KONTRIBUSI PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

ABSTRACT

PENGARUH HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA SISWA SMK NEGERI 1 PEKANBARU

PERANAN PRESTASI MATA KULIAH BAHAN BANGUNAN DAN KESIAPAN PRAKTIK INDUSTRI DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA

ANALISA PELAKSANAAN KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BERORIENTASI KTSP DI SMKN 2 PENGASIH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NEGERI 13 PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) DAN PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MINAT WIRAUSAHA

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DAN CARA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS X JURUSAN AKUNTANSI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANDAR LAMPUNG

KONTRIBUSI PRAKTEK KERJA INDUSTRI DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP SIKAP WIRAUSAHA

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

HUBUNGAN PRESTASI BELAJAR PRAKTEK LAS TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA DI BIDANG PENGELASAN SISWA SMK

Economic Education Analysis Journal

PENERAPAN MEDIA BENDA SEBENARNYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA KOMPETENSI DASAR MENJELASKAN CARA PENGGUNAAN ALAT UKUR MEKANIK PRESISI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PETA DI KELAS V SDN 002 BAGAN BESAR DUMAI

KONTRIBUSI PRESTASI PRAKTIK KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA SISWA KELAS XII BUSANA BUTIK SMK NEGERI 1 WONOSARI JURNAL

Meningkatkan Aktivitas, Respon, dan Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

BAB 1 PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGARUH PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DAN IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR IPS SISWA SMKN 1 MARTAPURA

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalani hidup dan kehidupan, sebab pendidikan bertujuan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah

UPAYA GURU BK DALAM MEMPERBAIKI CARA BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DI SMP NEGERI 18 PADANG ARTIKEL

BAB I. Pendidikan merupakan ujung tombak dalam mempersiapkan sumber daya. manusia yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

Kata Kunci: Pendidikan kewirausahaan, praktik kerja industri, minat berwirausaha

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

PENGARUH PELAKSANAAN BUSINESS CENTRE TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK NEGERI 1 WONOSOBO

SIKAP KERJA SISWA PROGRAM STUDI KONSTRUKSI KAYU JURUSAN BANGUNAN SMK N 1 PADANG SETELAH MELAKSANAKAN PRAKERIN

NASKAH PUBLIKASI. Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi.

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa lepas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

Penulis 1 : Fathimah Nur Zahroh ( ) Penulis 2 : Dr. Endang Mulyatiningsih Abstrak

ABSTACT. Keywords: The Achievements Of Industrial Work Practicum, The Achievements Of Entrepreneurship, Entrepreneurial Interests.

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XII, No. 1, Tahun 2014 Dicky Pradana 14-24

PENGARUH LATAR BELAKANG SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR YANG DIMEDIASI OLEH FASILITAS BELAJAR

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XII, No. 1, Tahun 2014 Shinta Agustina Siregar & Sukanti 1-13

HUBUNGAN KEMANDIRIAN DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 SEWON BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

JURNAL. Oleh: Yunita Mairani

E-JURNAL. Oleh : AFIFATUL MUSRIFA

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat 2

PENGARUH MINAT DAN PENGETAHUAN PEMESINAN TERHADAP PRESTASI CNC KELAS XI SMK NEGERI 1 PURWOREJO

PENGARUH PERSEPSI, MINAT WIRAUSAHA DAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA TERHADAP HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan dalam dunia pendidikan. Pembangunan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA SEMESTER 5 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, memiliki keterampilan, keahlian, dedikasi,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini memegang peranan penting dalam kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan

FORTECH 1 (1) 2016 FORTECH.

PENGARUH KEMANDIRIAN DAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA SISWA SMKN 1 SEYEGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu, hal tersebut dapat dilihat dari semangat dan prestasi belajar siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

EXPECTANCY BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS RIAU

Pendidikan Teknik Mesin Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. & ABSTRACT

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KIMIA

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS, MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE PARTISIPATIF. Suparmi¹, John Sabari².

BAB I. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan. yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR JURNAL. Oleh YOCIE CALLISTA PUTRI BAHARUDDIN RISYAK SYAIFUDDIN LATIF

BAB I PENDAHULUAN. ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena

REDI INDRA YUDHA PENGARUH FASILITAS BELAJAR DAN PENGELOLAAN KELAS TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA SMK PADA PELAJARAN AKUNTANSI DI KOTA JAMBI

BAB V Kesimpulan

Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining terhadap pemahaman matematik peserta didik

HUBUNGAN ANTARA HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DAN PRAKTIK INDUSTRI DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA KELAS XII TKR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran dalam

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR

PENGARUH PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN DAN KONSEP DIRI TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA

Alviyana, Baedhowi, Kristiani * *Pendidikan Ekonomi, FKIP Universitas Sebelas Maret

ANALISIS TENTANG SIKAP SISWA SMP KELAS IX TERHADAP SEKOLAH LANJUTAN ATAS DI KECAMATAN KAMPAR KIRI HULU

HUBUNGAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MENJAHIT DENGAN KESIAPAN KERJA SISWA SMK Arwita Priyani Guru MAN 2 Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dihadapkan pada tantangan-tantangan yang berat khususnya dalam

PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR DAN PENGGUNAAN METODE MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KOMPETENSI KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya

RANI DIANDINI, 2016 PENDAPAT SISWA TENTANG PELAKSANAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN TATA HIDANG DI SMK NEGERI 2 BALEENDAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran

PENINGKATAN HASIL DAN AKTIVITAS BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI DENGAN METODE RESITASI PRA-PEMBELAJARAN. Djoko Santoso 1

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.3 Tahun 2016

Economic Education Analysis Journal

HUBUNGAN KEMANDIRIAN DAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI GURU EKONOMI DENGAN KECAKAPAN HIDUP SISWA SMA KELAS XII IPS DI BANJARMASIN UTARA

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 6 BINTAN KABUPATEN BINTAN

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

Transkripsi:

KONTRIBUSI PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN Rahmat Mamuasi Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP Ternate ABSTRACT Entreprenuerial learning in secondary vocational school aims to produce graduates to overcome the problem of unemployment. This study aimed to identify formation of attitudes and awareness of entrepreneurship towards vocational students after obtaining entrepreneurial training. The effect of entrepreneurial training is measured from the activities of teaching in class, mastery of entrepreneurship, atmosphere / climate of learning, the interest of students on entrepreneurship, and attitudes of students postining. Research with quantitative approach was carried out to 95 student of grade 3 SMK 1 Ternate with background in accounting, office administration marketing, tourism businesses and information technology. Data and information actual through questionnaire prepared in accordance with the variables to be measured. Results showed that a significant contribution of teaching entrepreneurship on the formation of entrepreneurial attitude. This means the higher the level of mastery learning and the better the quality of the learning entrepreneurship atmosphere the greather implications for the change of entrepreneurial attitude. It is recommended that managers SMK supports the effort to create entrepreneurial attitudes through increased teacher competence in the area of entrepreneurship, and empowerment of the role of principal as motivator entrepreneurial behavior in school. Keyworks: attitudes, entrepreneurship learning Stigma sekolah hanya mencari ilmu dan mencari pekerjaan harus diubah menjadi mencari ilmu untuk diterapkan di lapangan. Hakikat pendidikan yang berkualitas adalah mengisi lapangan kerja, dan membawa generasi terdidik menciptakan pekerjaan. Pendidikan bukan sekadar mencetak generasi terampil yang memiliki kompetensi tinggi dan relevan dengan bidang keilmuannya, akan tetapi juga harus mampu mencetak generasi yang memiliki jiwa dan semangat wirausaha. Secara umum karakteristik angkatan kerja dari semua level jenjang pendidikan memiliki kesamaan sikap, yaitu bermental birokrasi sebagai warisan dari budaya kolonial. Pembelajaran merupakan suatu konsep yang memiliki cakupan yang sangat luas dan digunakan banyak hal. Pembelajaran dapat digunakan untuk menunjukkan; 1) perolehan dan penguasaan tentang apa yang telah diketahui mengenai sesuatu, 2) penyuluhan dan penjelasan mengenai pengalaman seseorang, 3) suatu proses pengujian gagasan yang terorganisasi yang relevan dengan masalah. Dengan kata lain pembelajaran digunakan untuk menjelaskan suatu hasil, proses atau fungsi. Bila pembelajaran digunakan untuk menyatakan sebagai suatu proses, maka suatu percobaan dilakukan untuk menerangkan apa yang terjadi bila suatu pengalaman pembelajaran berlangsung. Sebagaimana dikemukakan Almuchtar (2007: 158) bahwa pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi peserta didik yang dilakukan oleh individu untuk 36

Rahmat Mamuasi. Kontribusi Pembelajaran Kewirausahaan memperoleh suatu pengalaman belajar dalam suatu lingkungan dan suasana belajar baik dilakukan secara perorangan dan atau kelompok belajar di kelas maupun diluar kelas. Pembelajaran kewirausahaan pada sekolah menengah kejuruan bertujuan untuk menghasilkan lulusan, yang memiliki kemampuan untuk mengatasi permasalahan pengangguran. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Soemanto (2002:85) bahwa pendidikan kewirausahaan berusaha untuk menjawab manusia yang berkualitas guna menjadikan manusia bukan hanya mampu mencari pekerjaan, melainkan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang mampu menciptakan pekerjaan bagi dirinya, atau bahkan mampu menyediakan lapangan kerja bagi orang lain. Penting sekali menanamkan sikap wirausaha bagi peserta didik sejak dini di bangku sekolah agar ke depan mereka siap dan mempunyai bekal pengetahuan serta keterampilan yang bisa dimanifestasikan dalam kehidupan nyata di masyarakat. Untuk itu pembelajaran kewirausahaan di sekolah Menengah Kejuruan harus betul-betul diarahkan pada pencapaian tujuan yang telah di tetapkan dalam pembelajaran. Sikap dapat ditumbuhkan dan dikembangkan melalui proses belajar. Jika sikap merupakan hasil belajar, maka kunci utama belajar sikap terletak pada proses kognisi dalam belajar siswa. Menurut Bloom, serendah apapun tingkatan proses kognisi siswa dapat mempengaruhi sikap (Munandar, 1999:27). Namun demikian, tingkatan kognisi yang rendah mungkin saja dapat mempengaruhi sikap, tetapi sangat lemah pengaruhnya dan sikap cenderung labil. Penulis yakin, bahwa proses kognisi yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap secara signifikan, sejalan dengan taksonomi kognisi Bloom, adalah pada taraf analisis, sintesis, dan evaluasi. Pada taraf inilah memungkinkan sasaran peserta didik memperoleh nilai-nilai kehidupan yang dapat menumbuhkan keyakinan yang merupakan kunci utama untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap. Di dalam proses pembelajaran kewirausahaan, setidaknya anak didik diberikan materi pembelajaran yang berhubungan dengan aspek-aspek penting sehingga seseorang dapat menjadi interprenuer dan dapat survival dalam kehidupannya. Pembelajaran kewirausahaan memberikan keterampilan khusus pada peserta didik sehingga dapat mengelola keterampilannya sebagai sumber penghidupannya. Inilah hal nyata yang diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran kewirausahaan. Anak didik tidak saja memiliki keterampilan teknis, melainkan juga mampu menerapkan keterampilan tersebut sebagai bekal hidupnya. Disinilah peranan pembelajaran kewirausahaan dalam implementasi keterampilan sehingga siswa mampu bertahan dengan kemampuan mengelola keterampilan dirinya. Pembelajaran kewirausahaan di SMK memang merupakan stater point agar siswa mempunyai kemampuan lebih dan siap memasuki kehidupan sebagai manusia yang survival. Dengan kewirausahaan, maka siswa terbiasa dalam kondisi usaha dan membangun jaringan usaha sejak bersekolah sehingga saat selesai masa belajar, maka mereka sudah memiliki pengalaman kerja, bahkan pangsa pasar/ pangsa kerja tersendiri. Oleh karena itu perlu dilaksanakan kegiatan pembelajaran yang betul-betul dapat mengarahkan peserta didik kearah timbulnya serta tumbuhnya sikap wirausaha. Dengan demikian kecenderugan-kecenderungan perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil pembelajaran kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan yang berkaitan dengan pembentukan sikap dan kesadaran berwirausaha menjadi penting untuk ditelaah secara mendalam. Hal ini sejalan dengan tujuan pembelajaran kewirausahaan, yaitu tidak hanya mempersiapkan siswa untuk memasuki 37

Jurnal Pendidikan, Volume 11, Nomor 1, Maret 2010, 36-41 lapangan kerja dengan berbekal kemampuan kompetensi tetapi juga mengembangkan jiwa kewirausahaan, karena notabene Sekolah Menengah Kejuruan adalah dipersiapkan untuk terjun langsung kelapangan untuk siap bekerja. METODOLOGI Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan deskriptif dengan metode survey. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SMK I Kota Ternate yang berjumlah 134 siswa yang terdiri dari 5 (lima) jurusan yaitu akuntansi, administrasi perkantoran, pemasaran, usaha jasa pariwisata dan teknologi informasi. Mengingat ukuran populasi penelitian pada seluruh siswa kelas III SMK I Kota Ternate sebanyak 134 siswa. Penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan dari Isac dan Michael dalam Sugyono (2008:87) untuk tingkat kesalahan 5 %, maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 95 siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Kewirausahaan bagi para siswa tidak lepas dari kompetensi. Dalam makna yang lebih luas, kompetensi mencakup semua kecakapan, kebiasaan, ketrampilan yang diperlukan seseorang dalam hidupnya, baik sebagai pribadi, warga masyarakat, maupun siswa. Dalam arti umum, kompetensi mempunyai makna yang hampir sama dengan kecakapan hidup, yaitu kecakapan-kecakapan, keterampilan untuk menyatakan, memelihara, menjaga dan mengembangkan diri. Kecakapan dan keterampilan tersebut tidak sebatas fisik biologis, tetapi berkait juga dengan aspek-aspek intelektual, sosial, dan afektif (perasaaan, nilai, dan sikap). Seperti dikemukakan oleh Sukmadinata (2004:26-27) tingkat kompetensi tinggi minimal mencakup aspek performasi, pengetahuan, ketrampilan, proses berfikir, penyesuaian diri, sikap dan nilai-nilai. Penguasaan Materi Kewirausahaan Pengukuran penguasaan materi kewirausahaan yang dilakukan setelah proses pembelajaran memperlihatkan bahwa terdapat siswa yang memiliki tingkat penguasaan materi yang rendah sebanyak 10 orang, 40 orang memiliki penguasaan materi yang tinggi dan 10 orang memiliki tingkat penguasaan materi tertinggi. Tingkat interval nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah (26 28), dan paling rendah berada pada interval (17 19). Tabel 1. Distribusi Frekuensi Nilai Skor Penguasaan Materi Kewirausahaan Interval Nilai Frekuensi % 17 19 10 10,5 20 22 35 36,8 23 25 40 42,2 26 28 10 10,5 Jumlah 95 100 1. Suasana Belajar Pada tabel 4.2 terlihat suasana belajar dalam pembelajaran kewirausahaan cukup baik, terdapat 4 orang (4,2%) siswa yang kurang merasakan kenyamanan terhadap suasana belajar dalam proses pembelajaran dikelas, dan pada interval nilai ( 51-57). Namun terdapat 30 siswa (31,6 %) merespon suasana belajar di kelas dapat ditumbuhkan secara aktif yang terletak pada interval nilai (70-73). Skor tertinggi terletak pada interval nilai (86-89) atau 4 siswa (4,2%) yang sangat 38

Rahmat Mamuasi. Kontribusi Pembelajaran Kewirausahaan merespon bahwa suasana pembelajaran kewirausahaan dapat menumbuhkan belajar yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Nilai Suasana Belajar Interval Nilai Frekuensi % 51 57 4 4,2 58 61 6 6,3 62 65 11 11,6 66 69 17 17,9 70 73 30 31,6 74 77 16 16,8 78 81 5 5,3 82 85 2 2,1 86 89 4 4,2 Jumlah 95 100 2. Pembentukan Sikap Kewirausahaan Siswa Pada Tabel 3, terlihat bahwa ada 13 siswa (13,7%) dengan interval nilai (51-57) menyatakan pembelajaran kewirausahaan belum mampu membentuk sikap kewirausahaan, terdapat 3 orang (3,2%) dengan interval nilai (76-78) menyatakan pembelajaran kewirausahaan mampu membentuk sikap kewirausahaan. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Nilai Pembentukan Sikap Kewirausahaan Siswa Interval Nilai Frekuensi % 51 57 13 13,7 58 60 17 17,9 61 63 19 20 64 66 15 15,8 67 69 9 9,4 70 72 12 12,6 73 75 7 7,4 76 78 3 3,2 Jumlah 95 100 Data penguasaan materi pembelajaran kewirausahaan dari 95 responden menunjukkan total skor 2028, dan jumlah skor yang diperoleh adalah 28 x 95 = 2.660. Dengan demikian maka hasil kegiatan pembelajaran kewirausahaan mencapai 2.028: 2.660 = 0,762 atau 76,2% dari kriterium yang ditetapkan. Suasana belajar berdasarkan skor dari skor tertinggi adalah 5 x 18 x 95 = 8.550. Dengan demikian maka suasana beajar sebagai hasil dari proses pembelajaran kewirausahaan adalah 6672 : 8550 = 0,780 atau 78% dari kriterum yang ditentukan. Skor pembentukan sikap kewirausahaan siswa adalah 6.092, dan skor tertinggi yang adalah 5 x 18 x 95 = 8.550. Dengan demikian maka tingkat pembentukan sikap kewirausahaan siswa.6092 : 8.550 = 0.712 atau 71,2% dari kriterum yang ditentukan. Pembelajaran kewirausahaan pada SMK bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan untuk mengatasi permasalahan pengangguran. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Soemanto (1973:65) bahwa pendidikan kewirauasahaan berusaha untuk menjawab tantangan terwujudnya manusia yang berkualitas guna menjadikan manusia bukan hanya 39

Jurnal Pendidikan, Volume 11, Nomor 1, Maret 2010, 36-41 mampu mencari pekerjaan, melainkan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang mampu menciptakan pekerjaan bagi dirinya, atau bahkan mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi orang lain. Dengan kata lain, pembelajaran kewirausahaan pada SMK pada dasarnya bertujuan mengembangkan keterampilan, kemampuan, sikap, kebiasaan kerja dan pengetahuan bagi pekerja guna memenuhi dan mengembangkan keterampilan kerja agar mampu menjadi pekerja yang betulbetul berguna dan produktif baik bagi dirinya mapun berguna juga bagi orang lain. Hasil penelitian menunjukkan ada kontribusi positif dari pembelajaran kewirausahaan disekolah. Selain itu, kontribusi ini juga krena adanya dukungan berbagai faktor seperti guru, sarana belajar, ruang belajar dan warung koperasi siswa yang siap melayani kebutuhan perlengkapan para siswa. Dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat serta didukung dengan sarana dan fasilitas yang memadai, maka dapat dipastikan materi pembelajaran akan mudah difahami dan dikuasai oleh siswa. Penguasaan materi pembelajaran akan menimbulkan sikap-sikap tertentu yang relevan dengan materi pembelajaran yang dikuasai para siswa. Penguasaan materi pembelajaran kewirausahaan merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong dan selanjutnya memanifestasikan prinsip-prinsip dan ciri-ciri kewirausahaan tersebut dalam kehidupan nyata di masyarakat. Temuan di atas mengindikasikan bahwa pembentukan sikap yang positif terhadap kewirausahaan sangat erat kaitannya dengan penguasaan materi kewirausahaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ellis (dalam Sujanto, 1989) sebagai berikut: Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan sikap anak-anak yang perlu diperhatikan di dalam pendidikan (pembelajaran) adalah kematangan (maturation), keadaan fisik anak, pengaruh keluarga, lingkungan sisial, bioskop, guru, kehdupan sekolah, kurikulum, sekolah dan cara guru mengajar. Dari uraian di atas terlihat bahwa terdapat kaitan antara penguasaan materi pembelajaran dengan pembentukan sikap kewirausahaan. Pembentukan sikap tersebut merupakan dampak dari penguasaan materi. Sikap yang sudah terbentuk sebagai dampak dari penguasaan atau pemahaman materi akan menimbulkan dan menumbuhkan sikap kewiraiusahaan dalam diri peserta didik. Sama halnya dengan penguasaan materi kewirausahaan yang dimegerti, dipahami dan menjadi milik siswa akan menimbulkan sikap posistif terhadap kewirausahaan. Untuk membuat siswa mau menyenangi dan bahkan mau menggunakan sesuatu yang telah dipelajari, maka sikap terhadap apa yang dipelajarinya tersebut harus dikembangkan, dimana para siswa harus memiliki sikap yang positif terhadap wirausaha, dengan sendirinya akan tertanam jiwa wirausaha pada diri siswa dan bisa mengaplikasikan dalam kehidupan nyata dimasyarakat. Dari aspek suasana belajar di kelas dalam proses pembelajaran kewirausahaan dimana, guru belum memperhatikan secara maksimal tata ruang atau kondisi kelas yang benar-benar nyaman yang bisa menumbuhkan pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan bagi siswa, karena salah satu faktor keberhasilan dalam pembelajaran tidak terlepas suasana belajar atau iklim belajar yang kondusif yang bisa memungkikan siswa untuk lebih aktif dan nyaman dalam pembelajaran berlangsung. 40

Rahmat Mamuasi. Kontribusi Pembelajaran Kewirausahaan KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut yaitu, pertama pembelajaran kewirausahaan dapat menumbuhkan semangat dan sikap kewirausahaan para siswa dan kegua, setelah mengelamai proses pembelajaran, penguasaan siswa terhadap materi kewirausahaan di sekolah SMKN 1 Kota Ternate sebesar 76,2%. Artinya penguasaan materi kewirausahaan pada siswa SMK 1 Kota Ternate cukup baik, karena sebagian besar dari responden menguasai materi kewirausahaan dalam pembelajaran kewirausahaan di sekolah Adapun rekomendasi yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Agar lebih menumbuhkan sikap kewirausahaan, maka siswa hendaknya dibawa pada lingkungan dimana tempat usaha-usaha yang bisa membangkitkan jiwa wirausaha, serta melakukan praktek-praktek kewirausahaan baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. 2. Sekolah diharapkan dapat meningkatkan kompetensi guru melalui diklat kompetensi guru, forum seminar dan diskusi terkait dengan pengembangan kewirausahaan pada siswa 3. Perlu perbaikan dalam sistem bimbingan belajar dengan memperhatikan perbedaan individu siswa dalam menerima pelajaran. REFERENSI Almuchtar, S. (2007). Strategi pembelajaran pendidikan IPS. Universitas Pendidikan Indonesia. Bakat. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka. Soemanto, W. (2006). Pendidikan wiraswasta. Jakarta, PT Bumi Aksara. Sugiyono. (2008). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung: Alfa Beta. Sujanto, A. (1989). Psikologi umum. Jakarta: Aksara Baru. Sukmadinata, N. S. (2004). kurikulum & pembelajaran kompetensi, Bandung: Yayasan Kesuma Karya. 41