BAB I PENDAHULUAN. Kota Padang merupakan salah-satu daerah di Sumatera Barat dengan roda ekonomi dan

dokumen-dokumen yang mirip
UCAPAN TERIMA KASIH...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan yang bersifat sentralistik dengan cara mendelegasikan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan tertentu pasti mempunyai tujuan yang sudah dirancang sebelumnya.

WALIKOTA BUKITTINGGI

Perspektif Sejarah. (Jakarta : 2001), Hal : 23 2 Peraturan Daerah No 11 tahun 2005

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam melaksanakan penertiban Pedagang Kaki Lima

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2008 NOMOR : 9 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KOTA GORONTALO

PEDOMAN WAWANCARA PROFESIONALISME APARAT SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

I. PENDAHULUAN. dan ketertiban umum serta penegakan peraturan daerah. Pedagang Kaki Lima atau yang biasa disebut PKL adalah istilah untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tidak bisa dipungkiri bahwa zaman sekarang mencari pekerjaan untuk

PEMERINTAH KOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 10 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 04 TAHUN 2013 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 9 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

DATA PROFIL SKPD. 8 VISI Terwujudnya Keamanan dan Ketertiban serta Penegakan Perda dan Program Kebijakan Kepala Daerah.

IMPLIKASI METODE KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah mencermati dan mengkaji tentang peranan Badan Satuan Polisi Pamong

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN JEPARA

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

I. PENDAHULUAN. berjalan ke arah yang lebih baik dengan mengandalkan segala potensi sumber daya yang

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

Kecil dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara RI Tahun 1956 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 1091) ; 3.

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PARIAMAN dan WALIKOTA PARIAMAN MEMUTUSKAN:

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA RENCANA KERJA (RENJA)

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PONOROGO

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU dan WALIKOTA BENGKULU MEMUTUSKAN:

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DASAR POLISI PAMONG PRAJA

2011, No Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Re

WALIKOTA BEKASI WALIKOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN JEMBRANA

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 41 TAHUN

LAMPIRAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG

STRATEGI DINAS PENGELOLAAN PASAR KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING TRANSKRIP HASIL WAWANCARA

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PAREPARE WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 24 TAHUN 2011

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG POLISI PAMONG PRAJA. mempunyai arti khusus yang cukup strategis, karena tugas-tugasnya membantu

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DASAR POLISI PAMONG PRAJA

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAMBI

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan P

PELAKSANAAN TUGAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM MENERTIBKAN PEDAGANG MOBIL KELILING

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI DAN OBJEK LOKASI PENELITIAN

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TASIKMALAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyebaran dan pergerakan penduduk. Hal ini mengakibatkan di. masyarakat, fungsi pelayanan dan kegiatan ekonomi.

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS DAERAH KOTA BENGKULU

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMBEBANAN BIAYA PAKSAAN PENEGAKAN HUKUM

RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN OPD TAHUN 2016 DAN PERKIRAAN MAJU TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA DEPOK

WALIKOTA TASIKMALAYA,

PROFIL SATPOL PP KABUPATEN BINTAN TAHUN kerja daerah yang memiliki tipe A, yang dipimpin oleh seorang Kepala Satuan

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KOTA BATU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah. Sehingga kebijakan tidak bersifat satu arah. Kebijakan bisa dibilang

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA APEL BERSAMA DALAM RANGKA 17-AN TANGGAL 17 OKTOBER 2014

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BATAM

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BAUBAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

BAB I PENDAHULUAN. otoriter juga dipicu oleh masalah ekonomi dan adanya perubahan sosial dalam

NOMOR 5 TAHUN 2008 BUPATI MUSI RAWAS,

TAHUN : 2005 NOMOR : 04

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya rapat, rumah-rumahnya berkelompok dan mata pencaharian

