BAB I PENDAHULUAN. daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakaat mengelola sumberdaya-sumberdaya

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN KABUPATEN PACITAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi mengharuskan Indonesia dituntut siap dalam bersaing dengan

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH),

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang giat dalam. merupakan rangkaian usaha untuk pembangunan yang merata dalam rangka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sektor ekonomi yang menyusun PDRB atas harga konstan 2010 menurut

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi

PENENTUAN POTENSI EKONOMI DI PRABUMULIH DAN OKU BERDASARKAN INDIKATOR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk dalam suatu negara

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa didukung adanya kegiatan kegiatan yang. indonesia tidaklah mudah, harus ada sinergi antara pemerintah dan

ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DI PROVINSI ACEH PERIODE

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat Triwulan I 2017 Terhadap Triwulan I 2016 (y on y)

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan. yang dimiliki oleh daerahnya. Pembangunan nasional dilakukan untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum, seperti yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA PUSAT TAHUN 2015

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KABUPATEN MALINAU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar alinea keempat,

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TAPANULI SELATAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA PUSAT TAHUN 2014

BAB II TINJAUAN EKONOMI MURUNG RAYA TAHUN

BPS KABUPATEN BATU BARA


PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015

BAB III METODE PENELITIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016


Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015


BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2017

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bantul periode , maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang analisis perekonomian

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga dikatakan bahwa pembangunan ekonomi dapat mendorong

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2016 Tumbuh 6,98 Persen Meningkat Dibanding dengan Triwulan II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan kapasitas tenaga kerja dan identifikasi pasar pasar serta

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN II-2017 EKONOMI BENGKULU (5,04 PERSEN) TUMBUH MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 (Y-ON-Y)

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2016 MENCAPAI 5,19 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2017

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAIRI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan proses dimana pemerintah daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan melakukan mitra kerja dengan pihak swasta untuk menciptakan lapangan kerja. Pemerintah dan masyarakat harus bersama-sama mengambil cara untuk pembangunan daerah dan mengembangkan serta memanfaatkan potensi sumberdaya yang ada secara optimal (Arsyad, 2010). Salah satu masalah pokok pembangunan negara adalah terjadinya ketimpangan antar daerah atau wilayah. Ketimpangan terjadi akibat perbedaan sumberdaya alam antar daerah dan kesalahan kebijakan pemerintah. Untuk menangani masalah pokok pembangunan tersebut perlu adanya strategi atau kebijakan yang tepat untuk mengurangi ketimpangan yang ada. Diberlakukannya Undang-Undang mengenai Otonomi Daerah yaitu UU 22/1999 dan diperbarui dengan UU 32/2004 yang mempunyai pengaruh luas tentang perencanaan pembangunan di berbagai wilayah. Dengan adanya Undangundang ini diharapkan pemerintah dan masyarakat yang ada dalam wilayah tersebut mampu bekerja sama demi terciptanya pembangunan daerah yang ideal. Otonomi Daerah mempunyai arti pentingnya pendekatan pembangunan berbasis pengembangan wilayah dibanding pendekatan sektoral dan pembangunan mengedepankan masyarakat dan pemerintah daerah. 1

2 Wilayah dapat di definisikan sebagai unit geografis dengan batas-batas spesifik (tertentu) di mana komponen-komponenya memiliki arti didalam pendeskripsian perencanaan dan pengelolaan sumber daya pembangunan. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa tidak ada batasan spesifik dari luasan suatu wilayah. Istilah wilayah menekankan interaksi antar manusia dengan sumberdaya-sumberdaya lainnya. Dengan demikian batsan istilah wilayah menekankan interaksi antarmanusia dengan sumberdaya-sumberdaya yang ada dalam suatu batasan unit geografis tertentu (Rustiadi dkk, 2009). Kabupaten Pacitan merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Jawa Timur dari 38 Kabupaten yang ada. Berdasarkan tipografinya Kabupaten Pacitan 85% (persen) merupakan kawasan pegunungan dan perbukitan, sehingga di perlukan analisa untuk menggali potensi yang merupakan sektor unggulan yang dapat menunjang pembangunan ekonomi daerah. Berbagai program telah dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten Pacitan. Adapaun program utama Kabupaten Pacitan adalah penentuan perencanaan pengembangan wilayah stategis dan cepat tumbuh, khusunya pada wilayah yang mempunyai produk unggulan, sedangkan program yang lain meliputi : (a) peningkatan sarana dan prsarana aparatur, (b) peningkatan pengembangan sistem pelaopran capaian kinerja dan keuangan, (c) pengembangan data/ informasi, (d) peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah, (e) perencanaan pembangunan ekonomi, (f) perencanaan pembangunan daerah sosial budaya, dan (g) perencanaan prasarana wilayah dan sumber daya alam (Bappeda Kabupaten Pacitan, 2016).

