TINJAUAN PUSTAKA. Jamur penyebab penyakit pada tanaman krisan

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996), penyakit bercak coklat sempit diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

INVENTARISASI JAMUR PENYEBAB PENYAKIT PADA TANAMAN KRISAN (Chrysanthenum morifolium) DI KECAMATAN BERASTAGI, KABUPATEN KARO, SUMATERA UTARA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sheldon (1904), penyakit layu Fusarium dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai berbentuk perdu dengan tinggi lebih kurang cm.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

PENDAHULUAN. Cabai merah adalah salah satu komoditas sayuran penting yang banyak

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996), penyakit layu Fusarium dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jarak pagar berupa perdu dengan tinggi 1 7 m, daun tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber :

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Benih adalah ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung suatu

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), jamur Ceratocystis fimbriata

Akibat Patik Setitik, Rusaklah Penghasilan Petani

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tembakau dalam sistem klasifikasi tanaman masuk dalam famili

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi penyakit C. gloeosporioides (Penz.) Sacc menurut

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Pandey (1969) tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Stadium ini ditemukan pada daun daun tua yang sedang membusuk. Jamur ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman pangan penghasil beras yang tergolong dalam famili

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Isolasi Cendawan Rizosfer

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu

TINJAUAN PUSTAKA. Secara taksonomi, Fusarium digolongkan ke dalam:

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

I. TINJAUAN PUSTAKA. 1.1 Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)

Analisis Sidik Ragam Jumlah Sklerotium S. rolfsii Pada Perlakuan Jenis Ekstrak Pupuk Kandang dan Lama Perendaman umur 1, 2, 3 dan 4 hsi

BAB I PENDAHULUAN. Colletotrichum capsici dan Fusarium oxysporum merupakan fungi

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dwidjoseputro (1978), Cylindrocladium sp. masuk ke dalam

1. Penyakit Embun tepung

WASPADA PENYAKIT Rhizoctonia!!

INVENTARISASI JAMUR PENYEBAB PENYAKIT DAUN PALEM RAJA (Roystonea elata Bartr.) TAMAN KOTA MEDAN

Penyakit Busuk Daun Kentang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut :

Penyakit Layu Bakteri pada Kentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Diagnosa Penyakit Akibat Jamur pada Tanaman Padi (Oryza sativa) di Sawah Penduduk Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat

LAMPIRAN. Ciri makroskopis : mula-mula koloni berupa jelaga-jelaga hitam yang halus, hari fungi mulai menutupi permukaan cawan petri.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis(zea mays var saccarata) merupakan tanaman pangan yang. bahan baku industri gula jagung (Bakhri, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. Jamur Patogen Sclerotium rolfsii. inang yang sangat luas. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), jamur ini

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit karat pada tanaman kedelai disebabkan oleh jamur. Menurut Semangun (1996), jamur P. pachyrhizi Syd.

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

Pembinaan Terhadap Terpidana Lanjut Usia di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Jambi

TINJAUAN PUSTAKA. berpangkal pada umbi batang. Sementara pada bagian bawah bonggol terdapat

HASIL DAN PEMBAHASAN

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum annum L.) berasal dari Mexico. Sebelum abad ke-15 lebih

TINJAUAN PUSTAKA Pisang

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman ± 150 cm, terutama pada tanah yang subur. Perakaran tanaman kedelai

(Gambar 1 Gejala serangan Oidium heveae pada pembibitan karet)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman cabai merah (Capsicum annum L.) berasal dari dunia tropika

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.4 Tahun ).

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Magniliophyta, subdivisi: Angiospermae, kelas: Liliopsida, ordo: Asparagales, famili:

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA. disusun oleh: Vishora Satyani A Listika Minarti A

BAB IV. EKOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. maupun subtropika. Negara penghasil pisang dunia umumnya terletak di daerah

Gambar. Karat Daun Kopi (H. vastatrix)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jeruk merupakan buah tahunan yang berasal dari Asia. Negara Cina dipercaya

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi tanaman padi adalah sebagai berikut:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Steenis (1975), adapun klasifikasi dari tanaman palem raja. : Roystonea elata (Bartram) F. Harper (syn. R.

