Pedoman. BantuanPremiAsuransiUsahaTernakSapi TahunAnggaran2017. DirektoratJenderalPrasaranadanSaranaPertanian KementerianPertanianRepublikIndonesia

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pedoman. BantuanPremiAsuransiUsahataniPadi TahunAnggaran2017. DirektoratJenderalPrasaranadanSaranaPertanian KementerianPertanianRepublikIndonesia

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/Permentan/SR.230/7/2015 TENTANG FASILITASI ASURANSI PERTANIAN

Strategi (Pasal 7) Ruang Lingkup (Pasal 2)

KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.05/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN IMBAL JASA PENJAMINAN KREDIT USAHA RAKYAT

KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN NOMOR 16/KPA/SK.310/C/2/2016 TENTANG

FORMULIR. 1. Formulir 1 surat pernyataan siap melaksanakan kegiatan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 63/Permentan/OT.140/8/2007 TENTANG

Samarinda, 29 Februari 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN

ASURANSI PERTANIAN DI INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 70/Permentan/OT.140/12/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 203/PMK.02/2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Subsidi Pupuk. Tata Cara.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan.

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 01/Per/Dep.

PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 71/Permentan/OT.140/12/2010 TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN USAHA PERBIBITAN TERNAK TAHUN 2015 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

BERITA NEGARA. No.1192, 2012 KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. Bantuan Sosial. Mikro dan Kecil. Pedoman

2016, No Subsidi Bunga untuk Kredit Usaha Rakyat; c. bahwa sehubungan dengan implementasi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.05/2015 tent

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 97/Penrentan/ar.140/12/2011 RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

- 1 - KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presid

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 95/Perrrentan/ar.140/12/2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penyediaan Air Minum. Prosedur.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR

2 1. Dana Operasional Menteri/Pimpinan Lembaga yang selanjutnya disebut dengan Dana Operasional adalah dana yang disediakan bagi Menteri/Pimpinan Lemb

14 Tahun 2015 sebagaimana dimaksud dalam huruf a;

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 71/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 96/Pennentan/ar.140/12/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207/PMK.02/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 282/Kpts/KU.210/4/2006 TENTANG

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba

2017, No Pinjaman atas Beban Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga; d. bahwa Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.05/2011 tentang Pem

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 51/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No untuk pembangunan bendungan serta sejalan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.06/2017 tentang Tata Cara Pendanaan Pengadaan

-3- BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 268/PMK.05/2014

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 95 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Belanja Pensiun. PT. Taspen. Prosedur.

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 t

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 158/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN ANGGARAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN LANGSUNG PUPUK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 441/Kpts/KU.510/12/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 145/PMK.05/2011 TENTANG MEKANISME PENGELOLAAN DANA OPERASIONAL KHUSUS PENGAMANAN PENERIMAAN NEGARA

2016, No Dana Desa, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, per

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 22/Permentan/SR.130/4/2011 /Permentan/OT.14 0/ /2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 01/Permentan/KU.410/1/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Pert/HK.060/2/2006 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/KP.340/1/2007 TENTANG

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG PEMELIHARAAN TERNAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 171/PMK.05/2009 TENTANG SKEMA SUBSIDI RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 202/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA UPAYA KHUSUS KEDELAI

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG PEMELIHARAAN TERNAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 269/PMK.05/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 136/PMK.05/2006 TENTANG

TENTANG KREDIT PENGEMBANGAN ENERGI NABATI DAN REVITALISASI PERKEBUNAN MENTERI KEUANGAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tamba

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Bank adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam Un

2015, No Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diatur dalam suatu Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimak

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1 of 8 18/12/ :05

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 210/PMK.02/2009 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 134/PMK.010/2017 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS PENGHASILAN DARI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 119/PMK. 05/2006 TENTANG TATACARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PENGELOLAAN DANA DUKUNGAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 33/Permentan/OT.140/7/2006 TENTANG PENGEMBANGAN PERKEBUNAN MELALUI PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN

GUBERNUR BENGKULU PERATURAN DAERAH PROVINSI BENGKULU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

2011, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PMK.05/2012 TENTANG

Transkripsi:

Pedoman BantuanPremiAsuransiUsahaTernakSapi TahunAnggaran2017 DirektoratJenderalPrasaranadanSaranaPertanian KementerianPertanianRepublikIndonesia

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 02/Kpts/SR.220/B/01/2017 TENTANG PEDOMAN BANTUAN PREMI ASURANSI USAHA TERNAK SAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40/Permentan/SR.230/7/2015 telah ditetapkan Fasilitasi Asuransi Pertanian; b. bahwa untuk menindaklanjuti Pasal 16 ayat (2) dan Pasal 31 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40/Permentan /SR.230/7/2015 tentang Fasilitasi Asuransi Pertanian, dan agar pelaksanaan asuransi usaha ternak sapi dapat berjalan lancar dan berhasil baik, perlu menetapkan Pedoman Bantuan Premi Asuransi Usaha Ternak Sapi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2014 Nomor 308, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5613); 4. Keputusan Presiden Nomor 157/M Tahun 2010 tentang Pengangkatan Jabatan Eselon I Di Lingkungan Kementerian Pertanian; 5. Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 6. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor 85); 7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; 8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian/Lembaga; 9. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40/Permentan/SR.230/ 7/2015 tentang Fasilitasi Asuransi Pertanian (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1063); 10. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/ 8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian V

Memperhatikan Pertanian (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1243); 1. DIPA Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Pusat, tanggal 7 Desember 2016 tentang SP DIPA-018.08.1.633656/2017; 2. Surat Menteri Pertanian ke Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor 43/SR.220/M/3/2016, tanggal 28 Maret 2016, tentang Pelaksana Asuransi Pertanian; 3. Surat Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor S- 314/MBU/05/2016 tanggal 26 Mei 2016 tentang Penugasan BUMN sebagai pelaksana Asuransi Pertanian; Menetapkan KESATU KEDUA KETIGA MEMUTUSKAN: Pedoman Bantuan Premi Asuransi Usaha Ternak Sapi selanjutnya disebut Pedoman Bantuan Premi AUTS seperti tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini. Pedoman Bantuan Premi AUTS sebagaimana dimaksud dalam diktum KESATU sebagai acuan dalam pelaksanaan asuransi usaha ternak sapi yang anggarannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dengan ditetapkannya keputusan ini, maka Keputusan Menteri Pertanian Nomor 56/Kpts/SR.230/B/06/2016 tentang Pedoman Bantuan Premi Asuransi Usaha Ternak Sapi dicabut dan di nyatakan tidak berlaku. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal.3 Januari 2017 A.n MENTER! PERTANIAN REPUBLIK INDINESIA DIREKTURJENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN, Salinan Keputusan Menteri ini disampaikan kepada Yth. 1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan; 2. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; 3. Menteri Pertanian; 4. Menteri Keuangan; 5. Menteri Badan Usaha Milik Negara; 6. Menteri Dalam Negeri; <\ SUMARJ OT IRIANTO 1 7. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas; 8. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan; 9. Gubemur Provinsi seluruh Indonesia; 10. Bupati/Walikota seluruh Indonesia; 11. Direktur Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan; 12. Direktur Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan; 13. Pimpinan Unit Kerja Eselon I di lingkungan Kementerian Pertanian;dan 14. Kepala Dinas yang melaksanakan melaksanakan urusan di bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan kabupaten/kota seluruh Indonesia.

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 02/Kpts/SR.220/B/01/2017 TANGGAL : 03 Januari 2017 PEDOMAN BANTUAN PREMI ASURANSI TERNAK SAPI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha peternakan memiliki berbagai risiko kematian diantaranya diakibatkan oleh karena kecelakaan, bencana alam termasuk wabah penyakit. Berkenaan dengan hal tersebut, maka sesuai Undang-undang No 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani dan Peraturan Menteri Pertanian No. 40/Permentan/SR.230/7/ 2015 tentang Fasilitasi Asuransi Pertanian, diperlukan Asuransi Pertanian. Asuransi Pertanian merupakan pengalihan risiko yang dapat memberikan ganti rugi akibat kerugian usahatani sehingga keberlangsungan usahatani dapat terjamin, sehingga sangat penting bagi para petani untuk melindungi usahataninya. Pada tahun 2017, Kementerian Pertanian melalui Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian mengalokasikan kegiatan fasilitasi Asuransi Usaha Ternak Sapi (AUTS) dengan memberikan bantuan pembayaran premi asuransi ternak sapi pembibitan dan/atau pembiakan. Dengan adanya Asuransi Usaha Ternak Sapi (AUTS), maka peternak yang mengalami kerugian akibat usaha budidaya ternaknya akan mendapat dana ganti-rugi asuransi yang dapat digunakan sebagai modal dalam melanjutkan usahanya. 1.2. Tujuan, dan Sasaran 1. Tujuan AUTS adalah untuk mengalihkan risiko kerugian usaha akibat sapi mengalami kematian dan/atau kehilangan kepada pihak lain melalui skema pertanggungan asuransi. 2. Sasaran AUTS adalah terlindunginya peternak sapi dari kerugian usaha akibat kematian dan/atau kehilangan supaya peternak dapat melanjutkan usahanya. 1.3. Pengertian Dalam Pelaksanaan ini yang dimaksud dengan: 1. Asuransi adalah mekanisme pengalihan risiko dari tertanggung kepada penanggung dengan pembayaran premi asuransi sehingga penanggung berkewajiban membayar kerugian yang terjadi dan dijamin. 1

2. Asuransi Usaha Ternak Sapi (AUTS) adalah perjanjian antara perusahaan asuransi sebagai penanggung dengan peternak sebagai tertanggung dimana dengan menerima premi asuransi, perusahaan asuransi akan memberikan penggantian kerugian kepada peternak karena sapi mati akibat penyakit, kecelakaan dan beranak, dan/atau kehilangan sesuai ketentuan dan persyaratan Polis asuransi. 3. Polis asuransi Pertanian adalah dokumen perikatan asuransi pertanian, memuat antara lain hak dan kewajiban masing-masing pihak sebagai bukti tertulis terjadinya perjanjian asuransi dan ditandatangani oleh penanggung. 4. Ikhtisar Polis adalah dokumen yang dilampirkan dan merupakan bagian tak terpisahkan dari polis asuransi yang memuat rincian pertanggungan seperti jangka waktu asuransi, harga pertanggungan dan jumlah premi yang harus dibayar, dan lain-lain. 5. Harga Pertanggungan adalah nilai sapi yang ditetapkan berdasarkan perkiraan harga perolehan atau perkiraan harga jual oleh tertanggung dan disetujui oleh penanggung sebagai nilai maksimum ganti-rugi, dan dasar perhitungan premi. 6. Premi adalah sejumlah nilai uang yang diperoleh dari perkalian Suku premi terhadap Harga pertanggung, yang dibayar oleh tertanggung sebagai syarat sahnya perjanjian asuransi dan memberikan hak kepadanya untuk menuntut kerugian. 7. Penanggung adalah perusahaan asuransi umum secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan perusahaan asuransi umum yang lain, menanggung risiko usaha peternakan sapi, menerima pembayaran premi dan menerbitkan polis asuransi sebagai dasar perikatan untuk membayar tuntutan ganti-rugi jika terjadi kerugian sesuai ketentuan dan persyaratan polis asuransi. 8. Tertanggung adalah pelaku usaha ternak sapi baik peternak, kelompok ternak, gabungan kelompok ternak, koperasi ternak, yang mempertanggungkan ternak sapi, yang dibuktikan dengan mengisi Formulir permohonan asuransi dan membayar premi asuransi. 9. Obyek Pertanggungan adalah sapi yang dipelihara oleh pelaku usaha peternakan sapi pembibitan dan pembiakan. 10. Potensi klaim adalah sapi menderita sakit atau mengalami kecelakaan walaupun belum sampai mengalami kematian. 11. Klaim adalah tuntutan ganti rugi karena terjadinya bencana yang berakibat pada kerugian keuangan bagi tertanggung dan memberi hak kepadanya untuk mengajukan tuntutan ganti rugi kepada penanggung. 12. Sapi sakit adalah kondisi fisik sapi yang ditandai dengan penyimpangan patologis dari keadaan kesehatan yang normal, disebabkan antara lain karena proses degeneratif, gangguan metabolisme, trauma, keracunan, infeksi parasit, dan infeksi mikro-organisme patogen seperti virus, bakteri, cendawan, dan ricketsia. 13. Sapi mati adalah hilangnya nyawa yang diindikasikan dengan tidak berfungsinya organ-organ yang menunjang kehidupan sapi akibat serangan penyakit hewan atau karena kecelakaan atau karena beranak yang 2

dibuktikan dengan pemeriksaan visum oleh dokter hewan atau pejabat teknis yang berwenang. 14. Sapi hilang adalah raibnya sapi akibat kecurian tanpa sepengetahuan pemilik yang mengakibatkan kerugian yang dibuktikan dengan surat keterangan kehilangan dari kepolisian setempat diketahui oleh dinas Kabupaten Kota. 15. Sapi kecelakaan adalah suatu kejadian yang dapat menimbulkan cacat fisik yang berpotensi menyebabkan kematian atas sapi yang diasuransikan. 16. Wabah adalah kejadian luar biasa yang dapat berupa timbulnya suatu penyakit hewan menular baru disuatu wilayah atau kenaikan kasus penyakit hewan menular secara mendadak. 17. Ganti rugi gagal panen akibat kejadian luar biasa adalah ganti rugi yang tidak ditanggung oleh asuransi pertanian yang diakibatkan antara lain oleh terjadinya pemusnahan budi daya tanaman atau ternak yang disebabkan oleh area tanaman atau ternak yang disebabkan oleh area endemik, bencana alam periodik, dan/atau rusaknya infrastruktur pertanian. 3

BAB II KRITERIA 2.1 Kriteria 1. Peternak sapi yang melakukan usaha pembibitan dan/atau pembiakan; 2. Sapi betina dalam kondisi sehat, minimal berumur 1 (satu) tahun dan masih produktif; dan 3. Peternak sapi skala usaha kecil, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 2.2 Persyaratan 1. Sapi memiliki penandaan/identitas yang jelas (micro-chip, eartag atau lainnya); 2. Peternak sapi bersedia membayar premi swadaya sebesar 20% dari nilai premi; dan 3. Peternak sapi bersedia memenuhi persyaratan dan ketentuan polis asuransi. 2.3 Pertanggungan AUTS 1. Risiko yang Dijamin a. sapi mati karena penyakit; b. sapi mati karena kecelakaan; c. sapi mati karena beranak; d. sapi hilang karena kecurian. 2. Ganti Rugi Ganti rugi dapat diberikan oleh Tertanggung kepada Penanggung dengan ketentuan sebagai berikut: a. Terjadi kematian atas ternak sapi yang diasuransikan. b. Kematian ternak sapi terjadi dalam jangka waktu pertanggungan. 3. Harga Pertanggungan Merupakan harga nominal perolehan sapi tanpa penambahan biaya lain yang disepakati oleh tertanggung dan penanggung. Harga pertanggungan seluruhnya (total sums insured) merupakan penjumlahan harga pertanggungan seluruh sapi. Harga Pertanggungan menjadi dasar perhitungan premi, dan merupakan jumlah maksimum ganti rugi. 4. Premi Asuransi Ternak Sapi Premi asuransi untuk sapi sebesar 2% dari harga pertanggungan sebesar Rp. 10.000.000,- per ekor, yaitu sebesar Rp.200.000,- per ekor per tahun. Besaran bantuan premi dari pemerintah sebesar 80% atau Rp.160.000,- per ekor per tahun dan sisanya swadaya peternak sebesar 20% atau Rp. 40.000,- per ekor per tahun. 5. Jangka Waktu Pertanggungan Jangka waktu pertanggungan asuransi untuk sapi selama 1 (satu) tahun dimulai sejak melakukan pembayaran premi asuransi yang menjadi kewajiban peternak. 4

BAB III PELAKSANAAN 3.1. Mekanisme Pelaksanaan Pelaksanaan AUTS melibatkan berbagai pihak/instansi. Secara umum, mekanisme pelaksanaannya dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Mekanisme Pelaksanaan 3.2. Calon Peserta Calon Lokasi (CPCL) 1. Pendataan/inventarisasi (Form AUTS-1) CPCL dilaksanakan oleh SKPD Kabupaten/Kota yang melaksanakan fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2. SKPD Kabupaten/Kota yang melaksanakan fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan yang melakukan pendataan/inventarisasi CPCL pelaksanaan asuransi usaha ternak sapi yang melakukan usaha pembibitan dan/atau pembiakan. 3. Petugas Asuransi melakukan asesmen dan pendaftaran peserta asuransi didampingi SKPD Kabupaten/Kota yang melaksanakan fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan. 3.3. Pendaftaran Calon Peserta 1. Peternak mengisi formulir pendaftaran sesuai dengan formulir yang telah disediakan (Form AUTS-2). dapat didampingi UPTD oleh petugas peternakan dan kesehatan hewan dalam Kecamatan dan PPL 5

2. Kelompok Tani membayar Premi swadaya (20%) langsung dibayarkan ke rekening asuransi pelaksana (penanggung) dan menyerahkan bukti transfer pembayaran kepada petugas asuransi pelaksana. 3. Asuransi pelaksana memberikan bukti asli yang terdiri dari: (a) pembayaran premi swadaya (20%) dan (b) polis/sertifikat asuransi kepada kelompok peternak SKPD Kabupaten/Kota yang melaksanakan fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan membuat rekapitulasi peserta asuransi (Form AUTS-3) berikut kelengkapannya (asli Form AUTS-1 dan Form AUTS-2) untuk menjadi dasar keputusan penetapan Peserta Definitif (Form AUTS-3) 4. Kepala SKPD yang melaksanakan fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten/Kota membuat Daftar Peserta Definitif (DPD) AUTS dengan memeriksa bukti pembayaran (asli) dari asuransi pelaksana. 5. Kepala SKPD yang melaksanakan fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten/Kota menyampaikan DPD dan fotokopi Form AUTS-1 dan Form AUTS-2 kepada Kepala SKPD yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi. 6. Kepala SKPD yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi merekapitulasi DPD dari masing-masing Kabupaten/Kota dan menyampaikan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Gambar 2). 7. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan menetapkan peserta AUTS dan menyampaikan kepada Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Form AUTS-4). 8. Mekanisme pelaksanaan pendaftaran dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Pendaftaran Calon Peserta 6

3.4. Prosedur Penyelesaian Klaim 3.5. Klaim 1. Pengajuan klaim dapat dilakukan oleh Tertanggung kepada Penanggung apabila ternak sapi yang diasuransikan mengalami kematian yang disebabkan oleh penyakit, kecelakaan atau beranak, dan/atau kehilangan. Selanjutnya pengajuan klaim dapat dilakukan oleh Tertanggung kepada Penanggung dengan ketentuan sebagai berikut: a. Premi telah dibayar sesuai ketentuan. b. Terjadi potensi kematian atas ternak sapi yang diasuransikan. c. Terjadi kematian ternak sapi dan/atau kehilangan dalam jangka waktu pertanggungan. 2. Pemberitahuan Potensi Klaim (claim notification) Jika terjadi potensi klaim atas ternak sapi yang diasuransikan, Tertanggung segera memberitahukan kepada Penanggung. Pemberitahuan dapat dilakukan melalui media komunikasi antara lain telepon, email, facsimile, atau sms kepada call center perusahaan asuransi Penanggung. 3. Pengendalian kerugian Pengendalian kerugian dimaksudkan agar pihak Penanggung segera melakukan pemeriksaan dan mengambil langkah-langkah mitigasi kerugian, misalnya dengan memerintahkan untuk menjual atau memotong sapi tersebut. Untuk kepentingan asuransi, keputusan mitigasi kerugian dalam bentuk menjual atau memotong sapi dengan ini disepakati sebagai kematian sapi. 4. Hasil Perolehan/Penyelamatan (Salvage Value) Hasil perolehan/penyelamatan (Salvage Value) merupakan sisa dari objek pertanggungan yang masih memiliki nilai ekonomi. Hasil penjualan sapi sakit dalam bentuk sapi utuh maupun daging merupakan nilai salvage dan diperhitungkan sebagai pengurang terhadap jumlah klaim yang akan diterima Tertanggung. 5. Risiko Sendiri (Deductible) Jika sapi hilang karena kecurian, maka penggantian klaim kepada Tertanggung dikurangi risiko sendiri (deductible) paling tinggi 30% dari Harga Pertanggungan. 1. Dalam hal terjadi kematian sapi, Tertanggung segera menghubungi dokter hewan atau petugas teknis yang berwenang yang ditetapkan oleh dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat. Selanjutnya Tertanggung membuat laporan klaim sesuai form AUTS-7 dan form AUTS-8. 2. Dalam hal terjadi kehilangan sapi, Tertanggung segera menghubungi petugas teknis yang berwenang yang ditetapkan oleh dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat. Selanjutnya Tertanggung membuat laporan klaim sesuai form AUTS-7 dan form AUTS-9. 7

3.6. Persetujuan Klaim Perusahaan Asuransi Pelaksana melakukan pemeriksaan terhadap Berita Acara Hasil Pemeriksaan Kematian dan/atau kehilangan, dan menerbitkan Surat Persetujuan Klaim dalam waktu 14 hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya. 3.7. Pembayaran Klaim 1. Perusahaan Asuransi Pelaksana melaksanakan pembayaran klaim dalam waktu 14 hari kerja terhitung mulai tanggal persetujuan klaim. 2. Pembayaran klaim dilaksanakan dengan pemindahbukuan (transfer) ke rekening Tertanggung. 3. Mekanisme pelaksanaan pendaftaran dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Prosedur Pembayaran Klaim 8

BAB IV PENYALURAN BANTUAN PREMI 4.1. Penyaluran bantuan premi untuk dan atas nama peternak sapi melalui perusahaan asuransi pelaksana, dilaksanakan berdasarkan bukti-bukti yang sah meliputi : 1. Surat Penagihan 2. Surat penugasan pelaksana 3. Perjanjian kerjasama 4. Pakta Integritas 5. Surat Pernyataan Tanggungjawab Mutlak (SPTJM) 6. Kuitansi 7. Berita Acara Serah Terima Uang 8. Rekapitulasi Peserta Definitif AUTS 9. Asli Polis 10. Rekening bank 4.2. Direktur Pembiayaan Pertanian, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) melalui KPPN mencairkan dana bantuan premi asuransi kepada perusahaan asuransi pelaksana untuk dan atas nama kelompok ternak. Mekanisme pelaksanaan penyaluran bantuan premi dapat dilihat pada Gambar 4. KEMENTAN DITJEN PSP (KPA/PPK) PEJABAT PENGUJI (2) Surat Perintah Membayar (1) Penagihan Bantuan Premi KPPN PT. ASURANSI PELAKSANA (Penanggung) (3) Pencairan Bantuan Premi Gambar 4. Penyaluran Bantuan Premi 9

BAB V MONITORING, EVALUASI, DAN PELAPORAN 5.1. Kelompok Kerja AUTS Dalam pelaksanaan AUTS, diperlukan Kelompok Kerja (POKJA) untuk mendukung kelancaran proses administrasi dan kegiatan.pokja Pelaksana AUTS disusun sebagai berikut: 1. POKJA Asuransi Usaha Ternak Sapi Pusat ditetapkan oleh Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian atas nama Menteri. 2. POKJA Asuransi Usaha Ternak Sapi Provinsi ditetapkan oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menyelenggarakan fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan atas nama Gubernur. 3. POKJA Asuransi Usaha Ternak Sapi Kabupaten/Kota. ditetapkan oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menyelenggarakan fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan atas nama Bupati. 5.2. Pengendalian Risiko 1. Risiko yang mungkin terjadi adalah : a. Target realisasi penyaluran bantuan premi tidak tercapai kemungkinan disebabkan oleh : 1) AUTS merupakan kegiatan baru sehingga pemahaman masyarakat peternak masih kurang; 2) Peternak keberatan membayar premi swadaya. b. Kurang tepat sasaran penerima bantuan premi AUTS kemungkinan disebabkan oleh : 1) Tidak tepatnya CPCL 2) Kurangnya pemahaman pelaksanaan kegiatan AUTS 2. Upaya penanganan dalam rangka mencegah terjadinya risiko : a. Penyusunan pedoman yang detail dan jelas b. Sosialisasi pedoman keseluruh stakeholders c. Pendampingan pelaksanaan kegiatan 5.3. Indikator Keberhasilan Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan kegiatan ini adalah: a. Peternak melaksanakan AUTS dengan membayar premi asuransi. b. Tersalurkannya bantuan premi terhadap peternak sapi yang mengikuti AUTS. 5.4. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan 1. Monitoring Monitoring pelaksanaan Asuransi Ternak Sapi dilaksanakan secara bersamasama oleh Kementerian Pertanian, Perusahaan asuransi penanggung, SKPD 10

yang melaksanakan fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Monitoring yang dilakukan mencakup: a. Penentuan CPCL b. Pendaftaran Peserta c. Pengumpulan Premi Swadaya d. Penerbitan Polis e. Penagihan Premi Subsidi f. Pembayaran Klaim 2. Evaluasi Evaluasi pelaksanaan AUTS dilaksanakan oleh Pokja pusat, provinsi dan Kabupaten/Kota untuk kebutuhan pembinaan atau perbaikan pelaksanaan berikutnya. Evaluasi secara menyeluruh dilakukan oleh Pokja pusat. Kegiatan evaluasi meliputi : a. Realisasi pelaksanaan kegiatan AUTS b. Klaim terbayar oleh perusahaan asuransi. c. Replacement (penggantian) ternak sapi setelah menerima pembayaran klaim yang tertuang dalam polis asuransi sehingga keberlanjutan usaha dapat terjamin. d. Pemahaman atas manfaat asuransi terhadap keberlanjutan usaha peternakan sapi. 3. Pelaporan Hasil pelaksanaan kegiatan AUTS dilaporkan oleh POKJA Kabupaten/Kota ke Provinsi dan selanjutnya diteruskan ke Pusat. Laporan tersebut meliputi: a. peternak sapi yang mengikuti kegiatan asuransi dan jumlah ternak sapi yang diasuransikan; b. sapi yang mati sehingga mengakibatkan kerugian dan peternak mengajukan klaim; c. sapi yang dibeli setelah menerima pembayaran klaim; dan d. Permasalahan dalam penerapan AUTS. 11

BAB VI PENUTUP Sebagai wujud keberpihakan pemerintah dalam upaya melindungi peternak dari risiko kematian dan/atau kehilangan sapi, maka Kementerian Pertanian pada tahun 2016 mengimplementasikan Asuransi Usaha Ternak Sapi (AUTS). Asuransi Usaha Ternak Sapi diharapkan dapat memberikan perlindungan kepada peternak jika terjadi sapi mati akibat penyakit, beranak dan kecelakaan dan/atau kehilangan dengan mengalihkan kerugian kepada pihak lain melalui pertanggungan asuransi, serta mampu memberikan pendidikan kepada peternak dalam mengelola risiko dan sistem usaha peternakan yang baik. Salah satu bentuk kegiatan untuk meringankan peternak dalam pembayaran premi, maka pada tahap awal pelaksanaan AUTS diantaranya memberikan bantuan premi kepada peternak peserta AUTS. Berkenaan dengan hal tersebut, maka pelaksanaan kegiatan asuransi berjalan dengan baik sesuai yang diharapkan, agar berpedoman pada Keputusan Menteri Pertanian tentang Bantuan Premi Asuransi Usaha Ternak Sapi. Jakarta, Januari 2017 An MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SUMARJO GATOT IRIANTO ( I 12 y/

Form AUTS 1 FORMULIR PENDATAAN CPCL ASURANSI USAHA TERNAK SAPI (AUTS) 1. Nama Kelompok Ternak : 2. Nama Ketua Kelompok : 3. No. Telepon : 4. Alamat : 5. Desa : 6. Kecamatan : 7. Kabupaten : 8. Provinsi : No Nama Anggota Alamat (*) Ternak Tanda Tangan JUMLAH Ketua Kelompok (Nama Terang) 13

Form AUTS 2 FORMULIR PENDAFTARAN PESERTA ASURANSI USAHA TERNAK SAPI (AUTS) 1. Nama Kelompok Ternak : 2. Nama Ketua Kelompok : 3. Alamat : 4. Nomor HP : 5. Ternak (ekor) : No Kecamatan Desa Nama Anggota Sapi (ekor) Premi Swadaya (Rp) JUMLAH Ketua Kelompok Ternak (Nama Terang) 14

Form AUTS 3 REKAPITULASI DATA KELOMPOK TERNAK CALON PESERTA ASURANSI USAHA TERNAK SAPI (AUTS) 1. Kecamatan : 2. Kabupaten : No Data kelompok ternak calon AUTS pada Tahun... Nama Kelompok Desa Anggota Ternak (ekor) (orang) Premi Swadaya (Rp) JUMLAH Petugas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Nama Terang) 15

Form AUTS 4 DAFTAR PESERTA DEFINITIF ASURANSI USAHA TERNAK SAPI (AUTS) 1. Dinas : 2. Kabupaten : No Kecamatan Desa Nama Kelompok Ternak Ternak (ekor) Premi Swadaya (Rp) JUMLAH Kepala Dinas... (Nama Terang) 16

Form AUTS 5 REKAPITULASI DAFTAR KELOMPOK TERNAK ASURANSI USAHA TERNAK SAPI (AUTS) 1. Dinas : 2. Provinsi : No Kabupaten Kecamatan Desa Nama Kelompok Ternak Ternak (ekor) Premi Swadaya (Rp) JUMLAH Kepala Dinas... (Nama Terang) 17

Form AUTS 6 DAFTAR PESERTA ASURANSI USAHA TERNAK SAPI (AUTS) No Provinsi Kabupaten Kecamatan Desa Nama Kelompok Ternak Total Ternak (ekor) Premi Swadaya (Rp) JUMLAH Pejabat Pembuat Komitmen 18

Form AUTS 7 DAFTAR PESERTA ASURANSI USAHA TERNAK SAPI (AUTS) No Provinsi Kabupaten Kecamatan Desa Nama Kelompok Ternak Total Ternak (ekor) Premi Swadaya (Rp) JUMLAH Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 19

Form AUTS 8 FORMULIR PEMBERITAHUAN KEMATIAN TERNAK Bersama ini saya memberitahukan bahwa terjadi kematian terhadap ternak sapi yang saya asuransikan, dengan keterangan sebagai berikut : Nama Tertanggung : Nama Kelompok Ternak : Alamat : Nomor Polis & Sertifikat Polis : Jangka waktu berlakunya Polis : Tanggal terjadinya kematian : Lokasi ternak sapi : ternak mati : Dugaan penyebab kematian : Langkah dan tindakan yang akan /telah dilakukan : Keterangan lain (jika ada) : LAMPIRAN DOKUMEN PENGAJUAN KLAIM Fotokopi Polis Asuransi/ Sertifikat Polis Asuransi Saya dengan ini menyatakan bahwa keterangan tersebut diatas saya buat dengan sebenar-benarnya, dan saya menyatakan bahwa ternak sapi yang saya asuransikan telah mati tanpa kesengajaan, perencanaan atau mufakat di pihak saya, yang atas dasar tersebut saya mengajukan pemberitahuan kejadian kematian ini. Untuk kesaksian tersebut saya menanda-tangani Laporan Pemberitahuan Kematian ini, tanggal : Tertanggung, (Nama Jelas) Menyaksikan Petugas Peternakan Dan Keswan, Dokter Hewan, Penanggung Jawab, Ketua Kelompok (Nama Jelas) (Nama Jelas) (Nama Jelas) 20

Form AUTS 9 BERITA ACARA PEMERIKSAAN KEMATIAN SAPI Bersama ini saya memberitahukan bahwa terjadi pemeriksaan kematian sapi yang saya asuransikan sebagai berikut : Nama Tertanggung : Nama Kelompok Ternak : Alamat : Nomor Polis & Sertifikat Polis : Tanggal kejadian kematian : Penyebab kematian : Identitas sapi : Keterangan lain (jika ada) : LAMPIRAN DOKUMEN PENGAJUAN KLAIM Fotokopi Polis Asuransi/ Sertifikat Polis Asuransi Foto foto Kematian Hasil Visum Saya dengan ini menyatakan bahwa keterangan tersebut diatas saya buat dengan sebenar-benarnya, dan saya menyatakan bahwa ternak sapi yang saya asuransikan telah mengalami kematian dengan jumlah kerugian sebagaimana tercantum pada keterangan diatas. Selanjutnya saya menyatakan bahwa kematian dan kerugian tersebut terjadi tanpa kesengajaan, perencanaan atau mufakat di pihak saya. Untuk kesaksian tersebut saya menanda-tangani Berita Acara Pemeriksaan Kematian ini, tanggal : Tertanggung, Menyaksikan Petugas Peternakan Dan Keswan, Dokter Hewan, Kelompok Ternak (Nama Jelas) (Nama Jelas) (Nama Jelas) (Nama Jelas) Pemeriksa, Loss Adjuster Mengetahui, Dinas Peternakan Kabupaten/ Kota (Nama Jelas) (Nama Jelas) 21

Form AUTS 10 BERITA ACARA PEMERIKSAAN KEHILANGAN SAPI Bersama ini saya memberitahukan bahwa terjadi pemeriksaan kehilangan sapi yang saya asuransikan sebagai berikut : Nama Tertanggung : Nama Kelompok Ternak : Alamat : Nomor Polis & Sertifikat Polis : Tanggal kejadian kehilangan : Penyebab kehilangan : Identitas sapi : Keterangan lain (jika ada) : LAMPIRAN DOKUMEN PENGAJUAN KLAIM Fotokopi Polis Asuransi/ Sertifikat Polis Asuransi Saya dengan ini menyatakan bahwa keterangan tersebut diatas saya buat dengan sebenar-benarnya, dan saya menyatakan bahwa ternak sapi yang saya asuransikan telah mengalami kehilangan dengan jumlah kerugian sebagaimana tercantum pada keterangan diatas. Selanjutnya saya menyatakan bahwa kehilangan dan kerugian tersebut terjadi tanpa kesengajaan, perencanaan atau mufakat di pihak saya. Untuk kesaksian tersebut saya menanda-tangani Berita Acara Kehilangan ini, tanggal : Tertanggung, Petugas Peternakan Dan Keswan, Polisi, Kelompok Ternak (Nama Jelas) (Nama Jelas) (Nama Jelas) (Nama Jelas) Mengetahui, Dinas Peternakan Kabupaten/ Kota (Nama Jelas) 22