5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

KETERSEDIAAN PANGAN DI PROVINSI PAPUA BARAT ABSTRAK

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU, DAN UBI JALAR 2015 PRODUKSI PADI TAHUN 2015 NAIK 9,23 PERSEN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

PRODUKSI PADI TAHUN 2014 (ANGKA SEMENTARA) TURUN 12,11 PERSEN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT

PROFIL PEMBANGUNAN PAPUA BARAT

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

PRODUKSI PADI TAHUN 2015 (ANGKA SEMENTARA) TURUN 5,00 PERSEN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

IV. KONDISI SUB-SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN ROKAN HILIR

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH. Mimi Hayatiˡ, Elfiana 2, Martina 3 ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi,

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

POTRET USAHA PERTANIAN PROVINSI BANTEN MENURUT SUBSEKTOR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator ekonomi yang

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

PENDAHULUAN Latar Belakang

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pulau Jawa, dan sebaliknya. Provinsi Lampung memiliki 12 kabupaten dan 2

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Katalog BPS :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

Transkripsi:

27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi dengan pasar terdekat yang menyerap jumlah produksi komoditas unggulan. Penilaiannya adalah semakin jauh jarak antara lokasi produksi dengan pasar maka peluang daerah tersebut untuk dijadikan sentra komoditas unggulan semakin kecil. Produktivitas: tingkat produkstivitas menggambarkan tingkat kesesuaian agroekosistem lokasi bagi pengembangan unggulan. Produksi: produksi komoditas unggulan masing-masing lokasi yang menggambarkan kontribusi komoditas unggulan tersebut bagi wilayah bersangkutan. Potensi lahan: Luasan lahan yang memiliki nilai ekonomi tinggi untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Penilaian potensi lahan dalam penelituan ini adalah luasan lahan masing-masing kabupaten di Provinsi Papua Barat yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Kesesuaian lahan: tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan wilayah yang akan dijadikan sentra pengembangan dapat dinilai dari ketinggian wilayah terhadap permukaan laut dengan kesesuaian syarat tumbuh komoditas terpilih. Rekomendasi Arah Pengembangan Agribisnis Arah strategi pengembangan agribisnis komoditas unggulan dilakukan secara deskriptif berdasarkan analisis AHP yang telah dilakukan sebelumnya. Komponen yang di analisis adalah keseluruhan subsistem dalam agribisnis, yaitu subsistem hulu, subsistem usahatani, subsistem hilir, pemasaran hingga lembagalambaga yang terlibat dalam kegiatan agribisnis komoditas-komoditas unggulan yang ada di Papua Barat. 5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak, Batas dan Luas Wilayah Provinsi Papua Barat merupakan salah satu dari 33 provinsi yang ada di Indonesia. Secara geografis Provinsi Papua Barat terletak pada 0 0,0 hingga 4 0,0 Lintang Selatan dan 124 0,00 hingga 132 0, 0 Bujur Timur, tepat berada di bawah garis katulistiwa dengan ketinggian 0-100 dpl. Secara geografis, Provinsi Papua Barat berbatasan dengan: - Sebelah Utara : Samudra pasifik - Sebelah Selatan : Laut Banda dan Provinsi Maluku

