BPSPROVINSI JAWATIMUR No. 05/01/35/Th.XV, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TIMUR SEPTEMBER 2016 Penduduk Miskin di Jawa Timur Turun 0,20 poin persen Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur bulan ember 2016 dibandingkan et 2016 turun sebesar 0,20 poin persen, yaitu dari 12,05 persen pada et 2016 menjadi 11,85 persen pada ember 2016. Berdasarkan daerah kota dan desa, selama satu semester (et s.d. ember 2016) penduduk miskin di perkotaan turun 0,03 poin persen, sedangkan di perdesaan turun 0,18 poin persen. Pada periode et s.d. ember 2016, garis kemiskinan meningkat sebesar 2,30 persen atau naik Rp. 7.411 per kapita per bulan, yaitu dari Rp. 321.761 per kapita per bulan pada et 2016 menjadi Rp.329.172 per kapita per bulan pada ember 2016. Kenaikan garis kemiskinan di perkotaan lebih tinggi daripada di perdesaan. Garis kemiskinan perkotaan meningkat sebesar 3,00 persen, sedangkan garis kemiskinan perdesaan meningkat hanya 1,56 persen. Kenaikan garis kemiskinan tersebut, meliputi garis kemiskinan makanan (3,35 persen untuk perkotaan dan 1,17 persen untuk perdesaan) dan garis kemiskinan bukan makanan (2,14 persen untuk perkotaan dan 2,78 persen untuk perdesaan). Berdasarkan komoditas makanan, ada 7 komoditas yang secara persentase memberikan kontribusi yang cukup besar pada garis kemiskinan makanan yaitu beras, rokok kretek filter, daging sapi, gula pasir, telur ayam ras, tempe, dan tahu. Komposisi tersebut terjadi pada semua wilayah baik di perdesaan maupun perkotaan. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) selama satu semester ini menunjukkan penurunan sebesar 0,037 poin, yaitu dari 1,985 pada et 2016 menjadi 1,948 pada ember 2016. Penurunan nilai P1 tersebut terjadi di perdesaan (0,262 poin), sedangkan di perkotaan mengalami kenaikan (0,228 poin). Sementara itu, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) juga mengalami penurunan 0,001 poin atau turun menjadi 0,473 pada ember 2016. Penurunan kedua nilai yaitu P1 dan P2 memberikan indikasi rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin juga semakin menyempit. Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur No.05/01/35/Th.XV,3 Januari 2017 1
Perkembangan Penduduk Miskin Di Jawa Timur Selama periode et s.d. ember 2016, persentase penduduk miskin Jawa Timur mengalami penurunan sebesar 0,20 poin persen, yaitu dari 12,05 persen et 2016 menjadi 11,85 persen ember 2016 (Gambar 1). Penurunan selama satu semester tersebut ditunjukkan dengan turunnya jumlah penduduk miskin sebesar 64,77 ribu jiwa yang semula berjumlah 4.703,30 ribu jiwa pada et 2016 menjadi 4.638,53 ribu jiwa pada ember 2016. 25 Gambar. 1. Perkembangan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di JawaTimur Tahun 2008 2016 *) 20 15 10 5 2008 2009 2010 2011 2011 2012 2012 2013 2013 2014 2014 2015 2015 2016 2016 Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur, Susenas 2008-2016 Keterangan: *) diolah dengan menggunakan penimbang hasil proyeksi penduduk Ditinjau secara daerah kota dan desa, selama periode et s.d. ember 2016 penurunan persentase penduduk miskin terjadi di perkotaan (turun 0,03 poin persen) dan di perdesaan (turun 0,18 poin persen). Beberapa faktor yang terkait dengan penurunan persentase penduduk miskin selama periode et s.d. ember 2016 antara lain adalah: a. Selama periode et s.d. ember 2016 terjadi inflasi hanya sebesar 1,36 persen b. Harga beras mengalami penurunan 2,31 persen, yaitu dari Rp. 9.690 per kg pada et 2016 menjadi Rp. 9.466 per kg pada ember 2016. c. Selama periode et s.d. ember 2016, selain beras harga eceran beberapa komoditas bahan pokok mengalami penurunan seperti telur ayam ras, tempe dan tahu, yaitu masing-masing turun sebesar 1,35 persen, 3,79 persen, dan 0,49 persen. 2 Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur No.05/01/35/Th.XV,3 Januari 2017
