BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. menyatakan ijab dan yang kedua menyatakan qabul, yang kemudian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Sekilas Tabungan Wisata Sejarah Tabungan Wisata

BAB III PEMBAHASAN Pengertian Wadi ah Yad Dhamanah

BAB II LANDASAN TEORI. yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip. Menurut pendapat lain, Wadi ah adalah akad penitipan

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan secara luas dinegara lain untuk menyebutkan bank dengan prinsip

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Simpanan Pelajar (SIMPEL) KSPPS BMT Al-Hikmah Ungaran

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. Sesuatu yang seseorang tinggalkan pada orang lain agar dijaga disebut

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Pemberian Bonus Pada Produk Simpanan Mitra Sahabat

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 Tabungan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN TABUNGAN PAKET LEBARAN DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK SIMPANAN WADI AH BERJANGKA DI BMT TEGAL IJO DESA GANDUL KECAMATAN PILANGKENCENG KABUPATEN MADIUN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS PENERAPAN AKAD WADI AH PADA PRODUK TABUNGAN ZIARAH DI KOPENA PEKALONGAN

BAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. syariah dapat menjawab segala permasalahan ekonomi yang memiliki unsur riba

BAB II LANDASAN TEORI. kepastian dana pendidikan anak sesuai rencana untuk setiap cita-cita yang

BAB II LANDASAN TEORI

Mura>bahah adalah istilah dalam fikih Islam yang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. yang dituju. Jadi pada dasarnya strategi (strategy) adalah alat untuk

Porsi. Nasabah. Porsi. Bank. SUMBER DANA: Giro Wadiah Tab Wadiah Tab. Mudharabah Dep. Mudharabah Equity. Profit Distribution.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB II PRODUK PENGHIMPUNAN DANA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONAL WADI< AH PADA TABUNGAN ZAKAT DI PT. BPRS BAKTI MAKMUR INDAH

BAB III PEMBAHASAN. Akad wadi ah merupakan sesuatu akad yang bersifat tolong-menolong

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

MUD{A<RABAH DALAM FRANCHISE SISTEM SYARIAH PADA KANTOR

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

BAB I PENDAHULUAN. usaha prospektif namun padanya tidak memiliki permodalan berupa keuangan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENETAPAN BONUS DALAM AKAD WADI AH DI ARTHA GROUP JEPARA

BAB II LANDASAN TEORI. A. Konsep Akad Bai Bitsaman Ajil dalam Fiqh Muamalah

BAB II LANDASAN TEORI AKAD WADI AH

monay, dalam perbankan dan pembolehan sepekulasi menyebabkan penciptaan uang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB I PENDAHULUAN. persatuan. Hal ini terlihat dari unsur-unsur yang dicapai dari inti agama Islam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS WADI< AH MUD{A>RABAH TERHADAP BONUS HAJI GRATIS PADA PT. ANUGERAH NUR NABAWI JOMBANG

MENELUSURI FATWA DSN-MUI TENTANG EKONOMI SYARI AH (Produk Penghimpunan Dana)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

PENERAPAN AKAD WADI AH PADA PRODUK SIMPANAN ARISAN BERKAH DI KSPPS BMT HARAPAN UMAT PATI CABANG GABUS

BAB IV ANALISIS TENTANG APLIKASI PERJANJIAN SEWA SAFE DEPOSIT BOX DITINJAU DARI BNI SYARIAH HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN POTONGAN TABUNGAN BERHADIAH DI TPA AL- IKHLAS WONOREJO KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan masyarakat yang semakin berkembang merupakan efek dari era

PENERAPAN AKAD WADI AH YAD DHAMANAH PADA. PRODUK TABUNGAN ib HIJRAH DI PT. BPRS ARTHA AMANAH UMMAT UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. dan bank muamalat merupakan bank pertama yang ada di indonesia.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB III WADIAH DALAM PERSPEKTIF FIQH

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Pada hakikatnya pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank. pemenuhan kebutuhan akan rumah yang disediakan oleh Bank Muamalat

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan suatu sistem perbankan yang

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MUDHARABAH. dimana pihak pertama bertindak sebagai pemilik dana (shahibul mal)

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syari ah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2008), h. 17

BAB II LANDASAN TEORITIS. memenuhi kebutuhan, keinginan, dan kepuasan nasabahnya.