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Jamur penyebab penyakit pada tanaman krisan 1. Bercak daun septoria Biologi patogen Menurut Agrios (1996), klasifikasi dari patogen penyebab penyakit bercak daun septoria adalah : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Fungi : Deuteromycotina : Coelomycetes : Sphaeropsidales : Sphaeropsidaceae : Septoria : Septoria sp. Pada becak ini terbentuk badan buah jamur (piknidium) yang mempunyai lebar 150-250 µm, yang berisi konidium berbentuk tabung, bersel 3-4 (Gambar 1). Konidia mempunyai ukuran 50-80 2-3µm (Semangun, 2004). Gambar 1. Septoria sp. Sumber.http://labs1.eol.org

Gejala serangan Septoria chrysanthemi menyebabkan terjadinya becak daun yang bulat, berbatas tegas, coklat kelabu gelap sampai kehitaman (Gambar 2). Sering beberapa becak bersatu membentuk becak yang besar dan merusak sebagian besar dari helaian daun (Semangun, 2004). Bercak pada daun bulat hingga berbentuk tidak beraturan, berwarna keabuan hingga coklat gelap dengan garis pembatas yang jelas berwarna hitam. Pada bercak juga terdapat cincin sempit (halo) berwarna kuning. Bercak ini mempunyai berbagai ukuran dari ukuran kecil sampai besar (2-9 mm), yang menutupi permukaan daun. Bercak dapat bertambah ukuran dan menjadi melimpah menyebabkan daun menjadi kekuningan, mati dan akan berdampak lebih lanjut pada tanaman (Motem dan Osipyan, 2009). Faktor yang mempengaruhi Gambar 2. Gejala serangan Septoria sp. Sumber. http://labscorner.org Penyakit akan berkembang bila cahaya kurang, kelembaban tinggi, jarak tanam terlalu rapat, dan pemberian pupuk nitrogen yang terlalu banyak. Penyakit tidak menimbulkan kerugian pada musim kemarau (Semangun, 2004). Pengendalian Menurut Semangun (2004) pengendalian bercak daun septoria, yaitu : 1. Daun yang sakit dipotong dan dibakar.

2. Tanaman disemprot dengan fungisida tembaga. Fungisida harus mengenai permukaan bawah daun karena jamur mengadakan infeksinya disini. 2. Karat (Puccinia chrysanthemi Roze., Puccinia horiana P. Henn.) Biologi patogen Menurut Alexopoulos dan Charles (1979), klasifikasi dari patogen penyebab penyakit karat adalah : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Fungi : Basidiomycota : Urediniomycetes : Uredinales : Pucciniaceae : Puccinia : Puccinia horiana P. Henn. Puccinia horiana adalah jamur karat mikrosiklik, yang tidak memerlukan tumbuhan inang lain untuk menyelesaikan daur hidupnya. Spermogonium, aesium, dan uredinium tidak dikenal. Telium kompak, diameter 2-4 mm, sering mengumpul dengan pola melingkar. Teliospora jorong memanjang, atau berbentuk gada dengan ukuran 30-52 11-18 µm, bersel 2 (Gambar 3) dan kadang-kadang bersel 3 atau 4, agak melekuk pada sekat, dinding sel kuning pucat, halus, tebal 1-2 µm pada sisinya, 2,5-8 µm pada ujungnya, tangkai hialin, persisten, panjangnya sampai 45 µm (Gambar 3) (Semangun, 2007). Urediospora bersel 1, bulat atau berbentuk ginjal, dengan dinding sel berjerawat berwarna coklat cerah. Kadang-kadang terdapat urediospora yang

bersel 2, yang dianggap sebagai dua urediospora yang berlekatan (Semangun, 2004). Gejala serangan Gambar 3. Puccinia horianai Sumber.http://karantin.gov.ua Penyakit karat daun pada tanaman krisan disebabkan oleh dua macam jamur yaitu P.chrysanthemi (karat hitam) dan P.horiana (Karat putih). Di Indonesia serangan karat putih lebih umum dijumpai. Gejala serangan karat putih adalah terdapatnya bintil-bintil (pustul) putih pada daun bagian bawah (Gambar 4). Pada daun bagian atas terjadi lekukan-lekukan mendalam berwarna pucat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikolutura, 2006) Gejala penyakit ini belum tampak jelas saat tanaman pada fase vegetatif, walau sudah terinfeksi (infeksi laten). Gejalanya baru terlihat apabila tanaman atau bagian tanaman telah mencapai umur tertentu. Gejala dimulai dari daun yang sudah tua dan berkembang cepat jika tanaman sudah memasuki fase generatif (Balai Penelitian Tanaman Hias, 2007). Pada sisi bawah daun (jarang pada sisi atas) terdapat bintik-bintik coklat yang terdiri dari uredium jamur. Penyakit memperlemah tanaman dan menghambat perkembangan bunga (Semangun, 2004).

