BAB 6 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tabel 1. Waktu Penelitian

I. PENDAHULUAN. sebagai medianya. Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dipahami dan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif. Menurut

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting untuk menuangkan ide pokok

BAB I PENDAHULUAN. Semantik merupakan ilmu tentang makna, dalam bahasa Inggris disebut meaning.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERNYATAAN... iii. ABSTRAK... iv. KATA PENGANTAR... v. UCAPAN TERIMA KASIH... vi. DAFTAR ISI...

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN MOTTO LEMBAR DEDIKASI. ABSTRAK... i. ABSTRACK... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN. dengan dilakukannya proses pembelajaran manusia akan mampu berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Novel ini pun tercatat sebagai novel best seller islami di Indonesia. Ikatan Penerbit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Akhirnya penulis sampai pada bab kesimpulan setelah menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu ungkapan diri pribadi manusia yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan. Pelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya mengajarkan tentang materi

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sebuah karya sastra yang bermanfaat bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Lajang karya Ayu Utami ini menggunakan jenis penelitian deskriptif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan film yang diangkat dari sebuah novel bukanlah hal baru. Para

BAB I PENDAHULIAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan struktural (objektif). Metode dan pendekatan ini dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik memerlukan suatu sistem pendidikan yang memberikan

NILAI PENDIDIKAN KARAKTERNOVEL BURLIANKARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBALAJARANNYA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Ridha Wulan Kartika, 2014

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. penelitian ini tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau bisa disebut dengan bahasa tulis.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

pembelajaran berbahasa dan kegiatan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari karena antara satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan yang erat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ema Rosalita, 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Wardi Bahtiar dalam bukunya Metodologi Penelitian Dakwah. kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya 26.

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. upaya lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Salah satu ciri penelitian kualitatif itu

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

RESEPSI SISWA TERHADAP PUISI CINTAKU JAUH DI PULAU KARYA CHAIRIL ANWAR. Oleh Buyung Munaris Kahfie Nazaruddin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Membandingkan isi teks merupakan salah satu kompetensi dasar yang diajarkan di kelas XI SMA, yaitu pada Kompetensi Dasar 3.16: Membandingkan isi

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

BAB 5 KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, berikut ini akan dirumuskan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bahasa dan Sastra Indonesia 3. untuk. SMP/MTs Kelas IX. Maryati Sutopo. Kelas VII. PUSAT PERBUKUAN Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB 6 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Bab 6 berisi simpulan, implikasi, dan rekomendasi. Untuk itu, pertama akan dipaparkan mengenai simpulan hasil penelitian novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa sebagai dua objek perbandingan dalam penelitian. Kemudian, pemaparan hasil penelitian dilanjutkan pada pembahasan kerangka modul sebagai implikasi dari hasil penelitian. Modul yang dibuat juga akan dipaparkan secara rinci dan menyeluruh sehingga dapat menjadi rekomendasi bagi pembelajaran dan penelitian selanjutnya. Maka, untuk lebih jelasnya, berikut ini pemaparan secara rinci dari bab 6. 6.1 Simpulan Simpulan merupakan jawaban dari rumusan masalah penelitian yang didapatkan dengan merumuskan hasil penelitian. Untuk itu, sebuah simpulan berkaitan erat dengan setiap pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah penelitian. Maka, berikut ini akan dipaparkan simpulan dalam penelitian ini berdasarkan isi rumusan masalah. 6.1.1 Struktur Novel dan Film 99 Cahaya di Langit Eropa Dalam penelitian ini, struktur novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa didapat dengan melakukan analisis struktur. Analisis struktur difokuskan dengan menggunakan tiga aspek yaitu sintaktika, semantik, dan pragmatik. Ketiga aspek ini telah dipaparkan dalam bab 4 yang menghasilkan data-data tentang struktur novel dan film berupa alur dan pengaluran, tokoh dan penokohan, latar, dan sudut pandang penutur. Maka, seluruh data yang 531

532 terdapat pada ketiga aspek ini menunjukkan hasil dari analisis struktur novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa. Dalam aspek sintaksis ditemukan alur dan pengaluran baik pada novel maupun film 99 Cahaya di Langit Eropa. Hasil analisis alur dan pengaluran novel menunjukkan bahwa novel 99 Cahaya di Langit Eropa dilengkapi dengan banyaknya peristiwa. Peristiwa-peristiwa itu yang melingkupi isi cerita novel dan mengemas rapi tokoh dan penokohan yang terdapat pada isi cerita novel. Namun, peristiwa dalam film justru mengalami variasi. Ada beberapa peristiwa dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa yang tidak disajikan dalam filmnya, baik dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa part 1 maupun 99 Cahaya di Langit Eropa part 2. Peristiwa yang tidak disajikan dalam film yaitu tentang perjalanan Hanum dan Rangga ke kota Granada. Meskipun demikian, dalam film divariasikan dengan adanya peristiwa yang tidak terdapat pada novel. Adanya peristiwa-peristiwa yang berbeda atau bahkan divariasikan dari novel ke film ini membuat alur dalam novel dan film pun berbeda. Alur novel cenderung maju, sedangkan alur film mengacu pada alur campuran. Sementara itu, dalam aspek semantik dilakukan analisis tokoh, penokohan, dan latar cerita novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa. Analisis tokoh dan penokohan dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa cenderung banyak dan meluas. Akan tetapi, tokoh-tokoh dalam film cenderung sedikit tapi masing-masing penokohannya mendalam. Hal ini dapat disebabkan oleh kemampuan media film yang dilengkapi dengan visualisasi gambar tokoh. Maka, adanya visualisasi gambar tokoh membuat penokohan film dapat dengan mudah dikenali jika dibandingkan dengan penggambaran tokoh dalam novel. Kemudian, analisis latar novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa juga terdapat perbedaan. Ada beberapa tempat yang dideskripsikan dalam novel, tetapi tidak sama sekali ditampilkan dalam film. Sebaliknya, ada juga beberapa tempat yang tidak dideskripsikan dalam novel tetapi ditampilkan dalam film. Dengan demikian, latar tempat yang terdapat pada novel dan film 99 Cahaya di

533 Langit Eropa tidak secara merata sama disebabkan adanya cerita yang berbeda pada film sebagai upaya variasi oleh sutradara film 99 Cahaya di Langit Eropa. Perbandingan selanjutnya juga dilakukan dari aspek pragmatik atau tuturan. Pada aspek ini, novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa dianalisis sudut pandang penutur atau kehadiran penutur ceritanya. Hasil analisis sudut pandang penutur antara novel dan film menunjukkan adanya perbedaan dan persamaan. Kehadiran penutur cerita dalam novel dapat dengan mudah diketahui dari setiap teks yang dituliskan oleh pengarang. Akan tetapi, hal yang sebaliknya terjadi pada film. Kehadiran penutur dalam film tidak dapat dilihat hanya dari satu sudut saja karena film dilengkapi dengan visualisasi gambar tokoh dan latar yang secara nyata. Meskipun demikian, baik novel maupun film sama-sama mengutamakan penuturan tokoh Hanum sebagai pengantar dari cerita yang satu ke cerita selanjutnya. 6.1.2 Perbedaan kode-kode semiotik antara novel 99 Cahaya di Langit Eropa dan film 99 Cahaya di Langit Eropa Analisis kode-kode semiotik terhadap novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa ini dilakukan dengan menggunakan teori modus transaksi amanat Barthes. Dalam teori tersebut terdapat lima jenis kode. Kelima kode ini yang masing-masing dicari dan dianalisis terhadap novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa. Kode-kode yang terdapat dalam novel dan film berupa kata, frasa dan kalimat yang di dalamnya mengandung ciri dari modus transaksi amanat. Dengan demikian, kode-kode tersebut dalam novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa terdapat hampir di setiap peristiwa dalam novel. Lima kode modus transaksi amanat Barthes dalam novel ini berjumlah 77 data. Data tersebut terdiri atas14 kode teka-teki, 21 kode konotatif, 14 kode aksian, 15 kode simbolik dan 13 kode budaya. Semua data tersebut telah diklasifikasikan sesuai dengan masing-masing jenis kode yang dimaksud.

534 Maka, data paling banyak dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa ialah kode konotatif. Selain itu analisis modus transaksi amanat juga diterapkan terhadap film 99 Cahaya di Langit Eropa baik film bagian pertama maupun keduanya. Dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa part 1 dan 2 terdapat 40 data modus transaksi amanat Barthes. Data tersebut terdiri atas 12 kode teka-teki, 7 kode konotatif, 13 kode aksian, 2 kode simbolik, dan 6 kode budaya. Jadi, kode aksian merupakan data paling banyak dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa. Jika dilihat dari banyaknya data modus transaksi amanat dalam novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa, maka sangat terlihat perbedaan di antara novel dan film. Sesuai dengan apa yang dituju, maka dapat diketahui kodekode dalam novel dengan film jelas berbeda dari segi jumlahnya. Bahkan, kode yang paling mendominasi di antara keduanya pun berbeda. Novel 99 Cahaya di Langit Eropa lebih banyak mengutamakan penggunaan kode konotatif dalam teks ceritanya, sedangkan film 99 Cahaya di Langit Eropa justru lebih banyak mengutamakan penggunaan kode aksian Dengan demikian, perbedaan antara novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa terletak pada penggunaan kode modus transaksi amanatnya. 6.1.3 Penyajian bahan ajar teks alih wahana untuk SMA Setelah melakukan penelitian dengan berbagai tahapan pengumpulan data dan analisis, hasilnya ditujukan untuk membuat bahan ajar teks alih wahana. Adapun bahan ajar ini digunakan sebagai salah satu pedoman untuk menambah wawasan, khususnya bagi peserta didik. Hal ini disebabkan peserta didik merupakan orang yang akan menerima dan mengembangkan materi yang terdapat pada setiap bahan ajar. Maka, bahan ajar yang dibuat ialah hasil dari penelitian ini difungsikan untuk menambah wawasan atau pengetahuan.

535 Bertolak dari hal tersebut, maka penyajian bahan ajar teks alih wahana dari hasil penelitian ini berupa modul. Modul yang dihasilkan dispesifikan lagi menjadi sebuah buku pengayaan pengetahuan. Sesuai dengan namanya, buku pengayaan disusun dengan pengetahuan yang berkaitan dengan hasil penelitian ini. Jadi, buku pengayaan pengetahuan merupakan hasil akhir dari bentuk bahan ajar yang diperoleh dari penelitian. Buku pengayaan pengetahuan yang dibuat tetap mengacu pada aspekaspek yang dibahas dalam Bab IV, yaitu pemaparan fakta cerita novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa. Dalam hal ini, fakta cerita novel 99 Cahaya di Langit Eropa disajikan secara rinci. Begitu juga dengan film 99 Cahaya di Langit Eropa part 1 dan part 2, disajikan lengkap dengan gambar. Hasil analisis fakta cerita kedua objek penelitian tersebut, dituangkan dalam buku pengayaan pengetahuan yang difokuskan untuk siswa SMA. Dengan demikian, penyajian bahan ajar teks alih wahana dari hasil penelitian ini dimanfaatkan untuk SMA ialah berupa buku pengetahuan pengayaan. 6.2 Implikasi Penelitian ini dapat diimplikasikan untuk dijadikan sebagai materi penunjang dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Dengan pemaparan fakta cerita yang terdapat dalam novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa akan mempermudah pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA khususnya wahana tentang sastra. Novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa juga dapat dijadikan salah satu sumber bacaan bagi peserta didik dan guru dalam mengenal kajian sastra yang membuka wawasan tentang perbandingan di antara novel dan film. Selain itu, materi atau bahan ajar ini juga mengacu pada penjelasan mengenai adanya beberapa karakter psikologi perkembangan peserta didik usia remaja yang telah dipaparkan dalam bab 2. Maka, bahan ajar yang dibuat dari hasil penelitian

536 ini sudah disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan juga guru sebagai unsur-unsur penting dalam kegiatan pembelajaran. Peneliti berharap ada penelitian lanjutan yang lebih spesifik terhadap realisasi penginterpretasian maksud novel novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa dengan kajian yang menarik, sample yang lebih besar, dan teknik analisis yang lebih mendalam untuk mendapatkan hasil kajian yang sempurna. Seiring dengan masih jarangnya penelitian mengenai kode modus transaksi amanat sebagai perbandingan antara novel dan film, maka penelitian ini perlu mendapat perhatian dari para pakar sastra. Terutama pihak yang berwenang dalam bidang ini mampu memberikan bantuan demi melancarkan penelitian. Jika ada penelitian lanjutan semoga peneliti selanjutnya lebih berani mengungkapkan fakta-fakta yang sebenarnya dalam karya sastra seperti novel yang menjadi sumber data. Dalam pandangan peneliti, setiap penelitian tentu membutuhkan metode yang dapat menunjang untuk menghasilkan penelitian yang baik. Untuk itu peneliti berharap dengan adanya metode dalam penelitian ini dapat menjadi koreksi sekaligus pembaruan di benak peneliti selanjutnya. Sebab peneliti melihat masih terdapat kelemahan dalam metode yang peneliti gunakan ini. Metode deskriptif analisis komparatif yang digunakan dalam penelitian ini masih membuka peluang bagi siapapun baik pembaca, maupun peneliti lain untuk memiliki penafsiran yang sedikit berbeda atau mungkin bertolak belakang. Tetapi peneliti berharap hal ini cukup kiranya menjadi tolak ukur guna menghasilkan penelitian yang jauh lebih baik lagi. 6.3 Rekomendasi Bahan ajar yang dihasilkan dari penelitian ini direkomendasikan untuk guru Bahasa Indonesia agar dapat lebih kreatif dan inovatif lagi dalam mengembangkan bahan ajar yang akan disajikan pada peserta didik. Khsusnya dalam mengajarkan materi sastra, guru menjadi tidak hanya fokus pada buku

537 sumber yang disediakan oleh sekolah yang bersangkutan. Dengan demikian, peserta didik akan semakin tertarik dan bersemangat untuk memelajari materi yang ada. Kemudian, bahan ajar ini juga direkomendasikan untuk pengelola lembaga pendidikan. Hal ini disebabkan, pengelola lembaga pendidikan juga harus lebih selektif dalam memilih buku sumber yang akan dipergunakan oleh setiap guru bidang studi. Dengan adanya sikap selektif terhadap bahan ajar yang digunakan tentu akan saling menunjang ke arah pengembangan ilmu yang lebih baik. Namun, setiap materi ajar yang diberikan juga harus menyesuaikan silabus yang berlaku. Maka, dengan adanya bahan ajar dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan sebagai acuan untuk memilih buku sumber yang kaya akan materi bermanfaat dan sesuai dengan jenjang pendidikan yang dikelola.