BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Pagelaran merupakan salah satu daerah penghasil gerabah di Kabupaten Malang. Di tengah wilayah desa ini dilintasi jalan yang menghubungkan Malang dengan Bantur (Malang bagian selatan).keahlian membuat gerabah ini merupakan warisan turun-temurun sebagian penduduk desa ini. Potensi kerajinan gerabah di Kabupaten Malang sebenarnya cukup tinggi. Namun, karena kurangnya perhatian pemerintah, kerajinan gerabah ini seperti hanya jalan di tempat (Radar Malang-Jawa Pos, 30 Oktober 2011). Hal ini dikarenakan produk pengrajin gerabah di Dukuh Krajan belum dapat memenuhi tuntutan masyarakat yang semakin beragam dan belum terdapat publikasi yang baik untuk produk-produknya. Pengrajin di dukuh Krajan ini secara umum masih sebatas membuat alat-alat untuk memenuhi kebutuhan peralatan rumah tangga khususnya dapur seperti: kuali, tempayan, kendi, cobek, anglo, dan lainnya. Tetapi juga terdapat beberapa pengrajin yang sudah melakukan inovasi pada produknya. Teknologi yang digunakan untuk pembuatannyapun juga masih sangat sederhana. Teknik pembuatan masih menggunakan teknik putaran miring dan teknik tatap pelandas. Gambar 1.1. Aktivitas Pengrajin Gerabah di Desa Pagelaran 1
Pada kawasan permukiman pengrajin gerabah di dukuh ini, rumah tidak hanya berfungsi sebagai hunian tetapi juga sebagai tempat untuk kegiatan industri rumah tangga yang lebih dikenal dengan sebutan Home Based Enterprises (HBEs). HBEs atau usaha berbasis di rumah tangga (selanjutnya disingkat UBR) bukanlah merupakan hal baru yang terjadi di Indonesia, sejalan dengan pernyataan Santosa (2000), yang mengungkapkan bahwa industri rumah tangga di Indonesia sangat umum dan bukanlah gejala baru, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Anderson (1982) menyatakan bahwa industri-industri kecil atau usaha dalam rumah tangga tumbuh dengan cepat dalam periode indutrialisasi dunia, dan menurutnya sudah saatnya untuk memberikan peluang pada usaha yang bertumpu pada rumah tangga karena mampu menggerakkan ekonomi negara yang bersangkutan. Silas (2000) menyatakan bahwa UBR akan membuat mutu lingkungan lebih baik, mutu sosial keluarga meningkat dan kegiatan ekonomi yang terutama diselenggarakan di rumah memberi hasil tinggi dan stabil. Sayangnya keberadaan permukiman pengrajin gerabah di dukuh ini belum direncanakan dan dikelola dengan baik. Akibatnya timbul masalah permukiman yang disebabkan karena belum diperhitungkannya kebutuhan ruang-ruang untuk aktivitas produksi dalam rumah maupun permukimannya. Permukiman yang tidak tertata dengan baik dan tidak memenuhi keamanan dan kenyamanan bagi penghuninya membutuhkan penanganan yang baik., sehingga kualitas lingkungan tidak semakin menurun dan dampak bagi penurunan kualitas kehidupan penduduknya tidak berlanjut. Menurut Widaningsih dkk, (2007) Arsitektur merupakan produk budaya yang tidak terlepas dari manusia/masyarakat yang membuat dan menggunakannya. Perancangan arsitektur baik dalam skala bangunan/rumah tinggal maupun skala lingkungan/kawasan sudah seharusnya berorientasi pada kebutuhan dan nilai-nilai masyarakat yang akan menggunakannya. Community architecture dalam proses perancangan maupun pembangunan sebuah lingkungan/kawasan menjadi dasar dalam menggerakkan dan mengoptimalkan partisipasi masyarakat. Karena masyarakat dan kehidupannya merupakan realita sosial yang tidak boleh diabaikan, mereka merupakan potensi sekaligus pengguna 2
setiap karya arsitektur, sehingga antara masyarakat dan rancangan arsitektur seharusnya memiliki kesesuaian. Pembangunan berbasis peran masyarakat (community-based development) adalah pembangunan dengan orientasi yang optimal pada pendayagunaan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, masyarakat diberikan kesempatan aktif berspirasi dan berkontribusi untuk merumuskan program-program bangunan dan lingkungan yang sesuai dengan tingkat kebutuhannya (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2007). Dengan demikian program community based development merupakan bagian penting dari tugas seorang arsitek/perancang kota agar dalam setiap memulai rancangan memiliki dimensi sosiologi yang mampu menganalisis secara kritis pola perilaku masyarakat sera bagaimana menterjemahkannya menjadi sebuah produk arsitektur. Community based development mengisyaratkan pentingnya pembangunan yang didasarkan pada kebutuhan masyarakat. Community architecture melalui community based development menjadi dasar dalam perancangan permukiman dan rumah tinggal pengrajin gerabah sehingga hasilnya dapat memenuhi kebutuhan dan nilai-nilai masyarakat yang menggunakannya. 1.2 Kondisi Eksisting Permukiman Pengrajin Gerabah di Dukuh Krajan 1.2.1. Kondisi Eksisting Rumah Tinggal Pengrajin Gerabah Bentuk rumah pengrajin gerabah cenderung beragam dan umumnya memiliki dua fungsi yaitu sebagai rumah tinggal dan tempat kerja pengrajin gerabah. Di permukiman ini selain bangunan bergaya tradisional, terdapat bangunan yang merupakan perpaduan gaya modern dan tradisional. Adapun elemen-elemen bahan bangunan yang digunakan sebagai berikut : 1. Sebagian rumah menggunakan pondasi batu kali tetapi terdapat beberapa bangunan yang masih memakai pondasi umpak. 2. Penggunaan material lantai pada setiap rumah berbeda-beda mulai dari keramik, ubin, plesteran, dan terdapat rumah yang bagian lantainya berupa tanah tanpa penutup lantai. 3
3. Dinding rumah umumnya menggunakan batu bata, tetapi terdapat beberapa rumah yang masih menggunakan kayu dan anyaman bambu. 4. Penutup atap menggunakan genteng. Gambar 1.2. Bentuk bangunan yang beragam di Desa Pagelaran Untuk perancangan rumah tinggal pengrajin terdapat permasalahan yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. Adanya percampuran pemanfaatan ruang pada bagian rumah tinggal penduduk pengrajin gerabah. Bagian rumah seperti halaman rumah, teras, sampai ruang tamu umumnya memiliki fungsi ganda. Fungsi tambahan pada bagian rumah pengrajin gerabah antara lain sebagai area kerja, tempat peletakan tanah liat, area penjemuran gerabah, tempat penyimpanan gerabah, dan sebagai ruang pamer produk gerabah yang sudah jadi. Gambar 1.3. percampuran pemanfataan ruang pada bagian depan rumah tinggal 4
1.2.2. Kondisi Eksisting Tatanan Massa dan Ruang Terbuka dalam Permukiman Pengrajin Gerabah Untuk perancangan permukiman perlu diperhatikan beberapa permasalahan terkait tatanan massa dan ruang terbuka pada eksisting yaitu : 1. Jarak antar rumah pada permukiman kurang dari 1 meter sehingga berhimpitan dan menyebabkan penghawaan dan pencahayaan alami tidak berlangsung dengan optimal pada masing-masing hunian penduduk. 2. Tungku pembakaran terletak di antara permukiman penduduk yang berhimpitan sehingga beresiko kebakaran dan menghasilkan polusi asap selama proses pembakaran gerabah. 3. Penggunaan sebagian jalan permukiman oleh warga sebagai tempat untuk meletakan bahan baku tanah liat dan area penjemuran gerabah karena keterbatasan tempat pada rumah pengrajin. Gambar 1.4. permukiman rumah tinggal pengrajin gerabah yang berhimpitan Gambar 1.5.tungku pembakaran gerabah yang terletak di antara permukiman pengrajin gerabah 5
1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan pemaparan pada latar belakang dapat diketahui bahwa yang menjadi permasalahan pada kondisi eksiting adalah : 1. Kondisi rumah tinggal pengrajin yang berhimpit satu sama lain sehingga masing-masing rumah tidak mendapatkan pencahayaan dan penghawaan alami yang optimal. 2. Adanya tungku pembakaran gerabah di tengah permukiman yang menimbulkan polusi asap dan resiko kebakaran. 3. Adanya pencampuran pemanfaatan ruang pada bagian rumah tinggal pengrajin gerabah serta pada bagian jalan permukiman, menunjukkan kebutuhan ruang tersendiri untuk aktivitas kerja pengrajin gerabah. Permasalahan yang telah disebutkan sebelumnya disebabkan karena belum terdapatnya perencanaan yang baik pada permukiman. Selain itu penduduk belum memperhitungkan ruang untuk aktivitas produksi gerabah dalam pembangunan rumah dan permukimannya. Permukiman yang belum tertata dengan baik membutuhkan penanganan yang baik agar kualitas kehidupan penduduk di dalamnya tidak semakin menurun. Dari paparan tersebut maka dalam design tesis ini dapat dirumuskan permasalahannya adalah sebagai berikut 1. Bagaimana model alternatif penataan massa bangunan dan ruang terbuka pada kawasan permukiman pengrajin gerabah yang dapat memberikan solusi untuk keamanan -kenyamanan bangunan dengan pendekatan community based development? 2. Bagaimana model alternatif rumah tinggal pengrajin gerabah yang selain berfungsi sebagai hunian juga sebagai area produksi gerabah dengan pendekatan community based development? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari proposal tesis ini adalah : 1. Menghasilkan model alternatif penataan massa bangunan dan ruang terbuka pada kawasan permukiman pengrajin gerabah yang dapat memberikan solusi 6
untuk keamanan-kenyamanan bangunan dengan pendekatan community based development. 2. Membuat model alternatif rumah tinggal pengrajin gerabah yang selain berfungsi sebagai hunian juga sebagai area produksi gerabah dengan pendekatan community based development. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis 1. Memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan khususnya dalam perancangan dengan pendekatan community based design agar hasil rancangan sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai masyarakat yang menggunakannya 2. Memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan khususnya dalam mengetahui cara untuk menemukan bagaimana perancangan suatu permukiman dengan penataan massa dan penyedian ruang terbuka untuk mencapai keamanan dan kenyamanan bangunan dalam suatu permukiman. 3. Memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan khususnya dalam mengetahui cara untuk mendapatkan konsep rancangan suatu rumah yang tidak hanya berfungsi sebagai hunian tetapi juga digunakan sebagai tempat usaha. 1.5.2 Manfaat Praktis Memberikan masukan tentang potensi dan kelemahan yang terdapat pada permukiman pengrajin gerabah, serta memberikan solusi untuk memaksimalkan potensi yang ada dan cara untuk menangani kelemahan yang ada. 1.6 Lingkup Penelitian 1.6.1 Lingkup Kontekstual Lokasi/Fisik Lingkup kontekstual lokasi yang akan dirancang dalam proposal tesis ini adalah perancangan kawasan permukiman pada suatu desa dengan permukiman pengrajin gerabah tradisional yang khas, dengan memilih studi kasus lokasi permukiman pengrajin gerabah tradisional yang terletak di Dukuh Krajan, Desa Pagelaran, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang. 7
Lokasi terpilih berupa permukiman yang didominasi oleh pengrajin gerabah tradisional. Dominasi pengrajin gerabah tradisional pada permukiman penduduk ini menciptakan karakteristik tersendiri pada permukimannya. Aadapun batasan wilayah perancangan seluas ± 24.583 m2 dengan jumlah ± 67 KK yang terdapat di dalamnya. Batasan wilayah perancangan dapat dilihat pada gambar 1.6 dan 1.7. Sifat simulasi perancangan adalah merancang, menemukan model alternatif tatanan massa serta ruang terbuka pada kawasan permukiman, serta alternatif model rumah tinggal pengrajin gerabah.dalam menemukan model alternatif ini, fungsi-fungsi utama yang tersedia di eksisting dianalisa dan menambahkan fungsi baru yang dapat ditambahkan. Lokasi perancangan dilakukan pada lokasi terpilih yang disebutkan sebelumnya. Kondisi eksisting permukiman dan penduduknya digunakan sebagai dasar untuk menemukan kriteria rancangan yang akan digunakan dalam perancangan nantinya. Untuk perancangan permukiman dan rumah tinggal pengrajin ini dibatasi pada proses survey sampai perencanaan, tidak sampai masuk pada proses pelaksanaan dan sumber pembiayaan pelaksaan. Tahapan proses pelaksanaan dan sumber pembiayaan hanya dibahas secara garis besar dalam kajian design thesis ini. Gambar 1.6. lokasi terpilih untuk perancangan (google earth) 8
Gambar 1.7. suasana dalam permukiman pengrajin gerabah 1.6.2 Lingkup Bidang Keilmuan Aspek yang dikaji berdasarkan aspek fisik yang meliputi kesesuaian dengan konsep perancangan permukiman berupa penataan tata masa dan penyediaan ruang terbuka dengan memperhatikan industri yang ada untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perancangan kualitas permukiman. Selain itu aspek fisik lainnya yang dikaji adalah konsep rancangan rumah tinggal pengrajin gerabah yang tidak hanya berfungsi sebagai hunian tetapi juga sebagai tempat untuk produksi gerabah. Aspek non fisik meliputi sosial-budaya, perekonomian, fungsi bangunan, dan peran bangunan pada permukiman. Pengkajian ini dimaksudkan untuk mengetahui nilai-nilai yang berlaku di masyarakat dan perilaku masyarakat yang akan menggunakan bangunan. Masyarakat dan kehidupannya merupakan realita sosial yang tidak boleh diabaikan, terutama dalam pendekatan community based development agar hasil rancangan sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. 9
Halaman ini sengaja dikosongkan 10