BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah PT Rajawali Nusindo yang mengelola bidang usaha

dokumen-dokumen yang mirip
2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN TENTANG PENGELOLAAN, PENATAUSAHAAN, SERTA PENCATATAN ASET DAN KEWAJIBAN D

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PT. : : : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus unit) dan menyalurkannya kepada pihak

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAPERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 1A/PLPS/2005 TENTANG

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. modal dasar pada saat itu berjumlah Rp ,- (dua ratus lima

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JAMINAN KREDIT INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STIE DEWANTARA Manajemen Bank

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tata Kerja Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan; 7. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 259/KMK.017/1993 tanggal 27 Pebruari 1993

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebenarnya tidak terdapat dalam KUHD maupun perundang-undangan lainnya, namun kita dapat

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan perekonomian dalam suatu Negara. Menurut Drs. Mohammad Hatta

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

GIRO & PINJAMAN REKENING

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN TENTANG PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS PENJAMINAN KREDIT DAERAH BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) menerangkan bahwa Perjanjian jual beli merupakan suatu perjanjian yang

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

I. PENDAHULUAN. orang yang tidak berhak dapat menggunakan surat berharga itu, karena pembayaran dengan surat

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI. memudahkan pengelolaan perusahaan. besar dan buku pembantu, serta laporan.

2 menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26/POJK.04/2014 TENTANG. Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Jenis surat berharga diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JAMINAN KREDIT INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal I Angka 1 Pasal 1 Cukup jelas. Angka 2 Pasal 3 Cukup jelas.

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL TENTANG PENJAMINAN PENYELESAIAN TRANSAKSI BURSA KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL,

Business Law. Surat berharga M-8. Tony Soebijono

PERJANJIAN PENGGUNAAN FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI DAN PENGAGUNAN NO...

PEMBAHASAN KASUS SUMBER DANA BANK

BAB I. KETENTUAN UMUM

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /POJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

GIRO DAN DEPOSITO A. PENGERTIAN GIRO

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA

No. 5/30/BKr Jakarta, 18 November 2003 S U R A T E D A R A N. kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO)

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/22/PBI/2004 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

G I R O DAN DEPOSITO. cek, bilyet giro, saran perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 27 /PBI/2000 TENTANG BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. BUMN sebagai salah satu badan hukum publik yang bergerak di sektor

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat yang sejahtera adil dan makmur berdasarkan Pancasila

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA

Sumber-sumber Dana Bank

Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/44/DPM tanggal 10 Desember JANJI (WA AD) UNTUK MEMBELI KEMBALI SBSN DALAM RANGKA REPO SBSN No...

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 11 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PENJAMINAN KREDIT DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

BAB III METODOLOGI ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas manajemen di perusahaan. Tujuan pengendalian intern adalah untuk

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /POJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth

PEDOMAN KERJA DIREKSI

Agen Kerjasama Kode Pos Longitudinal Kota (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m)

PERTANGGUNGJAWABAN BANK ATAS PENCATATAN PALSU YANG DILAKUKAN OLEH PEGAWAI BANK DALAM PENERBITAN SURAT KETERANGAN PENOLAKAN (SKP) BILYET GIRO Oleh :

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

BAB I PENDAHULUAN. Mengenai definisi perusahaan dapat ditemukan dalam Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK. keuangan (Financial Intermediary) antara debitur dan kreditur

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 1/PLPS/2005 TENTANG PROGRAM PENJAMINAN SIMPANAN DEWAN KOMISIONER LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN,

BAB I PENDAHULUAN. yang kegiatan utamanya menerima simpanan atau dana-dana dari masyarakat.

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

BAB II LANDASAN TEORI. lembaga keuangan yang kegiatannya adalah dalam bidang jual beli uang.

BAB I PENDAHULUAN. perputaran uang yang terjadi, hal itu akan semakin mendorong pertumbuhan

BAB V PENUTUP. Kesimpulan merupakan pernyataan yang diambil dari gejala-gejala atau

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan usahanya. Dana atau permodalan merupakan salah satu inti utama

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut modal perseroan. Penyetoran dapat dilakukan dalam bentuk uang dan benda

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN KERJA DEWAN KOMISARIS

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB I PENDAHULUAN. keuangan bukanlah sebuah pabrik atau produsen yang menghasilkan uang

BAB I PENDAHULUAN. Baik di Indonesia maupun di seluruh dunia banyak orang-orang yang

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /POJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,

Rekening Dana Investasi (RDI)

MANAJEMEN PERBANKAN. By : Angga Hapsila, SE.MM

BAB I PENDAHULUAN. Kasmir (2014) mengemukakan kegiatan utama suatu bank dalam suatu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (PT.

