1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

PERTEMUAN KE 7b OLEH : TRIYONO, SS. MM. STTNAS YOGYAKARTA

2017, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamb

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.388, 2010 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Tunjangan Operasi Pengamanan. Petugas. Pulau Kecil. Terluar.

PENGARUH PULAU PULAU TERLUAR TERHADAP PENETAPAN BATAS LAUT INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Persengketaan muncul akibat penerapan prinsip yang berbeda terhadap penetapan

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

UNCLOS I dan II : gagal menentukan lebar laut territorial dan konsepsi negara kepulauan yang diajukan Indonesia

BAB III ISU DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

PENYUSUNAN KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

xii hlm / 14 x 21 cm

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional

MASALAH PERBATASAN NKRI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Rancangbangun hukum pulau-pulau perbatasan merupakan bagian penting dari ketahanan negara.

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III JALUR ALUR LAUT KEPULAUAN INDONESIA (ALKI) dapat segera membuka jalur ALKI Timur Barat, atau jalur ALKI IV.

UPAYA MEMPERTAHANKAN KEDAULATAN DAN MEBERDAYAKAN PULAU-PULAU TERLUAR INDONESIA PASCA LEPASNYA SIPADAN DAN LIGITAN ( ) Oleh : Danar Widiyanta

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2013

DAFTAR NOMENKLATUR DAN PENAMAAN

SENGKETA-SENGKETA PERBATASAN DI WILAYAH DARAT INDONESIA. Muthia Septarina. Abstrak

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG TUNJANGAN OPERASI PENGAMANAN BAGI

No b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis

LAMPIRAN II RENCANA KERJA PENATAAN RUANG UNTUK PEMANTAPAN KEAMANAN NASIONAL (PENANGANAN KAWASAN PERBATASAN)

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2008, No hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENGEMBANGAN ALAT TANGKAP BAGAN DI WILAYAH PERBATASAN DALAM RANGKA MENJAGA KEDAULATAN REPUBLIK INDONESIA

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGELOLAAN PERBATASAN SEBAGAI GARDA TERDEPAN KEDAULATAN

IMPLEMENTASI BATAS WILAYAH dan KEPULAUAN TERLUAR INDONESIA terhadap KEDAULATAN NKRI

Analisis Kebijakan Pengelolaan 12 Pulau Kecil Terluar Indonesia (Ditinjau dari Proses Sekuritisasi dan Lingkungan Hidup)

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMEN/M/2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1 Wahyono S. Kusumoprojo, Beberapa Pikiran Tentang Kekuatan dan Pertahanan di Laut,

PROGRAM PEMBANGUNAN KAWASAN PERBATASAN

KOMUNIKASI, SINERGISITAS DAN KOORDINASI PARA PIHAK: DALAM PENANGANAN PERAIRAN SELAT MALAKA 1. kamaruddin Hasan 2

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah hukum. Di Indonesia, salah satu masalah hukum

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011

PUSANEV_BPHN. Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2006) 1

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau STUDI KASUS PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN PADA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Grand Design Pembangunan Kawasan Perbatasan.

PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si www. Khodijahismail.com

Sejarah Peraturan Perikanan. Indonesia

Mahendra Putra Kurnia

BAB III PENUTUP. tahun 2006 tentang tim nasional pembakuan rupa bumi. Saat ini ada

PENGERTIAN, LINGKUP & KEBIJAKAN PERENCANAAN WILAYAH PERBATASAN (MKP 3) aris SUBAGIYO

IUU FISHING DI WILAYAH PERBATASAN INDONESIA. Oleh Prof. Dr. Hasjim Djalal. 1. Wilayah perbatasan dan/atau kawasan perbatasan atau daerah perbatasan

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

TUGAS HUKUM LAUT INTERNASIONAL KELAS L PERMASALAHAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN

BAB V PENUTUP. a. Pengawasan Pelaksanaan Special Arrangments 1993: untuk memberikan kepastian hukum mengenai ruang lingkup wilayah

PERANANDANKEDUDUKANPEMERINTAHPUSAT DANDAERAHDALAMPENGEMBANGAN WILAYAHPERBATASANLAUT 1

BAB V PENUTUP. diakibatkan dari Illegal Fishing yang dari tahun ketahun terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Garis pantainya mencapai kilometer persegi. 1 Dua pertiga wilayah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional 4. Kedaulatan

MEMBANGUN KEMITRAAN DENGAN PERGURUAN TINGGI DALAM KAWASAN PERBATASAN KAWASAN NEGARA 1) Dr. Bambang Istijono, ME 2)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

PERMASALAHAN GLOBAL perubahan iklim dan naiknya permukaan air laut Dunia air laut : 13 cm per 10 tahun; suhu : 0,019 oc per tahun. Indonesia air laut

POTENSI GEOGRAFIS INDONESIA II

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAGANISASI DI PERAIRAN PULAU SEBATIK DALAM MENGATASI ILLEGAL FISHING ( Baganisasi in the Sebatik Island Waters on Combating Illegal Fishing)

PENEGAKAN YURISDIKSI TERITORIAL NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DALAM PENCAPAIAN ASEAN PHYSICAL CONNECTIVITY

BAB I PENDAHULUAN. dulu. Namun hingga sekarang masalah illegal fishing masih belum dapat

BAB V KESIMPULAN. wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban yang dilakukan di laut baik itu oleh

Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia

xvii MARITIM-YL DAFTAR ISI

Keywords : the outer island, maintaning, sovereignty, empower

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No Laut Kepulauan (archipelagic sea lane passage) dan jalur udara di atasnya untuk keperluan lintas kapal dan Pesawat Udara Asing sesuai denga

NAVIGASI. Pengertian Lintas (Art. Art. 18 LOSC) SELAT SELAT REZIM HAK LINTAS. Dalam arti geografis: Dalam arti yuridis: lain.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNIVERSITAS INDONESIA POTENSI ANCAMAN DI ALUR LAUT KEPULAUAN INDONESIA (ALKI) DALAM PERSPEKTIF KETAHANAN NASIONAL TESIS

Penataan Industri Perikanan Dilakukan Bertahap Jumat, 07 Oktober 2016

PENGAMANAN WILAYAH PERBATASAN DARAT GUNA MENDUKUNG KEUTUHAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA 1. Oleh: Yanyan Mochamad Yani 2

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEDAULATAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA ATAS PULAU NIPA DITINJAU BERDASARKAN UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA (UNCLOS) 1982

Transkripsi:

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahirnya komitmen pemerintah Indonesia untuk mengelola pulau-pulau kecil berdasarkan fakta bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelagic state) berdasarkan Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Convention on the Law of the Sea) pada tahun 1982 memiliki 17.508 pulau (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2000). Sebagian besar dari pulau-pulau tersebut merupakan pulau-pulau kecil dengan kekayaan sumberdaya alam dan jasa lingkungan (environmental service) yang sangat potensial untuk pembangunan ekonomi. Dari jumlah tersebut baru 5.700 pulau yang memiliki nama (Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan, 1995). Pulau-pulau kecil/gugusan pulau-pulau adalah kumpulan pulau saling berinteraksi secara fungsional dari sisi ekologis, ekonomi, sosial dan budaya, baik secara individual maupun secara sinergis, dapat meningkatkan skala ekonomi dari pengelolaan sumberdaya. Justifikasi lahirnya kebijakan pengelolaan pulau pulau kecil terluar Indonesia didasarkan pada kesadaran bahwa selama ini pulau-pulau kecil kurang mendapatkan sentuhan pembangunan karena berbagai kendala. Fakta lain juga menunjukan bahwa perairan pulau-pulau kecil berpotensi perikanan cukup tinggi, bahkan banyak ditemukan sumberdaya alam nirhayati strategis pada kawasan ini. Walaupun berpotensi tinggi, kawasan ini cenderung menjadi tempat penangkapan ikan ilegal di samping tempat praktek penangkapan yang tidak ramah lingkungan, seperti pemboman, pembiusan, dan penggunaan racun, baik oleh nelayan asing maupun lokal. Dalam kasus tertentu, pulau-pulau kecil yang terisolasi dijadikan tempat penyelundupan, pembuangan limbah, atau penambangan pasir. Analisis kebijakan pengelolaan..., Metrini Geopani, Program Pascasarjana, 2009 1

Indonesia secara langsung berbatasan darat dan/atau laut dengan 10 (sepuluh) negara. Indonesia berbatasan darat dengan Malaysia, Papua New Guinea dan Timor Leste. Kawasan terluar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berbatasan laut dengan Australia, Malaysia, Singapura, India, Thailand, Vietnam, Filipina, Palau, Papua New Guinea dan Timor Leste. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2002 tentang Daftar Koordinat Geografis Titik-titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia menyebutkan bahwa terdapat 183 titik dasar (TD) dengan lebih dari 50% TD berada di pulau-pulau kecil terluar (PKT) atau berjumlah 92 pulau kecil (Perpres No.78, 2005). Kawasan PKT Indonesia tersebar di 20 propinsi dengan kisaran luasan antara 0,05-200 km 2 dan sekitar 36 pulau yang berpenghuni. Kondisi pulau pada umumnya masih alami berupa pulau batu, karang dan pulau yang tidak memiliki vegetasi dengan sebagian besar tidak berpenghuni. Indonesia berada di wilayah yang sangat strategis bagi keamanan jalur laut internasional. Selat Malaka adalah pintu utama menghubungkan Samudera Hindia dan Pasifik. Keamanan Indonesia sebagai negara kepulauan menjadi semakin kompleks dan rawan karena luasnya wilayah perairan dan menyebarnya wilayah daratan wilayah air yang luas, daratan yang menyebar dan luasnya wilayah udara di atasnya menyebabkan wilayah Indonesia sangat rawan terhadap berbagai ancaman. Terorisme, penyelundupan manusia, kejahatan internasional, penyelundupan senjata ringan, dan sebagainya telah berhasil mengeksploitasi sifat wilayah air dan udara yang terbuka, dan wilayah darat yang tersebar yang tidak mampu dikontrol oleh Indonesia. Wilayah - wilayah yang terbuka terutama yang berhimpitan dengan choke points dan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) sangat mudah menjadi sasaran bahkan bisa terjadi benturan antara freedom of navigation dan isu kedaulatan di daerah-daerah yang berhimpitan atau menjadi choke points dan ALKI tersebut. Hal ini mengakibatkan Indonesia sangat potensial rawan terhadap berbagai Analisis 2 kebijakan pengelolaan..., Metrini Geopani, Program Pascasarjana, 2009

ancaman setidaknya menjadikan wilayah Indonesia akan selalu terbuka terhadap low-intensity conflicts yang berbasis maritim. Keterbukaan wilayah udara dan laut menyebabkan wilayah darat lebih rawan terhadap berbagai ancaman. Masalah kedua adalah aspek perlindungan terhadap aset strategis untuk kepentingan ekonomi. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Indonesia mengalami kerugian sangat besar dari operasi kapal-kapal penangkap ikan asing secara ilegal. Diperkirakan kerugiannya berkisar 5-6 milyar dolar AS tiap tahun. Tidak terhitung kerugian lain yang ditimbulkan oleh lemahnya kontrol udara. Selain itu, perkembangan perdagangan internasional akan makin menunjukkan semakin pentingnya kawasan laut untuk jasa pengangkutan. Demikian pula halnya dengan pencarian sumber-sumber energi baru di wilayah perairan. Kebutuhan energi pada tahun 2010 diperkirakan meningkat 210 persen. Hal ini berarti bahwa rute pasokan energi lewat laut harus aman dan sumber-sumber energi di laut akan menjadi sumber sengketa baru terutama di daerah perbatasan. Masalah ketiga adalah human trafficking dan penyelundupan senjata ringan dan narkotika. Setiap tahun ratusan ribu pucuk senjata ringan selundupan beredar di kawasan Asia Tenggara. Sebagian besar disebarkan melalui jalur laut (Vermonte, 2004). Demikian juga halnya dengan penyelundupan manusia yang berhasil mengambil keuntungan dari luasnya wilayah perairan Indonesia yang tidak mudah diawasi. Indonesia bisa menjadi tujuan akhir atau tempat transit. Peredaran senjata-senjata ilegal di daerah konflik menunjukkan kontrol udara yang lemah atas wilayah laut terkait langsung dengan tingkat konflik di Indonesia. Daerahdaerah yang berhimpitan dengan ALKI selalu sangat rawan terhadap kegiatankegiatan kejahatan internasional, penyelundupan manusia dan senjata, dan infiltrasi. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kaitan yang erat antara terorisme, separatisme dan kejahatan trans-nasional yang lain dengan pemanfaatan atau eksploitasi jalur-jalur laut di perairan Indonesia sehingga mereka bisa bergerak dengan bebas untuk memasuki Indonesia. Analisis kebijakan pengelolaan..., Metrini Geopani, Program Pascasarjana, 2009 3

Masalah wilayah perbatasan kini menjadi perhatian serius pemerintah Indonesia yang dipicu oleh minimnya pengawasan dan pengelolaan belum serius dilakukan di kawasan yang rawan mengancam kedaulatan negara. Kondisi yang rentan secara geografis dan geopolitik mengakibatkan kawasan 12 pulau kecil terluar Indonesia menjadi pemicu konflik antara negara. Lepasnya Sipadan-Ligitan sebagai salah satu konsekuensi keputusan Mahkamah Internasional atas pertimbangan bukti penguasaan efektif (effective occupation) terhadap kedua pulau tersebut. Kegagalan untuk mengontrol pulau-pulau kecil terluar atau wilayah yang menjadi sumber illegal logging dan illegal fishing mengakibatkan Indonesia sulit meyakinkan masyarakat internasional bahwa Indonesia memiliki kontrol kedaulatan politik dan hukum secara efektif atas wilayah-wilayah tersebut. Pengelolaan perbatasan negara sampai saat ini belum memberikan filosofi riil dan menyentuh seluruh aspek yang menyertainya termasuk teknis pelaksanaan. Permasalahan yang dihadapi di wilayah perbatasan terutama 12 pulau kecil terluar Indonesia antara lain: 1. Belum ada kepastian sebagian garis batas laut dengan negara tetangga. 2. Kondisi masyarakat masih terisolir dan marjinal sehingga dapat dimanfaatkan oleh pihak lain yang memiliki kepentingan. 3. Peningkatan pelanggaran hukum di wilayah 12 pulau kecil terluar seperti penyelundupan, pencurian ikan, trafficking, perompakan dan lain sebagainya dimana keterbatasan sarana dan prasarana untuk pembinaan, pengawasan dan pengelolaan khususnya pulau kecil terluar yang sulit dijangkau dan tidak berpenduduk. 4. Kondisi pulau yang sangat kecil yang rentan baik secara alami maupun manusia. 5. Pengelolaan 12 pulau kecil terluar Indonesia belum sinkron baik secara kelembagaan, kewenangan maupun program. 6. Peraturan perundangan yang belum jelas dan menyeluruh dalam pengelolaan. 7. Sosialisasi keberadaan dan pentingnya titik dasar (TD) dan titik referensi (TR) minim. Analisis 4 kebijakan pengelolaan..., Metrini Geopani, Program Pascasarjana, 2009

No. Tabel 1. Permasalahan 12 Pulau Kecil Terluar Indonesia Lokasi dan Negara Permasalahan Pelaksanaan Kegiatan Pulau Luas (km 2 ) Perbatasan 1 Rondo India 1. Rawan penangkapan ikan ilegal 1. Peningkatan patroli dan Kota Sabang 2. Rawan abrasi dan gempa bumi, Singgah oleh TNI NAD (0,456) tsunami 2. Pembangunan pos lintas 3. Rawan penyelundupan senjata Batas 3. Pembangunan dermaga kapal patroli atau rambu 4. Pemeliharaan TR based point 2 Berhala Malaysia 1.Tempat penyelundupan 1. Pemeliharaan TR based point dan garis pangkal kepulauan Kabupaten Deli Serdang 2. Rawan perompak 2. Pembangunan dermaga untuk Sumatera Utara (2,5) kapal patroli 3. Peningkatan bentuk dan ukuran dari TD ke TD tersebut 3 Pulau Nipa Singapura 1. Batas maritim RI-Singapura 1. Pembangunan dermaga untuk Kota Batam belum selesai kapal patroli Kepulauan Riau (10) 2. Mengalami kerusakan akibat 2. Pembangunan pos pengamat TNI penambangan pasir dan Polri 3. Perubahan garis pantai akibat 3. Peningkatan bentuk & ukuran dari pengambilan pasir TD ke TD tersebut 4. Perubahan garis batas dengan RI-Singapura 4 Sekatung Vietnam 1. Tempat persinggahan nelayan asing 1. Pulau batu dan bervegetasi Kabupaten Natuna 2. Kurang diperhatikan pemerintah (tanaman liar) Kepulauan Riau (22,2) pusat dan daerah 2. Peningkatan patroli dan singgah 3. Rawan penyelundupan dan illegal entri oleh TNI 4. Sulit didarati dari arah laut 3. Inventarisasi dan monitoring 5. Rawan abrasi dan gempa bumi, pulau - pulau kecil tsunami 5 Sebatik Malaysia 1. Perbedaan garis batas RI-Malaysia 1. Pembangunan dermaga Kabupaten Nunukan 2. Rawan penyelundupan 2. Peningkatan bentuk & ukuran dari Kalimantan Timur (414,16) 3. Rawan pengaruh Ipoleksosbud TD ke TD tersebut dari Malaysia 3. Pembangunan Pos Lintas Batas, 4. Mangrove rusak, air keruh dan Pos TNI/Polri berlumpur akibat sedimentasi 4. Patroli dan singgah oleh TNI AL 5. Pemeliharaan titik tugu batas, titik referensi based point 6 Marore Filipina 1. Rawan penyelundupan dan ilegal entri 1. Pembinaan PPBM dan sikap Sangihe Talaud patriotisme cinta NKRI Sulawesi Utara (3,12) 2. Rawan pengaruh Ipoleksosbud 2. Kunjungan periodik pemeritah dari Filipina pusat dan daerah 3. Kurang diperhatikan pemerintah 3. Pengukuran ulang based point dan pusat dan daerah pemeliharaan titik referensi based point 4. Rawan abrasi dan gempa bumi, Tsunami Analisis kebijakan pengelolaan..., Metrini Geopani, Program Pascasarjana, 2009 5

No. Lokasi dan Pulau Luas (km 2 ) Tabel 1. Permasalahan 12 Pulau Kecil Terluar Indonesia Negara Perbatasan Permasalahan Pelaksanaan Kegiatan 7 Miangas Filipina 1. Rawan pengaruh Ipoleksosbud 1. Terdapat pos border area Sangihe Talaud dari Filipina 2. Terdapat satgas TNI AL Sulawesi Utara (39,95) 2. Belum ada persetujuan bilateral dan Bea Cukai tentang batas maritim RI-Filipina 3. Peningkatan bentuk dan 3. Pulau dimasukkan ke dalam konsti- Ukuran dari TD tusi Filipina (Treaty of Paris 1898) 4. Mobile market TNI 4. Gempa bumi, abrasi dan tsunami 5. Pembangunan dermaga, fasilitas 5. Rawan penyelundupan senjata, komunikasi/informasi narkoba dan illegal entry 6. Kunjungan periodik pemerintah pusat dan daerah 8 Fani Palau 1. Rawan penyelundupan, subversif, 1. Pemeliharaan titik referensi based Kabupaten Biak Numfor intervensi, dan perompakan point Papua (9) 2. Rawan okupasi negara lain/musuh 2. Pembangunan dermaga, fasilitas 3. Gempa bumi, abrasi dan tsunami komunikasi/informasi 4. Kurang perhatian pemerintah pusat dan daerah 9 Fanildo Palau 1. Terpencil 1. Patroli dan singgah oleh TNI Kabupaten Biak Numfor 2. Rawan okupasi negara lain/musuh 2. Pemeliharaan titik referensi based Papua (0,1) 3. Gempa bumi, abrasi dan tsunami point 4. Kurang perhatian pemerintah pusat 3. Pembangunan dermaga, fasilitas dan daerah komunikasi/informasi 5. Tempat persinggahan nelayan asing 10 Asutubun Australia 1. Terbatasnya transportasi reguler 1. Patroli dan singgah oleh TNI Kabupaten Malrabar 2. Taraf hidup masyarakat rendah 2. Pembangunan dermaga, fasilitas Maluku (3,6) 3. Rawan subversif dan intervensi komunikasi/informasi 4. Gempa bumi, abrasi dan tsunami 3. Survei based point 11 Wetar Timor Leste 1. Belum ditetapkan titik dasar untuk 1. Relokasi pengungsi Timor Leste Kabupaten Malrabar batas wilayah RI-Timor Leste 2. Peningkatan patroli dan singgah Maluku (2,016) 2. Belum ditetapkan perubahan jalur oleh TNI ALKI-IIIB 3. Pembangunan pos lintas batas 3. Rawan penyelundupan, narkoba dan illegal entry 4. Rawan okupasi negara lain/musuh 5. Belum ada pangkalan TNI AL 12 Batek Timor Leste 1. Rawan penyelundupan dan ilegal 1. Patroli dan singgah oleh TNI Kabupaten TTU entri 2. Pemeliharaan titik referensi based Nusa Tenggara Timur 2. Gempa bumi, abrasi dan tsunami point (0,1) 3. Kurang perhatian pemerintah pusat 3. Pengukuran ulang titik referensi dan daerah based point Sumber: Dishidros, 2003 Analisis 6 kebijakan pengelolaan..., Metrini Geopani, Program Pascasarjana, 2009

Permasalahan utama yang terdapat di 12 pulau kecil terluar menurut Dishidros TNI AL (Dishidros,2003) meliputi: (1) rawan penangkapan ikan ilegal, (2) rawan perompakan, (3) rawan penyelundupan, (4) rawan okupasi negara lain, dan (5) rawan pengaruh ipoleksosbud dari negara lain. Sumber permasalahan hubungan antara Indonesia dengan beberapa negara tetangga yang berbatasan di masa datang dapat disebabkan antara lain ketidakjelasan penentuan garis batas antara kedua negara, masalah pelintas batas, pencurian sumber daya alam dan kondisi geografis serta inflitrasi asing (Dephan, 2003). Potensi ancaman pada 12 pulau kecil terluar Indonesia meliputi: (1) ketidakjelasan batas wilayah di laut, (2) penanganan pelintas batas oleh nelayan dan kapal asing, (3) pertumbuhan penduduk, (4) kondisi biogeofisik, (5) keterbatasan sarana dan prasarana, dan (6) ketimpangan perekonomian masyarakat lokal dengan negara tetangga. 1.2. Perumusan Masalah Kompleksitas potensi ancaman terkait dengan hilangnya arti fungsi strategis 12 pulau kecil terluar Indonesia dapat mengancam kedaulatan negara. Kebijakan pengelolaan 12 PKT yang dilakukan pemerintah Indonesia menggunakan strategi pendekatan lingkungan hidup dan kesejahteraan. Dengan demikian pertanyaan penelitian ini meliputi: 1. Bagaimana proses sekuritisasi 12 pulau kecil terluar Indonesia untuk mengatasi ancaman kedaulatan negara. 2. Bagaimana strategi pengelolaan lingkungan hidup (environment approach) 12 pulau kecil terluar Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi ancaman kedaulatan negara. 3. Bagaimana strategi pengelolaan kesejahteraan (prosperity approach) 12 pulau kecil terluar Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi ancaman kedaulatan negara. Analisis kebijakan pengelolaan..., Metrini Geopani, Program Pascasarjana, 2009 7

1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis strategi pengelolaan 12 pulau kecil terluar Indonesia untuk mengatasi ancaman kedaulatan negara berdasarkan proses sekuritisasi. 2. Menganalisis strategi pengelolaan 12 pulau kecil terluar Indonesia untuk mengatasi ancaman kedaulatan negara berdasarkan pendekatan lingkungan hidup (environment). 3. Menganalisis strategi pengelolaan 12 pulau kecil terluar Indonesia untuk mengatasi ancaman kedaulatan negara berdasarkan pendekatan kesejahteraan (prosperity approach). 1.4. Keterbatasan Penelitian Tesis ini bermaksud menganalisis strategi pengelolaan 12 PKT yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengatasi ancaman kedaulatan. Kedaulatan Westphalian membatasi kedaulatan negara pada teritorial sehingga aktor negara menjadi dominan untuk melakukan pengelolaan 12 PKT Indonesia. Strategi pengelolaan 12 PKT yang dilakukan pemerintah Indonesia berdasarkan kebijakan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar dalam Perpres No.78 Tahun 2005 dan implementasi kegiatan kelembagaan. 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Penelitian ini secara akademis dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta memberikan informasi kepada peneliti mengenai strategi pengelolaan 12 pulau kecil terluar Indonesia berdasarkan proses sekuritisasi, lingkungan hidup dan kesejahteraan masyarakat. 2. Secara praktis, diharapkan memberikan manfaat bagi Pemerintah Indonesia dalam membuat kebijakan pengelolaan 12 pulau kecil terluar Indonesia berdasarkan proses sekuritisasi, lingkungan hidup dan kesejahteraan masyarakat untuk mengatasi ancaman kedaulatan negara. Analisis 8 kebijakan pengelolaan..., Metrini Geopani, Program Pascasarjana, 2009