BAB I PENDAHULUAN. lapar dia akan menangis, dan ketika disuapin ia akan diam, hal ini menunjukan bahwa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek Malang. 1. Deskripsi Pondok Pesantren Putri Sabilurrosyad

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya.

B A B PENDAHULUAN. Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang

KEMANDIRIAN PADA ANAK TENGAH DARI LATAR BELAKANG BUDAYA YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI HALAMAN SAMPUL DEPAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969.

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEMANDIRIAN. dapat menjadi otonom dalam masa remaja. Steinberg (dalam Patriana, 2007:20)

BAB I PENDAHULUAN. khusus. Soemantri menyatakan bahwa istilah tunagrahita digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan, sehingga perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada orangtua dan orang-orang yang ada di lingkungannya hingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan

BAB I PENDAHULUAN. pembeda. Berguna untuk mengatur, mengurus dan memakmurkan bumi. sebagai pribadi yang lebih dewasa dan lebih baik lagi.

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan merupakan sesuatu yang akan menjadi pengalaman individu masingmasing.

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

KEMANDIRIAN REMAJA AKHIR PUTERI PASCA KEMATIAN AYAH

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. orang tua sejak anak lahir hingga dewasa. Terutama pada masa

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bungah No.1 Bungah Gresik yang berdiri sejak tahun 1998 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri. Proses pencarian jati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. dengan variasi dalam variabel lain (Trianto, 2010: 201). Penelitian ini terdiri dari 2 variabel

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak dekat dengan ustadzah. Dengan kriteria sebagai berikut dari 100

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu.

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility),

BAB I PENDAHULUAN. emosional. Salah satu tahap yang akan dihadapi individu jika sudah melewati. masa anak-anak akhir yaitu masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Offset, 2014, hlm Ibid, hlm Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya

2015 POLA ASUH PANTI ASUHAN AL-FIEN DALAM PENANAMAN KEMANDIRIAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemandirian anak dalam melakukan aktivitas merupakan bagian yang teramat penting dalam upaya mendidik

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa latin adolescere (kata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode penting dalam rentang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1980). bukan pula orang dewasa yang telah matang.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bangsa yang mampu bertahan dan mampu memenangkan persaingan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ahli psikologi. Karena permasalahan remaja merupakan masalah yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

PENDAHULUAN. dengan apa yang ia alami dan diterima pada masa kanak-kanak, juga. perkembangan yang berkesinambungan, memungkinkan individu

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup setiap orang, yang berguna

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang masih lengkap keduanya sedangkan keluarga tidak utuh atau yang sering

BAB I PENDAHULUAN. individu tentang dirinya sendiri inilah yang disebut konsep diri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, ia membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Pada masa bayi ketika lapar dia akan menangis, dan ketika disuapin ia akan diam, hal ini menunjukan bahwa manusia tidak bisa lepas dari bantuan orang tua atau orang disekitarnya. Seorang anak akan belajar melakukan sesuatu dengan sendiri dan secara perlahan akan melepaskan diri dari ketergantungan orang tua atau orang disekitar lingkungannya dan belajar untuk mandiri. Hal ini merupakan merupakan proses alamiah yang dialami oleh setiap manusia tidak terkecuali remaja. Remaja dituntut untuk dapat bertanggungjawab atas segala tingkah lakunya, mampu mencari jalan keluar atas permasalahnnya didalam kehidupan bermasyarakat. Perkembangan autonomy remaja sangat penting karena remaja banyak dihadapkan pada keputusan- keputusan yang sukar terhadap gaya hidup mereka (Mahmud, 2009: 65). Gaya hidup remaja akan mempengaruhi masa depan remaja, bagaimana seorang remaja harus bertingkah, bagaimana seorang remaja harus menghabiskan waktunya dan dengan siapa seorang remaja harus berteman. Pribadi yang mandiri atau otonomy adalah salah satu tugas perkembangan pada masa remaja.selama masa remaja anak bergerak meninggalkan ketergantungan yang menjadi karakteristik masa kanak- kanak menuju otonomi yang menjadi ciri khasnya masa dewasa. (Mamud, 2009:65).

Lasron (dalam Santrock, 2007: 20).menjelaskan bahwa masa remaja sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak- kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosio- emosional. Tugas pokok remaja ialah mempersiapkan diri memasuki masa dewasa. Monks, dkk (1992: 269) menjelaskan bahwa dalam perkembangan sosial remaja terdapat dua macam gerak yaitu, remaja mulai memisahkan diri dengan orang tua dan menuju pada teman sebaya. Erikson (dalam Desmita, 2010: 185) menyatakan bahwa kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri dari orang tua dengan maksud untuk mencari identitas ego, yaitu merupakan perkembangan kearah individualitas yang mantap dan berdiri sendiri. Kemandirian ditandai dengan kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif, inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung jawab, mampu menahan diri, membuat keputusan sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain. Steinberg (dalam Desmita, 2010: 186) mengemukakan tiga aspek kemandirian yaitu: kemandirian emosional (emotional autonomy), kemandirian tingkah laku (behavioral autonomy), kemandirian nilai ( value autonomy). Dalam hal kemandirian emosional remaja memulai tidak bergantung secara emosi terhadap orang tua seperti tidak bermanja- manja lagi pada orang tua, remaja mulai dapat mengatasi gejolak perasaannya (sedih, takut, bingung) tanpa harus mengeluh pada orang tua.dalam hal kemandirian perilaku timbulnya rasa tanggung jawab, menggunakan kemampuannya sendiri dalam mengatasi masalah dan mempunyai kebebasan untuk mencari jalan keluar. Dan dalam hal kemandirian nilai, remaja mengalami perubahan- perubahan pada konseppemikiran, remaja mampu dalam memaknai mana yang benar dan mana yang salah, mampu memaknai mana yang penting dan mana yang tidak penting. Kemandirian muncul pada diri individu karena ada beberapa faktor yang mempengaruhinya.ada empat faktor yang mempengaruhinya yaitu, 1) Gen atau keturunan

orang tua. Orang tua yang memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali menurunkan anak yang yang memiliki kemandirian juga. 2) Pola asuh orang tua, cara orang tua mengasuh dan mendidik anak akan mempengaruhi perkembangan kemandirian anak remajanya. 3) Sistem pendidikan disekolah proses pendidikan disekolah yang tidak mengembanngkan demokratisasi pendidikan dan cenderung menekankan indroktrinasi tanpa argumentasi akan menghambat perkembangan kemandirian remaja. 4) Sistem kehidupan dimasyarakat. Sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya hirarki struktur sosial, merasa kurang aman atau mencekam serta kurang menghargai manifestasi potensi remaja dalam kegiatan produktif dapat menghambat kelancaran perkembanagan kemandirian remaja. (Ali &Asrori, 2011: 18-119). Brammer dan Shostrom (dalam Ali dan Asrori, 2011: 109) mengatakan bahwa kata kemandirian berasal dari kata dasardiriyang mendapatkan awalan kedan akhiran anyang kemudiaan membentuk suatu kata keadaan atau kata benda. Karena kemandirian berasal dari kata dasar diri, pembahasan mengenai kemandirian tidak dapat dilepaskan dari pembahasan mengenai perkembangan diri itu sendiri, yang dalam konsep Carl Roger disebut dengan istilah selfkarena diri itu merupakan inti dari kemandirian. Fitts (dalam Agustiani, 2006:139).mengatakan bahwa konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang.fitts (dalam Agustiani, 2006: 138-139) mengatakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang.karena konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan. Ia menjelaskan konsep diri secara fenomenologis, dan mengatakan bahwa ketika individu mempersepsikan dirinya, bereaksi terhadap dirinya, memberikan arti dan penilaian serta membentuk abstraksi tentang dirinya, berarti ia menunjukan suatu kesadaran diri (self awareness) dan kemampuan untuk keluar dari dirinya sendiri untuk melihat dirinya seperti yang ia lakukan terhadap dunia diluar dirinya.

Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman- pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan.konsep diri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman yang terus menerus dan terdiferensiasi. Dasar dari konsep diri individu di tanamkan pada saat- saat dini kehidupan anak dan menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah lakunya dikemudian hari. (Agustiani, 2006:139). Seseorang yang mempunyai konsep diri yang baik atau positifakan bersikap optimis, berani mencoba hal- hal baru, berani sukses dan berani pula gagal, penuh percaya diri, antusias, merasa diri berharga, berani menentapkan tujuan hidup serta bersikap dan berfikir positif. Sebaliknya, semakin jelek/ negatif konsep diri, maka akan semakin sulit seseorang untuk berhasil, sebab dengan konsep diri yang jelek atau negatif akan mengakibatkan tumbuh rasa tidak percaya diri, takut gagal sehingga tidak berani mencoba hal- hal yang baru dan menantang, merasa diri bodoh, rendah diri, merasa diri tidak berguna, pesimis, serta berbagai perasaan dan perilaku inferior lainnya. (Desmita: 2010: 164). Seseorang akan mempunyai kemandirian jika sesorang tersebut mampu mempunyai konsep diri yang positif karena konsep diri merupakan sesuatu yang mengorganisir pikiran kita dan menentukan tingkah laku kita dalam bersosialisasi. Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada 22-28 Januari 2013 ditemukan permasalahan dalam diri remaja santri di Pondok Pesantren Putri Sabilurrosyad Karangbesuki Sukun Malang terkait dengan masalah konsep diri, sebagaian santri menunjukan pada konsep diri yang rendah diantaranya adalah mereka merasa kuarang dapat mengakui kelebihan fisik mereka, mereka juga kurang dapat mengakui kemampuan yang ada dalam diri mereka, malu- malu untuk mengakui kemampuannya, pesimis terhadap diri sendiri, dan sebagaian santri merasa enggan untuk mengajari teman sebayanya karena merasa kurang mampu jika disuruh mengajari teman sebayanya, seperti

halnya yang terjadi pada ST (nama samaran), ST merasa kurang pesimis terhadap kemampuannya untuk menjadi pengurus di pondok pesantren ini padahal para santri lain banyak yang meyakini bahwa dia mempunyai kemampuan untuk menjadi pengurus, ST dalam kehidupan sehari-harinya di pondok terlihat begitu sederhana, toleransi, peduli dengan teman- temannya dan penuh tanggung jawab atas amanah yang diberikan pada dirinya, dia juga mampu untuk mengambil keputusan dengan baik dan tidak mudah dipengaruhi oleh teman- temannya. Perilaku tersebut menunjukan bahwa ST mempunyai konsep diri yang negatif danmemiliki kemandirian yang baik. Seorang santri yang bernama RJ (nama samaran) merasa dirinya adalah orang yang mampu dalam segala hal, selalu memberikan gambaran positif terhadap keadaan fisiknya, dia juga merasa bahwa dirinya mempunyai peran penting dilingkungan keluarga maupun sosialnya, dia mengaku dapat mengintropeksi dirinya dengan baik akan tetapi dalam realitanya dia masih sering menggantungkan kepentingan pribadinya terhadap orang lain seperti mencucikan baju ke laundry, dia juga masih sering ingin untuk diperhatikan orangtuanya seperti dikirim makanan atau barang-barang keperluan dari rumah, dia juga kurang bertanggung jawab terhadap kegiatan- kegiatan yang ada di pondok pesantren dan tidak mempunyi kepedulian terhadap keadaan pondok maupun terhadap temannya. Permasalahan kemandirian yang ada di Pondok Pesantren Putri Sabilurrosyad ini adalah bahwa sebagaian santri masih ada yang kurang mandiri dalam kesehariannya, hal ini tampak dari aktivitas para santri yang masih banyak menceritakan keluh kesahnya terhadap orang tuanya, masih adanya beberapa santri yang melakukan laundry baju, sebagaian santri juga masih belum dapat memiliki nilai- nilai positif dalam pola berfikirnya, karena sebagaian mereka masih bersifat mementingkan diri sendiri terhadap keputusan yang mereka ambil.

Realita yang terjadi pada ST dan RJ berbeda dengan berbeda dengan pendapat Fitts (dalam Agustiani, 2006:139) yang mengatakan bahwa konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang.desmita (2010: 169) juga mengatakan bahwa perilaku individu akan selaras dengan cara individu memandang dirinya sendiri. Apabila individu memandang dirinya sebagai orang yang tidak mempunyai cukup kemampuan untuk melakukan suatu tugas, maka seluruh perilakunya akan menunjukan ketidak mampuannya tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Faikatul (2011) di SMAN 1 Suboh Kecamatan Situbondo menyatakan bahwa tidak adanya hubungan antara konsep diri dengan kenakalan remaja. Hasil penelitian diketahui bahwa tingkat konsep diri siswa SMAN 1 Suboh berada pada kategori tinggi/positif memiliki prosentase 8.1%, kategori sedang memiliki prosentase 91.9% dan kategori rendah/negatif memiliki prosentase 0%. dan tingkat Kategori kenakalan remaja tinggi memiliki prosentase 0%, kategori sedang memiliki prosentase 12.7% dan kategori rendah memiliki prosentase 87.5%. Dan dari hasil korelasi antara konsep diri dengan kenakalan remaja menunjukkan angka sebesar -0.131 dengan p =.168. Hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan antara konsep diri dengan kenakalan remaja, dengan kata lain Hipotesis alternatif (Ha) ditolak karena p > 0.05, dapat dijelaskan dengan (rxy = -0.131; Sig = 168 > 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa konsep diri tidak berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Konsep diri sangat penting dalam kehidupan individu, lebih lebih santri yang hidup dalam suatu lingkungan budaya khusus pendidikan islam, atau sub culture (Wahid, 2007:1). Konsep diri sangat penting bagi individu, karena konsep diri berkaitan dengan nilai-nilai baik dan buruk dalam kehidupan, karena konsep diri seseorang dibentuk dari pengalaman- pengalaman yang diperoleh individu dari hasil interaksinya dengan lingkungan. Lingkungan yang baik seperti kehidupan di pondok pesantren akan

menciptakan konsep diri yang baik pula pada individu. Di Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek Karangbesuki Malang ini para santri yang mayoritas berusia 19-23 tahun yakni dalam masa remaja, mereka mendapatkan pendidikan agama yang baik dan berada dalam suasana lingkungan yang akrab dan penuh kehangantan.ibu Nyai Saidah (pengasuh pondok) menuturkan bahwa di pondok pesantren ini suasana dalam kehidupannya adalah suasana kekeluargaan. Santri merupakan elemen penting dalam struktur pesantren, dimana setiap gerak langkahnya berpijak pada seorang kyai sebagai uswah hasanh penerus perjuangan Nabi SAW mereka tunduk terhadap kharismatik seorang Kyai, sehingga petuahnya merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan (Wahid, 2007:1). Dalam perkembangan sikap dan perilakunya para santri menjadika Kyai sebagai tauladan dan menjadikan pendapatpendapat Kyai untuk membangun kehidupannya.sumardi (2012:289) mengatakan bahwa para santri itu mempunyai beberapa karakter diantaranya, tanggung jawab, kedermawanan, disiplin, dan kemandirian. Santri sebagai generasi penerus bangsa dan perannya sangat dibutuhkan dalam masyarakat kelak ketika sudah berada di tengah-tengah masyarakat. Kemandirian santri tidak hanya sebatas tidak bergantung pada orang lain akan tetapi seorang santri dituntut untuk mampu hidup ditengah masyarakat dengan memberikan beberapa manfaat dalam kehidupan dimasyrakat. Di Pondok Pesantren ini para santri dididik kemandiriannya dengan belajar menemukan jalan keluar atas permasalahan, baik permasalahan pribadi maupun kelompok dan diberikan tanggung jawab individu terhadap dirinya masingmasing mulai dari mengurus keuangannya sendiri, membersihkan lingkungannya, belajar dengan sendirinya tanpa diperintah dan juga keadaan yang jauh dari orang tua.

Dari pemaparan diatas maka, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang terkait konsep diri dan kemandirian santri di Pondok Pesantren Putri Sabilurrosyad Gasek Karangbesuki Sukun Malang. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tingkat konsep diri santri di Pondok PesantrenPutriSabilurrosyad Gasek KarangbesukiSukun Malang? 2. Bagaimana tingkat kemandirian santridi Pondok PesantrenPutriSabilurrosyad Gasek KarangbesukiSukun Malang? 3. Apakah ada hubungan antara konsep diri dengan kemandirian santridi Pondok PesantrenPutriSabilurrosyad Gasek KarangbesukiSukun Malang? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui tingkat konsep diri santridi Pondok PesantrenPutriSabilurrosyad Gasek KarangbesukiSukun Malang. 2. Untuk mengetahui tingkat kemandirian santri di Pondok PesantrenPutriSabilurrosyad Gasek KarangbesukiSukun Malang. 3. Untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan antara konsep diri dengan kemandirian santri di Pondok PesantrenPutriSabilurrosyad Gasek KarangbesukiSukun Malang D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis Diharapkan dalam penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi keilmuan psikologi, sebagai wacana pemikiran acuan untuk pengembangan penelitian selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan pengetahuan tentang konsep diri dan kemandirian. 2. Manfaat Praktis Diharapkan dalam penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap santri putri di Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek Karangbesuki Sukun Malang sehingga mereka mampu menyadari akan pentingnya konsep diri dalam pengaruhnya terhadap kemandirian. Dan diharapkan para santri dapat meningkatkan konsep diri yang positif dan dapat mencapai kemandirian.