BAB II LANDASAN TEORI. A. Konsep Akad Musyarakah dalam Fiqh Muamalah. tanggung jawab yang sama. Musyarakah bisa berbentuk mufawadhah atau

BAB II LANDASAN TEORI

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. modern yang melayani masyarakat pemakai jasa-jasa keuangan. Lembaga

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

BAB III PEMBAHASAN. Lancar) yang merupakan produk unggulan dari Koperasi Jasa Keuangan. Syariah tersebut. SIRELA (Simpanan Suka Rela Lancar) merupakan

BAB IV ANALISIS AKAD IJA>RAH TERHADAP PERJANJIAN KERJA ANTARA TKI DENGAN PJTKI DI PT. AMRI MARGATAMA CABANG PONOROGO

Musha>rakah di BMT MUDA Kedinding Surabaya

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dari studi banding penulis membandingkan dan menganalisa dari

BAB IV ANALISIS PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI BMT BINTORO MADANI DEMAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENERAPAN SYARAT HASIL INVESTASI MINIMUM PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. meminjam uang bagi masyarakat yang membutuhkan, disamping itu juga. menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

BAB II TABUNGAN ZAKAT AL-WADI< AH DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Pembukaan Simpanan Berjangka (SIJANGKA)

BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi dalam usaha-usaha yang berkaitan dengan media dan barang yang tidak

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

Transkripsi:

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS A. Landasan Teori 1. Pengertian Akad Wadi ah Akad adalah ikatan yang terjadi antara dua pihak, yang satu menyatakan ijab dan yang kedua menyatakan qabul, yang kemudian menimbulkan akibat-akibat hukum, yaitu timbulnya hak dan kewajiban antara dua pihak tersebut. Wadi ah berasal dari akar kata wada a, yang sinonimnya taraka, artinya meninggalkan. Sesuatu yang dititipkan oleh seseorang kepada orang lain untuk dijaga dinamakan wadi ah, karena sesuatu (barang) tersebut ditinggalkan di sisi yang dititipi. Salah satu prinsip yang digunakan oleh bank syariah dalam memobilisasikan dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan. Adapun akad yang sesuai dengan prinsip ini ialah al-wadi ah. Al-Wadi ah merupakan titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya menghendaki. Secara umum terdapat dua jenis, yaitu: 1) wadi ah yad amanah adalah akad titipan yang dilakukan dengan kondisi penerima titipan tidak wajib mengganti jika terjadi kerusakan. Biasanya, akad ini diterapkan bank pada titipan murni. Dalam akad ini, pihak penyimpan yang sebagai penerima kepercayaan adalah yad amanah tangan amanah yang berarti bahwa ia tidak bertanggung jawab bila sewaktu-waktu terjadi kehilangan atau kerusakan terhadap 33

34 barang titipannya, selagi kerusakan bukan akibat dari kelalaian dalam menjaga atau memelihara barang atau asset tersebut. Pihak penyimpan tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan barang atau asset yang dititipkan, melainkan hanya menjaganya juga tidak boleh mencampurkan barang atau asset tersebut dengan barang atau asset yang lain, melainkan harus dipisah. 2) wadi ah yad dhamanah adalah titipan yang dilakukan dengan kondisi penerima titipan bertanggung jawab atas nilai (bukan fisik) dari uang yang dititipkan. Dalam hal ini, berarti pihak penyimpan sekaligus menjadi penjamin keamanan barang atau asset titipan. Penyimpan juga telah memperoleh izin dari penitip untuk menggunakan barang atau asset untuk aktifitas tertentu, dengan catatan bahwa pihak penyimpan akan mengembalikan barang atau asset titipan secara utuh pada saat penyimpan menghendaki. Dengan prinsip ini, penyimpan boleh mencampuri asset penitip dengan asset penyimpan atau asset penyimpan lain, dan kemudian digunakan dalam kegiatan produktif yang menghasilkan keuntungan. Pihak penyimpan berhak atas keuntungan atau kerugian yang terjadi. 8 Wadi ah adalah titipan dari satu pihak kepada pihak yang lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penyimpan menghendakinya. Tujuan dari perjanjian tersebut adalah untuk menjaga keselamatan barang atau uang dari kehilangan, 8 Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syaria: Dari Teori Ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, Cet-1, 2001, hlm.148