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai investasi, mengingat nilainya yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) adalah sebuah perusahaan Badan Usaha Milik Negara dengan kepemilikan saham 100% adalah Pemerintah Republik Indonesia yang dikendalikan dibawah naungan Kementerian BUMN, didirikan pada tahun 1964 yang berasal dari nasionalisasi yang dilakukan oleh pemerintah. Dalam usahanya bergerak dibidang usaha utama, yaitu Agro industri, Farmasi/Alat Kesehatan dan Perdagangan umum dan distribusi. PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) saat ini sebagai investment holding mengendalikan usaha dengan membentuk badan usaha sebagai anak-anak perusahaan sesuai dengan core business yang menjadi unggulan dibidangnya, seperti pabrik gula, pabrik obat dan salah satunya adalah PT Rajawali Nusindo yang mengelola bidang usaha perdagangan umum dan distribusi. PT Rajawali Nusindo didirikan sebagai perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan umum dan distribusi diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah perusahaan grup dengan memperdagangkan hasil-hasil dari perusahaan grup lain didalam PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) dan bekerjasama dengan prinsipal atau produsen untuk mendistribukan produknya. Untuk mendukung aktivitas perdagangannya, PT Rajawali Nusindo sebagai perusahaan yang memiliki jaringan perdagangan diseluruh Indonesia, mendirikan kantor cabang-kantor cabang sebagai kepanjangan tangan kantor

2 pusat yang berkedudukan di Jakarta juga bekerjasama dengan perusahaan swasta untuk mendistribusikan sesuatu produknya. Menurut Pasal 1 angka 5 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 37/M-Dag/Per/9/2007 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Perusahaan, definisi Kantor Cabang Perusahaan adalah perusahaan yang merupakan unit atau bagian dari perusahaan induknya yang dapat berkedudukan di tempat yang berlainan dan dapat bersifat berdiri sendiri atau bertugas untuk melaksanakan sebagian tugas dari perusahaan induknya. Namun, dalam mendirikan kantor cabang tidak ada ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mewajibkan membuat Akta Pendirian Cabang. Ketentuan pendirian kantor cabang diatur dalam Pasal 1 Anggaran Dasar Perseroan yang disebutkan bahwa Perseroan dapat membuka kantor cabang, kantor perwakilan, atau unit usaha lainnya baik didalam maupun diluar wilayah Republik Indonesia sebagaimana ditetapkan oleh Direksi dengan persetujuan Dewan Komisaris. Dalam pengurusan kantor cabang, kemudian Direksi menunjuk Kepala Cabang berdasarkan Anggaran Dasar Pasal 12 ayat 15 diatur bahwa Direktur untuk perbuatan tertentu atas tanggung jawabnya sendiri, berhak pula mengangkat seorang atau lebih sebagai wakil atau kuasanya dengan memberikan kepadanya atau kepada mereka kekuasaan untuk perbuatan tertentu tersebut yang diatur dalam surat kuasa. Salah satu kantor cabangnya yang menjadi obyek penulisan adalah Cabang Purwokerto. Segala aktivitas operasional cabang berada dibawah dan tanggung jawab Kepala Cabang. Kepala Cabang ditunjuk dan diangkat oleh

3 Direksi dan bekerja berdasarkan Surat Kuasa Khusus dari Direksi yang kemudian dituangkan kedalam Akta Notaris yang pada pokoknya memberikan tanggung jawab dan memiliki kewenangan antara lain ; membeli dan menjual barang dagangan, menagih dan menerima barang dan pembayaran serta mengurus aktivitas cabang secara keseluruhan sehari-harinya. Hubungan pertanggung jawaban dan operasional dalam sehari-hari dilakukan berdasarkan kerjasama antara Direksi dan pemegang kuasa (Kepala Cabang) yang di implementasikan dalam hubungan Kantor Pusat dan Kantor Cabang. Salah satu kegiatan operasional cabang Purwokerto adalah mendistribusikan produk lampu Philips dengan pelanggan pelanggan dari berbagai macam jenis dari mulai grosir sampai dengan retail, pendistribusian dilakukan dengan cara kanvasing yaitu ; 1. menawarkan dan menjual dalam partai kecil atau retail, 2. Menerima pesanan dalam jumlah besar dari pelanggan atau pedagang grosir. Pembayaran yang biasa dilakukan adalah dengan berbagai cara, yaitu dengan menggunakan cash atau menggunakan Bilyet Giro dengan jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan, namun dalam perkembangan dilapangan bisa terjadi resiko Bilyet Giro tersebut gagal bayar atau ketika jatuh tempo ternyata tidak terjadi transaksi dikarenakan si Penerbit Bilyet Giro tidak memiliki saldo yang cukup pada rekening yang dimilikinya. Permasalahan tersebut seperti yang telah terjadi dimana Bilyet Giro yang sudah diterbitkan dan sudah diterima oleh Kantor Cabang Purwokerto ternyata pada saat jatuh tempo tidak dapat di uangkan, padahal pembelian dan pengiriman barang sudah dilakukan sebagaimana mestinya yaitu sesuai

4 dengan mekanisme jual beli pada umumnya. pembayaran dilakukan dengan Bilyet Giro tersebut sampai dengan total sebesar Rp. 1.151.397.500,-, namun ketika sudah jatuh tempo dan sewaktu dilakukan pemindah bukuan ternyata gagal. Dalam banyak praktek transaksi di perusahaan PT Rajawali Nusindo khususnya Kantor Cabang yang salah satu aktivitas usahanya penjualan lampu Philips lazim menggunakan alat pembayaran dengan Bilyet Giro karena untuk menjamin pembayaran pada saat tertentu dengan termin sesuai kebijakan Kantor Pusat dan Kantor Cabang sebagai penjual sudah dapat mengakui adanya penjualan, maka pembayaran dengan menggunakan Bilyet Giro sangat sering ditemui, yang kemudian dikhawatirkan tidak memperhatikan kemampuan perbankan dari si Penerbit Bilyet Giro terlebih dahulu oleh Kantor Cabang. Dalam transaksi pembayaran dengan menggunakan system perbankan kita mengenal ada dua jenis yang hampir mirip yaitu cek dan giro atau Bilyet Giro. Cek adalah surat berharga di mana orang yang diberikan cek bisa langsung menguangkannya di bank. Sedangkan giro bilyet adalah surat berharga di mana orang yang menerima Bilyet giro tersebut tidak bisa langsung menguangkan giro itu di bank, tapi harus disetorkan lebih dulu ke rekeningnya di Bank yang bersangkutan. Barulah setelah itu Bank tersebut memindahkan uang atau memindahbukukan kedalam rekening yang telah ditentukan didalam Bilyet Giro yang diterbitkan. Terhadap permasalahan kerugian perusahaan yang akhirnya timbul seperti halnya yang telah ungkapkan diatas menjadi latar belakang penulisan

5 dalam hubungannya antara Kantor Pusat dalam hal ini berada dibawah tanggung jawab Direksi sebagai organ Perseroan Terbatas dan Kepala Cabang sebagai kepanjangan tangan Direksi untuk melaksanakan aktivitas perusahaan secara konkrit namun ternyata pada prakteknya terjadi pembayaran dengan menggunakan Bilyet Giro yang tidak dapat dicairkan atau transaksi jual beli gagal bayar. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis akan membatasi permasalahan pokok sehingga permasalahan-permasalahan yang diidentifikasi adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tanggung jawab Kepala Cabang selaku Penerima Kuasa Direksi untuk mengelola perusahaan dalam transaksi penjualan menggunakan Bilyet Giro di PT Rajawali Nusindo Kantor Cabang Purwokerto? 2. Bagaimana peranan kantor pusat dalam transaksi penjualan menggunakan Bilyet Giro di PT Rajawali Nusindo Kantor Cabang Purwokerto? 3. Bagaimana tanggungjawab Kepala Cabang atas bilyet giro yang gagal bayar di PT Rajawali Nusindo Cabang Purwokerto? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan tanggung jawab Kepala Cabang atas Bilyet Giro yang gagal bayar sehingga menimbulkan bagi Perusahaan. Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk:

6 1. Mengetahui tanggung jawab Kepala Cabang selaku Penerima Kuasa Direksi untuk mengelola perusahaan dalam transaksi penjualan menggunakan Bilyet Giro di PT Rajawali Nusindo Kantor Cabang Purwokerto. 2. Mengetahui peranan kantor pusat dalam transaksi penjualan menggunakan Bilyet Giro di PT Rajawali Nusindo Kantor Cabang Purwokerto. 3. Mengetahui tanggungjawab Kepala Cabang atas bilyet giro yang gagal bayar di PT Rajawali Nusindo Cabang Purwokerto. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat: a. menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam penelitian dan penulisan karya ilmiah b. memberikan manfaat berupa sumbangan pemikiran bagi dunia teori dan dunia praktik hukum perusahaan pada umumnya, khususnya perusahaan tempat penulis bekerja. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi yang mendalam bidang hukum perusahaan, terutama para bagian hukum yang bekerja di PT Rajawali Nusindo termasuk juga para Kepala Cabang agar dapat mengetahui batasan-batasan yang menjadi tanggung jawabnya menurut hukum.

7 E. Keaslian Penelitian Tesis ini dibuat oleh penulis sebagai hasil karya sendiri berdasarkan bahan-bahan yang dikumpulkan dari kepustakaan dan sumber-sumber yang dikutip maupun dirujuk. Beberapa penelitian yang dapat peneliti temukan sebagai berikut. Penelitian oleh Hatta tahun 2010 yang berjudul Tinjauan Yuridis Tanggung Jawab Direktur PT Terhadap Kepailitan PT Dikaitkan Dengan Prinsip Business Judgment Rule. Pokok permasalahan adalah bagaimana tanggung jawab Direktur PT. Direktur dalam melakukan semua tugas pengurusan sebuah perseroan wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab untuk mencapai tujuan perseroan. Namun dalam beberapa keadaan seorang Direktur bisa saja lalai atau dengan sengaja melanggar ketentuan yang ada untuk kepentingan dirinya sendiri atau pihak lain. Terhadap keadaan seperti ini Direktur dikenakan sanksi pertanggung jawaban pribadi, jika Direktur dapat membuktikan kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya, telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehatihaatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud tujuan perseroan, tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tidakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian dan telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut maka Direktur dilindungi oleh prinsip Business Judgment Rule.Perseroan Terbatas (PT) dalam menjalankan prinsipnya harus benar-benar sesuai dengan ketentuan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang berlaku, agar tidak terjadi conflict of interst antar kepentingan Direktur dengan kepentingan

8 perseroan. Bahwa doktrin putusan bisnis Business Judgment Rule hendaknya lebih diperhatikan, diadopsi oleh para penegak hukum di Indonesia khususnya hukum korporasi dalam memutuskan bersalah atau tidaknya seorang Direksi kasus-kasus hukum perusahaan khususnya. Penelitian oleh Tobing tahun 2011 yang berjudul Analisis Yuridis Terhadap Perjanjian Kredit Dengan Agunan Dalam Rangka Pinjaman Program Kemitraan : Studi Pada PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan. Permasalahan penelitian yaitu: (1) bagaimanakah pengaturan perjanjian kredit dalam rangka program kemitraan Badan Usaha Milik Negara kepada pelaku usaha kecil?; (2) bagaimana pelaksanaan perjanjian kredit pinjaman program kemitraan antara PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan dengan mitra binaannya? dan (3) bagaimana Upaya terhadap kendala pembayaran angsuran kredit pinjaman kemitraan PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan?. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa prosedur dan pelaksanaan pembinaan usaha kecil menengah dan koperasi yang dilakukan oleh PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, ditambah lagi dengan persyaratan agunan dalam pemberian pinjaman yang diatur dalam peraturan internal. Bentuk perjanjiannya adalah perjanjian dibawah tangan. PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan telah menyalurkan pinjaman kepada usaha mikro, kecil dan menengah secara selektif. Sementara bentuk dan kekuatan hukum dalam perjanjian pinjaman program kemitraan dituangkan dalam Surat Perjanjian Pinjaman yang telah baku (standart). Sedangkan upaya yang dilakukan PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan terhadap kendala pembayaran angsuran

9 adalah dengan melakukan penyuratan tunggakan dan pembinaan dikarenakan tujuan dari pemberiannya adalah untuk membantu masyarakat disekirar perusahaan. Dan apabila masuk dalam kategori wanprestasi penyelesaiannya adalah merujuk kepada tatacara penyelesaian yang tertera pada perjanjian tersebut. Penelitian oleh Gordon tahun 2012 yang berjudul Tanggung Jawab Penerbit Bilyet Giro Kosong Di Bank Sumut Cabang Utama Medan. Permasalahan penelitian yaitu: (1) Bagaimanakah tanggung jawab nasabah PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan dalam hal penerbitan bilyet giro kosong, (2) peran PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan dalam hal penerbitan bilyet giro kosong, dan (3) upaya yang dilakukan oleh PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan dalam hal adanya penerbitan bilyet giro kosong. Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, maka dapat diambil beberapa hal sebagai kesimpulan dalam penulisan ini. Diantaranya adalah Bilyet giro kosong adalah bilyet giro yang pada saat ditunjukkan ternyata ditolak oleh bank selaku tertarik dalam tenggang waktu adanya kewajiban penyediaan dana oleh penarik yaitu sejak tanggal efektif, karena saldo tidak cukup atau rekening telah ditutup.. Upaya yang dilakukan oleh PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan dengan adanya penerbitan bilyet giro kosong adalah dengan mengajukan kepada Bank Indonesia agar penerbit nasabah biro yang bersangkutan dimasukkan dalam Daftar Hitam Nasional (DHN). Hal ini disebabkan karena Bank Indonesia melakukan pengawasan tidak langsung dengan cara meneliti laporan yang disampaikan oleh Bank.