BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011) yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

MODUL PENGAJARAN MENJAGA JARAK KEHAMILAN DAN MEMILIH ALAT KONTRASEPSI YANG TEPAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan "Keluarga Berkualitas 2015" adalah keluarga yang bertaqwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagian dari pemeliharaan kesehatan komperhensif bukan lagi hal yang baru.

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

PENGERTIAN KELUARGA BERENCANA

PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi fertilitas. (Prawirohardjo, 2006) kehamilan dengan memakai kontrasepsi. (Mochtar, 1998)

MATERI PENYULUHAN KB 1. Pengertian KB 2. Manfaat KB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI

GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio:

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka merupakan sumber ide penelitian yang dapat memberikan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sangat diinginkan, mengatur interval antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015 dan misi sangat

KEPERAWATAN MATERNITAS II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity)

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB PASCA PERSALINAN. Disusun Oleh :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pasangan usia subur berkisar antara usia tahun dimana pasangan (lakilaki

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam mencapai target MDGs (Millennium Development Goals), termasuk negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Keluarga Berencana (KB) kecil, bahagia dan sejahtera (Handayani, 2010)

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB IMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR. : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Klaten

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUHAN PUSTAKA

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB WANITA DI TUWEL

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mendasar dalam masayarakat. Menurut kamus WJS.Poerwadarminta (dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penjarangan kelahiran (Depkes RI, 1999; 1). dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004; 78).

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Jumlah AKI

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam keluarga. Keluarga Berencana memiki tujuan yang baik untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-I Keperawatan. Disusun Oleh: YENI KURNIAWATI J.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana Menurut Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011) yang diterbitkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Keluarga Berencana menurut Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan adalah upaya pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas. Dalam rangka menegakkan upaya KB, pemerintah bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikan pelayanan keluarga berencana yang aman, bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. 2.1.2 Visi dan Misi Program Keluarga Berencana Visi dari program Keluarga Berencana adalah untuk mewujudkan keluarga kecil dalam mencapai penduduk tumbuh seimbang 2015, dan misi dari program KB yaitu meningkatkan akses dan kualitas pelayanan KB dalam rangka mencapai kesertaan dan kemandiriann ber-kb.

Guna mewujudkan visi dan misi tersebut strategi yang di tetapkan dalam program KB adalah sebagai berikut : 1. Peningkatan pembinaan dan kesertaan KB jalur pemerintah 2. Peningkatan pembinaan dan kesertaan KB jalur swasta. 3. Meningkatkan pembinaan dan kesertaan KB jalur wilayan dan sasaran khusus. 4. Meningkatkan kualitas promosi dan konseling kesehatan reproduksi. 2.1.3 Tujuan Program Keluarga Berencana Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat/angka kematian ibu dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitasdalam mencapai penduduk tumbuh seimbang 2015. 2.2 Pasangan Usia Subur Yang dimaksud dengan Pasangan Usia Subur ialah pasangan suami istri yang istrinya berumur antara 15 tahun sampai dengan 49 tahun, dan secara operasional pula pasangan suami istri yang istri berumur kurang dari 15 tahun dan telah kawin atau istri berumur lebih dari 49 tahun tetapi belum menopause. (Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana, 2011)

2.3 Kontrasepsi 2.3.1 Pengertian Kontrasepsi Menurut etimologinya Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang artinya melawan dan konsepsi yang memiliki arti penyatuan sel telur dan sel sperma yang kemudian disebut dengan pembuahan. Maksud dari kontrasepsi adalah obat, alat, atau cara untuk mencegah terjadinya konsepsi (kehamilan). Secara umum jenis kontrasepsi ada dua macam, yaitu : 1. Kontrasepsi yang mengandung hormonal (pil, suntik dan implant). 2. Kontrasepsi non-hormonal (IUD,Kondom). Efektivitas dan tingkat kenyamanan penggunaan kontrasepsi bersifat individual tergantung klien yang menggunakan, oleh karena itu berbagai faktor harus dipertimbangkan seperti status kesehatan, efek samping potensial, konsekuensi kegagalan dan kehamilah yang tidak diinginkan, rencana besarnya jumlah keluarga, persetujuan orang tua dan pasangan, pada dasarnya penggunaan alat ataupun metode kontrasepsi berbeda antara satu klien dengan klien lainnya, tergantung pada kesesuaian alat dengan kondisi klien. Namun secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah : 1. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat bila digunakan. 2. Berdaya guna, artinya bila digunakan sesuai aturan akan dapat mencegah terjadinya kehamilan. 3. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan budaya di masyarakat.

4. Harganya terjangkau oleh masyarakat 5. Bila metode dihentikan penggunaannya klien akan segera kembali kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap. 2.3.2 Jenis Metode Kontrasepsi 1. Metode Amenorea Laktasai (MAL) a. MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif. b. MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila : menyusui secara penuh, lebih efektif jika pemberian sebelum haid, dengan frekuensi 8 x sehari, dan usia bayi kurang dari 6 bulan. c. Efektif sampai dengan jangka waktu 6 bulan dan harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya Keuntungan metode MAL : - Efektifitas tinggi (keberhasilan sampai dengan 98% pada 6 bulan pertama setelah melahirkan). - Tidak mengganggu proses senggama. - Tidak ditemukan efek samping secara sistemik. - Tidak memerlukan pengawasan medis dan biaya. - Mengurangi pendarahan post partum sekaligus mengurangi resiko anemia. Keterbatasan metode MAL: - Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan.

- Kemungkinan sulit dilaksanakan karena kondisi sosial. - Efektifitas tinggi hanya sampai dengan 6 bulan. - Tidak melindungi terhadap infeksi menular seksual. - Hanya dapat digunakan oleh ibu yang menyusui secara eksklusif, dan belum mendapat haid setelah melahirkan. 2. Metode Kontrasepsi Alamiah Metode kontrasepsi alamiah efektif bila dilaksanakan secara tertib. Yang termasuk ke dalam metode kontrasepsi alamiah adalah : a. Metode Kalender (Ogino-Knaus) b. Metode Suhu Badan Basal (Termal) c. Metode Lendir Serviks (Ovulasi Billings) d. Metode Sympto-Termal. e. Metode senggama terputus (Coitus Interuptus). 3. Metode Barier Metode Barier bertujuan untuk menghalangi terjadinya proses pembuahan, yang termasuk dalam metode barier : a. Kondom untuk pria Kondom merupakan salah satu alat kontrasepsi yang terbuat dari karet (lateks) berbentuk tabung tidak tembus cairan, dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dan dilengkapi kantung untuk menampung sprema yang dikeluarkan pria pada saat senggama sehingga tidak tercurah ke dalam vagina. Kondom menghalangi

terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet sehingga sperma tidak tercurah ke dalam alat reproduksi wanita saat berhubungan seksual. Keuntungan menggunakan kondom : 1. Relatif murah. 2. Tidak perlu memerlukan pemeriksaan medis, supervise atau follow-up. 3. Cara pemakaian mudah. 4. Dapat diandalkan. 5. Reversibel 6. Tingkat proteksi tinggi terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS). 7. Pria ikut secara aktif dalam program KB. (Hartanto, 2010). Keterbatasan kondom : 1. Angka kegagalan relatif tinggi. 2. Perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan seks. 3. Pada beberapa orang menyebabkan kesulitan dalam mempertahankan ereksi. 4. Pemakaian harus konsisten setiap kali berhubungan seksual. (Hartanto, 2010). b. Barier Intra Vaginal pada perempuan, terbagi atas : - Diafragma - Kap Serviks

- Spons - Kondom perempuan - Spermisida Vaginal dengan kemasan suppositoria, aerosol (busa), ataupun krim. 4. Metode Kontrasepsi Hormonal a. Kontrasepsi Hormon Steroid : Pil Oral Kombinasi dan Mini Pil (hanya berisi Progestin). Pil KB adalah suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet di dalam strip yang berisi gabungan hormon estrogen dan progesterone. Pil ini bekerja menekan ovulasi, yakni mencegah lepasnya sel telur dari indung telur dan mengendalikan lendir mulut rahim sehingga lebih kental dan sperma sukar masuk ke dalam rahim. Keuntungan menggunakan Pil : 1. Reversibilitasnya tinggi. 2. Mudah dalam penggunaan. 3. Mengurangi rasa sakit ketika menstruasi. 4. Mencegah anemia. 5. Mengurangi resiko kanker ovarium. 6. Mengurangi kemungkinan infeksi panggul dan kehamilan ektopik. 7. Tidak mengganggu hubungan seksual (Suratun dkk, 2008). Keterbatasan menggunakan pil :

1. Memerlukan disiplin dalam pemakaian. 2. Tidak mencegah penyakit menular seksual. 3. Tidak boleh diberikan kepada wanita menyusui. 4. Relatif Mahal. 5. Repot (Atikah dkk, 2010). b. Kontrasepsi Suntikan Terdapat 2 jenis kontrasepsi hormon suntikan KB. Jenis yang beredar di Indonesia : 1. Suntikan progestin saja (DMPA dan NET-EN). 2. Suntikan yang mengandung 25 mg Medroxy progesterone acetat dan 5 mg estradiol cypionate (Cyclofem) diberikan injeksi intramuscular sebulan sekali, dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan secara injeksi intramuscular sebulan sekali. Alat kontrasepsi ini bekerja dengan mencegah lepasnya sel telur dari indung telur, mengentalkan lendir mulut rahim sehingga menghambat spermatozoa masuk ke rahim, dan menipiskan endometrium sehingga tidak siap untuk kehamilan. Efektifitas cara kontrasepsi suntik sangat tinggi, dimana kegagalan sebesar 0,7% untuk kontrasepsi Depot Medroxyprogesteron asetat (Depo-Provera). Keuntungan menggunakan suntik :

1. Praktis, efektif dan aman. 2. Efek samping terhadap resiko kesehatan kecil 3. Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami-istri. 4. Jangka panjang. 5. Klien tidak perlu repot menyimpan obat suntik. Keterbatasan suntik : 1. Terjadi perubahan pola haid. 2. Pengguna sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan 3. Peningkatan berat badan pada beberapa kasus. 4. Tidak menjamin perlindungan terhadap infeksi menular seksual (Pinem, 2009). 5. Kontrasepsi Implan (Subdermal) atau Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) Implant adalah alat kontrasepsi yang diinsersikan di bawah kulit, dilakukan pada bagian dalam lengan atas atau di bawah siku melalui insisi tunggal dalam bentuk kipas. Jenis implant : a. Norplant, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel dengan lama kerja 5 tahun. b. Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang 40 mm, diameter 2mm, diisi dengan 68 mg 3 Keto desogestrel dengan lama kerja 3 tahun.

c. Jadena dan indoplant, terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Lenovorgestrel dengan lama kerja 3 tahun. Jenis yang paling sering digunakan di Indonesia adalah Norplant. Cara kerja susuk/implan dalam mencegah kehamilan pada dasarnya hampir sama dengan pil dan suntik. Keuntungan menggunakan implan : 1. Daya guna tinggi (kegagalan 0,2 1 kehamilan per 100 perempuan). 2. Memberi perlindungan jangka panjang (5 tahun). 3. Tingkat kesuburan cepat kembali setelah implant dicabut. 4. Tidak mengganggu kegiatan senggama. 5. Tidak mengganggu produksi ASI. 6. Dapat dicabut setiap saat jika dibutuhkan. Keterbatasan menggunakan implan : 1. Tidak member perlindungan terhadap infeksi menular seksual. 2. Memerlukan tindakan medis dalam pemasangan maupun pencabutannya, sehingga tidak dapat dilakukan oleh klien sendiri. 3. Efektivitasnya menurun jika penggunaan bersamaan dengan obat epilepsy maupun obat TBC. 4. Cara ini belum begitu dikenal sehingga beberapa masih enggan memakainya 5. Implan terlihat di bawah kulit. 6. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra Uterine Devices (IUD)

Jenis AKDR : a. Un-Medicated Devices b. Medicated Devices - Yang mengandung logam - Yang mengandung hormone : Progesterone atau levonorgestrel. 7. Kontrasepsi Mantap Terdiri dari 2 jenis, yaitu : a. Medis Operatif Wanita (MOW). Tubektomi, adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan kesuburan dengan oklusi tuba falopii sehingga spermatozoa tidak dapat bertemu dengan ovum. Keuntungan Tubektomi : - Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan). - Permanen. - Tidak mempengaruhi produksi ASI dan proses menyusui. - Tidak dipengaruhi faktor senggama. - Baik digunakan oleh klien yang mengalami resiko serius bila hamil. - Pembedahan sederhana. - Tidak ada efek samping dalam jangka panjang. - Tidak terdapat perubahan fungsi seksual.

- Mengurangi resiko kanker ovarium. Keterbatasan Tubektomi : - Bersifat permanen, sehingga membutuhkan pertimbangan matang dari pasangan. - Ditemukan rasa sakit atau tidak nyaman dalam jangka pendek setelah pemasangan. - Tidak melindungi terhadap infeksi menular seksual. b. Medis Operatif Pria (MOP). Vasektomi, adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa defrensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi. Keuntungan Vasektomi: - Sangat efektif. - Aman, morbiditas rendah. - Sederhana dan cepat. - Efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan. - Biaya relatif murah. Keterbatasan Vasektomi: - Diperlukan tindakan operasi. - Kadang terjadi komplikasi seperti pendarahan ataupun infeksi.

- Tidak langsung memberikan perlindungan total sampai dengan 20 kali ejakulasi atau 3 bulan. - Problem psikologis yang berhubungan dengan prilaku seksual mungkin timbul. 2.4. Konsep Perilaku Kesehatan Menurut teori Lawrence W Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) faktor perilaku seseorang yang memengaruhi kesehatan individu dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu : 1. Faktor Predisposisi (Predisposing factors) Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap akseptor terhadap metode kontrasepsi tertentu, tradisi dan kepercayaan masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi. a. Usia Usia berpengaruh terhadap proses perkembangan organ reproduksi seorang wanita, sehingga seiring pertambahan usianya, perlu dikaji metode kontrasepsi apa yang cocok terhadap wanita pada kelompok umur tertentu, dan alasan yang mendasari pemberian kontrasepsi harus jelas. Dua kelompok pemakai, yaitu remaja dan wanita peri-menopause perlu mendapat perhatian khusus. Secara umum dasar pemberian kontrasepsi pada remaja adalah untuk mencegah kehamilan dan penularan infeksi menular seksual, pemberian kontrasepsi pada remaja bersifat temporer dan harus tidak

memberikan efek samping serta mudah dalam proses pengembalian kesuburannya. Dasar pemberian kontrasepsi pada wanita perimenopause adalah dikarenakan oleh terdapatnya peningkatan morbiditas dan mortalitas jika mengalami kehamilan, pada kelompok usia perimenopause besar kemungkinannya memiliki kontra indikasi medis untuk menggunakan metode tertentu, sehingga diperlukan kontrasepsi yang lebih aman secara medis dan lebih efektif. b. Tingkat Pendidikan Menurut Feldstein yang dikutip oleh Zulikfan (2004), bahwa tingkat pendidikan dipercaya memengaruhi permintaan akan pelayanan kesehatan. Pendidikan yang tinggi memengaruhi dalam proses penerimaan informasi, sehingga dalam proses penyampaian informasi tentang metode dari program KB diperlukan penyesuaian dengan tingkat pendidikan sasaran. Pendidikan juga akan mempengaruhi pengetahuan dan persepsi seseorang tentang tujuan dari program KB. Pada akseptor KB dengan tingkat pendidikan rendah, keikutsertaannya dalam program KB hanya ditujukan untuk mengatur kelahiran. Sementara itu pada akseptor KB dengan tingkat pendidikan tinggi, keikutsertaannya dalam program KB selain untuk mengatur kelahiran juga untuk meningkatkan kualitas hidup anak dalam keluarga. Hal ini dikarenakan seseorang dengan tingkat pendidikan lebih tinggi memiliki pandangan yang lebih luas tentang suatu hal

dan lebih mudah untuk menerima ide atau cara kehidupan baru. Dengan demikian, tingkat pendidikan juga memiliki hubungan dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang akan digunakan (Bappenas, 2009). c. Penghasilan keluarga Kemampuan daya beli mempengaruhi dalam pemilihan metode kontrasepsi tertentu, dengan daya beli yang semakin tinggi, pasangan suami-istri lebih leluasa untuk memilih jenis metode kontrasepsi tertentu dengan pertimbangan medis yang lebih menyeluruh. d. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan berupa penerimaan. Pelayanan kontrasepsi akan berhasil dengan baik bila masyarakat mengenal berbagai jenis kontrasepsi yang tersedia. Akan tetapi, pengenalan berbagai jenis kontrasepsi ini cukup sulit karena hal ini menyangkut pola pengambilan keputusan dalam masyarakat itu sendiri. Proses pengambilan keputusan untuk menerima suatu inovasi meliputi empat tahap yaitu tahap pengetahuan (knowledge), tahap persuasi (persuasion), tahap pengambilan keputusan (decision), dan tahap konfirmasi (confirmation).