35 kemusnahan, kecurian dan sebagainya. Dari pengertian tersebut maka rukun dari perjanjian wadiah ini adalah: a. Barang atau uang yang dititipkan b. Orang yang menitipkan atau nasabah c. Orang yang menerima titipan atau bank d. Ijab dan qabul Konsep wadi ah yang dikembangkan oleh bank adalah giro wadi ah dan tabungan wadi ah. Prinsip wadi ah yang berlaku untuk tabungan wadi ah dan giro wadi ah adalah: a. Prinsip wadi ah yang diterapkan adalah wadi ah yad dhamanah, yang berarti bank dapat memanfaatkan dan menyalurkan dana yang disimpan serta menjamin bahwa dana tersebut dapat ditarik setiap saat oleh pemilik dana, namun demikian rekening ini tidak boleh mengalami saldo negatif (overdraft). b. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau ditanggung bank, sedangkan pemilik dana tidak memperoleh imbalan atau menanggung kerugian. Manfaat yang diperoleh pemilik dana adalah jaminan keamanan dari simpanannya serta fasilitas giro dan tabungan lainnya. Bank dapat memberikan bonus kepada pemilik dana namun tidak boleh diperjanjikan di muka. c. Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup izin penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain yang disepakati selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

36 Bank syariah, biasanya lebih menggunakan akad wadi ah yad dhamanah. Dalam hal ini, nasabah bertindak sebagai penitip yang memberikan hak kepada bank syariah untuk mempergunakan atau memanfaatkan uang atau barang titipannya, sedangkan bank syariah bertindak sebagai pihak yang dititipi dana atau barang yang disertai hak untuk menggunakan atau memanfaatkan dana atau barang tersebut. Sebagai konsekuensinya, bank bertanggung jawab terhadap keutuhan harta titipan tersebut serta mengembalikannya kapan saja pemiliknya menghendaki. Di sisi lain, bank juga berhak sepenuhnya atas keuntungan dari hasil penggunaan atau pemanfaatan dana atau barang tersebut. Mengingat wadi ah yad dhamanah ini mempunyai implikasi sama dengan qard, maka nasabah penitip dan bank tidak boleh saling menjanjikan untuk membagihasilkan keuntungan harta tersebut. Namun demikian, bank diperkenankan memberikan bonus kepada pemilik harta titipan selama tidak disyaratkan di muka. Dengan kata lain, pemberian bonus merupakan kebijakan bank syariah semata yang bersifat sukarela. 9 Adapun mekanisme akad wadi ah yad dhamanah dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut: 9 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,Cet. Ke-7, 2010, hlm 345

37 NASABAH (Penitip) Skema wadi ah yad adh-dhamanah 1. Titipan Dana BANK (Penyimpan) 4. Beri Bonus 2. Pemanfaatan Dana 3. Bagi Hasil Nasabah Pengguna Dana Dengan konsep wadi ah yad dhamanah, pihak yang menerima titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Tentu pihak bank dalam hal ini mendapatkan hasil dari penggunaan dana. Bank dapat memberikan intensif kepada penitip dalam bentuk bonus. 2. Landasan Syariah Wadi ah Konsep wadi ah mendapatkan Sertifikat dari Bank Indonesia yang disebut SWBI (Surat Wadi ah Bank Indonesia) yang mana telah diatur dalam fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 36/DSN-MUI/X/2002 tentang sertifikat wadi ah Bank Indonesia tanggal 23 Oktober 2002. Adapun landasan syariahnya sebagai berikut: Firman Allah dalah surat An-Nisa ayat 58!"#, ()*+ $%& 6!7 3*45 - "/ 1 2 > ;</= :75 89 1:

38 51BC?@A 1 DE25 LMN!IJK5 GD H Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. 1. QS. Al-Baqarah ayat 283 SR*5 1CR*5 PQ *O... PQ : U T G) NW?X G:7 V 2"!...V 2?5 Y Artinya:... jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya... dalm hadis Nabi Di samping dalam al-quran, dasar hukum wadi ah juga terdapat ع ن أ بي ه ر ي ر ة ق ا ل ق ا ل الن بي ص ل ى الل ه ع ل ي ه و س ل م أ د ا لا م ان ة إ لى م ن اي ت م ن ك ولا تخ ن م ن خ ان ك Artinya: Dari Abu Hurairah, ia berkata: Nabi Saw bersabda: Tunaikanlah amanah kepada orang yang mempercayakan (menitipkan) kepadamu dan jagalah engkau berkhianat kepada orang yang mengkhianatimu. (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud dan ia menghasankannya, dan hadis ini juga dishahihkan oleh Hakim). Hadis ini menjelaskan bahwa amanah harus diberikan kepada orang yang mempercayakannya. Dengan demikian, amanah tersebut adalah titipan dan wadi ah yang harus dikembalikan kepada pemiliknya. 10 3. Rukun dan Syarat Wadi ah Menurut jumhur ulama, rukun wadi ah itu ada empat, yaitu: 1, 2010. hlm. 45 10 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah, Jakarta: Amzah, Edisi ke-1, Cet ke-

39 1) Benda yang dititipkan (al -ain al-muda ah), 2) Shighat (ijab qabul), 3) Orang yang menitipkan (al-mudi ), 4) Orang yang dititipi (al-muda ). 11 1) Baligh, 2) Berakal, 3) Cerdas, Sementara syarat-syarat wadi ah antara lain: 4) Malikiyah mensyaratkan orang yang dititipi harus orang yang diduga kuat mampu untuk menjaga barang yang dititipkan kepadanya. Adapun prinsip wadi ah, antara lain: 1) Penyimpan memiliki hak untuk menginvestasikan aset yang di titipkan 2) Pemilik menitipi hak untuk mengetahui bagaimana asetnya di investasikan 3) Penyimpan menjamin hanya nilai pokok jika modal berkurang karena merugi/terdepresiasi 4) Setiap keuntungan yang diperoleh penyimpan dapat dibagikan sebagi hibah atau hadiah (bonus). 5) Pemilik tidak memiliki hak suara. 12 4. Hukum Wadi ah Ketika kontrak wadi ah telah disepakati kedua belah pihak, penitip mempunyai hak atas titipannya, sedangkan penerima titipan 2008. hlm. 44 11 Ibid. hlm. 459 12 Ascarya, Akad dan ProdukBank Syariah, Jakarta: PT. Raja Grafindo persada,

40 berkewajiban untuk menjaganya. Jikalau ada dua orang menitipkan assetnya kepada seseorang, kemudian datang salah satu dari mereka dan meminta asset mereka kembali, maka asset itu tidak boleh dikembalikan, sehingga pihak kedua datang menemui mereka. 13 B. Implementasi Akad Wadi ah Pada Tabungan SAHARA (Simpanan Hari Raya) di KJKS BMT Bahtera Cabang Buaran Dalam produk tabungan yang dikembangkan oleh KJKS BMT BAHTERA salah satunya adalah tabungan SAHARA yang menggunakan akad wadi ah yad dhamanah. Tabungan ini diperuntukkan untuk simpanan Hari Raya. Pada tabungan SAHARA, pihak penitip (nasabah) menitipkan dananya pada KJKS BMT BAHTERA dimana dana atau barangnya boleh digunakan atau dimanfaatkan oleh pihak yang dititipi (BMT). Tentu saja dalam hal ini KJKS BMT BAHTERA mendapat hasil dari pengggunaan hasil dana tersebut. Pihak KJKS BMT BAHTERA juga memberikan bonus kepada penitip yang tidak ada di awal perjanjian akad, karena bonus tersebut bersifat sukarela. Oleh karena itu, dalam tabungan SAHARA tidak ada pihak yang dirugikan, karena dana selalu berputar. Karakteristik wadi ah yad dhamanah adalah harta yang dititipikan boleh dan dapat dimanfaatkan oleh yang menerima titipan. 14 Adapun syarat pembukaan rekening tabungan SAHARA pada KJKS BMT BAHTERA adalah: 1) Tanda bukti diri berupa KTP / SIM / paspor 13 Dimyauddin Djuani, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet ke-1, 2008, hlm. 174 14 Muhammad Syafi i Antonio. Op. cit. hlm. 149

41 2) Mengisi formulir yang tersedia di KJKS BMT BAHTERA. 3) Bagi yang sebelumnya sudah menjadi nasabah KJKS BMT BAHTERA khususnya tabungan SAHARA tidak perlu mengisi formulir akan tetapi hanya cukup membawa KTP atau identitas diri, dan bagi calon anggota baru harus datang langsung ke kantor KJKS BMT BAHTERA. 4) Bagi yang sudah menjadi nasabah bisa membuka rekening kembali pada kolektor, tidak perlu datang langsung ke kantornya. Adapun prinsip akad wadi ah yad dhamanah adalah sebagai berikut: 1. Menerima titipan boleh memanfaatkan dan berhak mendapatkan hasil dari titipannya tersebut. 2. Penerima titipan bertanggung jawab atas barang atau uang yang dititipi, bila terjadi kerusakan atau kehilangan. 3. Keuntungan yang diperoleh penerima titipan dapat diberikan kepada pemberi titipan, akan tetapi tidak di perjanjikan di awal akad. 4. Anggota atau nasabah menyerahkan sepenuhnya kepada pihak KJKS BMT BAHTERA untuk mengolah dana tersebut secara profesional dan di salurkan kepada usaha-usaha yang menguntungkan dan sesuai dengan syariah. 5. Pihak KJKS BMT BAHTERA boleh mengelola dana tersebut, akan tetapi jika diminta oleh penitip harus bisa dikembalikan. Dalam hal ini pihak KJKS BMT BAHTERA menetapkan ketentuan di antaranya: 1. Calon anggota bisa perorangan atau perusahaan

42 2. Penyetoran ditentukan oleh pihak KJKS BMT BAHTERA yang disesuaikan dengan setoran per minggu. 3. Setoran yang berlaku adalah setoran tunai. 4. Biaya administrasi Rp. 2.000,- per enam bulan. 5. Pembatalan atau penutupan rekening simpanan tidak boleh diambil selama periode simpanan berjalan, akan ditutup dan dibagi pada akhir periode, tetapi diperbolehkan penutupan rekening sebelum akhir periode karena permintaan sendiri oleh nasabah tidak mendapatkan bonus dan dana tersebut akan dikembalikan menjelang hari raya atau bisa digantikan dengan orang lain. 15 KJKS BMT BAHTERA membatasi jumlah nasabah tabungan SAHARA sebanyak 7.500 orang per tahunnya. Akan tetapi, jika jumlah kuota sudah penuh maka calon anggota dapat menabung melalui kolektor, dengan ketentuan nama rekening ikut atas nama kolektornya. Tabungan SAHARA adalah salah satu tabungan yang menggunakan akad wadi ah yad dhamanah, dimana nasabah menitipkan barang atau uang ke BMT, dan pihak BMT diperbolehkan untuk menggunakan atau mengolah dana tersebut dalam bentuk investasi yang nantinya akan mendapat keuntungan. Oleh karena itu, pada tabungan SAHARA pihak BMT menentukan setoran minimal per minggu sebesar Rp. 20.000.-, akan tetapi 2013, hlm. 7 15 Pokok-pokok Kebijakan Umum KJKS BMT BAHTERA Pekalongan Tahun

43 setoran diperbolehkan untuk dibayar pada minggu berikutnya bagi yang belum menyetorkan. 16 Penyetoran dapat dilakukan dengan datang sendiri ke kantor BMT atau marketing yang datang ke rumah nasabah. Nasabah atau anggota tabungan SAHARA akan mendapatkan bonus dari hasil dana yang mereka titipkan. Akan tetapi, besarnya bonus ditentukan oleh pihak BMT dan sesuai dengan besarnya setoran per minggu, karena setoran juga dapat mempengaruhi bonus yang kita dapatkan. Dalam membagikan bonusnya pihak BMT memberikan bonus berupa gelas untuk penyetoran Rp. 20.000,- dan di atas Rp. 20.000,- mendapatkan alat-alat masak. Bagi kolektor akan mendapatkan bonus tambahan dari pihak BMT sebesar 0,5% dari total tabungan yang mereka kumpulkan dan bonus tersebut dapat berupa uang atau barang (tergantung permintaan dari nasabah). Bagi kolektor atau individu yang pada saat penyetoran datang sendiri ke kantor BMT akan mendapatkan bonus berupa kupon yang nantinya akan diundi pada saat akhir periode. Salah satu bonus dari kupon itu berupa hadiah utama motor. Jadi bonus tambahan ini hanya bagi nasabah yang beruntung, dan nasabah dapat memilih bonus yang diinginkan dengan ketentuan sama dengan nilai yang akan diberikan oleh pihak BMT. 17 Pembagian tabungan SAHARA diberikan pada akhir periode 16 Wawancara dengan Ibu Ila Afila, Kepala Cabang KJKS BMT BAHTERA Cabang Buaran, pada tanggal 21 Maret 2013 jam 13.00 WIB 17 Wawancara dengan Ibu Azky syahida, bagian Teller KJKS BMT BAHTERA Cabang Buaran, pada tanggal 15 Maret 2013 jam 10.00 WIB

44 menabung, sekaligus pembagian bonus. Teknis pembagiannya adalah pihak akan mengantarkannya ke nasabah. Dalam dunia perbankan modern yang penuh dengan kompetisi, intensif semacam ini dapat dijadikan sebagai banking policy dalam upaya merangsang semangat masyarakat dalam menabung, sekaligus sebagai indikator kesehatan bank terkait. Hal ini karena semakin besar nilai keuntungan yang diberikan kepada penabung dalam bentuk bonus, semakin efisien pula pemanfaatan dana tersebut dalam investasi yang produktif dan menguntungkan. Tentunya, pihak bank dalam hal ini mendapatkan bagi hasil dari pengguna dana. Bank dapat memberikan intensif kepada penitip dalam bentuk bonus. 18 Bagi hasil dalam penghimpunan dana pada dasarnya hanya terdapat dalam akad mudharabah sedangkan pada akad wadi ah tidak terdapat bagi hasil, hanya berupa bonus yang diberikan secara sukarela oleh bank tanpa diperjanjikan sebelumnya. Pada saat dimana keadaan persaingan usaha yang sangat ketat dan kompetitif bagi perbankan seperti sekarang ini bonus sepertinya merupakan sesuatu yang mutlak. Hal ini dimaksudkan untuk merangsang nasabah agar menggunakan akad wadi ah. Adapun perhitungan bonus yang diterapkan pada KJKS BMT BAHTERA adalah: Contoh perhitungan dengan setoran Rp. 20.000,-/minggu Setoran minimal : Rp. 20.000,- per minggu 18 Muhammad Syafi i Antonio. Op. cit. hlm. 88

45 1 tahun : Rp. 20.000 x 48 = Rp. 960.000,- Nisbah bagi hasil : 35 % x Rp. 960.000 : 12 bulan = Rp. 28.000,- Jadi total bonus yang didapat untuk setoran minimal Rp. 20.000 adalah Rp. 28.000,-. a. Kelebihan dari tabungan SAHARA a) Dukungan dari masyarakat cukup kuat karena bagi mereka tabungan SAHARA dapat membantu atau meringankan pengeluaran menjelang hari raya. b) Tabungan SAHARA juga dapat menabung lewat marketing dengan datang ke rumah nasabah. c) Pembukaan rekening tabungan SAHARA cukup mudah. b. Kekurangan tabungan SAHARA a) Jaringan pelayanan yang terbatas, sehingga belum sampai pada sentrasentra ekonomi. b) Pada pembagian tabungan SAHARA memerlukan waktu yang cukup banyak karena terbatasnya karyawan pada KJKS BMT BAHTERA cabang buaran. c) Pada pembatalan tabungan SAHARA boleh dilakukan apabila nasabah menghendaki, akan tetapi dananya dikembalikan menjelang hari raya atau bisa digantikan orang lain.