3 Jika dilihat dari struktur ekonomi, tampak jelas perbedaan antara struktur ekonomi Kabupaten Pacitan dengan struktur ekonomi Propinsi Jawa Timur. Tabel 1.1 Perbandingan Peranan Setiap Sektor Ekonomi Kabupaten Pacitan dan Propinsi Jawa Timur tahun 2015 (persen). Sektor Pacitan Jawa Timur Primer 33,49 17,04 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 27,55 12,10 Pertambangan dan Penggalian 5,95 4,94 Sekunder 21,31 38,97 Industri Pengolahan 6,80 29,48 Pengadaan Listrik dan Gas 0,04 0,33 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah Daur Ulang 0,09 0,10 Konstruksi 14,38 9,06 Tersier 45,20 43,99 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 17,19 18,29 Transportasi dan Pergudangan 2,35 2,92 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2,01 5,09 Informasi dan Komunikasi 6,49 5,53 Jasa Keuangan dan Asuransi 1,90 2,61 Real Estate 1,67 1,73 Jasa Perusahaan 0,28 0,78 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 4,51 2,27 Jasa Pendidikan 4,97 2,66 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,99 0,66 Jasa lainnya 2,83 1,46 TOTAL 100,00 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Pacitan Diolah, 2016 Berdasarkan tabel 1 di atas dapat disimpulkan bahwa peranan sektor yang paling dominan di Kabupaten Pacitan dan Propinsi Jawa Timur adalah tersier, Kabupaten Pacitan pada sektor tersier menyumbang kontribusi ekonominya sebesar 45,20 sedangkan di Propinsi Jawa Timur 43,99 persen. Kabupaten Pacitan dan Propinsi Jawa Timur pada sektor tersier di dominasi oleh

4 perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor mencapai 17,19 persen dan Jawa Timur mencapai 18,29 persen. Peranan sektor ekonomi kedua Kabupaten Pacitan disusul oleh sektor primer mencapai 33,49 persen di dominasi sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 27,55 persen sedangkan, sektor pertambangan dan penggalian berkontribusi terhadap ekonomi sebesar 5,95 persen. Propinsi Jawa Timur peranan sektor ekonomi kedua disusul oleh sektor sekunder mencapai 38,97 persen, dengan sektor yang berkontribusi besar terhadap ekonomi adalah sektor industri pengolahan sedangkan penyumbang paling sedikit adalah sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah daur ulang. Peranan sektor ekonomi ketiga di Kabupaten Pacitan adalah sektor sekunder, sebesar 21,31 persen. Penyumbang terbesar pada sektor sekunder Kabupaten Pacitan adalah sektor konstruksi sebesar 14,38 persen. Sementara di Propinsi Jawa Timur kontribusi ketiga adalah sektor primer sebesar 17,04 persen, yang di dominasi oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 12,10 persen. Apabila dilihat dari segi PDRB Kabupaten Pacitan terus mengalami peningkatan. Dari hasil perhitungan PDRB atas dasar harga konstan telah dapat diketahui total PDRB Kabupaten Pacitan tahun 2015 mencapai Rp. 2.484, 70 milyar, mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan tahun 2014 mencapai Rp. 2.392,82 milyar atau mengalami kenaikan sebesar 3,84%. Peran Pemerintah Kabupaten Pacitan melalui berbagai kebijakan dapat memberikan dampak positif yaitu meningkatnya PDRB wilayah sehingga tercipta iklim usaha yang kondusif.