VI. SIMPULAN DAN SARAN. pamong praja, maka penulis memberikan simpulan bahwa koordinasi yang

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 9 SERI D

PEMERINTAH KOTA PASURUAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PENGATURAN BAGI PEDAGANG KAKI LIMA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Padang merupakan salah-satu daerah di Sumatera Barat dengan roda ekonomi dan kehidupan yang bergerak cukup cepat serta berkembang semakin maju, sehingga dibutuhkan pengelolaan pemerintahan yang tepat agar perkembangan tersebut dapat terkontrol dengan baik dan mampu menjadikan Kota Padang lebih sejahtera dan lebih maju. Kota yang sejahtera dan maju tentunya membutuhkan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, hal ini menjadi tanggung-jawab dari Pemerintah Kota Padang sebagai pemegang otoritas Pemerintahan Daerah. Untuk menciptakan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, Pemerintah Kota Padang menerbitkan Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Ketertiban Umum Dan Ketentraman Masyarakat. Pada Peraturan Daerah Kota Padang tersebut dijelaskan tentang pentingnya menciptakan tatanan kehidupan Kota yang tertib, nyaman dan tentram serta melindungi kepentingan masyarakat dari berbagai bentuk penyakit masyarakat. Dalam Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Ketertiban Umum Dan Ketentraman Masyarakat, hal-hal yang diatur berkaitan dengan pokok penelitian ini adalah tentang tertib pedagang kaki lima yang dijelaskan dalam Bab V pasal 8 ayat 1 dengan isinya yang berbunyi, pedagang kaki lima dilarang membuka usaha dan berjualan diluar tempat khusus yang diperuntukkan untuk itu. 1 1 Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Keamanan Dan Ketertiban masyarakat, pasal 8 ayat 1.

Dengan terbitnya Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2005 diharapkan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat dapat tercapai. Namun pada kenyataannya saat ini tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan pedagang kaki lima yang menggunakan fasilitas umum sebagai tempat usaha menjadikan ketentraman maupun ketertiban di Kota Padang agak jauh dari harapan. Aktivitas pedagang kaki lima yang menggunakan fasilitas umum seperti jalur pejalan kaki dan bahu jalan seakan telah menjadi suatu hal yang lumrah dan dapat di amati setiap hari di Kota Padang, terutama di kawasan Simpang Air Mancur Pasar Raya Padang yang menjadi fokus dari lokasi penelitian ini. 2 Kawasan Simpang Air Mancur Pasar Raya Padang peneliti jadikan sebagai lokasi penelitian karena di lokasi tersebut seringkali terjadi kemacetan akut dan mengakibatkan gangguan kenyamanan bagi pengguna jalan yang disebabkan oleh banyaknya pedagang kaki lima. Walaupun seringkali dilakukan razia oleh jajaran Satpol-PP, namun dua atau tiga hari pasca razia para pedagang kaki lima tersebut selalu kembali menggelar dagangannya. Permasalahan tentang pelanggaran Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2005 khususnya pasal 8 ayat 1 yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, dipertegas dengan hasil observasi awal yang telah peneliti lakukan dengan mewawancarai Amzarus selaku koordinator penyidik bagian trantib Pol-PP Kota Padang yang mengatakan bahwa; 3 Bentuk-bentuk pelanggaran Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2005 khususnya pasal 8 ayat 1 yaitu, masalah pedagang kaki lima. Ketika para pedagang kaki lima tersebut telah menggunakan fasilitas umum sebagai tempat berjualan, menimbulkan kemacetan lalu lintas, bahkan mengganggu ketentraman dan ketertiban masyarakat, maka hal itu dikategorikan telah melanggar Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2005 khususnya pasal 8 ayat 1. Para pedagang kaki lima yang menjadi pekerjaan rumah paling berat bagi kami para penegak perda diantaranya adalah para pedagang kaki lima 2 Data dokumentasi foto terlampir. 3 Hasil observasi awal berupa petikan wawancara dengan Amzarus, Koodinator Bagian Trantib Pol-PP Kota Padang, ruangan koodinator bagian trantib Pol-PP Kota Padang, 03 Januari 2012, pada pukul 10.20-11.00 WIB.

