PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG KUNYIT (Curcuma domestica Val) DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BETINA SENTUL PUTIH PADA PERIODE GROWER (8-16 MINGGU) THE EFFECT OF ADDITION OF Curcuma domestica Val MEAL IN RATION ON PERFORMANCE OF FEMALE WHITE SENTUL GROWER PERIOD (8-16 WEEKS) Rafinzyah Umay Adha*, Tuti Widjastuti**, Abun** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21 Sumedang 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail : rafinzyah@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian mengenai Pengaruh penambahan tepung kunyit (Curcuma domestica Val) dalam ransum terhadap performa ayam betina Sentul putih pada periode grower (8-16 minggu) di Test Farm Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran selama dua bulan (25 Juni sampai 10 Agustus 2016). Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung kunyit dalam ransum terhadap performa ayam Sentul betina putih periode grower (konsumsi ransum, pertumbuhan bobot badan dan konversi pakan). Penelitian menggunakan 60 ekor ayam Sentul betina putih yang berumur 8 minggu dan dipelihara sampai umur 16 minggu. Analisis statistik yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan, yaitu dari P0 (ransum basal), P1 (ransum basal ditambahkan 0,1% tepung kunyit), P2 (ransum basal ditambahkan 0,2% tepung kunyit) dan P3 (ransum basal ditambahkan 0,3% tepung kunyit). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi pakan ayam Sentul betina putih fase grower. Penambahan tepung kunyit sebagai feed additive dalam ransum sampai 0,3% tidak memberikan efek negatif terhadap performa ayam Sentul betina putih periode grower. Kata Kunci : tepung kunyit, konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi pakan ABSTRACT The Research is to study "the effect of the addition of Curcuma domestica Val meal in ration on performance of female white Sentul grower period (8-16 weeks)" was conducted at Test Farm animal husbandry Faculty of the University of Padjajaran in two months (June 25 to August 10, 2016). The research aims to know the effect of the addition of Curcuma domestica Val meal in ration on performance female Sentul white grower period (feed consumption, daily body weight and feed conversion). The experiment used 60 female Sentul white aged 8 weeks were raised in cages until 16 weeks old. The experiment conducted with Complete Random Design (CRD) with five Curcuma domestica meal levels in the ration, namely: P0 ( the basal ration), P1 ( the basal ration was added 0,1% Curcuma meal), P2 ( the basal ration was added 0,2% Curcuma meal) and P3 (the basal ration was added 0,3%
Curcuma meal), repeated five time. The results of statistical analysis show that the treatments had no effect on feed consumption, daily body weights and feed conversion on female Sentul white on grower period. The results indicated that addition of Curcuma domsetica doesn t give negative effect on feed consumption, daily body weights and feed conversion. The real conclusion of this experiment that by giving Curcuma domestica meal going as feed additive in ration until 0,3% did not give negative effect on performance female Sentul white on grower period. Key Word : curcuma domestica, feed consumption of rations, daily body weights, feed conversion PENDAHULUAN Ayam Sentul merupakan ayam lokal asli Indonesia yang banyak dipelihara oleh masyarakat Jawa Barat. Ayam Sentul memiliki beragam galur atau strain, antara lain Sentul Abu (Kulawu), Putih (Debu), Emas (Jambe), Geni, dan Batu. Galur ayam Sentul abu dan putih lebih dominan di antara galur ayam Sentul yang lainnya. Ayam Sentul memiliki performa yang lebih baik dibandingkan dengan rumpun ayam lokal lainnya. Fase grower pada ayam petelur terbagi ke dalam kelompok umur 6-10 minggu atau disebut fase awal grower, yakni terjadinya pertumbuhan anatomi dan sistem hormonal pada ayam petelur. Kemudian, pada umur 10-18 minggu sering disebut dengan fase developer, yakni fase perkembangan yang ditandai dengan pertumbuhan anatomi kerangka ayam dan otot (daging) yang lebih dominan. Keberhasilan ternak ayam Sentul dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu breeding, feeding, dan management. Masalah utama dalam peningkatan performa ternak termasuk unggas adalah penyediaan pakan. Salah satu cara untuk meningkatkan performa ayam Sentul, yakni dengan cara penambahan zat dalam ransum ayam berupa antibiotik sintetis. Namun, pemberian antibiotik sintetis secara terus menerus akan menimbulkan residu bagi konsumen apabila mengonsumsi produk tersebut secara berlebihan. Untuk mencegah timbulnya residu, maka diperlukan pakan tambahan yang berbahan baku herbal. Kunyit (Curcuma domestica Val) merupakan salah satu jenis tanaman herbal yang berasal dari Asia, khususnya Asia Tenggara. Tanaman ini mudah ditemukan di Indonesia karena dapat tumbuh di berbagai lingkungan, mulai dari dataran rendah sampai dengan dataran tinggi dalam kondisi tanah liat maupun berpasir. Kunyit dimanfaatkan dalam pakan ayam karena dapat meningkatkan kerja organ pencernaan, merangsang keluarnya getah pankreas yang mengandung enzim amilase, lipase dan protease. Kandungan zat aktif yang dimiliki oleh kunyit adalah kurkumin dan minyak atsiri yang berfungsi sebagai kalagoga (dapat meningkatkan sekresi cairan empedu). Selain minyak atsiri, kandungan lain yang
terdapat di dalam kunyit adalah kurkuminoid yang dapat meningkatkan nafsu makan yang pada akhirnya akan meningkatkan bobot hidup ayam. Konsumsi pakan sangat berpengaruh pada produksi yang dicapai karena apabila nafsu makannya rendah, maka akan menyebabkan laju pertumbuhan dari ayam tersebut menjadi terhambat dan pada akhirnya produksi akan menjadi menurun. Oleh karena itu, peningkatan pertambahan bobot badan harus dimbangi dengan peningkatan konsumsi pakannya. Pengamatan terhadap jumlah ransum yang dikonsumsi oleh seekor ayam dalam waktu tertentu untuk membentuk daging atau berat badan dilakukan dengan menggunakan konversi pakan. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit (Curcuma domestica Val) dalam Ransum terhadap Performa Ayam Betina Sentul Putih pada Periode Grower (8-16 minggu). BAHAN, ALAT DAN METODE 1. Bahan dan Alat Penelitian Bahan penelitian yang digunakan yaitu ayam Sentul putih betina dengan umur 8 minggu berjumlah 60 ekor ayam yang diteliti sampai umur 16 minggu. Ayam dibagi secara acak dan ditempatkan dalam 20 unit kandang, setiap kandang terdiri dari 3 ayam. Ransum basal dan kunyit. Peralatan yang digunakan yaitu tempat pakan, tempat minum, lampu, timbangan, alat tulis dan kamera. Ransum basal yang digunakan terdiri dari campuran tepung ikan, bungkil kedelai, jagung kuning, dedak halus, CaC03, dan tepung tulang. Kandungan nutrien dan energi metabolis bahan pakan penyusun ransum dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan Nutrien dan Energi Metabolis Bahan Pakan Penyusun Ransum Bahan Pakan PK LK SK Ca P Lisin Met Sistin EM (%) (kkal/kg) Tepung ikan 58,0 9,00 1,00 7,70 3,90 6,50 1,80 0,90 2970 B. kedelai 44,0 0,90 6,00 0,32 0,29 2,90 0,65 0,67 2240 J. kuning 8,60 3,90 2,00 0,02 0,10 0,20 0,18 0,18 3370 Dedak halus 12,0 13,00 12,00 0,12 0,21 0,71 0,27 0,37 1630 CaCO3 0,00 0,00 0,00 40,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 T. Tulang 0,00 0,00 0,00 23,30 18,00 0,00 0,00 2 0 T. Kunyit 8,39 2,84 10,85 0 0 0 0 0 0 *) Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak Fapet Unpad
Ransum yang digunakan dalam penelitian disusun berdasarkan kebutuhan ayam petelur fase grower dengan kandungan Protein 15% serta Energi Metabolis 2755 kkal/kg. ransum yang digunakan berbentuk mesh. Susunan ransum basal Tabel 2. Tabel 2. Susunan Ransum Basal Bahan Pakan Ransum Basal.... %... Tepung ikan 8,00 Bungkil kedelai 4,75 Jagung kuning 58,00 Dedak halus 28,00 CaCO3 0,50 T. Tulang 0,75 Total 100,00 2. Metode Penelitian a. Prosedur Penelitian Mempersiapkan kandang, pencampuran pakan basal dengan tepung kunyit yang telah dihitung pencampurannya, persiapan ayam Sentul betina fase grower, menimbang pakan yang akan diberikan. Pemberian pakan, dilakukan 2 kali dalam satu hari pada pagi hari pukul 07.30 WIB dan sore pada pukul 15.00 WIB, penimbangan sisa pakan yang dilakukan setiap hari, Penimbangan bobot badan mingguan dan pencatatan hasil pengamatan. b. Peubah yang diamati 1. Konsumsi ransum (g/ekor) Jumlah konsumsi pakan dapat diketahui dengan cara menghitung selisih dari total keseluruhan pakan yang diberikan dengan sisa pakan yang ada. Konsumsi pakan dilakukan penghitungan tiap minggu. 2. Pertambahan bobot badan (g/ekor) Pertambahan berat badan dihitung dengan cara berat badan akhir dikurangi dengan berat badan awal yang diamati tiap minggu. 3. Konversi Pakan Konversi pakan dihitung selama delapan minggu perlakuan dengan cara membagi konsumsi pakan dengan pertambahan berat badan ayam.
c. Analisis Statistik Rancangan dilakukan dengan metode exprimental. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlaukan sebagai berikut: P 0 = Ransum basal P 1 = Ransum basal ditambah tepung kunyit 0,1% P 2 = Ransum basal ditambah tepung kunyit 0,2% P 3 = Ransum basal ditambah tepung kunyit 0,3% Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali, sehingga didapat 20 unit percobaan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Hasil penelitian menunjukkan data nilai rataan konsumsi ransum ayam Sentul dari tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ulangan P0 P 1 P 2 P 3... gram/ekor/hari... 1 59,54 59,96 59,08 57,92 2 59,87 59,12 58,62 59,92 3 59,83 58,00 57,00 58,50 4 58,71 58,62 59,29 51,75 5 59,96 59,21 59,96 59,87 Jumlah 297,91 294,91 291,95 287,95 Rata-rata 59,58 58,98 58,39 57,59 Keterangan : P0 = Ransum basal P1 = Ransum basal ditambah tepung kunyit 0,1% P2 = Ransum basal ditambah tepung kunyit 0,2% P3 = Ransum basal ditambah tepung kunyit 0,3% Dari Tabel 1 terlihat bahwa konsumsi ransum cenderung menurun dengan penambahan tepung kunyit dengan level yang lebih tinggi. Penambahan tepung kunyit dengan konsentrasi yang lebih tinggi pada ransum, akan menimbulkan bau yang khas dan rasa pahit sehingga menurunkan palatabilitas. Sejalan dengan yang dikemukakan Bintang dan Nataamijaya (2005) bahwa penambahan tepung kunyit untuk level yang lebih tinggi dapat menurunkan palatabilitas ransum sehingga kemampuan ternak dalam mengonsumsi ransum
akan berkurang. Hal tersebut dapat terjadi karena kunyit mengandung minyak atsiri dengan bau yang khas dan rasa pahit sehingga mengurangi nafsu makan. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan penambahan tepung kunyit pada ransum basal tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum. Hasil tersebut memberi gambaran bahwa konsumsi ransum pada setiap perlakuan berada kisaran yang sama. Ini berarti penambahan tepung kunyit dalam ransum sampai level 0,3% tidak memberikan efek negatif terhadap konsumsi ransum. Penambahan tepung kunyit dalam ransum tidak menurunkan palatabilitas, walaupun tepung kunyit menimbulkan rasa pahit dan bau yang khas tetapi minyak atsiri yang dikandung dalam tepung kunyit meningkatkan nafsu makan. Bila dilihat dari kandungan protein dan energi setiap ransum sama, ini menyebabkan konsumsi ransum pun sama. Sesuai dengan yang dijelaskan Scott dkk. (1982) bahwa jumlah ransum yang dikonsumsi juga dipengaruhi oleh palatabilitas ransum. Semakin ransum palatabel maka semakin banyak jumlah ransum yang dikonsumsi. 2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Bobot Badan Hasil penelitian menunjukkan data nilai rataan pertambahan bobot badan ayam Sentul dari tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Bobot Badan Ulangan P0 P 1 P 2 P 3.. gram/ekor/minggu. 1 44,37 37,38 36,88 44,38 2 43,75 45,75 37,83 40,29 3 50,67 47,75 43,04 53,25 4 51,00 46,63 45,96 32,96 5 49,83 41,25 40,00 40,00 Jumlah 239,62 218,76 203,71 210,88 Rata-rata 47,92 43,75 40,74 42,18 Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan tepung kunyit pada ransum basal tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan yang tidak berbeda diakibatkan jumlah konsumsi ransum masingmasing berada pada kisaran yang sama artinya ransum basal dengan penambahan tepung kunyit sampai batas 0,3% mempunyai palatabilitas sama, sehingga protein yang dikonsumsi sama. Pertumbuhan erat kaitannya dengan zat-zat makanan konsumsi terutama banyaknya
protein yang dikonsumsi, sehingga dengan ransum tidak berbeda antar perlakuan maka zat-zat makanan yang masuk kedalam tubuh ayam mempunyai efek yang sama terhadap pertambahan bobot badan. Pada periode grower pada ayam tipe petelur pertumbuhan bobot badan menurun setelah mencapai berat badan maksimum tetapi konsumsi ransum terus bertambah. Sejalan dengan pendapat Ruhiyat dan Edjeng (2010) bahwa kecepatan pertumbuhan ayam yang masih muda umurnya akan tinggi. Kecepatan pertumbuhan ini akan menurun setelah mencapai berat badan maksimum. Periode grower ayam petelur memang tidak menunjukkan kenaikan bobot badan yang signifikan dikarenakan pada fase ini secara fisik tidak mengalami perubahan fisik yang berarti tetapi lebih mempersiapkan keperkembangan organ-organ reproduksi walaupun kunyit mempunyai zat aktif kurkuminoid dan minyak atsiri karena zat aktif tersebut dapat memperlancar metabolisme dalam hal pencernaan zat-zat makanan. Sejalan dengan pendapat (Rasyaf, 1995) bahwa periode grower secara fisik tidak mengalami perubahan yang berarti, perubahan hanya dari ukuran tubuhnya yang semakin bertambah dan bulu yang semakin lengkap serta kelamin sekunder yang mulai nampak. 3. Pengaruh Perlakuan Terhadap Konversi Pakan Hasil penelitian menunjukkan data nilai rataan konversi pakan ayam Sentul dari tiap perlakuan yang dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Pengaruh Perlakuan Terhadap Konversi Pakan Ulangan P 0 P 1 P 2 P 3.....(Indeks). 1 9,39 11,23 10,85 9,14 2 9,58 9,05 9,27 10,41 3 8,27 8,50 8,73 7,69 4 8,06 8,80 10,49 10,99 5 8,42 10,05 9,14 10,48 Jumlah 43,72 47,63 48,47 48,70 Rata-rata 8,74 9,53 9,69 9,74 Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan tepung kunyit pada ransum basal tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap konversi pakan. Pada penelitian ini diperoleh angka konversi ransum nilai yang tinggi, ini menunjukkan bahwa ayam Sentul betina periode grower tidak efisien dalam menggunakan ransum, ransum yang dikonsumsi
lebih banyak digunakan untuk mempersiapkan organ-organ reproduksi walaupun kunyit mempunyai zat aktif kurkuminoid dan minyak atsiri karena zat aktif tersebut dapat memperlancar metabolisme dalam hal pencernaan zat-zat makanan. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa konversi pakan yang diperoleh sama nilainya antar perlakuan. Hal ini sejalan karena konsumsi dan pertambahan bobot badannya yang dihasilkan sama, sehingga diperoleh nilai konversi pakan yang sama pula. Resnawati, H. dan Bintang, I. A. K (2003) menyatakan bahwa konversi ransum pada ayam kampung periode pertumbuhan adalah 2,80 2,89, nilai konversi rata - rata tersebut lebih rendah daripada nilai konversi rata - rata penelitian. Angka yang semakin kecil menunjukkan bahwa ransum yang dikonsumsi oleh Ayam dapat digunakan sudah cukup efisien, begitu juga sebaliknya. Angka konversi pakan menunjukkan berapa banyak jumlah ransum yang dikonsumsi untuk menghasilkan setiap satuan produksi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bahwa penambahan tepung kunyit sampai 0,3% pada ransum basal tidak berpengaruh terhadap performa dan tidak memberikan efek negatif terhadap performa ayam Sentul betina putih periode grower. SARAN Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang penambahan konsentrasi tepung kunyit pada ransum tetapi dilakukan pada fase selanjutnya yaitu fase layer dengan lebih mengamati terhadap produksi telur dan hasil-hasil tetasan. khususnya ayam Sentul agar mengetahui secara pasti pengaruh nyata pada performa ayam sentul. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada pembimbing utama, Prof. Dr. Ir. Tuti Widjastuti, MS. dan pembimbing anggota, Dr. Ir. Abun, MP. yang telah meluangkan waktu dan pemikirannya untuk membimbing.
DAFTAR PUSTAKA Bintang, I. A. K. dan A. G. Nataamijaya. 2005. Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit (Curcuma domestica) Dalam Ransum Broiler. Balai Penelitian Ternak. Bogor. Kartasudjana, R dan Suprijatna, E. 2010. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta Rasyaf, M. 1995. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging. Gramedia Pustaka Utama. Bogor. Resnawati, H. dan Bintang, I. A. K. 2003. Kebutuhan Pakan Ayam Kampung Pada periode pertumbuhan. Balai Penelitian Ternak. Bogor. Scott, M. L., M.C, Nesheim and R.J.Young. 1982. Nutritions of The Chickens. Second Ed. M. L. Scott and Associates Ithaca, New York.