28 - Sebelah Barat : Laut Seram dan Provinsi Maluku - Sebelah Timur : Provinsi Papua Luas wilayah Provinsi Papua Barat mencapai 140.375,62 km 2 terdiri dari tiga kabupaten induk (Manokwari, Sorong dan Fak-fak), lima kabupaten pemekaran (Kaimana, Teluk Wondama, Teluk Bintuni, Sorong Selatan, dan Raja Ampat, Tambraw dan Maybrat) dan satu kota madya (Kota Sorong). Data statistik menjelaskan bahwa luas wilayah terbesar adalah Kabupaten Bintuni (29.840,83 Km 2 ) dan luas wilayah terkecil adalah Kota Sorong (56,64 Km 2 ). Masing-masing luas sebagai berikut: - Kabupaten Fak-Fak : 11.036,48 Km 2 - Kabupaten Kaimana : 16.241,84 Km 2 - Kabupaten Wondama : 3.959,53 Km 2 - Kabupaten Teluk Bintuni : 20.840,83 Km 2 - Kabupaten Manokwari : 14.250,94 Km 2 - Kabupaten Sorong Selatan : 3.946,94 Km 2 - Kabupaten Sorong : 7.415,29 Km 2 - Kabupaten Raja Ampat : 8.034,44 Km 2 - Kabupaten Tambraw : 5.179,65 Km 2 - Kabupaten Maybrat : 5.461,69 Km 2 - Kota Sorong : 656,64 Km 2 Wilayah Provinsi Papua Barat sebagian besar terdiri dari daerah pesisir dan pegunungan serta dataran rendah yang umumnya terdapat di lembah dan sepanjang pantai. Adapun pembagian wilayah berdasarkan ketinggian dari permukaan laut dapat diurai sebagai berikut: - Dataran rendah dengan ketinggian 0-100 meter dari permukaan lait sebesar 47,89%. - Wilayah dengan ketinggian 100-500 meter dari permukaan laut sebesar 26,78%. - Wilayah dengan ketinggian >500-1000 meter dari permukaan laut sebesar 9,78% - Dataran tinggi dengan ketinggian >1000 meter dari permukaan laut sebesar 15,55%. Penduduk dan Tenaga Kerja Penduduk merupakan salah satu komponen utama dalam sebuah pemerintahan. Utama karena sasaran pembangunan yang dilakukan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan penduduknya. Selain itu, penduduk juga sebagai pelaku pembangunan. Karenanya, baik buruknya kualitas penduduk mnentukan maju mundurnya suatu wilayah. Betapapun kekayaan alam melimpah ruah tanpa didukung kualitas penduduknya, kekayaan alam itu tidak akan mampu terkelola dengan baik untuk mensejahterakan penduduknya. Jumlah penduduk Papua Barat dapat dilihat pada Tabel 8.

29 Tabel 8 Jumlah penduduk Provinsi Papua Barat menurut jenis kelamin per kabupaten tahun 2011 Kabupaten Laki-laki Perempuan Jumlah Fak-Fak 36.287 32.216 68.503 Kaimana 25.807 22.444 48.251 Teluk Wondama 14.659 12.574 27.233 Teluk Bintuni 30.053 24.141 54.194 Manokwari 102.719 92.229 194.948 Sorong Selatan 20.598 18.699 39.297 Sorong 38.803 34.285 73.088 Raja Ampat 23.142 20.293 43.435 Tambraw 3.228 2.919 6.147 Maybrat 17.495 16.792 34.287 Kota Sorong 104.612 95.018 199.630 Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, 2012 Berdasarkan hasil proyeksi penduduk 2005-2015, jumlah penduduk Provinsi Papua Barat tahun 2012 berjumlah 789 ribu jiwa, terdiri dari 417 ribu laki-laki dan 371 ribu perempuan. Tampak komosisi laki-laki dan perempuan di Papua barat hampir seimbang, sedikit lebih banyak penduduk laki-laki dari pada perempuan. Konsentrasi penduduk Papua Barat masih di sekitaran kabupaten induk yaitu Kabupaten Manokwari (194.945 jiwa), Kota Sorong (199.630 jiwa) dan Sorong (73.088 jiwa). Jumlah penduduk Kabupaten Tambraw merupakan jumlah penduduk paling sedikit (3.228 jiwa), hal ini karena Kabupaten Tambraw merupakan kabupaten pemekaran baru yang baru dibentuk awal tahun 2010 lalu. Tabel 9 Jumlah penduduk angkatan kerja di Provinsi Papua Barat menurut jenis kelamin dan jenis kegiatan utama Tahun 2011 Jenis Kegiatan Utama Laki-laki Perempuan Jumlah 1. Penduduk usia kerja (15+) 279.322 242.889 522.211 a. Angkatan Kerja 234.079 135.540 369.619 - Bekerja 214.628 121.960 336.588 - Pengangguran terbuka 19.451 13.580 33.031 b. Bukan angkatan kerja 45.243 106.024 151.267 - Sekolah 34.829 26.777 61.606 - Mengurus rumah tangga 1.818 76.153 77.971 - Lainnya 8.596 4.419 13.015 2. Tingkat pengangguran terbuka (%) 8,31 10,02 8,94 Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, 2012 Dibidang ketenagakerjaan, tingkat partisipasi angkatan kerja Provinsi Papua Barat pada Agustus 2012 sebesar 70,78 % mengalami peningkatan sebesar 1,42% dibandingkan dengan kondisi Februari 2011. Pertumbuhan tenaga kerja yang kurang diimbangi dengan pertumbuhan lapangan kerja akan menyebabkan tingkat kesempatan kerja cenderung menurun. Meski demikian jumlah penduduk yang bekerja tidak selalu menggambarkan jumlah kesempatan kerja yang ada. Pada tahun 2011, total jumlah penduduk usia kerja sebesar 522.211 jiwa, dimana 336.588 jiwa dan 151.267 jiwa bukan merupakan angkatan kerja. Dari total angkatan kerja, 91,1% sudah bekerja dan hanya 8,9% yang pengangguran terbuka.

30 Sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja adalah mereka yang masih sekolah, lansia, ibu rumah tangga, dan lainnya. Kondisi Sosial Ekonomi Kinerja perekonomian yang dicapai Provinsi Papua Barat sampai tahun 2012 masih belum optimal, dengan melihat tantangan dan kesempatan yang ada maka perekonomian Provinsi Papua Barat masih terlihat optimis untuk terus meningkat dan menjadi lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan perekonomiannya yang cukup tinggi. Pertumbuhan Ekonomi Papua Barat tahun 2012 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan harga berlaku meningkat sebesar 15,84 persen terhadap tahun 2011. Semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor industri pengolahan 27,76 persen diikuti sektor konstruksi sebesar 12,30 persen dan sektor jasa-jasa sebesar 11,91 persen. Perkembangan PDRB Provinsi Papua Barat dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Perkembangan PDRB Provinsi Papua Barat atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha tahun 2009-2011 (%) Lapangan Usaha 2009 2010 2011 Laju (%/Tahun) 1. Pertanian / Agriculture 26,03 21,51 17,17-6,6 Tanaman Pangan 4,75 3,99 3,04-1,33 Tanaman Perkebunan 2,61 2,15 1,86-0,52 Peternakan 1,56 1,3 1,08-0,35 Kehutanan 7,11 5,7 4,53-1,875 Perikanan 9,99 8,36 6,66-2,515 2. Pertambangan 15,09 11,64 9,7-3,665 3. Industri Pengolahan 18,78 32,15 41,61 16,145 4. Listrik Dan Air Bersih 0,44 0,36 0,31-0,09 5. Bangunan 8,98 7,67 6,77-1,555 6. Perdagangan 9,82 7,94 7-1,88 7. Pengangkutan Dan Komunikasi 7,57 6,54 5,8-1,255 8. Keuangan 2,55 2,12 1,85-0,485 9. Jasa-Jasa 10,74 10,08 9,79-0,62 Produk Domestik Regional Bruto 100 100 100 Dari data Perkembangan PDRB Provinsi Papua Barat atas data konstan tahun 2011 naik sebesar 34,56 %, dari Rp 26.879,61 miliar pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp 36.170,46 miliar pada tahun 2011. Produksi Liquefied Natural Gas (LNG) mempengaruhi struktur ekonomi Provinsi Papua Barat sejak tahun 2010. Hal ini mendorong sektor industri pengolahan menjadi sektor terbesar yang menyumbang nilai PDRB pada tahun 2011. Keadaan tersebut menggeser kontribusi sektor pertanian yang selama ini menjadi sektor dominan di Papua Barat, menyebabkan sektor pertanian dari tahun ke tahun mengalami penurunan sebanyak -9,39 % dari tahun 2009 ke 2011.