46 Peningkatan jumlah nasabah yang menabung di produk SAHARA pada KJKS BMT BAHTERA Cabang Buaran adalah: Tahun Jumlah Nasabah 2010 2.134 2011 2.194 2012 1.850 Perkembangan dana produk SAHARA pada KJKS BMT BAHTERA Cabang Buaran adalah: Tahun Jumlah perkembangan dana 2010 Rp. 968.897.385,41 2011 Rp. 1.215.954.854,80 2012 Rp. 1.399.393.107,48 C. Analisis terhadap Implementasi Akad Wadi ah Pada Tabungan SAHARA (Simpanan Hari Raya) di KJKS BMT BAHTERA Cabang Buaran Berdasarkan ketentuan dalam Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan maupun Undang-Undang perubahannya, bentuk penghimpunan dana dapat dilakukan melalui penerimaan simpanan dari masyarakat. Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan akad/perjanjian penyimpanan dalam bentuk giro, tabungan, deposito dan bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

47 Kegiatan penghimpunan dana dan pembiayaan merupakan kegiatan pelayanan jasa perbankan syariah yang utama dari semua kegiatan lembaga keuangan bank syariah. Pelayanan jasa berupa penghimpunan dana dari masyarakat salah satunya menggunakan prinsip wadi ah. Di samping mendapatkan dana dari masyarakat, perbankan syariah juga akan mendapatkan dana dalam bentuk modal yang disetorkan pada saat pendirian bank syariah. Modal adalah dana yang diserahkan oleh pemilik (owner). 19 Wadi ah adalah titipan dari satu pihak kepada pihak yang lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penyimpan menghendakinya. Salah satu prinsip yang digunakan oleh bank syariah dalam memobilisasi dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan. Adapun akad yang sesuai dengan prinsip ini adalah akad wadi ah, baik wadi ah yad amanah maupun wadi ah yad dhamanah. Produk penghimpunan dana yang menggunakan akad wadi ah ini adalah giro dan tabungan wadi ah. Tabungan SAHARA di KJKS BMT BAHTERA menggunakan akad wadi ah yad dhamanah. Tabungan ini diperuntukkan untuk simpanan Hari Raya. Pada tabungan SAHARA, pihak penitip (nasabah) menitipkan dananya pada KJKS BMT BAHTERA dimana dana atau barangnya boleh digunakan atau dimanfaatkan oleh pihak yang dititipi (BMT). Tentu saja dalam hal ini KJKS BMT BAHTERA mendapat hasil dari pengggunaan hasil dana tersebut. Pihak KJKS BMT BAHTERA 19 Ibid, hlm. 146

48 juga memberikan bagi hasil kepada penitip yang tidak ada di awal perjanjian akad, karena bonus tersebut bersifat sukarela. Apabila terjadi kerusakan atau kehilangan bukan tanggung jawab penyimpan melaikan KJK BMT BAHTERA. Tabungan SAHARA pada dasarnya hanya dapat diambil atau dibagikan kepada nasabah menjelang hari raya. Tetapi, nasabah dapat membatalkan atau menutup rekeningnya jika penutupan rekening sebelum akhir periode karena permintaan sendiri oleh nasabah tidak mendapatkan bonus dan dana tersebut akan dikembalikan menjelang hari raya atau bisa digantikan orang lain. Dengan demikian, implementasi akad wadi ah pada tabungan SAHARA (Simpanan Hari Raya) di KJKS BMT BAHTERA Cabang Buaran sudah sesuai dengan prinsip-prinsip yang diatur dalam syariah Islam. Adapun kekurangannya adalah praktek pembagiannya yang kurang efektif, dimana pembagiannya dilakukan secara serentak menjelang hari raya, sedangkan karyawan yang membagikannya terbatas dan nasabah yang berminat untuk menabung pada produk SAHARA cukup banyak.