I. PENDAHULUAN. Definisi industri dalam istilah ekonomi dikategorikan dalam lingkup mikro dan

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN TEORI LOKASI INDUSTRI PT PETROJAYA BORAL PLASTERBOARD, GRESIK

1. Kecamatan Kedaton, Kota Bandar Lampung, - Kelurahan/Desa Kedaton. - Kelurahan/Desa Perumnas Way Halim. - Kelurahan/Desa Labuhan Ratu

Analisis skalogram merupakan analisis yang digunakan untuk menentukan. hierarki wilayah terhadap jenis dan jumlah sarana dan prasarana yang tersedia.

MENENTUKAN LOKASI INDUSTRI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintah, sosial, politik, pendidikan

I. PENDAHULUAN. kekuatannya sendiri menuju masyarakat yang adil dan makmur. Sasaran pokok

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan ibukota dari Provinsi Lampung. Secara

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung, selain

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai dengan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan

I. PENDAHULUAN. banyak sumber daya dengan meningkatkan efesiensi penggunaan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. daerah memberikan wewenang dan jaminan bagi masing-masing daerah untuk

IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan,

BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandarlampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung dengan luas total

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

BAB IV GAMBARAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh

DAMPAK PERKEMBANGAN INDUSTRI BESAR TERHADAP SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN TEMANGGUNG TUGAS AKHIR. Oleh: RIZKI OKTARINDA L2D

BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Menurut Badan Pusat Statistik (2012), Kota Bandar Lampung merupakan

I. PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, usaha kecil mikro, dan menengah adalah usaha

BAB IV. GAMBARAN UMUM. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu,

I. PENDAHULUAN. Aktifitas kegiatan di perkotaan seperti perdagangan, pemerintahan, persaingan yang kuat di pusat kota, terutama di kawasan yang paling

I. PENDAHULUAN. Perumahan dan pemukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan adil dan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PEMILIHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN KARET DI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Fisik dan Topografi Kota Bandarlampung

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan di suatu daerah merupakan tanggung jawab pemerintah dan

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

I. PENDAHULUAN. yang adil, makmur dan sejahtera. Salah satu strateginya adalah melalui

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

GAMBARAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG. kebudayaan, kota ini merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas dan mobilitas di daerah tersebut yang sebaliknya akan dapat

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya

I. PENDAHULUAN. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1982 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TANJUNGKARANG-TELUKBETUNG

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena

III. METODELOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tempe merupakan makanan yang terbuat dari biji kedelai atau beberapa

I. PENDAHULUAN. dan sandang demi kesejahteraan manusia. Untuk mewujudkan kesejahteraan

1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kota Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Kota Bandar

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pemerintah Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk

BAB I. PENDAHULUAN. masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk

I. PENDAHULUAN. Lingkungan adalah semua benda, daya serta kondisi, termasuk di dalamnya

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sering disebut sebagai salah satu pilar

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang sudah modern. Perkembangan jumlah UMKM periode

dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi nasional menitikberatkan pada pembanguan sektor

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung. Selain merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor industri tetapi banyak berkembangnya sektor industri kecil

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan

I. PENDAHULUAN. daya alam maupun sumberdaya manusia sehingga akan meningkatkan. Sejak krisis ekonomi tahun , industri manufaktur Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah Onder Afdeling Telokbetong yang dibentuk berdasarkan Staatsbalat 1912

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. (sebagai tindaklanjut statusnya pada zaman Pemerintahan Hindia Belanda dahulu)

DAFTAR LOKASI DAN ALOKASI PNPM MANDIRI PERKOTAAN T.A.2013 PROVINSI LAMPUNG

III. METODE PENELITIAN. masyarakat di kelurahan yang berada di kota Bandar Lampung, dan untuk

BAB 2 KAJIAN LITERATUR

I. PENDAHULUAN. dalam bentuk barang publik maupun jasa publik pada prinsipnya menjadi

IV. KEADAAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG. Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak untuk

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung. Kota Bandar Lampung adalah Ibukota Provinsi Lampung, dengan luas

TEORI WEBER DAN. 2 7 S e p t e m b e r NI MAH MAHNUNAH U N I V E R S I T A S A M I K O M PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang

I. PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat adalah tujuan utama suatu negara, tingkat

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bidang, termasuk didalamnya adalah pembangunan di bidang ekonomi. Salah satu

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

I. PENDAHULUAN. untuk menyajikan data suatu wilayah. Dengan salah satu fungsi peta tersebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan

Ayu Emilda Fatmawati Mahasiswa S1 Pendidikan Muzayanah, ST, MT Dosen Pembimbing Mahasiswa

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau segmen secara jelas. Sebagian besar kegagalan usaha yang terjadi disebabkan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah. Saat ini tidak ada satu teori pun yang mampu menjelaskan pembangunan ekonomi daerah secara komprehensif.

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi industri dalam istilah ekonomi dikategorikan dalam lingkup mikro dan makro. Pada lingkup mikro industri didefinisikan sebagai kumpulan dari perusahaanperusahaan yang menghasilkan barang-barang yang homogen atau barang-barang yang mempunyai sifat saling mengganti yang sangat erat. Sedangkan dalam lingkungan makro industri didefenisikan sebagai kegiatan ekonomi yang mempunyai nilai tambah (Nurimansyah, 1995). Keberadaan industri juga sering dikaitkan dengan peranan industri sebagai sektor pemimpin (leading sector), yaitu pembangunan industri dapat memacu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainnya seperti sektor perdagangan, pertanian, ataupun sektor jasa (Arsyad, 1999). Pertumbuhan laju industri menjadi akan terus berkembang melainkan adanya peningkatan yang terjadi pada sektorsektor lain. Sehingga ini akan menyebabkan perluasan peluang kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat serta peningkatan pada kulaitas sumber daya manusia dengan kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara optimal.

2 Perkembangan industri yang semakin meningkat menjadi salah satu dampak positif terhadap pertumbuhan perokonomian. Termasuk perkembangan yang meningkat diperoleh industri di Indonesia seperti industri kecil menengah (IKM) dan industri besar menengah (IBM). IKM memiliki peranan penting bagi perekonomian di Indonesia, IKM mampu menyerap lebih besar jumlah tenaga kerja sehingga mampu menguragi jumlah pengangguran, menumbuhkan keahlian, dan sebagai penggerak peningkatan komoditi ekspor. Industri kecil menengah mampu bertahan dan menjadi penopang ditengah krisis perekonomian karena pada umumnya sektor ini masih memanfaatkan sumberdaya lokal, baik itu sumberdaya manusia, modal, bahan baku, hingga peralatan, artinya sebagian besar kebutuhan IKM tidak mengandalkan barang impor. Peningkatan perkembangan teknologi menjadi kekuatan utama industri besar menengah (IBM). Proses produksi dalam jumlah besar serta permintaan yang terus bertambah membuat IBM menjadi pelopor pengembangan teknologi. Permintaan oleh konsumen dalam jumlah banyak dan mampu menyelesaikan secara on target membuat teknologi dalam pengembangan IBM selalu diandalkan. Berikut tabel perbandingan kontribusi oleh IKM dan IBM tahun 2008 hingga 2012. Tabel 1. Perbandingan Kontribusi Industri Kecil Menengah dan Industri Besar Menengah terhadap Unit Usaha dan Tenaga Kerja Tahun 2008-2012 Indikator 2008 2009 2010 2011 2012 1 2 3 4 5 6 1.Unit Usaha 51.414.262 52.769.426 54.119.971 55.211.396 56.539.560 (Unit) IKM IBM 51.409.612 4.650 52.764.750 4.676 54.114.821 5.150 55.206.444 4.952 56.534.592 4.968 2. Tenaga Kerja (Orang) 96.780.483 98.885997 100.991.962 104.613.681 110.808.154 Bersambung

3 1 2 3 4 5 6 IKM IBM 90.024.278 2.756.205 96.193.623 2.692.374 98.238.913 2.753.049 101.722.458 2.891.224 107.657.509 3.150.645 Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM, 2012. Kontribusi IKM dan IBM di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada Tahun 2008 dalam indikator jumlah unit, IKM mampu memperoleh sebesar 51.409.612 unit usaha yang di hasilkan IKM dan selalu mengalami peningkatan hingga tahun 2012 mencapai 56.534.592 unit usaha sedangkan, IBM hanya berjumlah 4.650 unit usaha pada tahun 2008 dan mengalami penurunan menjadi 4.952 unit usaha pada tahun 2011. Dalam indikator tenaga kerja sangat signifikan di tunjukkan oleh IKM yaitu pada tahun 2008 berjumah 94.024.278 tenaga kerja kemudian terus meningkat disetiap tahunnya begitu pula dengan IBM pada indikator kerja mengalami peningkatan hingga Tahun 2012. Pada hakekatnya penentuan lokasi industri tidak terlepas dari proses maupun lokasi pasar yang akan dilayani perusahaan. Proses produksi mencakup penentuan jenis bahan baku dan faktor produksi lainnya jumlah bahan baku ditentukan oleh skala produksi yang ada. Penentuan lokasi industri berorientasi pada biaya angkutan yaitu sumber bahan baku ditambah biaya optimum kepasar (Djaldjoeni, 1997). Pada umumnya pelopor teori lokasi yang termuka adalah pelopor dari Jerman. Dimulai dengan analisa lokasi Von Thunen (1826) (Bid Rent Theory ) yang membahas tentang analisa lokasi kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa tanah (pertimbangan ekonomi). Kemudian pada waktu industri di jerman mulai

4 berkembang, munculah Alfred Weber (1929) (Least Cost Theory) yang menulis buku tentang teori lokasi industri dengan mengambil kasus pemilihan lokasi pendirian pabrik besi baja untuk memenuhi permintaan industri kereta api. Setelah itu, August Losch (1954) (Market Area Theory) melihat persoalan dari sisi permintaan (pasar) mulai melakukan analisa lokasi produksi berada di pasar atau di dekat pasar (Tarigan, 2005). Menurut Teori Lokasi Weber lokasi dari setiap industri pada total biaya industri dan tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimal. Artinya pemilihan lokasi-lokasi industri berdasarkan tempat-tempat yang mempunyai biaya yang paling minimum dari bahan mentah yang dibutuhkan, tenaga kerja serta konsumen (pasar) yang semuanya ditimbang dengan biaya transportasi. Menurut Weber untuk menentukan lokasi industri terdapat tiga faktor penentu yaitu material (bahan baku), tenaga kerja dan konsumsi (pasar). Ketiga faktor tersebut oleh Weber ditimbang dengan biaya transportasi (Djojodipuro, 1992). Lokasi industri yang teraglomerasi disuatu daerah merupakan suatu keuntungan bagi suatu perusahaan industri yang lebih seperti saling membutuhkan produk diantara industri mungkin tersedianya fasilitas air, listrik serta tenaga kerja yang sudah terlatih dan murah. Fasilitas seperti ini secara tidak langsung akan menurunkan biaya atau kebutuhan modal, sehingga suatu lokasi yang teraglomerasi di kota Bandar lampung

5 yang seperti dikatakan oleh weber adalah salah satunya industri tempe yang memiliki jumlah yang cukup banyak di Bandar Lampung. Salah satu IKM pada Industri tempe di Kota Bandar Lampung merupakan industri yang menggunakan bahan dasar kedelai. Kedelai merupakan kunci utama suatu produksi tempe. Baik buruknya kualitas kedelai berpengaruh terhadap jangka panjang usaha tempe. Produksi kedelai di Indonesia bisa dikatakan masih belum mencukupi kebutuhan kedelai yang dibutuhkan Indonesia sehingga bergantung pada kedelai impor dari Amerika Serikat (AS) demi memenuhi pasokan salah satunya Industri tempe. Kendala yang dihadapi pada produksi kedelai di Indonesia yaitu seperti keterbatasan lahan, ketidakcocokan lahan, dan perubahan iklim serta para petani yang tidak tertarik untuk menanam kedelai lokal dikarenakan harga yang relatif rendah. Berikut tabel perkembangan produksi dalam negeri, impor dan pasokan kedelai nasional tahun 2010-2014. Tabel 2. Perkembangan Produksi Dalam Negeri, Impor dan Pasokan Kedelai Nasional Pada Tahun 2010-2014 Tahun Produksi Dalam Negeri (Ton) Impor (Ton) Pasokan (Ton) 2010 907.031 1.737.528 2.644.559 2011 851.286 2.087.985 2.942.271 2012 843.153 1.920.490 2.763.643 2013 779.992 1.192.172 1.972.164 2014 921.336 2.084.000 3.005.336 Rata-rata 860.559 1.804.435 2.665.594 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014 Dalam lima tahun terakhir tingkat ketergantungan pada kedelai Indonesia terhadap impor cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Rata-rata impor

6 kedelai pertahun mencapai 1.804.435 ton. Jumlah kebutuhan kedelai masyarakat Indonesia setiap tahun meningkat, namun produksi kedelai lokal cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya. Hal ini yang menyebabkan impor semakin tinggi untuk menutup kebutuhan produksi kedelai nasional yang hanya mampu memproduksi rata-rata 860.559 ton. Impor tertinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar 2.087.985 ton sedangkan produksi nasional pada tahun tersebut hanya 851.286 ton. Di Provinsi Lampung sendiri, produksi kedelai setiap tahunnya bisa dikatakan meningkat. Meskipun secara nasional Indonesia masih harus mengimpor kedelai demi memenuhi kebutuhan. Tahun 2014 produksi kedelai di Provinsi Lampung melonjak tinggi hingga mencapai 13.546 ton. Berikut hasil produksi kedelai di Provinsi Lampung menurut BPS dari tahun 2010 hingga 2014. Tabel 3. Produksi Kedelai (Ton) Provinsi Lampung dan Indonesia Tahun 2010-2014 Tahun Lampung (Ton) Indonesia (Ton) 2010 7.325 907.031 2011 10.984 851.286 2012 7.993 843.153 2013 6.156 779.992 2014 13.546 921.336 Rata-rata 8.728 860.559 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014 Produksi kedelai tertinggi di Provinsi lampung pada tahun terakhir yaitu 2014 sebesar 13.546 ton dimana produksi nasional juga cukup besar yaitu sebanyak 921.336 ton. Terbesar selanjutnya pada tahun 2011 yakni 10.984 ton kedelai sedangkan nasional sebesar 851.286. Dimana rata-rata hasil produksi kedelai dilampung pada tahun 2010-

7 2014 yaitu sebesar 8.728 ton dan rata-rata hasil produksi kedelai nasional sebesar 860.559 ton. Pada umumnya tempe digunakan sebagai lauk-pauk dan sebagai makanan tambahan. Tempe dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia karena selain makanan sehat dan bergizi tempe tergolong memiliki harga yang relatif murah. Industri tempe sangat mudah ditemui terutama di Kota Bandar Lampung karena jumlahnya yang sangat banyak seperti Industri tempe di Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Wayhalim, Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur dan Kelurahan Kedamaian Kecamatan Kedamaian yang memiliki pengrajin tempe paling banyak di Kota Bandar Lampung. Tabel 4. Data Jumlah Pengrajin Tempe Kota Bandar Lampung 2012 No Desa Kecamatan Jumlah pengrajin 1 2 3 4 1 Gunung Sulah Wayhalim 187 2 Kedamaian Kedamaian 100 3 Sawah Brebes Tanjung Karang Timur 83 4 Gedong Pakuon Teluk Betung Selatan 68 5 Surabaya Kedaton 38 6 Kupang Teba Teluk Betung Utara 13 7 Jagabaya II Sukabumi 12 8 Panjang Selatan Panjang 9 9 Keteguhan Teluk Betung Barat 6 10 Tanjung Baru Sukabumi 5 11 Tanjung Seneng Tanjung Seneng 3 12 Sawah Lama Tanjung Karang Timur 3 13 Sukarame Sukarame 2 14 Sumber Rejo Kemiling 2 15 Kota Baru Tanjung Karang Timur 2 16 Puri Indah Sukabumi 2 17 Gedong Air Tanjung Karang Barat 2 18 Jagabaya I Tanjung Karang Timur 2 Bersambung