Daerah/Tahun Perkotaan (K) Tabel 1. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Tempat Tinggal, et 2011 s.d. ember 2016 *) Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Makanan Bukan Makanan Total Jumlah penduduk miskin (ribu) Persentase penduduk miskin Perubahan Persentase Penduduk Miskin (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) et 2011 169.242 65.303 234.546 1.774,63 9,87-0,71 2011 174.210 68.193 242.403 1.742,32 9,66-0,21 et 2012 175.806 69.499 245.305 1.639,65 9,06-0,60 2012 et 2013 2013 2014 et 2015 2015 et 2016 2016 Perdesaan (D) 182.073 187.350 200.620 206.858 210.198 216.139 222.168 225.900 233.472 71.874 77.853 78.033 80.723 83.193 88.779 92.152 93.762 95.769 253.947 265.203 278.653 287.582 293.391 304.918 314.320 319.662 329.241 1.616,40 1.561,45 1.631,10 1.535,81 1.531,89 1.524,62 1.571,15 1.518,79 1.552,77 8,90 8,57 8,90 8,35 8,30 8,19 8,41 7,94 7,91-0,16-0,33 0,33-0,55-0,05-0,11 0,22-0,47-0,03 et 2011 155.457 50.818 206.275 3.614,34 18,26-1,48 2011 161.141 53.025 214.166 3.509,13 17,66-0,60 et 2012 167.352 54.864 222.216 3.459,35 17,35-0,31 2012 et 2013 2013 2014 et 2015 2015 et 2016 2016 K + D 176.674 189.172 202.651 209.263 215.641 230.565 240.911 243.840 246.687 57.882 61.358 66.643 69.166 71.157 74.839 77.532 79.939 82.159 234.556 250.530 269.294 278.429 286.798 305.404 318.443 323.779 328.846 3.376,35 3.243,56 3.261,91 3.250,98 3.216,53 3.264,50 3.204,82 3.184,51 3.085,76 16,88 16,15 16,23 16,13 15,92 16,18 15,84 16,01 15,83-0,47-0,73 0,08-0,10-0,22 0,26-0,34 0,17-0,18 et 2011 162.017 57.711 219.727 5.388,97 14,27-0,99 2011 167.360 60.243 227.602 5.251,45 13,85-0,42 et 2012 171.375 61.827 233.202 5.099,01 13,40-0,45 2012 et 2013 2013 2014 et 2015 2015 et 2016 2016 179.244 188.306 201.683 208.116 213.043 223.641 231.914 236.455 240.180 64.540 69.205 72.075 74.681 76.902 81.530 84.549 85.307 88.992 243.783 257.510 273.758 282.796 289.945 305.171 316.464 321.761 329.172 Sumber: BPS, diolah dari data Susenas et/ember 2011-2016 Keterangan: *) diolah dengan menggunakan penimbang hasil proyeksi penduduk 4.992,75 4,805,01 4.893,01 4.786,79 4.748,42 4.789,12 4.775,97 4.703,30 4.638,53 13,08 12,55 12,73 12,42 12,28 12,34 12,28 12,05 11,85-0,32-0,53 0,18-0,32-0,14 0,06-0,06-0,23-0,20 Berita Resmi Statistik No.05/01/35/Th.XV,3 Januari 2017 3
Perubahan Garis Kemiskinan et s.d. ember 2016 Garis kemiskinan merupakan harga yang dibayar oleh kelompok acuan untuk memenuhi kebutuhan pangan sebesar 2.100 kkal/kapita/hari dan kebutuhan non-pangan esensial seperti perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan lainnya. Berdasarkan hasil Susenas, pada periode et s.d. ember 2016, garis kemiskinan meningkat sebesar 2,30 persen atau naik Rp. 7.411 per kapita perbulan, yaitu dari Rp. 321.761 perkapita perbulan pada et 2016 menjadi Rp.329.172 per kapita perbulan pada ember 2016. Peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibanding peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan ember 2016, kontribusi garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan sebesar 72,96 persen. Kenaikan garis kemiskinan di perkotaan sedikit lebih tinggi dibanding di perdesaan. Garis kemiskinan untuk perkotaan meningkat sebesar 3,00 persen dan untuk wilayah perdesaan sebesar 1,56 persen. Tingginya kenaikan garis kemiskinan tersebut meliputi garis kemiskinan makanan (3,35 persen untuk perkotaan dan 1,17 persen untuk perdesaan) dan garis kemiskinan bukan makanan (2,14 persen untuk perkotaan dan 2,78 persen untuk perdesaan). Pada ember 2016, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan pada umumnya sama, seperti beras yang memberi sumbangan sebesar 19,32 persen di perkotaan dan 22,45 persen di perdesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar ke dua kepada Garis Kemiskinan (10,59 persen di perkotaan dan 12,16 persen di perdesaan). Komoditi lainnya yang mempengaruhi adalah daging sapi, gula pasir, telur ayam ras, tempe, tahu. Tabel 2. Daftar Komoditi yang Memberi Sumbangan Besar terhadap Garis Kemiskinan beserta Kontribusinya (%), ember 2016 Komoditi Perkotaan (%) Komoditi Perdesaan (%) (1) (2) (3) (4) Makanan Beras 19,32 Beras 22,45 Rokok kretek filter 10,59 Rokok kretek filter 12,16 Daging sapi 4,77 Daging sapi 4,06 Telur ayam ras 2,80 Gula pasir 3,16 Gula pasir 2,96 Telur ayam ras 2,69 Tempe 2,77 Tempe 2,63 Tahu 2,55 Tahu 2,46 Daging ayam ras 2,26 Mie instan 2,34 Bawang merah 2,19 Bawang merah 2,20 Mie instan 2,18 Daging ayam ras 2,16 Komoditi Lainnya 18,52 Komoditi Lainnya 18,70 Total Makanan 70,91 Total Makanan 75,02 Bukan Makanan Perumahan 6,78 Perumahan 6,78 Bensin 3,84 Bensin 3,05 Pendidikan 2,75 Pendidikan 1,68 Listrik 2,67 Listrik 1,67 Perlengkapan mandi 1,40 Perlengkapan mandi 1,21 Kesehatan 1,23 Kesehatan 1,17 Komoditi Lainnya 10,42 Komoditi Lainnya 9,43 Total Bukan Makanan 29,09 Total Bukan Makanan 24,98 Sumber: BPS, diolah dari data Susenas ember 2016 4 Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur No.05/01/35/Th.XV,3 Januari 2017
Komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan besar adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, perlengkapan mandi, dan kesehatan. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Pemahaman kemiskinan secara holistik sangat dibutuhkan, agar dalam implementasi kebijakan yang diambil dapat terfokus dan efisien. Persoalan kemiskinan tidak hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin, tetapi yang juga perlu diperhatikan adalah menyangkut seberapa besar jarak rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan (tingkat kedalaman) yang disebut sebagai P1 dan keragaman pengeluaran antar penduduk miskin (P2). Nilai P1 dalam satu semester ini menunjukkan penurunan 0,037 poin atau sebesar 1,985 pada et 2016 menjadi 1,948 pada ember 2016. Penurunan nilai P1 tersebut terjadi di perdesaan (0,262 poin), sedangkan di perkotaan mengalami kenaikan (0,228 poin). Sementara itu, nilai P2 juga mengalami penurunan 0,001 poin atau menjadi 0,473 pada ember 2016. Penurunan kedua nilai yaitu P1 dan P2 memberikan indikasi rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin juga semakin menyempit. Ditinjau secara daerah kota-desa, nilai P1 dan P2 antar perkotaan dan perdesaan menunjukkan bahwa kesenjangan kemiskinan di perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan (Tabel 3). Hal ini dapat dilihat dari nilai P1 dan P2, di mana nilai kedua indeks (P1 dan P2) di perdesaan lebih tinggi dibanding di perkotaan. Berita Resmi Statistik No.05/01/35/Th.XV,3 Januari 2017 5
Tabel 3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Jawa Timur Menurut Daerah Tempat Tinggal, et 2011 s.d. ember 2016 *) Tahun Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) et 2011 1,505 2,964 2,270 ember 2011 1,254 2,671 1,996 et 2012 1,249 2,315 1,808 ember 2012 1,285 2,524 1,935 et 2013 1,314 2,318 1,840 ember 2013 1,423 2,663 2,071 1,160 2,486 1,853 ember 2014 1,245 2,415 1,857 et 2015 1,279 2,787 2,063 ember 2015 1,285 2,903 2,126 et 2016 1,103 2,832 1,985 ember 2016 1,331 2,571 1,948 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) et 2011 0,344 0,721 0.541 ember 2011 0,281 0,626 0,461 et 2012 0,270 0,477 0,379 ember 2012 0,296 0,568 0,439 et 2013 0,329 0,525 0,432 ember 2013 0,335 0,656 0,503 ember 2014 et 2015 ember 2015 et 2016 ember 2016 0,269 0,306 0,314 0,374 0,231 0,341 Sumber: BPS, diolah dari Susenas et/ember 2011-2016 Keterangan: *) diolah dengan menggunakan penimbang hasil proyeksi penduduk 0,597 0,589 0,719 0,834 0,708 0,605 0,440 0,454 0,525 0,613 0,474 0,473 6 Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur No.05/01/35/Th.XV,3 Januari 2017
Penjelasan Teknis dan Sumber Data Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index (P0), yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkal per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbiumbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. Indeks Kedalaman Kemiskinan/Poverty Gap Indeks (P1), merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Indeks Keparahan Kemiskinan/Poverty Severity Indeks (P2), merupakan ukuran tingkat ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks maka semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan ember 2016 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) bulan ember 2016. Berita Resmi Statistik No.05/01/35/Th.XV,3 Januari 2017 7
BPS PROVINSI JAWA TIMUR Informasi lebih lanjut hubungi: BIDANG DJAMAL, STATISTIK SE, M.Sc SOSIAL Kepala BPS Provinsi Jawa Timur Telepon : 031-8439343 E-mail : bps3500@bps.go.id Telopon: 031-8438873 E-mail: bps3500@surabaya.wasantara.net.id 8 Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur No.05/01/35/Th.XV,3 Januari 2017