disekitar simpang air mancur pasar raya yang seringkali menggunakan bahu jalan untuk menggelar dagangannya sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas. Para pedagang kaki lima tersebut sudah berulangkali kami tertibkan, namun tetap saja menjadi masalah yang tak kunjung usai karena mereka tak pernah jera walaupun sudah seringkali di tertibkan bahkan disita unit dagangannya. Jika seandainya hari ini kami lakukan razia, maka dua atau tiga hari kemudian mereka kembali menggelar dagangannya, hal ini selalu terjadi berulangkali. Saat dilakukan penertiban, kami sebagai pihak yang menertibkan seringkali harus berdebat dan bertengkar dengan si pedagang kaki lima. Kami tahu bahwa usaha tersebut adalah motor bagi perekonomian mereka, tapi penertiban tersebut tetap harus dilakukan karena memang itulah tanggung-jawab kami sebagai aparat penegak Perda. Selain data berupa hasil wawancara, peneliti juga mendapatkan data rekapitulasi jenis pelanggaran Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2005 khususnya pasal 8 ayat 1 tentang pedagang kaki lima dari tahun 2008-2010. Data tersebut dijelaskan dalam tabel 1.1 berikut: Tabel 1.1 Data Rekapitulasi Pelaksanaan Penegakan Perda Nomor 11 Tahun 2005 Di Kota Padang Dari Tahun 2008-2010 4 Jenis Pelanggaran Jumlah Pelanggaran/ Tahun 2008 2009 2010 Pedagang Kaki Lima (PKL) 276 508 407 Sumber: Arsip Satuan Polisi Pamong Praja Kota Padang. Berdasarkan data yang ada didalam tabel 1.1 terlihat bahwa, jumlah pelanggaran terhadap Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Ketertiban Umum Dan Ketentraman Masyarakat, khususnya pedagang kaki lima mengalami fluktuasi atau turun-naik 4 Hasil observasi awal yang peneliti dapatkan di Kantor Sat Pol-PP Kota Padang, berupa Arsip Data Rekapitulasi Pelaksanaan Penegakan Perda di Kota Padang dari tahun 2008-2010.

tiap tahunnya. Hal ini tentunya perlu untuk ditanggulangi agar ketertiban umum dan ketentraman masyarakat dapat terwujud dengan lebih maksimal. Untuk menanggulangi pelanggaran Pasal 8 ayat 1 Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2005 tersebut, Pemerintah Kota Padang terus berupaya menemukan cara yang tepat untuk memberantas atau minimal mengurangi jumlah pelanggaran yang terjadi dengan dilakukannya razia dan penertiban oleh Satuan Polisi Pamong Praja didukung pihak Kepolisian terhadap pedagang kaki lima di sekitar Simpang Air Mancur Pasar Raya. Selain itu Pemerintah Kota Padang juga proaktif dalam menghimbau masyarakat agar sadar bahwa untuk menciptakan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat dibutuhkan ketaatan kepada Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2005. Namun berdasarkan permasalahan masih banyaknya pelanggaran pasal 8 ayat 1 Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2005 yang mengatur tentang persoalan pedagang kaki lima, maka jelaslah bahwa ketertiban umum dan ketentraman masyarakat yang menjadi tujuan dari di terbitkannya Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2005 terutama bagian pasal 8 (ayat 1) belum tercapai secara maksimal meskipun telah hampir 7 tahun diimplementasikan, sehingga memunculkan berbagai pertanyaan di kalangan masyarakat tentang komitmen Pemerintah Kota Padang dalam menanggulangi permasalahan tersebut. Oleh karena itu, komitmen dan kesungguh-sungguhan dalam memberantas berbagai bentuk pelanggaran Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 tahun 2005 menjadi sebuah solusi yang mendesak serta menjadi sebuah tantangan dan tugas besar bagi pemerintah daerah terutama kepala daerah, karena kepala daerah sangat memiliki kedudukan strategis dalam tata pemerintahan dan upaya pembinaan ketertiban daerah, seperti yang diatur dalam Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 Bab IV Pasal 27(1) huruf c yang berbunyi bahwa kepala daerah