5 Pembangunan suatu wilayah harus menjadi prioritas Pemerintah Kabupaten Pacitan, untuk mengembangkan dan memanfaatkan sektor unggulan. Pengembangan sektor unggulan pada suatu daerah, merupakan kebijakan yang cocok untuk pembangunan suatu daerah, karena sektor unggulan merupakan sektor yang memiliki kontribusi terbesar dibandingkan dengan sektor lain untuk pembangunan ekonomi daerah. Sektor unggulan di suatu wilayah diharapkan mampu memberikan efek multiplier atau efek pengganda untuk wilayahnya dengan meningkatnya pendapatan daerah dan mendorong sektor-non unggulan menjadi unggulan, serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pacitan. Dukungan dari semua elemen dari masyarakat dan pemerintah daerah, diharapkan pembangunan wilayah Kabupaten Pacitan menjadi lebih baik dan dapat menjadi contoh untuk daerah-daerah lain. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka judul penelitaian ini adalah ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2010-2015. Metode analisis yang digunakan adalah metode Location Quantient yang digunakan untuk melihat sektor unggulan,shift Share untuk mengetahui sektor unggulan berdasarkan efek alokasinya dan Tipologi Klassen untuk mengetahui klasifikasi pertumbuhan perekonomian Kabupaten Pacitan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Apa saja yang menjadi sektor unggulan dalam perekonomian wilayah Kabupaten Pacitan pada tahun 2010-2015?

6 2. Bagaimana klasifikasi pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Pacitan pada tahun 2010-2015? C. Tujuan Masalah 1. Menganalisis sektor unggulan dalam perekonomian wilayah Kabupaten Pacitan pada tahun 2010-2015. 2. Menganalisis klasifikasi pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Pacitan pada tahun 2010-2015. D. Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan bagi pihak Pemerintah Daerah sebagai skala prioritas pembangunan dan strategi kebijakan dalam pengembangan ekonomi dengan mempertimbangkan aspek pemerataan dan keunggulan daerah. 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah untuk perencanaan dan pembangunan daerah agar lebih terarah dalam program selanjutnya. 3. Sebagai refrensi bagi mahasiswa atau pihak maupaun yang berminat melakukan penelitian yang terkait dengan penulisan ini. E. Metode Analisis Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis Location Quantient (LQ), Shift Share Esteban Marquillas dan Tipologi Klassen. Location Quantient (LQ) adalah suatu alat pengembangan ekonomi yang lebih sederhana dengan segala

7 kelebihan dan keterbatasannya. Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi basis (unggulan) sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan. LQ mengukur konsentrasi dalam Hendayana, 2003). Formulasi perhitungan LQ menurut Bendavid-Val (Kuncoro, 2004) adalah: Xi /Xt LQ = Vi /Vt Keterangan : Xi = PDRB sektor i di Kabupaten Pacitan (dalam jutaan Rupiah) Xt = PDRB total di Kabupaten Pacitan (dalam jutaan Rupiah ) Vi = PDRB sektor i di Propinsi Jawa Timur (dalam jutaan Rupiah) Vt = PDRB total di Propinsi Jawa Timur (dalam milyar Rupiah) Kriteria penggolongan LQ, yaitu : 1. LQ = 1, berarti produk domestik yang dimiliki daerah tersebut habis dikonsumsi oleh daerah tersebut. Penduduk suatu daerah dapat memenuhi kebtuhannya akan suatu barang dengan kegiatan ekonominya sendiri (peranan relatif kegiatan ekonomi yang bersangkutan dalam daerah adalah sama dengan peranan relatif kegiatan ekonomi sejenis dalam perekonomian nasional). 2. LQ > 1, berarti sektor yang ada di daerah tersebut merupakan sektor basis yang mampu mengekspor hasil kegiatan ekonomi ke daerah lain. 3. LQ < 1, berarti sektor yang ada di daerah tersebut bukan merupakan sektor basis dan cenderung untuk mengimpor dari daerah lain.

8 Sedangkan pendekatan analisis Shift Share Esteban Marquillas memodifikasi terhadap Shift Share Klasik pada tahun 1972 dengan mendefinisikan kembali kedudukan keunggulan kompetitif sebagai komponen ketiga dari teknik Shift Share Klasik dan menciptakan komponen Shift Share yang keempat yaitu pengaruh alokasi (Aij). Persamaan analisis shift share yang klasik sebagai berikut : D ij = N ij + M ij + C ij (1.1) D ij menggambarkan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja di sektor i pada daerah j. N ij menggambarkan efek pertumbuhan nasional dektor i di daerah j. M ij menggambarkan efek bauran industri pada sektor i di daerah j dan C ij menggambarkan efek keunggulan kompetitif di sektor i di daerah j. Analisis shift share telah mengalami perkembangan yang cukup berarti, yaitu adanya modifikasi yang dilakukan oleh Esteban Marquillas (E-M) dan Arcelus. Esteban Marquillas (1972) melakukan modifikasi terhadap teknik analisis shift share klasik diatas. Modifikais itu meliputi pendefinisian kembali kedudukan atau keunggulan kompetitif sebagai komponen ketiga dari teknik shift share yang keempat, yaitu pengaruh alokasi (A ij ). Persamaan analisis shift share Esteban-Marquillas adalah sebagai berikut (Hermanto dalam Fatimah dkk, 2013) : D ij = N ij + M ij + C ij + A ij (1.2) C ij mengukur keunggulan atau ketidak unggulan kompetitif di sektor i pada perekonomian suatu daerah dengan persamaan :

9 C ij = E ij (r ij - r in ) (1.3) Keterangan : r ij = laju pertumbuhan di sektor i di daerah j (%) r in = laju pertumbuhan di sektor i tingkat nasional (%) r n = laju pertumbuhan tingkat nasional (%) E ij merupakan homothetic employment di sektor i di daerah j yang nilainya : E ij = E ij.( E in / E in ) (1.4) Pengaruh alokasi atau allocation effect untuk sektor i di daerah j (A ij ) adalah bagian dari keunggulan kompetitif tradisional (klasik) yang menunjukkan adanya tingkat spesialisasi di sektor i di daerah j. Persamaan A ij sebagai berikut : A ij = (E ij E ij ). (r ij - r in ) (1.5) Persamaan A ij menunjukkan bahwa jika suatu wilayah mempunyai spesialisasi di sektor- sektor tertentu, maka sektor-sektor itu juga menikmati keunggulan kompetitif yang lebih baik. Maksud efek alokasi (A ij ) dapat bernilai positif atau negatif. Efek alokasi yang positif mempunyai dua kemungkinan, yaitu : (1) E ij - E ij < 0 dan r ij - r in > 0, dengan sendirinya efek alokasi mempunyai dua kemungkinan yang berkebalikan dengan efek alokasi yang positif diatas. Kemungkinan pengaruh alokasi tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut.

10 No Tabel 3.1. Kemungkinan kemungkinan dari pengaruh alokasi shift share Esteban Marquillas Pengaruh Komponen Alokasi Definisi (A ij) E ij - E ij r ij - r in 1 - + - 2 + - - 3 - - + 4 + + + Sumber : Hermanto, 2000 Tidak ada keunggulan kompetitif, ada spesialisasi Tidak ada keunggulan kompetitif, tidak ada spesialisasi Ada keunggulan kompetitif, tidak ada spesialisasi Ada keunggulan kompetitif, ada spesialisasi Tipologi Klassen digunakan untuk menganalisis klasifikasi pertumbuhan perekonomian kabupaten Pacitan maka digunakan analisis Tipologi Klassen. Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk menentukan prioritas sektor. Melalui analisis ini dapat diperoleh 4 klasifikasi sektor-sektor ekonomi yang masingmasing mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Empat klasifikasi sektor dengan karakteristik yang berbeda sebagai berikut (Kuncoro, 2010) Tabel 1.2 Klasifikasi Sektor PDRB Menurut Tipologi Klassen Kontribusi PDRB (y) Laju Pertumbuhan (r) rik > ri rik < ri Sumber : (Kuncoro, 1996) Yik > yi Kuadran I Sektor maju dantumbuh cepat Kuadran III Sektor potensial Tapi masih bisa berkembang yik < yi Kuadran II Sektor maju tapi tertekan Kuadran IV Sektor realtif tertinggal

11 Keterangan : rik = laju pertumbuhan sektor i di tingkat daerah (%) ri = laju pertumbuhan sektor i di tingkat nasional atau daerah yang menjadi refrensi (%) yik = kontribusi sektor i terhadap PDRB daerah (%) yi = kontribusi sektor terhadap PDRB nasional atau daerah yang menjadi acuan (%) F. Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh dan memudahkan dalam pemahaman skripsi ini, maka disusunlah sistematika penulisan dalam penelitian ini sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode analisis data, dan sistematika penulisan BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang landasan teori yang relevan dengan penelitian ini serta tinjauan terhadap penelitian-penelitian terkait yang sudah dilakukan sebelumnya, yang dipakai sebagai acuan dalam menganalisis sektor unggulan dan perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Pacitan.

12 BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini meliputi jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, variabel penelitian, definisi operasional, dan metode analisis data. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang deskripsi data hasil analisis Location Quantient (LQ) tentang sektor unggulan dan Shift Share Esteban Marquillas tentang perubahan struktur perekonomian Kabupaten Pacitan yang dibandingkan dengan sektor ekonomi di Jawa Timur. BAB V : PENUTUP Bab ini berisi tentang simpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN