BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan yang utama adalah memiliki akal budi. psikis. Perbedaan yang paling terlihat antara perempuan dan laki-laki terutama

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Raymond Williams dalam Komarudin (2007: 1).

BAB I PENDAHULUAN. Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang. Sebutan ibu mungkin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Adi Khadafi, 2013

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ekspresi atau ide pada bidang dua dimensi.

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas.

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Nelson Mandela 1960 Sumber:

BAB III METODE PENCIPTAAN. keluar dari kegelisahan tersebut. Ide/gagasan itu muncul didorong oleh keinginan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita berbicara tentang peradaban manusia, tidaklah akan lepas dari persoalan seni dan

III. METODE PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan, maupun lingkungan kehidupan masyarakat. Alam dapat dikatakan. terpisahkan antara manusia dengan lingkungan alam.

BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA. memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa

BAB III. A. Implementasi Teoritis. yang menarik dan umumnya tampak cantik. Selain fungsi alamiah sebagai

BAB III METODE PENCIPTAAN. cm, karya ke dua berukuran 120 cm X 135 cm, karya ke tiga berukuran 100 cm X

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat cepat. Begitu pula dengan gaya hidup masyarakat yang juga

III. METODE PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. datang dari dalam maupun luar individu itu sendiri. Sebagai contoh, ketika

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

2015 ABSTRAK SUPREMATISME SEBAGAI GAGASAN BERKARYA SENI PATUNG DENGAN MEDIA KAYU

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

pribadi pada masa remaja, tentang kebiasaan berkumpul di kamar tidur salah seorang teman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kegiatan melukis realis merupakan bentuk ekspresi jiwa seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Selain unsur visualisasi, teknik sapuan kuas yang ada di atas kanvas juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan Karya

BAB I PENDAHULUAN. Seni atau art berasal dari kata dalam bahasa latin yaitu ars, yang memiliki arti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang paling sempurna. Manusia bisa berpikir dan mempunyai kemampuan

2015 PENCIPTAAN KARAKTER SUPERHERO SEBAGAI SUMBER GAGASAN BERKARYA SENI LUKIS

BAB I PENDAHULUAN. Kaligrafi ialah suatu corak atau bentuk seni menulis secara indah

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

BAB III. METODE PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN. terhadap tumbuhan paku sejati (Pteropsida) ini sehingga menghasilkan pemikiran.

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kumpulan surat Habis gelap Terbitlah Terang ditulis oleh R.A Kartini pada

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pengalaman dan pengamatan penulis dalam melihat peristiwa yang terjadi

VHANY AGUSTINI WITARSA, 2015 EKSPLORASI APLIKASI ALAS KAKI YANG TERINSPIRASI DARI KELOM GEULIS

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. Seni grafis sudah jarang diminati, terutama yang masih menggunakan

III. PROSES PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

B. Jumlah Peserta Pameran Guru yang diikutkan dalam kegiatan pameran secara keseluruhan akan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KOMSEP KARYA SENI. Oleh: Zulfi Hendri, S.Pd NIP:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penciptaan

BAB III BUNGA TERATAI DALAM LUKISAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERINGATAN HARI KARTINI KE 136 TAHUN 2015 TANGGAL 21 APRIL 2015

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN IDE. Kajian Sumber Pustaka (Buku Dwi Tunggal Pendiri Darma Ayu Nagari) Studi Sketsa. Proses Berkarya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan Karya

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERINGATAN HARI KARTINI KE 136 TAHUN 2015 TANGGAL 21 APRIL 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karya dihasilkan dari imajinasi dan temporer seniman. Batasan dari cetak tradisional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurysta Tresna Sundi, 2014 Kajian Visual Desain Pada Kaos Pariwisata Pantai Pangandaran

Di Ujung Pantai Gelap, Pasti Ada Mercusuar

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa kecil perupa hingga dewasa banyak terinspirasi oleh informasi yang di

BAB I PENDAHULUAN. Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

IV. ANALISIS KARYA. suasana pertunjukan sirkus. Gajah yang seakan-akan muncul dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. Saat menciptakan manusia awalnya Tuhan menciptakan laki-laki, kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seperti wayang, batik, keris, angklung, reog. Wayang adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Nisa Apriyani, 2014 Objek Burung Hantu Sebagai Ide Gagasan Berkarya Tenun Tapestri

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penciptaan Diantara makhluk-makhluk yang diciptakan Tuhan manusia merupakan makhluk yang paling sempurna, manusia memiliki berbagai kemampuan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain, dengan kemampuan otaknya manusia dapat menciptakan berbagai hal yang tidak dapat dilakukan oleh makhluk lain. Kelebihan yang utama adalah memiliki akal budi. Laki-laki dan perempuan tercipta sebagai pasangan yang saling melengkapi terlepas dari kekurangan dan kelebihannya, baik dari fisik maupun psikis. Perbedaan yang paling terlihat antara perempuan dan laki-laki terutama dari fisik, perempuan memiliki nilai keindahan yang lebih dengan sifat fisik yang lembut dan gemulai, sehingga para seniman, baik sastrawan, penyair maupun perupa sering menggambarkan bagaimana indahnya perempuan. Perempuan tercipta sebagai pasangan dari manusia serta yang tercipta dari tulang rusuk Nabi Adam. Perempuan pada awalnya pembantu suaminya (pasangan), selain mengurus anak-anaknya. Pada beberapa fase di daerah-daerah tertentu, seperti pada zaman Jahiliyah di Makkah (Arab) perempuan diperjualbelikan dan dijadikan budak. Cukup lama perempuan dianggap sebagai benda dan pemuas laki-laki.

2 Dimasa kolonial, nasib perempuan bumi putera, sungguh sangat memprihatinkan. Mereka tidak diberi kesempatan berkembang, hidup terkungkung didalam rumah, bertugas melayani kebutuhan kaum laki-laki yang menjadi suaminya. Pada masa itu, kaum perempuan bumi putera sangat tergantung kepada kaum laki-laki. Sampai pada akhirnya terjadi kebangkitan. Seperti R.A Kartini di Jepara, Dewi Sartika di Jawa Barat dan yang lainnya. Selanjutnya ketika Rosulullah datang dengan membawa ajaran Islam, beliau telah merubah keadaan perempuan, perempuan dihargai dan diberikan hak, kemudian pada tahun 1837. Seorang aktivis sosialis utopis, seorang laki-laki yang bernama Charles Fourier untuk pertama kalinya mencetuskan kata feminisme, adalah gerakan kaum perempuan/feminis yang menuntut kesetaraan hak dengan laki-laki, dan menghapuskan ideologi patriarki. Perempuan bukanlah hiasan ataupun pelengkap, melainkan ia punya peranan yang sangat penting dalam dunia ini. Ketika perempuan dikatakan hanya sebuah pajangan yang menghiasi kehidupan ini, hal tersebut merupakan suatu pandangan yang benar-benar keliru. Keistimewaan yang telah diberikan kepada perempuan membuatnya harus bisa mempertanggungjawaban keistimewaannya tersebut sehingga menjadi berkah yang sangat bernilai. Dengan berkembangnya pemikiran, kemandirian, serta kekuatan perempuan, kemudian muncullah sebuah tuntutan atas equal terhadap laki-laki, atau sebut saja emansipasi. Emansipasi yang dihasilkan dari pemikiran serta sikap

3 kritis kaum perempuan mampu mengangkat harkat dan martabat perempuan menjadi lebih dihargai. Sebagian perempuan tidak dapat mengartikan emansipasi. Hal ini terjadi ketika emansipasi selalu diikutsertakan dalam setiap kepentingan perempuan, terlebih lagi yang bersifat negatif. Ketika emansipasi dipertanyakan, hanya segelintir perempuan yang mampu mempertanggungjawabkannya. Kini telah terbagi mayoritas dan minoritas yang sampai sekarang masih menjadi dua kutub. Maka dari itu penulis merasa tergugah untuk bisa mengkritisi masalah yang tengah terjadi pada kaum perempuan, dengan harapan dapat menggerakan hati perempuan untuk bisa menyadari dan memahami realita, yang dituangkan dalam bentuk karya seni lukis abstrak. Seni lukis abstrak merupakan salah satu seni yang tidak menggambarkan objek dalam dunia asli, tetapi menggunakan warna dan bentuk untuk penggambaran secara non-representasional. Penulis sendiri merasa seni lukis abstrak memiliki ketertarikan untuk terus dipelajari dan dikembangkan penulis sebagai pelukis. Keunikan dan ketajaman konsep, bentuk serta warna dari seni abstrak memang telah menjadi kegelisahan bagi masyarakat awam, karena sulit untuk dipahami. Oleh karena itu abstrak menjadi salah satu jenis seni yang memiliki nilai tambah dalam cara pengapresiasiannya. Perubahan-perubahan yang tengah terjadi dalam kehidupan ini tidak terlepas dari cara manusia untuk bisa menghadapi berbagai persoalan sulit. Dalam hal ini seni menjadi sebuah katarsis untuk memahami berbagai arti kehidupan.

4 Proses penciptaan karya haruslah meninggalkan berbagai kesan untuk masyarakat, karena faktor masyarakat sangat dibutuhkan. Berkarya seni merupakan kegiatan untuk menuangkan ide gagasan seniman untuk mencipta atau mengolah bentuk kepada suatu media, baik itu dua dimensi ataupun tiga dimensi. Proses berkarya seni tidak terlepas dari ide ataupun gagasan seniman. Karena ide yang muncul dalam diri seniman merupakan hasil dari proses perenungan dan penghayatan, yang kemudian dituangkan dalam sebuah media seni, dan berbagai unsur lainnya. Pencarian ide sendiri bisa datang dari dalam diri seniman yang merupakan suatu kegelisahan atas suatu masalah atau keinginan untuk kepuasan batin. Selain itu ide juga bisa datang dari luar, dimana lingkungan luar mampu memberikan inspirasi untuk memperkuat ide berkarya, tentu saja tidak terlepas dari proses pengamatan seniman. Pada akhirnya masalah di atas melahirkan keinginan untuk menjadikan seni lukis sebagai jawaban atas kegelisahan penulis. Dalam berkarya seni lukis, media sebagai jembatan antara seniman dan ide berkarya. Melukis merupakan kegiatan mengolah media dua dimensi ataupun tiga dimensi untuk memperoleh kepuasan batin, bukan hanya sekedar memainkan kwas diatas kanvas kosong dengan berbagai warna primer, sekunder ataupun tersier, namun melukis lebih kompleks dari itu, karena selain membutuhkan alat dan bahan, seniman juga harus memiliki konsep yang matang berkenaan dengan kegelisahan hatinya. Gagasan yang tertuang disini adalah mengenai sisi lain dari perempuan. Dimana keadaan perempuan apabila dilihat dalam bingkai modernisasi, sesungguhnya selalu memiliki ketertarikan untuk dikaji. Terlebih lagi semenjak

5 lahirnya emansipasi atau tuntutan atas kesetaraan hak dengan laki-laki, dimana perempuan ingin menunjukan eksistensinya secara kelompok ataupun secara individu. Emansipasi tidak untuk dipersalahkan, karena memang tujuan yang dicapainya untuk mengeluarkan perempuan dari lingkup yang terbatas. B. Rumusan Masalah Penciptaan Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan analisis masalah penciptaan diatas, maka dapat dirumuskan masalah penciptaan sebagai berikut : 1. Bagaimana mengembangkan gagasan Karakter Perempuan ke dalam konsep berkarya seni lukis abstrak? 2. Bagaimana memvisualisasikan konsep Karakter Perempuan dalam karya seni lukis abstrak? 3. Bagaimana hasil visualisasi konsep Karakter Perempuan dalam karya seni lukis abstrak? C. Tujuan Penciptaan 1. Dapat mengembangkan gagasan Karakter Perempuan ke dalam konsep berkarya seni lukis abstrak. 2. Dapat memvisualisasikan konsep Karakter Perempuan dalam karya seni lukis abstrak. 3. Dapat mewujudkan konsep Karakter Perempuan dalam karya seni lukis asbtrak.

6 D. Manfaat Penciptaan 1. Manfaat bagi penulis : - Meningkatkan kemampuan, pengetahuan, dan pendalaman mengenai seni lukis abstraksi. - Mengolah media baru untuk berkarya lukis abstraksi. - Meningkatkan kreatifitas dalam berkarya seni lukis. - Memahami karakteristik objek-objek yang ditampilkan, guna memperkuat kemampuan teknis. - Meningkatkan pemahaman dalam berbagai permasalahan yang muncul. 2. Manfaat bagi lembaga : Sebagai bahan kajian untuk mata kuliah yang bersangkutan dengan seni murni, khususnya seni lukis abstraksi. 3. Manfaat bagi kesenirupaan, khususnya seni lukis abstraksi : Diharapkan dapat memberi ide untuk berkarya, dan memberi nuansa baru dalam seni lukis abstraksi dengan mengangkat perempuan sebagai gagasan berkarya. 4. Manfaat bagi pihak lain : Sebagai media apresiasi seni rupa dalam memberikan sikap dan rasa. Dan diharapkan dapat memberikan gambaran dalam berkarya seni lukis abstraksi.

7 E. Kajian Sumber Penciptaan 1. Landasan Teoritis Seni lukis abstraksi merupakan salah satu jenis kesenian yang tidak memunculkan bentuk asli atau objek dalam dunia asli, tetapi menggunakan warna dan bentuk dalam cara non-representasional. Dalam hal ini seni lukis abstrak seringkali dipandang sebelah mata karena sulit untuk menemukan suatu keindahan dalam seni lukis abstraksi. Penggunaan warna dalam karya lukis abstraksi Karakter Perempuan lebih memunculkan warna yang mewakili sosok perempuan, yaitu warna merah muda serta warna-warna kontras. Dalam hal ini, penulis menggunakan ram kawat sebagai media tambahan untuk menciptakan lukisan abstraksi. Selain itu ram kawat dalam karya Karakter Perempuan memiliki makna kepribadian yang terbentuk oleh lingkungan. 2. Landasan Empiris Akhir-akhir ini, wacana perempuan menjadi topik paling menarik dan popular diberbagai kajian, yang concern terhadap permasalahan perempuan. Selama ini, kehidupan perempuan memang selalu menimbulkan kontroversi. Disatu sisi perempuan dibutuhkan dan diagungkan, disisi lain ia dinilai rendah.

8 Tidak banyak laki-laki yang menyadari bahwa perempuan sebenarnya jauh lebih kuat. Hanya saja kekuatan yang dimiliki perempuan tidak terletak pada ototnya. Dalam hal ini penulis mengambil referensi buku karangan Sarah Gamble yang berjudul Feminisme dan Postfeminisme, yang didalamnya terurai secara jelas mengenai perkembangan perempuan dan peranannya. Serta buku-buku lain yang diantaranya berjudul Mengapa Harus Perempuan?, yang mengurai masalah-masalah yang tengah menimpa kaum perempuan, yang dalam perkembangannya perempuan dipandang negatif dan dilecehkan oleh laki-laki, yang kemudian perempuan mulai bergerak untuk bisa melawan hal tersebut. Kedua buku tersebut merupakan gambaran yang nyata mengenai apa yang tengah terjadi pada kaum perempuan sekarang. 3. Konsep Penciptaan Sesuai dengan landasan teori dan landasan empiris yang telah di paparkan diatas, maka konsep berkarya seni lukis ini adalah sebagai berikut : 1. Karya yang akan diciptakan merupakan lukisan abstraksi dengan tema Karakter perempuan. 2. Warna yang digunakan lebih memunculkan warna yang mewakili sosok perempuan, yaitu warna-warna kontras, serta penggunaan warna gelap seperti abu-abu pekat dan hitam. 3. Ram kawat sebagai media tambahan dalam memvisualisasikan gagasan Karakter perempuan dalam karya seni lukis abstraksi.

9 F. Metode Penciptaan Dalam penciptaan karya seni lukis ini penulis menggunakan metode penciptaan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Pendekatan Dalam pembuatan karya seni lukis abstraksi ini, penulis mengambil pendekatan dengan cara studi literatur, serta mengamati lingkungan sekitar. b. Prosedur Penciptaan 1. Menemukan ide berkarya seni lukis abstraksi lewat studi literature dan pengamatan pada lingkungan sekitar, (baik itu rumah proses ataupun galeri). 2. Penulis memilih bahan dan media yang akan digunakan dalam proses berkarya, serta penyusunan komposisi warna, media. 3. Mewujudkan ide menjadi sebuah karya. 4. Berkarya. c. Sumber Ide : Karya-karya seni lukis abstrak di galeri Sunaryo telah menciptakan ketertarikan penulis terhadap seni lukis abstrak, dalam hal ini penulis mencoba membuat karya lukis abstrak pada tingkat awal, yaitu abstraksi, dengan mencoba mengeksplor media, yang terinspirasi dari mata kuliah seni patung III, dimana bahan yang digunakan salah satunya adalah ram kawat sebagai pondasi untuk memperkuat patung. Seni patung III telah banyak memberikan inspirasi penulis. Begitu juga karya-karya Sunaryo sendirilah yang menjadikan penulis merasa tertarik untuk bisa menciptakan karya abstraksi.