dan wakil kepala daerah mempunyai kewajiban memelihara ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. 5 Dan untuk membantu kepala daerah dalam menegakkan Perda, maka dibentuklah organisasi Satuan Polisi Pamong Praja. 6 Dalam pengimplementasiannya, Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Ketertiban Umum Dan Ketentraman Masyarakat ini didukung oleh Peraturan Walikota Padang Nomor 18 Tahun 2005 tentang petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis penegakan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. Peraturan Walikota Padang Nomor 18 Tahun 2005 ini adalah pedoman sekaligus payung hukum bagi pelaksanaan tugas-tugas Satuan Polisi Pamong Praja dalam menegakkan Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Ketertiban Umum Dan Ketentraman Masyarakat. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2005 dan didukung oleh Peraturan Walikota Padang Nomor 18 Tahun 2005 serta persoalan yang tercantum pada latar belakang penelitian, maka peneliti membatasi penelitian ini pada evaluasi pasal 8 ayat 1 Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2005 yang mengatur tentang tertib pedagang kaki lima. Hal ini dikarenakan oleh persoalan pedagang kaki lima merupakan salah-satu permasalahan yang cukup sulit diberantas dan menjadi salah-satu kendala dalam upaya menciptakan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. B. Rumusan Masalah Dalam upaya untuk menciptakan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, Pemerintah Kota Padang mempunyai misi untuk memberantas segala bentuk pelanggaran dan penyakit masyarakat, hal ini diatur dalam Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2005. 5 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Op. Cit., Bab IV Pasal 27(1) Huruf c 6 Ibid. Bab V Pasal 148(1)

Akan tetapi meskipun Kota Padang sudah memiliki Perda ketertiban umum dan ketentraman masyarakat yang didukung Peraturan Walikota Padang Nomor 18 Tahun 2005, serta telah diimplementasikan selama lebih kurang 7 tahun, berbagai bentuk pelanggaran terhadap Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2005 khususnya pasal 8 ayat 1 tentang tertib pedagang kaki lima yang dapat dikategorikan sebagai penyakit masyarakat tetap marak terjadi. Seakanakan Perda tentang ketertiban umum dan ketentraman masyarakat ini kurang efektif dan tujuan diterbitkannya Perda tersebut tidak tercapai secara maksimal. Sehingga perlu rasanya dilakukan penelitian tentang evaluasi terhadap Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 tahun 2005 tentang ketertiban umum dan ketentraman masyarakat pada Bab V pasal 8 (ayat 1) tentang pedagang kaki lima yang berbunyi, pedagang kaki lima dilarang membuka usaha dan berjualan diluar tempat khusus yang diperuntukkan untuk itu. 7 Pasal tersebut diteliti dan dievaluasi sebagai salah-satu dasar yang menjadi payung hukum dalam usaha mewujudkan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. Sehingga dapat dilihat gambaran perbandingan antara harapan dan pencapaian dari implementasi Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Ketertiban Umum Dan Ketentraman Masyarakat. Pada akhirnya kita dapat mengevaluasi Perda tersebut serta menemukan solusi yang lebih baik dalam mewujudkan Kota Padang yang tertib dan tentram. Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai rumusan masalah dari penelitian ini yaitu: Bagaimana evaluasi dari implementasi Pasal 8 Ayat 1 Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Ketertiban Umum Dan Ketentraman Masyarakat? 7 Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2005, pasal 8 ayat 1

C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hasil dari evaluasi implementasi pasal 8 ayat 1 Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Ketertiban Umum Dan Ketentraman Masyarakat yang akan peneliti lakukan. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis Penelitian tentang evaluasi implementasi pasal 8 ayat 1 Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Ketertiban Umum Dan Ketentraman Masyarakat ini, diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan konsep-konsep evaluasi kebijakan dalam dunia pemerintahan dan akademik. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan jawaban tentang permasalahan yang menjadi fokus penelitian dan juga sebagai masukan serta evaluasi bagi pemerintah Kota Padang dalam mengawasi dan menertibkan pedagang kaki lima, demi mencegah dan memberantas perkembangan penyakit masyarakat di Kota Padang, serta menciptakan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.