31 Pada tahun 2010 kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Papua Barat turun dari 21,51% mencapai 17,17% yang menduduki urutan kedua setelah industri pengolahan (41,61%). Dari kontribusi sektor pertanian tersebut kontribusi terbesar adalah sektor perikanan (6,66%), kehutanan (4,53%) dan tanaman pangan (3,04%). Kontribusi sektor pertanian tanaman pangan terhadap PDRB akan lebih besar lagi apabila sistem usahatani diperbaiki. Potensi Agribisnis Papua Barat Potensi agribisnis Papua Barat di tingkat on-farm dapat diamati dari sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan. Hampir seluruh sektor agribisnis diproduksi di seluruh kabupaten-kabupaten yang ada di Papua Barat. Potensi tersebut dapat dilihat dari potensi lahan dan potensi produksi yang dimiliki Papua Barat. Potensi Lahan Darat Sumberdaya lahan darat merupakan sumberdaya potensial untuk agribisnis disamping sumberdaya pesisir dan lautan. Sumber daya lahan pertanian di Provinsi Papua Barat, berperan sebagai penghasil pangan serta sumber pendapatan petani dan daerah, sehingga upaya untuk mengembangkan pertanian perlu dilakukan. Mengingat sebagian besar masyarakat etnis Papua masih menggantungkan kehidupannya pada sumber daya lahan dan lingkungan maka usaha pengembangan pertanian secara tidak langsung juga meningkatkan taraf hidup, pendapatan, dan kesejahteraan. Potensi lahan Papua Barat untuk pertanian masih sangat besar dan baru sebagian kecl diantaranya sudah di manfaatkan. Sesuai data BPS Provinsi Papua Barat Tahun 2011, luas lahan tersedia yang cocok bagi pengembangan pertanian di Provinsi Papua Barat seluas 2.180.764 Ha. Dimana telah digunakan sebesar 624.313 Ha, sehingga tersisa 2.794.411 Ha, seperti disajikan dalam Tabel 11. Tabel 11 Luas lahan yang sesuai untuk pengembangan pertanian menurut kabupaten di Provinsi Papua Barat Tahun 2011 Kabupaten/Kota Luas Lahan (ha) Sesuai Telah digunakan Tersedia Fak Fak 553.784 184.651 369.133 Kaimana 312.807 71.305 241.502 Teluk Wondama 46.342 14.599 31.743 Teluk Bintuni 783.176 26.378 756.798 Manokwari 145.977 98.699 47.278 Sorong Selatan 477.321 30.953 446.368 Kota Sorong 454.150 166.208 287.942 Raja Ampat 20.854 31.520 0 Jumlah 2.794.411 624.313 2.180.764 Jika dilihat dari lahan yang sesuai untuk pengembangan pertanian, maka Kabupaten Teluk Bintuni memliki lahan yang paling luas yaitu 783.176 Ha,

32 namun yang baru digunakan sebesar 26.378 Ha. Sehingga masih tersisa 756.798 Ha lagi yang belum dimanfaatkan. Kabupaten lain yang memiliki potensi lahan adalah Kabupaten Fak-fak, Sorong Selatan dan Sorong. Sedangkan kabupaten yang memiliki lahan sesuai paling sedikit adalah Kabupaten Raja Ampat dan Kabupaten Teluk Wondama karena sebagian daratan wilayahnya merupakan pesisir dan pantai. Komposisi lahan darat meliputi lahan basah dan lahan kering. Jika dilihat dari data sebarana dan tipe lahan yang sesuai, maka Papua Barat memiliki total luas lahan untuk sawah lahan basah sebesar 7.410 Ha, lahan semusim (lahan kering seluas 4.184.873 Ha dan tanaman tahunan seluas 5.758.480 Ha dan hampir sebagian besar lahan di Papua Barat berada pada dataran rendah. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 12 berikut. Tabel 12 Sebaran dan tipe lahan yang sesuai di Provinsi Papua Barat Tahun 2011 Sawah Semusim Tanaman Sebaran (lahan basah) (lahan kering) Tahunan Dataran rendah 7.212.347 4.141.909 5.616.860 Dataran tinggi 198.060 42.964 141.620 Total 7.410.407 4.184.873 5.758.480 Berdasarkan luas lahan potensian untuk pertanian, maka luas lahan untuk pengembangan pertanian tanaman pangan dan hortikultura seluas 1.691.476 Ha, untuk lahan ternak seluas 32.476 Ha dan untuk perkebunan seluas 1.065.861 Ha. Dilihat pada Tabel 13, bahwa kabupaten dengan luas lahan potensial untuk pengembangan tanaman pangan dan hortikultura adalah Kabupaten Teluk Bintuni dengan luasan lahan 602.443 Ha, lahan potensial untuk peternakan adalah Kabupaten Kaimana dengan luas wilayah sesuai 25.488 Ha dan untuk lahan potensial perkebunan adalah Kabupaten Fak-fak dengan luas wilayah 405.491 Ha. Potensi lahan yang dimilki Provinsi Papua Barat sebagai modal awal untuk pengembangan pertanian berbasis agribisnis, sehingga sebaiknya dimanfaatkan sesuai dengan arah kebijakan pertanian agar dapat meningkatkan perekonomian setempat dan dapat mensejahterakan masyarakat. Tabel 13 Luas lahan potensial untuk pengembangan pertanian menurut kabupaten di Provinsi Papua Barat tahun 2011 Areal Pengembangan Pertanian (Ha) Kabupaten/Kota Tanaman Pangan/Horti Ternak Kebun Jumlah Fak Fak 139.025 4.634 405.491 553.784 Kaimana 243.294 25.488 44.025 312.807 Teluk Wondama 23.171 0 23.171 46.342 Teluk Bintuni 602.443 0 180.733 783.176 Manokwari 60.244 0 85.732 145.977 Sorong Selatan 354.515 0 122.806 477.321 Kota /Sorong 259.514 2.317 192.318 454.150 Raja Ampat 9.268 0 11585 20.854 Jumlah 1.691.476 32.439 1.065.861 2.794.411

33 Potensi Agribisnis Sektor Tanamana Pangan Sektor tanaman pangan di Provinsi Papua Barat termasuk sektor penting bagi perekonomian daerah, karena merupakan penyedia bahan pangan bagi kebutuhan masyarakat domestik. Sektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan kedelai. Sektor tanaman pangan di Provinsi Papua Barat merupakan sektor yang mempunyai kontribusi kedua terbesar setelah kehutanan terhadap perekonomian di Provinsi Papua Barat. Tabel 14 dan 15 merupakan data luas panen dan produksi tanaman pangan di Provinsi Papua barat tahun 2011. Tabel 14 Luas panen tanaman pangan menurut kabupaten di Provinsi Papua Barat tahun 2011 (Ha) No Kabupaten Padi Jagung Ubi Ubi Kacang Kayu Jalar Tanah Kedelai % 1 Fak-Fak 103 65 100 64 77 23 3,25 2 Kaimana 18 73 98 89 15 0 2,20 3 Teluk Wondama 42 141 199 70 41 29 3,93 4 Teluk Bintuni 872 192 196 121 90 99 11,81 5 Manokwari 4668 291 330 253 184 123 44,00 6 Sorong Selatan 268 98 198 79 97 33 5,81 7 Sorong 1772 269 336 171 61 47 19,98 8 Raja Ampat 540 89 130 96 31 21 6,82 9 Kota Sorong 0 60 157 75 0 0 2,20 Jumlah 8283 1278 1744 1018 596 375 100 Potensi luas panen tanaman pangan tanaman pangan didominasi oleh tanaman padi yaitu 8.283 Ha, ubi-ubian 3.022 Ha, dan palawija 2.506 Ha. Kabupaten Manokwari memberikan kontribusi terbesar (44 %) baik untuk tanaman padi, ubi-ubian dan palawija. Sedangkan Kabupaten Sorong berkontribusi sebesar 19,98 % dan Teluk Bintuni 11,81%. Beberapa daerah lain yang memiliki potensi lahan untuk pertanian dengan kontribusi bekisar 5%-10% terdapat di Kabupaten Sorong Selatan dan Raja Ampat. Tabel 15 Rata-rata produksi tanaman pangan menurut kabupaten di Provinsi Papua Barat tahun 2008-2011 (ton) No Kabupaten Padi Jagung Ubi Ubi Kacang Kayu Jalar Tanah Kedelai % 1 Fak-Fak 362 109 1171 651 78 24 3,78 2 Kaimana 47 123 1145 899 15 0 3,52 3 Teluk Wondama 118 229 2322 709 43 31 5,45 4 Teluk Bintuni 2784 323 2302 1258 96 103 10,85 5 Manokwari 16761 486 3879 2570 197 137 37,96 6 Sorong Selatan 707 164 2323 803 100 36 6,53 7 Sorong 6605 447 3951 1791 65 52 20,39 8 Raja Ampat 1921 142 1516 972 31 20 7,27 9 Kota Sorong 0 102 1831 756 0 0 4,25 Jumlah 29305 2125 20440 10409 625 403 100

34 Jumlah kontribusi terbesar produksi tanaman pangan terutama dari Kabupaten Manokwari (37,96%) dan Kabupaten Sorong (20,37%). Padi merupakan produksi terbesar tanaman pangan dengan total produksi 2.9305 ton, kemudian diikuti oleh ubi kayu (20.440 ton) dan ubi jalar (10.409 ton). Kontribusi terendah ditemui di Kabupaten Kaimana dan Fak-fak, dimana produksi terbesar kedua kabupaten ini hanya pada ubi kayu dan ubi jalar. Pengusahaan padi sawah umumnya dilakukan oleh petani transmigran, sementara petani lokal menanam padi ladang dengan pola perladangan berpindah. Rata-rata petani memperoleh hasil sebesar 2,5-3 ton/ha. Areal panen padi sawah pada tahun 2012 8.283 Ha (64% di kabupaten Manokwari dan 27% di Kabupaten Sorong). Padi ladang terluas (578 Ha) juga terdapat di Kabupaten Manokwari (BPS Papua barat 2012). Jenis ubi-ubian merupakan makanan lokal masyarakat Papua dan memiliki peranan yang cukup besar dalam memelihara kerukunan masyarakat dan adat istiadat setempat. Kabupaten Sorong dan Manokwari merupakan kabupaten penghasil ubi jalar dan ubi kayu terbesar yaitu diatas 3800 ton untuk ubi kayu dan 1200 untuk ubi jalar. Ubi kayu selain untuk dikonsumsi sendiri juga memiliki prospek yang cukup tinggi untuk industri pengolahan makanan bermutu tinggi. Potensi Agribisnis Sektor Tanaman Hortikultura Potensi tanaman hortikulura tersebar di seluruh kabupaten di Provinsi Papua Barat. Komoditi yang di usahakan masyarakat setempat antara lain tomat, cabai, terong, dan sayuran lainnya. Perkembangan produksi tanaman hortikultura dapat dilihat pada Gambar 5 berikut. Pada gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa produksi tertinggi adalah tomat dan kacang panjang, dimana konsentrasi produksi terbanyak terdapat di Kabupaten Manokwari. Sedangkan kangkung merupakan produksi terbanyak ketiga berkonsentrasi di Kabupaten Sorong. Dari semua jenis tanaman hortikultura yang diusahakan, kubis merupakan produksi terkecil. Hal ini dikarenakan tidak semua kondisi lahan di Provinsi Papua Barat cocok untuk ditanami kubis. Teknologi budidaya yang masih tradisional serta kurangnya ketrampilan petani juga menyebabkan budidaya kubis kurang diminati oleh petani di Provinsi Papua Barat. Ton 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 Kabupaten Fakfak Kaimana Gambar 5 Produksi tanaman hortikultura menurut kabupaten di Provinsi Papua Barat tahun 2011 (ton) Teluk Wondama Teluk Bintuni Manokwari Sorong Selatan Sorong Raja Ampat Kota Sorong

35 Potensi Agribisnis Sektor Tanaman Perkebunan Sektor perkebunan pencakup komoditi-komoditi mulai dari hasil tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat, pihak swasta maupun pemerintah seperti kelapa, kakao, kelapa sawit dan pala. Hampir seluruh produksi komoditi perkebunan yang di usahakan berfluktuasi. Hal ini dapat dilihat pada presentasi produksi komoditi perkebunan pada Gambar 6. Kelapa sawit merupakan produksi terbanyak dibandingkan komoditi yang lain yaitu > 50% dari total produksi perkebunan. Pada tahun 2010 kelapa sawit sempat mengalami penurunan produksi namun kemudian dapat meningkat lagi pada tahun 2011. Berbeda dengan komoditi lain yang mengalami penurunan di tahun 2012 padahal sebelumnya peningkatannya stabil. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya luas lahan panen yang semakin berkurang, kondisi kebun yang mulai menurun produktivitasnya, petani yang mulai beralih pada tanaman lain, dan kondisi iklim Provinsi Papua Barat yang tidak menentu sehingga kebun banyak terserang hama. 50000 40000 Ton 30000 20000 10000 0 2008 2009 2010 2011 2012 Tahun Kelapa Kelapa Sawit Kakao Pala Gambar 6 Persentasi perkembangan produksi tanaman perkebunan Provinsi Papua Barat tahun 2008-2012 (ton) Berbeda dengan tanaman pangan dan hortikultura yang produksinya menyebar hampir di seluruh kabupaten, tidak semua tanaman perkebunan terdapat di seluruh kabupaten di Provinsi Papua Barat. Hal ini dapat di lihat pada data produksi tanaman perkebunan Papua Barat menurut kabupaten pada Tabel 16. Berdasarkan konsentrasi produksinya, produksi kelapa sawit dan kakao terbanyak terdapat di Kabupaten Manokwari, kelapa di Kabupaten Raja Ampat dan pala di Kabupaten Fak-fak. Seluruh produksi kelapa sawit berada di kabupaten Manokwari. Hal ini karena kondisi lahan Manokwari sangat cocok untuk tanaman kelapa sawit, selain itu perusahaan besar milik negara dan swasta berada di Manokwari, sehingga terdapat pabrik pengolahan yang dapat menunjang kegiatan produksi kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit sebagian besar dimiliki oleh Perseroan Terbatas Perkebunan Negara (PTPN II) sejak tahun 1982 dan perkebunan swasta dalam bentuk perkebunan inti plasma. Pola yang digunakan PTP II adalah pola PIR (Perkebunan Intin Rakyat), dimana 2.807 Ha dikelola oleh inti dan 7.400 Ha dikelola plasma. Sedangkan perkebunan kakao di Papua Barat diusahakan oleh

36 perusahaan dan perkebunan rakyat dengan pola PIR serta kebun individu masyarakat tani. Perkebunan kakao hampir terdapat diseluruh kabupaten kecuali Kota Sorong, sedangkan yang dikelolah oleh perusahaan hanya terdapat di Kabupaten Manokwari dengan luas 1.668 Ha. Kabupaten Manokwari memiliki luas areal kebun yang paling luas yaitu 3.203 Ha dari total kebun 6.200 Ha (BPS Papua Barat 2012). Tabel 16 Produksi tanaman perkebunan menurut kapubaten di Provinsi Papua Barat tahun 2011 (ton) No Kabupaten Kelapa Kelapa Sawit Kakao Pala 1 Fak-Fak 151 0 74 212 2 Kaimana 1.235 0 220 0 3 Teluk Wondama 0 0 161 6 4 Teluk Bintuni 95 0 150 17 5 Manokwari 1.857 45.358 2.324 1 6 Sorong Selatan 112 0 301 6 7 Sorong 1.495 0 468 12 8 Raja Ampat 9.445 0 1.010 1 9 Tambraw 3.083 0 415 0 10 Maybrat 0 0 0 0 11 Kota Sorong 215 0 10 0 Data di atas juga menjelaskan bahwa semua tanaman perkebunan dapat diproduksi di Kabupaten Manokwari. Hal ini dikarenakan kondisi wilayah Manokwari yang cocok untuk lahan pertanian termasuk perkebunan. Selain itu, sebagai ibu kota provinsi, Manokwari juga memiliki fasilitas dan daya dukung yang dapat digunakan untuk menunjang keberlangsungan produksi tanaman. Daya dukung tersebut anatar lain, kemudahan aksesbilitas, terdapat lembaga-lembaga peunjang seperti Bank dan lembaga pemasaran, serta adanya pabrik pengolahan. Potensi Agribisnis Sektor Peternakan Potensi produksi ternak menunjukkan produk pemeliharaan ternak utama yang dihasilkan oleh masyarakat pada masing-masing kabupaten di Papua Barat. Hasil utama dari ternak adalah daging. Berikut ini pada Tabel 17 disajikan rata-rata populasi ternak penghasil daging yang dibudidayakan dimasing-masing kabupaten di Provinsi Papua Barat. Jenis ternak ruminansia di Provinsi Papua Barat didominasi oleh ternak babi dengan rata-rata populasi 47.174 ekor, kemudian sapi diurutan kedua dengan populasi sebanyak 29.864 ekor dan kambing sebanyak 11.082 ekor. Pada umunya peternakan babi diusahakan oleh masyarakat lokal. Babi menjadi ternak terbanyak kerena dukungan sosial budaya di Papua yang menganggap babi memiliki nilai sosial yang tinggi. Selain itu, mayoritas penduduk Papua Barat beragama nasrani menyebabkan permintaan daging babi di Provinsi Papua Barat terus meningkat. Populasi babi terbanyak terdapat di Kabupaten Manokwari yaitu mencapai 34.909 ekor, kemudian kota sorong sebanyak 5.670 ekor, serta Kabupaten Sorong, Teluk Bintuni dan Fakfak yang populasinya diatas 100 ekor.