Suatu inovasi dapat diterima maupun ditolak setelah melalui tahap-tahap tersebut. Inovasi ditolak bila inovasi tersebut dipaksakan oleh pihak lain, inovasi tersebut tidak dipahami, inovasi tersebut dinilai sebagai ancaman terhadap nilainilai penduduk. Sementara itu, inovasi yang diterima tidak akan diterima secara menyeluruh tetapi bersifat selektif dengan berbagai macam pertimbangan. Tingkat pengetahuan masyarakat akan mempengaruhi penerimaan program KB di masyarakat. Pengetahuan yang benar tentang program KB termasuk tentang berbagai jenis kontrasepsi akan mempertinggi keikutsertaan masyarakat dalam program KB (Notoatmodjo, 2003). 2. Faktor Pendorong (Reinforcing factors) Faktor pendorong terwujud dalam ada atau tidaknya dukungan maupun larang dari budaya setempat, dukungan dari pasangan dan keluarga. a. Dukungan Pasangan Menurut Taylor dalam Sulistyorini (2007), dukungan keluarga merupakan bantuan yang dapat diberikan keluarga berupa barang, jasa, informasi dan nasehat yang mana membuat penerima dukungan akan merasa disayang, dihargai dan tentram. Dalam pemilihan jenis metode kontrasepsi yang digunakan, dukungan pasangan berupa kerja-sama dan toleransi dalam menjalani jenis-jenis metode kontrasepsi tertentu mempengaruhi tingkat keberhasilan dari metode kontrasepsi tersebut.

b. Faktor Budaya Norma dan nilai yang berlaku pada komunitas masyarakat tertentu perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis metode kontrasepsi. Beberapa hal yang dianggap sebagai sesuatu yang melanggar aturan sosial dapat mempengaruhi jenis metode kontrasepsi yang akan di gunakan oleh pasangan suami istri. Oleh karena itu, agar program KB dapat berjalan dengan lancar diperlukan pendekatan secara menyeluruh termasuk pendekatan kepada tokoh masyarakat ataupun tokoh agama. Peran tokoh masyarakat dan agama dalam program KB sangat penting karena peserta KB memerlukan pegangan, pengayoman dan dukungan yang kuat yang hanya dapat diberikan oleh tokoh masyarakat ataupun tokoh agama (BkkbN, 2010). 2.5. Metode Kontrasepsi menurut waktu pemakaian Menurut BKKBN, alat-alat kontrasepsi yang digunakan oleh akseptor KB, terbagi atas 2 metode menurut waktu efektif kontrasepsi bermanfaat : a. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Yang tergolong didalamnya adalah jenis-jenis kontrasepsi dengan durasi jangka waktu pemakaian panjang dan atau bersifat permanen. Terdiri atas IUD, implant, MOP (vasektomi), dan MOW (tubektomi). b. Metode Kontrasepsi non Jangka Panjang (non MKJP)

Yang tergolong didalamnya adalah jenis-jenis kontrasepsi dengan durasi jangka waktu pemakaian relatif singkat dan atau bersifat berulang. Terdiri atas kontrasepsi suntikan, pil, dan kondom. 2.6. Determinan Pemilihan Alat Kontrasepsi Menurut WHO dalam Wiknjosastro (1999), faktor-faktor penting bagi pasangan untuk memilih metode kontrasepsi adalah apakah metode tersebut : a. Permanen atau reversible b. Efektif c. Relatif murah d. Aman e. Mudah didapat f. Mudah digunakan dan tidak putus pakai g. Memiliki efek samping yang rendah h. Dapat digunakan pada saat menyusui i. Melindungi terhadap PMS j. Membutuhkan kerjasama pasangan k. Harus digunakan setiap berhubungan seksual.

2.7 Kerangka Konsep Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut ini: Variabel Independen Variabel Dependen Faktor predisposisi : - Usia - Tingkat pendidikan - Penghasilan keluarga - Tingkat pengetahuan Pemilihan Metode Kontrasepsi Faktor pendorong : - Dukungan pasangan - Budaya setempat Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian 2.8 Hipotesis Dari gambar kerangka konsep diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah terdapat pengaruh predisposisi (meliputi : usia, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, penghasilan keluarga), pendorong (meliputi : dukungan pasangan) terhadap pemilihan metode kontrasepsi pada pasangan usia subur di Desa Pangombusan Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir tahun 2014.