TINJAUAN PUSTAKA Jamur penyebab penyakit pada tanaman krisan 1. Bercak daun septoria Biologi patogen Menurut Agrios (1996), klasifikasi dari patogen penyebab penyakit bercak daun septoria adalah : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Fungi : Deuteromycotina : Coelomycetes : Sphaeropsidales : Sphaeropsidaceae : Septoria : Septoria sp. Pada becak ini terbentuk badan buah jamur (piknidium) yang mempunyai lebar 150-250 µm, yang berisi konidium berbentuk tabung, bersel 3-4 (Gambar 1). Konidia mempunyai ukuran 50-80 2-3µm (Semangun, 2004). Gambar 1. Septoria sp. Sumber.http://labs1.eol.org
Gejala serangan Septoria chrysanthemi menyebabkan terjadinya becak daun yang bulat, berbatas tegas, coklat kelabu gelap sampai kehitaman (Gambar 2). Sering beberapa becak bersatu membentuk becak yang besar dan merusak sebagian besar dari helaian daun (Semangun, 2004). Bercak pada daun bulat hingga berbentuk tidak beraturan, berwarna keabuan hingga coklat gelap dengan garis pembatas yang jelas berwarna hitam. Pada bercak juga terdapat cincin sempit (halo) berwarna kuning. Bercak ini mempunyai berbagai ukuran dari ukuran kecil sampai besar (2-9 mm), yang menutupi permukaan daun. Bercak dapat bertambah ukuran dan menjadi melimpah menyebabkan daun menjadi kekuningan, mati dan akan berdampak lebih lanjut pada tanaman (Motem dan Osipyan, 2009). Faktor yang mempengaruhi Gambar 2. Gejala serangan Septoria sp. Sumber. http://labscorner.org Penyakit akan berkembang bila cahaya kurang, kelembaban tinggi, jarak tanam terlalu rapat, dan pemberian pupuk nitrogen yang terlalu banyak. Penyakit tidak menimbulkan kerugian pada musim kemarau (Semangun, 2004). Pengendalian Menurut Semangun (2004) pengendalian bercak daun septoria, yaitu : 1. Daun yang sakit dipotong dan dibakar.
2. Tanaman disemprot dengan fungisida tembaga. Fungisida harus mengenai permukaan bawah daun karena jamur mengadakan infeksinya disini. 2. Karat (Puccinia chrysanthemi Roze., Puccinia horiana P. Henn.) Biologi patogen Menurut Alexopoulos dan Charles (1979), klasifikasi dari patogen penyebab penyakit karat adalah : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Fungi : Basidiomycota : Urediniomycetes : Uredinales : Pucciniaceae : Puccinia : Puccinia horiana P. Henn. Puccinia horiana adalah jamur karat mikrosiklik, yang tidak memerlukan tumbuhan inang lain untuk menyelesaikan daur hidupnya. Spermogonium, aesium, dan uredinium tidak dikenal. Telium kompak, diameter 2-4 mm, sering mengumpul dengan pola melingkar. Teliospora jorong memanjang, atau berbentuk gada dengan ukuran 30-52 11-18 µm, bersel 2 (Gambar 3) dan kadang-kadang bersel 3 atau 4, agak melekuk pada sekat, dinding sel kuning pucat, halus, tebal 1-2 µm pada sisinya, 2,5-8 µm pada ujungnya, tangkai hialin, persisten, panjangnya sampai 45 µm (Gambar 3) (Semangun, 2007). Urediospora bersel 1, bulat atau berbentuk ginjal, dengan dinding sel berjerawat berwarna coklat cerah. Kadang-kadang terdapat urediospora yang
bersel 2, yang dianggap sebagai dua urediospora yang berlekatan (Semangun, 2004). Gejala serangan Gambar 3. Puccinia horianai Sumber.http://karantin.gov.ua Penyakit karat daun pada tanaman krisan disebabkan oleh dua macam jamur yaitu P.chrysanthemi (karat hitam) dan P.horiana (Karat putih). Di Indonesia serangan karat putih lebih umum dijumpai. Gejala serangan karat putih adalah terdapatnya bintil-bintil (pustul) putih pada daun bagian bawah (Gambar 4). Pada daun bagian atas terjadi lekukan-lekukan mendalam berwarna pucat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikolutura, 2006) Gejala penyakit ini belum tampak jelas saat tanaman pada fase vegetatif, walau sudah terinfeksi (infeksi laten). Gejalanya baru terlihat apabila tanaman atau bagian tanaman telah mencapai umur tertentu. Gejala dimulai dari daun yang sudah tua dan berkembang cepat jika tanaman sudah memasuki fase generatif (Balai Penelitian Tanaman Hias, 2007). Pada sisi bawah daun (jarang pada sisi atas) terdapat bintik-bintik coklat yang terdiri dari uredium jamur. Penyakit memperlemah tanaman dan menghambat perkembangan bunga (Semangun, 2004).
Gejala pada tanaman krisan adalah pada daun bagian atas terdapat bercak berwarna kuning keputihan dan pada bagian bawah daun terdapat bercak (bintik-bintik) berwarna kuning keputihan dengan diameter 1-5mm (Gambar 4) (Searle dan Machin, 1968 dalam Rahardjo dan Suhardi, 2008). Faktor yang mempengaruhi Gambar 4. Gejala serangan Puccinia horiana Sumber.http://aujardin.ch Penyakit karat daun berkembang baik pada saat kelembaban yang tinggi pada areal pertanaman. Selain kelembaban yang tinggi jarak tanaman yang sangat rapat juga merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit (Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikulturan, 2006) Kondisi yang baik untuk perkembangan penyakit adalah kelembaban yang tinggi dan lapisan embun pada permukaan daun. Suhu optimum untuk perkembangan penyakit adalah 10 sampai 25 0 C (Seymour, 1977). Pengendalian Menurut Semangun (2004) pengendalian karat daun Puccinia, yaitu : 1. Daun-daun yang sakit dipotong dan dibakar. Tanaman yang sakit keras sebaiknya dibongkar. 2. Tidak menanam bibit yang berasal dari tanaman sakit. 3. Bila perlu tanaman disemprot dengan fungisida tembaga.
Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura (2006) Pengendalian dengan perbaikan lingkunagn fisik dapat dilakukan dengan penjarangan atau menanam dengan kerapatan lebih renggang. Selain pengendalian lingkungan fisik, Hanudin dan Budi (2012) melaporkan bahwa pengendalian juga dapat dilakukan dengan menggunakan mikroba antagonis seperti Bacillus subtilis dan Pseudomonas fluorescens 3. Penyakit tepung (Oidium chrysanthemi Rab.) Biologi patogen Menurut Alexopoulos dan Charles (1979), klasifikasi dari patogen penyebab penyakit tepung adalah : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Fungi : Ascomycota : Ascomycetes : Erysiphales : Erysiphaceae : Oidium : Oidium chrysanthemy Rab Embun tepung merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur dimana miselium tampak pada permukaan tanaman inang. Oidium memiliki konidia berbentuk bulat telur (Walker, 1969), konidiofor pendek yang kelihatan menopang satu atau lebih konidia. Dimana konidia yang ditopang adalah konidia dewasa dan/atau rantai dari konidia dewasa (Wheeler, 1975).
Gejala serangan Gejala serangan penyakit ini yaitu terdapatnya lapisan putih bertepung pada permukaan daun (Gambar 5). Tepung ini sebenarnya merupakan masa dari konidia jamur. Pada serangan berat menyebabkan daun pucat dan mongering (Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 2006). Faktor yang mempengaruhi Gambar 5. Gejala serangan Oidium chrysanthemi Sumber. http://deptan.go.id Penyakit ini biasa menyerang tanaman pada dataran tinggi maupun dataran rendah. Suhu optimum untuk perkecambahan konidiumnya adalah 25 0 C. Jamur berkembang pada cuaca kering, dan konidiumnya dapat berkecambah dalam udara dengan kelembaban nisbih rendah (50-75%) (Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 2006). Pengendalian Pengendalian penyakit embun tepung ini dapat dilakukan secara kimiawi yaitu dengan menggunakan fungisida. Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan dengan cara membuat kondisi pertanaman tidak cocok untuk perkembangan patogen ini salah satunya dengan pemangkasan. Pemangkasan ini dapat mengurangi kelembaban. Pengendalian alami juga dilakukan dengan
memanfaatkan biofungisida seperti Ampelomyces quisqualis. Selain itu konsep pengendalian terpadu juga dapat diterapkan, salah satunya adalah monitoring dan memahami siklus dari patogen itu sendiri (Suastika, 2006). 4. Kapang kelabu (Botrytis cinerea Pers.) Biologi patogen Menurut Alexopoulos dan Charles (1979), klasifikasi dari patogen penyebab penyakit kapang kelabu adalah : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Fungi : Deuteromycota : Deuteromycetes : Moniliales : Moniliaceae : Botrytis : Botrytis cinerea Pers. Jamur mempunyai konidiofor bercabang-cabang, bersekat, berwarna kelabu, dengan konidium lonjong atau hampir bulat, berukuran 12-13 9-10 µm (Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 2006). Konidiofor muncul tidak teratur tanpa pembengkakan basal, mempunyai panjang 750 µm, berwarna coklat, berdinding halus, dan pada bagian apikal terdapat percabangan. Konidia berbentuk abovoid (Gambar 6), berwarna coklat pucat, berdinding halus dan berukuran (8-14) (6-9) µm (Gandjar et al., 1999).
Gambar 6. Botrytis cinerea Sumber. http://apsnet.org Gejala serangan Pada tajuk bunga terjadi bercak kecil dan bundar. Jika lingkungan sangat lembab atau banyak hujan, bercak melebar dan tajuk bunga tampak seperti diliputi lapisan kelabu kecoklatan, tajuk membusuk dan berlekatan. Pada serangan berat dapat menyebabkan busuk bunga (Gambar 7) (Karyatiningsi et al., 2008). Faktor yang mempengaruhi Gambar 7. Gejala serangan Botrytis cinerea Sumber. http://deptan.go.id Jamur dapat bertahan sebagai saprofit pada sisa-sisa tanaman sakit. Penyakit biasanya hanya terjadi pada musim hujan pada kondisi yang sangat lembab (Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 2006). Faktor biotik dapat mempengaruhi perkembangan dan penyebaran patogen. Sebagai contoh, serbuk sari yang telah terinfeksi oleh jamur B. cinerea pecah lalu terbawa oleh angin. Serbuk sari kemudian menempel pada permukaan
tanaman lain. Tanaman tersebut akan terinfeksi jamur B.cinerea dari serbuk sari yang menempel tadi. Dengan demikian kehadiran serbuk sari mungkin meningkatkan tingkat penyakit (Brown et al., 1980). Pengendalian Pengendalian penyakit busuk botrytis dapat diiakukan dengan berbagai cara diantaranya secara kultur teknis, pengendalian biologis dan kimiawi. Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan dengan membersihkan sisa-sisa tanaman yang terinfeksi. Beberapa agens antagonis salah satunya jamur Trichoderma harzianum dilaporkan efektif dalam mengendalikan penyakit ini. Pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida diantaranya yang berbahan aktif dikarboksimid, fluidioksonil, cyprodinil, mepanipyrim dan pyrimetanil (Suastika, 2006). 5. Penyakit layu (Fusarium oxysporum Schlecht.) Biologi patogen Menurut Alexopoulos dan Charles (1979), klasifikasi dari patogen penyebab penyakit layu adalah : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Fungi : Deuteromycota : Deuteromycetes : Moniliales : Tuberculariaceae : Fusarium : Fusarium oxysporum Schlecht.
Umumnya mikrokonidia tidak mempunyai sekat, tetapi ada diantaranya yang bersekat 2, mempunyai ragam bentuk dan ukuran. Umumnya mikrokonidia berbentuk ovoid-elips sampai silindris, lurus atau sedikit membengkok, dan berukuran (5,0-12,0) (2,2-3,5) µm dan terdapat dalam jumlah yang banyak (Gambar 8). Konidiofor tidak bercabang atau fialid. Pada konidiofor ini terdapat mikrokonidia dengan jumlah yang banyak dam membentuk pola melingkar (Gandjar et al., 1999). Pada beberapa strain jarang terdapat makrokonidia. Makrokonidia terbentuk pada phialid, yang terdapat pada konidiofor bercabang atau dalam sporodokhia. Makrokonidia bersepta 3-5, berbentuk fusiform, sedikit membengkok, meruncing pada kedua ujungnya. Klamidospora terdapat dalam hifa atau dalam konidia, berwarna hialin, berdinding halus atau agak kasar, berbentuk semi bulat dengan diameter 5,0-15 µm (Gandjar et al., 1999). Gejala serangan Gambar 8. Fusarium oxysporum Sumber. http://life-worldwide.org Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura (2006) melaporkan bahwa gejala serangan dari patogen ini adalah tanaman layu, daun menguning mulai dari daun bagian bawah merambat ke daun bagian atas, dan akhirnya
mengakibatkan kematian tanaman (Gambar 9). Menurut Semangun (2004) Jika batang dibelah, berkas pembuluh tampak berwarna coklat Pada medium Potato Dextrose Agar (PDA) miselium mula-mula berwarna putih, dalam keadaan tertentu berwarna merah muda agak ungu. Semua Fusarium yang menyebabkan layu dan berada dalam pembuluh (vascular disease) dikelompokkan dalam satu jenis (spesies), yaitu F. oxysporum Sclecht. Jenis ini mempunyai banyak bentuk (forma) yang mengkhususkan diri pada jenis tumbuhan tertentu (Djaenuddin, 2011) Faktor yang mempengaruhi Gambar 9. Gejala serangan Fusarium oxysporum Sumber.http://deptan.go.id Menurut Clayton (1923) penyakit berkembang pada suhu tanah 21-33 0 C. Suhu optimumnya adalah 28 0 C. Sedangkan kelembaban tanah yang membantu tanaman, ternyata juga membantu perkembangan penyakit. Seperti kebanyakan fusarium, penyebab penyakit ini dapat hidup pada ph tanah yang luas variasinya (Semangun, 2004). Pengendalian Tanah dapat diperlakukan dengan Gliocladium sp. atau Trichoderma sp.. Sebelum tanam, benih dicelupkan ke dalam suspensi Pseudomonas fluorescens, untuk mencegah penyakit layu Fusarium sp. Pergiliran tanaman dapat dilakukan
untuk mengendalikan pengorok daun dan penyakit layu Fusarium. Pemupukan yang berimbang, sanitasi lingkungan, dan menjaga kerapatan tanaman perlu juga diperhatikan, sehingga kelembaban lingkungan tidak memungkinkan patogen untuk berkembang (Karyatiningsih et al., 2008).