10 Karya-karya lukis abstrak Sunaryo merupakan mahakarya yang cantik dan berani. Dimana karya-karyanya menggunakan warna yang khas, pengeksploran media yang berani, dan tentu saja pengetahuan sang seniman yang luas, serta tema-tema yang diangkat sederhana tetapi kritis. Sumber ide yang didapat penulis diperoleh dari dalam maupun luar penulis, yang dihasilkan dari proses perenungan dan pengolahan imajinasi dalam berkarya seni rupa. Dengan lebih memikirkan untuk menciptakan sesuatu yang berbeda, sederhana, namun menarik. Selasar Sunaryo bukan hanya sekedar ruang pameran yang berisikan lukisan maupun patung yang ingin diapresiasi, tetapi juga merupakan ruang perenungan dan pemunculan ide bagi penulis. Disanalah penulis mendapatkan sumber ide yang akan dituangkan dalam karya seni lukis abstraksi. Tempat tersebut benar-benar telah mengilhami penulis untuk ikut serta untuk menambah nuansa baru dalam berkesenian, khususnya seni lukis abstraksi. Penulis juga menjadikan seniman-seniman lain sebagai sumber ide penulis dalam penciptaan karya. Diantaranya Jackson Pollock, Mark Rothco, Henri Matisse, Basquiat, Asep Kadarisman, Nunung W.S, Sudaryono, dan Widayat. Penulis merasa tertarik ketika melihat karya yang diciptakan oleh seniman-seniman tersebut, karena karya tersebut mampu menghipnotis penulis atau siapapun yang melihatnya. Warna yang digunakan dari tiap seniman sangat berbeda satu sama lain, warna tersebut memiliki khas dan keunikan masing-masing.

11 d. Metode Analisis Karya Cipta Visual Menampilkan sisi egoisme perempuan ataupun penyimpangan-penyimpangan yang mampu membelokkan kelembutan perempuan menjadi keperkasaan maskulin dan bagaimana sikap yang harusnya ditampilkan untuk menghadapinya, baik dilihat dari sisi agama, pendidikan ataupun kritik sosial. Dalam skripsi penciptaan karya lukis ini dengan tema perempuan, penulis menggarap sekira lima karya dan melahirkan beberapa judul sebagai berikut : 1. Perempuan I 2. Perempuan II 3. Perempuan III 4. Perempuan IV 5. Perempuan V Dan bentuk kekaryaannya sebagai berikut : 1. Bentuk dua dimensi, format persegi panjang,posisi kanvas potret, dengan ukuran masing-masing 100 cm X 80 cm. dengan jumlah karya 5 buah diatas kanvas. 2. Gaya, menghadirkan gaya abstraksi. 3. Warna, lebih menghadirkan warna-warna yang mewakili sosok perempuan, yaitu warna-warna kontras, selain itu digunakan juga warna gelap, seperti abuabu dan hitam.

12 e. Teknik dan medium penciptaan Alat dan Bahan : Sebagai langkah awal dalam berkarya lukis ini alat dan bahan yang akan digunakan nantinya adalah : - Kwas - Cat Minyak - Palet - Cat Akrilik - Ram Kawat - Benang dan Jarum Jahit Teknik yang digunakan adalah wet to dry, serta teknik dalam melukis abstrak untuk menjadi landasan dalam proses berkarya. G. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penciptaan B. Masalah Penciptaan C. Tujuan Penciptaan D. Manfaat Penciptaan E. Metode Penciptaan F. Sistematika Penulisan BAB II LANDASAN PENCIPTAAN

13 A. Kajian Pustaka (Teoritik) 1. Seni 2. Seni Rupa Murni 3. Seni Lukis 4. Seni Lukis Abstrak 5. Seni Lukis Abstrak di Indonesia 6. Perempuan 7. Eksistensi Perempuan 8. Emansipasi 9. Emansipasi di Indonesia B. Kajian Faktual (Empirik) 1. Gagasan Awal BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Perwujudan Karya Seni 1. Persiapan Alat dan Bahan Teknik Berkarya 2. Bagan Proses Berkarya B. Proses Berkarya Seni BAB IV VISUALISASI DAN ANALISIS KARYA Karya 1 (Perempuan I) 1. Analisis Visual 2. Analisis Konseptual

14 Karya 2 (Perempuan II) 1. Analisis Visual 2. Analisis Konseptual Karya 3 (Perempuan III) 1. Analisis Visual 2. Analisis Konseptual Karya 4 (Perempuan IV) 1. Analisis Visual 2. Analisis Konseptual Karya 5 (Perempuan V) 1. Analisis Visual 2. Analisis Konseptual BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran