dan membutuhkan bantuan dari orang lain. Dan dalam memenuhi kebutuhan tersebut mendorong manusia untuk hidup secara berkelompok atau bermasyarakat. Begitu pula dengan praktik utang piutang berhadiah yang dilakukan oleh ibu-ibu PKK di lingkugan RT 12 RW 03 Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo ini yang dibentuk dengan latar belakang agar dapat membantu memenuhi kebutuhan ekonomi yang mendesak baik untuk memenuhi kebutuhan pokok maupun kebutuhan usaha yang lainnya dengan tujuan untuk saling mempererat tali persaudaraan dalam lingkungan masyarakat itu sendiri. Praktik utang piutang berhadiah ini sudah berdiri sejak tahun 2002, dan sudah berjalan selama 14 tahun, dalam kurun waktu 14 tahun tersebut anggotanya pun relatif berubah diakibatkan karena penambahan jumlah penduduk di lingkungan masyarakat tersebut yang awalnya hanya 40 orang sekarang menjadi 54 orang. 70

71 Pinjaman ini mayoritas digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang bersifat konsumtif maupun produktif, dimana dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti biaya anak sekolah dan membeli kebutuhan pokok dan juga dapat digunakan untuk modal usaha Dalam sistemnya praktik utang piutang berhadiah ini diawali dengan penanaman saham senilai Rp. 50.000,00 oleh setiap anggota dalam setiap periodenya atau selama 3 tahun sekali. Setelah itu dana saham yang telah dikumpulkan dikelola oleh pengurus untuk kemudian di salurkan lagi kepada anggotanya melalui praktik utang piutang yang dalam praktiknya utang piutang ini tidak disertai dengan pemberian jaminan karena semuanya hanya dilandasi dengan kepercayaan. Dan utang piutang ini disertai dengan tambahan 10 % dari nominal hutang pokok dan untuk pembayarannya dilakukan dengan cara diangsur selama 10 kali (10 minggu). Dari tambahan sebesar 10 % yang didapatkan tersebut setiap tahunnya akan dibagikan paket sembako untuk anggota itu sendiri dengan tidak memandang yang pernah berhutang atau tidak, tetapi dalam kisaran harga yang berbeda. Jika berhutang dengan nominal yang besar maka mendapat sembako dengan nominal harga yang tinggi dan sebaliknya jika berhutang dengan nominal yang kecil maka mendapatkan nominal harga yang lebih rendah. Dan bagi warga yang tidak berhutang akan diberi sembako dengan nominal harga yang paling rendah.

72 Dari tambahan utang piutang tersebut tidak seluruhnya dibagikan dalam bentuk sembako tetapi sebagian juga masih dihimpun untuk kelangsungan dan dapat diputarkan untuk kepentingan bersama agar dana kas tetap ada untuk dapat dimanfaatkan, namun pada akhirnya tambahan tersebut juga akan dikembalikan kembali kepada masyarakat dalam bentuk uang sesuai dengan besar kecilnya hutang pula seperti yang sudah terjadi di tahun 2012 yang lalu. Bagi masyarakat Desa Sugihwaras pengambilan tambahan dalam hutang semacam ini adalah hal yang biasa mereka lakukan dan tambahan tersebut juga pada akhirnya akan kembali kepada peminjam, semua itu dilakukan atas dasar kerelaan dari para pihak tanpa adanya paksaan dan tidak ada pihak yang merasa dirugikan. B. Analisis hukum Islam terhadap praktik utang berhadiah di Desa Sugihwaras Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo Akad Al- qarḍ adalah salah satu bentuk taqarrub kepada Allah SWT, karena Al- qarḍ berarti berlemah lembut dan mengasihi sesama manusia, memberikan kemudahan dan solusi dari duka dan kesulitan yang menimpa orang lain 1 sehingga dapat terciptanya ikatan ukhuwah (persaudaraan) antar sesama 1 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Amzah, 2010), 274

73 kaum muslimin, 2 sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-baqoroh ayat 280 yang berbunyi: dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. 3 Seperti yang terjadi dalam praktik utang piutang berhadiah yang terjadi di lingkungan Desa Sugihwaras yang terbentuk karena ingin memberi kemudahan antar sesama anggotanya. Namun praktik utang piutang atau pijaman yang mereka laksanakan adalah sistem hutang tambahan, yaitu seorang peminjam atau anggota datang kepada pengurus dan utang piutang untuk melakukan pinjaman, kemudian kedua belah pihak melakukan perjanjian bahwa ketika meminjam akan mengembalikan pinjaman tersebut beserta tambahan yang telah disepakati di awal perjanjian. Dan dilihat dari keterangan diatas bahwa dapat dilihat bahwa qarḍ dapat dianggap sah dan berlaku menurut syari at Islam apabila telah memenuhi rukun dan syarat sebagai berikut: a. Muqriḍ Muqriḍ adalah orang yang memberikan pinjaman harus ahliya tabarru. Artinya muqrid harus mempunyai hak atau kecakapan dalam mengunakan hartanya secara mutlak menurut pandangan syara tanpa 2 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: kencana, 2012), 336. 3 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, 59.

74 paksaan, dan dalam memberikan pinjaman harus berdasarkan kehendaknya sendiri, tidak ada tekanan dari pihak lain atau pihak ketiga. Berkaitan dengan Muqriḍ dalam praktik hutang piutang berhadiah ini adalah anggota ibu-ibu PKK yang sudah menaruh saham sebesar Rp.50.000,00 setiap satu periode atau setiap 3 tahun sekali. b. Muqtariḍ Muqtariḍ adalah orang yang meminjam suatu benda atau harta dan harus merupakan orang yang ahliyah mu amalah. Maksudnya adalah sudah baligh, berakal sehat dan tidak mahjur (bukan orang yang oleh syari at tidak diperkenankan untuk mengatur sendiri hartanya karena faktor-faktor tertentu). Sehingga anak kecil atau orang gila yang melakukan pinjaman tidak sah dan tidak memenuhi syarat. Dalam praktik hutang piutang berhadiah ini yang bertindak selaku Muqtariḍ yaitu seseorang yang ingin berhutang dan harus merupakan anggota ibu-ibu PKK yang telah menaruh saham pada awal periode. c. Qarḍ (harta yang dipinjamkan atau obyek akad) Secara umum rukun harta yang dipinjamkan dijelaskan sebagai berikut: 1) Harta berupa harta yang ada padanya, maksudnya harta yang satu sama lain dalam jenis yang sama tidak banyak berbeda yang mengakibatkan

75 perbedaan nilai, seperti uang, barang-barang yang ditakar, ditimbang, ditanam dan dihitung. 2) Harta yang dihutangkan disyaratkan berupa benda, tidak sah mengutangkan manfaat (jasa). 3) Harta yang dihutangkan diketahui, yaitu kadarnya dan diketahui sifatnya. 4 Berkaitan dengan harta yang diperhutangkan jika dilihat dalam praktik hutang piutang berhadiah ini adalah uang yang dikumpulkan oleh pengurus yang di ambil dari iuran pokok berupa uang sebesar Rp.50.000 yang wajib oleh para anggota dan dibayarkan pada awal periode. d. Sighat (ijab dan qabul) Sighat akad merupakan ijab, pernyataan pihak pertama mengenai perjanjian yang diinginkan sedangkan kabul merupakan pernyataan pihak kedua untuk menerimanya. Sighat akad dapat dilakukan secara lisan, tulisan atau isyarat yang memberikan pengertian dengan jelas tentang adanya ijab dan kabul dan dapat juga dengan perbuatan yang telah menjadi kebiasaan dalam ijab dan kabul. Sighat akad sangat penting dalam rukun akad, karena melalui akad tersebut maka akan diketahui maksud dari setiap pihak yang melakukan transaksi. Sighat akan dinyatakan melalui ijab dan kabul sebagai berikut: 4 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2012), 335

76 1) Tujuan akad harus jelas dan dapat dipahami 2) Antara ijab dan kabul harus ada kesesuaian 3) Pernyataan ijab dan kabul harus sesuai dengan kehendak masingmasing dan tidak boleh ada yang meragukan. 5 Jika dilihat dari segi sighat, ijab dalam praktik hutang piutang ini adalah pernyataan mengenai perjanjian untuk melakukan akad hutang piutang yang dalam pengembaliaannya disertai dengan tambahan dari hutang pokok sebesar 10 %. Dan untuk mengenai kabul dalam praktik hutang piutang ini adalah pernyataan untuk menerima kesepakatan tersebut karena pada akhirnya tambahan tersebut akan dikembalikan lagi kepada peminjam dalam bentuk sembako serta mereka menganggap keuntungan tetap berada di pihak peminjam. Jika dilihat dari segi rukun dan syaratnya praktik hutang piutang berhadiah ini sudah memenuhi unsur sah rukun dan syarat qarḍ tersebut meskipun disertai dengan tambahan maka tambahan tersebut tidak tergolong riba karena tambahan tersebut tidak menguntungkan bagi pihak pemberi pinjaman melainkan menguntungkan bagi pihak peminjam hal ini didasarkan Menurut Dimyauddin Djuawaini dalam bukunya fiqh muamalah dijelaskan bahwa selama pinjaman itu tidak memberikan manfaat (bonus atau hadiah yang dipersyaratkan bagi muqriḍ, maka akad utang piutang tersebut 5 M.Ali Hasan, berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002), 104.

77 diperbolehkan karena Rasulullah melarang pinjaman yang mengandung unsur manfaat didalamnya. Dan pada hakikatnya Al- qarḍ adalah pertolongan dan kasih sayang bagi yang meminjam, ia bukan sarana untuk mencari keuntungan bagi yang meminjamkan, di dalamnya tidak ada imbalan dan kelebihan pengembalian. Ia mengandung nilai kemanusiaan dan sosial yang penuh kasih sayang untuk memenuhi hajat peminjam. Pengambilan keuntungan oleh yang meminjamkan (muqarriḍ) harta membatalkan kontrak Al- qarḍ. Hal ini sesuai dengan kaidah yang mengatakan, setiap pinjaman yang mengandung unsur pengambilan keuntungan yang dilakukan oleh yang meminjamkan adalah haram dan dapat dikategorikan sebagai riba. 6 Sebagaimana yang dilakukan oleh anggota ibu-ibu PKK di lingkungan RT 12 RW 03 Desa Sugihwaras dalam menjalankan transaksi utang piutangnya, yaitu transaksi hutang piutang yang dikenakan tambahan dalam pengembalian hutangnya. Tambahan tersebut dipersyaratkan pada awal akad yang kemudian disepakati oleh kedua belah pihak. Bila dikaitkan dengan konsep hukum Islam transaksi tersebut secara sekilas terlihat seperti bentuk transaksi yang mengandung unsur riba, yaitu riba qarḍ. Karena dilihat dari pengertiannya riba qarḍ adalah utang piutang dengan suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang 6 Atang Abd.Hakim, Fiqih Perbankan Syariah, (Bandung: PT.Refika Aditama, 2011), 267.

78 berhutang. Tetapi sebelum kita mengindikasikan praktik utang piutang tersebut ke dalam riba qarḍ kita harus mengetahui pengertian riba terlebih dahulu. Riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam Islam. 7 Dan dalam ilmu ekonomi riba lebih merujuk pada kelebihan pendapatan yang diterima oleh si peminjam. 8 Tetapi menanggapi tentang tambahan yang merupakan suatu riba, Ibnu al-arabi dalam kitabnya al-ahkam al-qur an, menjelaskan bahwa pengertian riba secara bahasa adalah tambahan, namun yang dimaksud riba dalam ayat qur ani yaitu setiap penambahan yang diambil tanpa adanya suatu transaksi pengganti atau penyeimbang yang dibenarkan syariah. Yang dimaksud dengan transaksi pengganti atau penyeimbang yaitu transaksi bisnis atau komersial yang melegitimasi adanya penambahan tersebut secara adil, seperti transaksi jual beli, gadai, sewa, atau bagi hasil proyek. Dan dalam transaksi pinjam meminjam dana, secara konvensional, pemberi pinjaman mengambil tambahan dalam bentuk bunga tanpa adanya suatu penyeimbang yang diterima si peminjam kecuali kesempatan dan faktor waktu yang berjalan selama proses peminjaman tersebut. Yang tidak adil disini adalah diwajibkan 7 Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah, (Jakarta: Gema Insani, 2001), 37. 8 Muhammad Nafik Hadi Ryandono, Benarkah Bunga Haram?, (Surabaya: Amanah Pustaka, 2009), 94.

79 untuk selalu, tidak boleh tidak, harus, mutlak, dan pasti untung dalam setiap penggunaan kesempatan tersebut. 9 Memang setiap tambahan dalam hutang tersebut dapat dikategorikan sebagai unsur suatu riba, tetapi jika kita lihat dari pengertian riba tersebut praktik hutang piutang berhadiah ini tidak tergolong sebagai riba karena riba adalah suatu tambahan yang tidak ada transaksi pengganti atau penyeimbang didalamnya, tetapi dalam praktik hutang piutang ini terdapat transaksi penyeimbang seperti pemberian hadiah dalam bentuk sembako setiap tahunnya dan sisanya juga akan dikembalikan lagi kepada peminjam dan keuntungannya sepenuhnya akan kembali kepada peminjam. Pada praktiknya seseorang yang tidak berhutang memang mendapatkan hadiah dalam setiap tahunnya dan pemberian hadiah itu diambilkan dari tambahan hutang yang telah dihimpun oleh pengurus. Hal ini sudah merupakan suatu kesepakatan dari semua anggota karena bagi mereka itu murni sebuah hadiah agar tidak terjadi kesenjangan antara seseorang yang berhutang dan yang tidak berhutang, karena sesuai dengan pengertiannya hadiah yaitu pemberian harta kepada orang lain tanpa imbalan untuk mendekatkan diri kepada Allah dimana orang yang diberi kebebasan mengunaka harta tersebut. 10 Dan pengambilan untuk hadiah orang yang tidak berhutang itu tentu didasarkan pada 9 Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah,38. 10 Abdul Rahman Ghazaly,dkk, Fiqh Muamalat, ( Jakarta: Kencana, 2010), 157,

80 keikhlasan dan kerelaan kedua belah pihak dan bukan suatu keterpaksaan melainkan sebuah inisiatif dari semua anggota sebagai bentuk persaudaraan antar masyarakat satu dengan yang lainnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat al-baqarah ayat 177: bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orangorang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orangorang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa. 11 Jadi tidak semua tambahan dalam transaksi utang piutang itu dilarang dan langsung dikategorikan sebagai riba, tergantung dengan sebab yang ditimbulkannya dan digunakan untuk apa tambahan hutang tersebut. Bila tambahan tersebut tidak ada transaksi penggantinya dan dapat mengganggu 11 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, 33.

81 kehidupan ekonomi salah satu pihak maka tambahan tersebut tidak diperbolehkan. Tetapi jika terdapat suatu transaksi pengganti atau penyeimbang dari tambahan hutang tersebut maka hal itu tidak bisa dianggap sebagai suatu riba. Karena yang terpenting adalah tambahan tersebut tidak mengakibatkan kerugian bagi salah satu pihak dan tidak ada yang merasa terpaksa dalam memberikan tambahan tersebut dan harus didasarkan kerelaan antara kedua belah pihak. Dapat disimpulkan bahwa praktik utang piutang berhadiah yang diselenggarakan di Desa Sugihwaras Kecamatan Candi Kabubaten Sidoarjo diperbolehkan, karena meskipun terdapat tambahan dalam praktik utang piutangnya tetapi tambahan tersebut bukanlah riba, karena tambahan tersebut akan dikembalikan lagi kepada peminjam dan dalam hal ini pemberi pinjaman tidak mengambil keuntungan dari praktik utang piutang tersebut, melainkan keuntungan akan sepenuhnya kembali kepada pihak peminjam. Dan hal tersebut tidak bisa dianggap sebagai suatu unsur yang cenderung kepada suatu praktik yang termasuk dalam kategori riba.