Gejala pada tanaman krisan adalah pada daun bagian atas terdapat bercak berwarna kuning keputihan dan pada bagian bawah daun terdapat bercak (bintik-bintik) berwarna kuning keputihan dengan diameter 1-5mm (Gambar 4) (Searle dan Machin, 1968 dalam Rahardjo dan Suhardi, 2008). Faktor yang mempengaruhi Gambar 4. Gejala serangan Puccinia horiana Sumber.http://aujardin.ch Penyakit karat daun berkembang baik pada saat kelembaban yang tinggi pada areal pertanaman. Selain kelembaban yang tinggi jarak tanaman yang sangat rapat juga merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit (Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikulturan, 2006) Kondisi yang baik untuk perkembangan penyakit adalah kelembaban yang tinggi dan lapisan embun pada permukaan daun. Suhu optimum untuk perkembangan penyakit adalah 10 sampai 25 0 C (Seymour, 1977). Pengendalian Menurut Semangun (2004) pengendalian karat daun Puccinia, yaitu : 1. Daun-daun yang sakit dipotong dan dibakar. Tanaman yang sakit keras sebaiknya dibongkar. 2. Tidak menanam bibit yang berasal dari tanaman sakit. 3. Bila perlu tanaman disemprot dengan fungisida tembaga.

Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura (2006) Pengendalian dengan perbaikan lingkunagn fisik dapat dilakukan dengan penjarangan atau menanam dengan kerapatan lebih renggang. Selain pengendalian lingkungan fisik, Hanudin dan Budi (2012) melaporkan bahwa pengendalian juga dapat dilakukan dengan menggunakan mikroba antagonis seperti Bacillus subtilis dan Pseudomonas fluorescens 3. Penyakit tepung (Oidium chrysanthemi Rab.) Biologi patogen Menurut Alexopoulos dan Charles (1979), klasifikasi dari patogen penyebab penyakit tepung adalah : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Fungi : Ascomycota : Ascomycetes : Erysiphales : Erysiphaceae : Oidium : Oidium chrysanthemy Rab Embun tepung merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur dimana miselium tampak pada permukaan tanaman inang. Oidium memiliki konidia berbentuk bulat telur (Walker, 1969), konidiofor pendek yang kelihatan menopang satu atau lebih konidia. Dimana konidia yang ditopang adalah konidia dewasa dan/atau rantai dari konidia dewasa (Wheeler, 1975).

Gejala serangan Gejala serangan penyakit ini yaitu terdapatnya lapisan putih bertepung pada permukaan daun (Gambar 5). Tepung ini sebenarnya merupakan masa dari konidia jamur. Pada serangan berat menyebabkan daun pucat dan mongering (Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 2006). Faktor yang mempengaruhi Gambar 5. Gejala serangan Oidium chrysanthemi Sumber. http://deptan.go.id Penyakit ini biasa menyerang tanaman pada dataran tinggi maupun dataran rendah. Suhu optimum untuk perkecambahan konidiumnya adalah 25 0 C. Jamur berkembang pada cuaca kering, dan konidiumnya dapat berkecambah dalam udara dengan kelembaban nisbih rendah (50-75%) (Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 2006). Pengendalian Pengendalian penyakit embun tepung ini dapat dilakukan secara kimiawi yaitu dengan menggunakan fungisida. Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan dengan cara membuat kondisi pertanaman tidak cocok untuk perkembangan patogen ini salah satunya dengan pemangkasan. Pemangkasan ini dapat mengurangi kelembaban. Pengendalian alami juga dilakukan dengan

memanfaatkan biofungisida seperti Ampelomyces quisqualis. Selain itu konsep pengendalian terpadu juga dapat diterapkan, salah satunya adalah monitoring dan memahami siklus dari patogen itu sendiri (Suastika, 2006). 4. Kapang kelabu (Botrytis cinerea Pers.) Biologi patogen Menurut Alexopoulos dan Charles (1979), klasifikasi dari patogen penyebab penyakit kapang kelabu adalah : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Fungi : Deuteromycota : Deuteromycetes : Moniliales : Moniliaceae : Botrytis : Botrytis cinerea Pers. Jamur mempunyai konidiofor bercabang-cabang, bersekat, berwarna kelabu, dengan konidium lonjong atau hampir bulat, berukuran 12-13 9-10 µm (Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 2006). Konidiofor muncul tidak teratur tanpa pembengkakan basal, mempunyai panjang 750 µm, berwarna coklat, berdinding halus, dan pada bagian apikal terdapat percabangan. Konidia berbentuk abovoid (Gambar 6), berwarna coklat pucat, berdinding halus dan berukuran (8-14) (6-9) µm (Gandjar et al., 1999).

Gambar 6. Botrytis cinerea Sumber. http://apsnet.org Gejala serangan Pada tajuk bunga terjadi bercak kecil dan bundar. Jika lingkungan sangat lembab atau banyak hujan, bercak melebar dan tajuk bunga tampak seperti diliputi lapisan kelabu kecoklatan, tajuk membusuk dan berlekatan. Pada serangan berat dapat menyebabkan busuk bunga (Gambar 7) (Karyatiningsi et al., 2008). Faktor yang mempengaruhi Gambar 7. Gejala serangan Botrytis cinerea Sumber. http://deptan.go.id Jamur dapat bertahan sebagai saprofit pada sisa-sisa tanaman sakit. Penyakit biasanya hanya terjadi pada musim hujan pada kondisi yang sangat lembab (Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 2006). Faktor biotik dapat mempengaruhi perkembangan dan penyebaran patogen. Sebagai contoh, serbuk sari yang telah terinfeksi oleh jamur B. cinerea pecah lalu terbawa oleh angin. Serbuk sari kemudian menempel pada permukaan

tanaman lain. Tanaman tersebut akan terinfeksi jamur B.cinerea dari serbuk sari yang menempel tadi. Dengan demikian kehadiran serbuk sari mungkin meningkatkan tingkat penyakit (Brown et al., 1980). Pengendalian Pengendalian penyakit busuk botrytis dapat diiakukan dengan berbagai cara diantaranya secara kultur teknis, pengendalian biologis dan kimiawi. Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan dengan membersihkan sisa-sisa tanaman yang terinfeksi. Beberapa agens antagonis salah satunya jamur Trichoderma harzianum dilaporkan efektif dalam mengendalikan penyakit ini. Pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida diantaranya yang berbahan aktif dikarboksimid, fluidioksonil, cyprodinil, mepanipyrim dan pyrimetanil (Suastika, 2006). 5. Penyakit layu (Fusarium oxysporum Schlecht.) Biologi patogen Menurut Alexopoulos dan Charles (1979), klasifikasi dari patogen penyebab penyakit layu adalah : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Fungi : Deuteromycota : Deuteromycetes : Moniliales : Tuberculariaceae : Fusarium : Fusarium oxysporum Schlecht.

Umumnya mikrokonidia tidak mempunyai sekat, tetapi ada diantaranya yang bersekat 2, mempunyai ragam bentuk dan ukuran. Umumnya mikrokonidia berbentuk ovoid-elips sampai silindris, lurus atau sedikit membengkok, dan berukuran (5,0-12,0) (2,2-3,5) µm dan terdapat dalam jumlah yang banyak (Gambar 8). Konidiofor tidak bercabang atau fialid. Pada konidiofor ini terdapat mikrokonidia dengan jumlah yang banyak dam membentuk pola melingkar (Gandjar et al., 1999). Pada beberapa strain jarang terdapat makrokonidia. Makrokonidia terbentuk pada phialid, yang terdapat pada konidiofor bercabang atau dalam sporodokhia. Makrokonidia bersepta 3-5, berbentuk fusiform, sedikit membengkok, meruncing pada kedua ujungnya. Klamidospora terdapat dalam hifa atau dalam konidia, berwarna hialin, berdinding halus atau agak kasar, berbentuk semi bulat dengan diameter 5,0-15 µm (Gandjar et al., 1999). Gejala serangan Gambar 8. Fusarium oxysporum Sumber. http://life-worldwide.org Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura (2006) melaporkan bahwa gejala serangan dari patogen ini adalah tanaman layu, daun menguning mulai dari daun bagian bawah merambat ke daun bagian atas, dan akhirnya

mengakibatkan kematian tanaman (Gambar 9). Menurut Semangun (2004) Jika batang dibelah, berkas pembuluh tampak berwarna coklat Pada medium Potato Dextrose Agar (PDA) miselium mula-mula berwarna putih, dalam keadaan tertentu berwarna merah muda agak ungu. Semua Fusarium yang menyebabkan layu dan berada dalam pembuluh (vascular disease) dikelompokkan dalam satu jenis (spesies), yaitu F. oxysporum Sclecht. Jenis ini mempunyai banyak bentuk (forma) yang mengkhususkan diri pada jenis tumbuhan tertentu (Djaenuddin, 2011) Faktor yang mempengaruhi Gambar 9. Gejala serangan Fusarium oxysporum Sumber.http://deptan.go.id Menurut Clayton (1923) penyakit berkembang pada suhu tanah 21-33 0 C. Suhu optimumnya adalah 28 0 C. Sedangkan kelembaban tanah yang membantu tanaman, ternyata juga membantu perkembangan penyakit. Seperti kebanyakan fusarium, penyebab penyakit ini dapat hidup pada ph tanah yang luas variasinya (Semangun, 2004). Pengendalian Tanah dapat diperlakukan dengan Gliocladium sp. atau Trichoderma sp.. Sebelum tanam, benih dicelupkan ke dalam suspensi Pseudomonas fluorescens, untuk mencegah penyakit layu Fusarium sp. Pergiliran tanaman dapat dilakukan

untuk mengendalikan pengorok daun dan penyakit layu Fusarium. Pemupukan yang berimbang, sanitasi lingkungan, dan menjaga kerapatan tanaman perlu juga diperhatikan, sehingga kelembaban lingkungan tidak memungkinkan patogen untuk berkembang (Karyatiningsih et al., 2008).