8 1 2 3 4 19 Garuntang Teluk Betung Selatan 1 20 Kaliawi Tanjung Karang Pusat 1 21 Sukaraja Teluk Betung Selatan 1 22 Bumi Waras Teluk Betung Selatan 1 23 Segala Mider Tanjung Karang Barat 1 24 Gunung Terang Tanjung Karang Barat 1 25 Beringin Raya Kemiling 1 26 Sumur Batu Teluk Betung Utara 1 27 Way Lunik Panjang 1 28 Tanjung Agung Tanjung Karang Timur 1 29 Wayhalim Kedaton 1 Sumber : Koperasi Pengrajin Tahu dan Tempe Bandar Lampung, 2012. Industri tempe yang berada di Kelurahan Gunung Sulah, Sawah Brebes dan Kedamaian, Bandar Lampung merupakan industri rumahan yang sangat produktif. Industri ini mampu menyerap tenaga kerja lebih dari 50 pekerja di setiap kelurahan. Hal ini mampu mengurangi jumlah pengangguran dan mampu membantu perekonomian para penduduk setempat. Setelah peneliti melakukan pra survei, kebutuhan bahan baku kedelai untuk di Kelurahan Gunung Sulah, Sawah Brebes dan Kedamaian menggunakan kedelai impor. Alasan tidak menggunakan kedelai lokal karena kedelai lokal masih belum mencukupi kebutuhan kedelai di Indonesia disamping itu pula kualitas kedelai lokal masih belum sebaik kedelai impor dalam hasil akhir pembuatan tempe. Proses pembuatan tempe selain bahan dasar kedelai terdapat bahan baku penunjang pembuatan tempe seperti ragi, plastik untuk kemasan, kayu bakar/gas, wadah, drum, dan krei atau tatakan. Dalam proses pembuatan tempe, bagian yang paling banyak membutuhkan bantuan tenaga kerja adalah proses penaburan ragi biasanya membutuhkan 2-3 tenaga kerja untuk 1 kwintal kedelai.

9 Jumlah tenaga kerja yang bekerja di industri tempe di setiap rumah tergantung banyaknya produksi yang dilakukan, biasanya jika memproduksi kedelai sekitar 20-80 kg/hari tenaga kerja dibutuhkan cukup dengan keluarga sendiri apabila memproduksi kedelai lebih dari 90 kg/hari dibutuhkan tenaga kerja lebih seperti bantuan tetangga. Untuk mendapatkan bahan baku para pengrajin tempe tidak terlalu sulit, karena bahan baku tersedia di warung/toko yang dekat dengan masing-masing lokasi industri. Dikarenakan saat ini, Koperasi Pengrajin Tahu dan Tempe (KOPTI) sudah tidak lagi beroperasi dikarenakan para warung serta toko yang menyediakan bahan baku kedelai menawarkan harga yang lebih murah dan lebih mudah karena sebagian warung/toko ada yang mengantarkan kedelai ke industri-industri tempe tanpa dipungut biaya, sehingga lama kelamaan KOPTI pun tidak beroperasi. Kegiatan memasarkan hasil produksi tempe di Kelurahan Gunung Sulah, Sawah Brebes dan Kedamaian hanya terdapat dua cara dalam memasarkan yaitu dengan cara langsung atau keliling menggunakan kendaraan dan melalui tengkulak. Terkadang keuntungan maksimum di dapat bagi mereka yang berorientasi pada pemasaran yang dilakukan secara langsung. Sedangkan pemasaran melalui tengkulak dilakukan dengan cara mengambil langsung dari lokasi industri tempe, bukan tengkulak yang mengambil tempe sudah dilokasi pasar. Kegiatan memasarkan barang dagangan apabila lokasi pasar dekat dengan lokasi industri para penguasaha tempe menggunakan gerobak sedangkan lokasi pasar yang lebih jauh menggunakan kendaraan motor atau mobil.

10 Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, maka suatu analisis yang lebih mendalam mengenai apakah orientasi Teori Lokasi Weber terhadap industri tempe di Kelurahan Gunung Sulah, Sawah Brebes dan Kedamaian Bandar Lampung sudah termasuk dalam kriteria Teori Lokasi Weber yang mengatakan bahwa faktor penentu lokasi industri adalah bahan baku, tenaga kerja dan pasar serta keuntungan maksimum didapat atas biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum yang disajikan dalam penelitian yang menggunakan judul Analisis Orientasi Teori Lokasi Weber terhadap Keberadaan Industri Tempe Kota Bandar Lampung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan hasil penjelasan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1 Bagaimana pengelompokkan model industri berdasarkan bahan baku, tenaga kerja dan pemasaran terhadap industri tempe di Kelurahan Gunung Sulah, Sawah Brebes dan Kedamaian? 2 Bagaimana hasil perhitungan Indeks Material (IM) dan hasil keuntungan berdasarkan Teori Lokasi Weber terhadap industri tempe di Kelurahan Gunung Sulah, Sawah Brebes dan Kedamaian, Bandar Lampung? 3 Apakah industri tempe di Kelurahan Gunung Sulah, Sawah Brebes dan Kedamaian berorientasi pada Teori Lokasi Weber?

11 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan pemaparan di atas, maka tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1 Untuk menganalisis pengelompokan model industri berdasarkan bahan baku, tenaga kerja dan pemasaran terhadap industri tempe di Kelurahan Gunung Sulah, Sawah Brebes dan Kedamaian. 2 Untuk menganalisis perhitungan Indeks Material (IM) dan hasil keuntungan pada industri tempe di Kelurahan Gunung Sulah, Sawah Brebes dan Kedamaian, Bandar Lampung berdasarkan Teori Lokasi Weber. 3 Untuk menganalisis apakah industri tempe di Kelurahan Gunung Sulah, Sawah Brebes dan Kedamaian berorientasi pada Teori Lokasi Weber. D. Manfaat Penelitian Manfaat-manfaat yang diharapkan pada penelitian ini : a. Manfaat Praktisi Penelitian ini diharapkan menjadi saran bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan industri kecil menengah (IKM) serta harga-harga bahan baku yang mulai naik. b. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan waawasan bagi ilmu ekonomi regional dan khususnya ekenomi pembangunan dan menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya.

12 E. Kerangka Pemikiran Teori Lokasi Von Thunen (1826) (Bid Rent Theory ) Alfred Weber (1929) (Least Cost Theory) August Losch (1954) (Market Area Theory) Teori lokasi Industri Bahan Baku ( Indeks Material) Tenaga Kerja Pemasaran Keuntungan Orientasi Teori Lokasi Weber Gambar 1. Kerangka Pemikiran Teori Lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Pada umumnya pelopor

13 teori lokasi yang termuka adalah pelopor dari Jerman. Dimulai dengan analisa lokasi Von Thunen (1826) yang membahas tentang analisa lokasi kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa tanah (pertimbangan ekonomi). Kemudian pada waktu industri di jerman mulai berkembang, munculah Alfred Weber (1929) yang menulis buku tentang teori lokasi industri dengan mengambil kasus pemilihan lokasi pendiriran pabrik besi baja untuk memenuhi permintaan industri kereta api. Setelah itu, August Losch (1954) melihat persoalan dari sisi permintaan (pasar) mulai melakukan analisa lokasi produksi berada di pasar atau di dekat pasar. Teori Lokasi Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Weber juga menyatakan adanya 3 faktor penentu lokasi industri yaitu Material (bahan baku), tenaga kerja dan pemasaran. Yang semuanya dtimbang dengan biaya transportasi. Untuk menentukan apakah lokasi optimum tersebut lebih dekat ke lokasi bahan baku atau pasar Weber merumuskan suatu Indeks Material (IM) dimana apabila IM > 1 maka industri berorientasi pada bahan baku, IM < 1 industri berorientasi pada pasar atau IM = 1 berorientasi tepat ditengah-tengah. Berdasarkan analisis pengelompokkan model industri yaitu bahan baku, tenaga kerja dan pemasaran maka diperoleh keuntungan yang tertinggi dan terendah. Sehingga akan diketahui apakah industri tempe di Kelurahan Gunung Sulah, sawah Brebes dan Kedamaian berorientasi pada Teori

14 Weber yang mengatakan bahwa keuntungan maksimum didapatkan dari penjumlahan minimum antara biaya transportasi dan tenaga kerja. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini terdiri dari : I. Pendahuluan. Bagian ini terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan, manfaat, kerangka pemikiran, dan sistematika penulisan. II. Tinjauan pustaka. Berisikan teori-teori yang sesuai dengan Teori Lokasi Weber, Industri secara umum, Industri Kecil Menengah (IKM), teori produksi, tempe, bahan baku, tenaga kerja, transportasi serta rujukan dari penelitian terdahulu. III. Metodelogi penelitian. Berisikan jenis dan sumber data, populasi dan penarikan sampel, teknik pengumpulan data dan metode analisis. IV. Hasil perhitungan dan pembahasan. Berisikan analisis hasil perhitungan secara kuantitatif. V. Simpulan dan Saran. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN