BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB III AKAD UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DAN PELAKSANAANNYA DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PUPUK DALAM KELOMPOK TANI DI DESA KALIGAMBIR KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TENTANG ARISAN TEMBAK DI DESA SENAYANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB VI ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI GADAI SAWAH DI DESA MORBATOH KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Muamalah adalah ketetapan-ketetapan Allah SWT yang mengatur hubungan

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah saw. diberi amanat oleh Allah swt. untuk menyampaikan kepada. tercapainya kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat.

Qard} adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG-PIUTANG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM MULTIJASA DI PT. BPRS LANTABUR TEBUIRENG KANTOR CABANG MOJOKERTO

BAB IV ANALISIS DATA

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. wawancara kepada para responden dan informan, maka diperoleh 4 (empat) kasus

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB IV DENGAN UANG DI DESA LAJU KIDUL KECAMATAN SINGGAHAN KABUPATEN TUBAN

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. berupa uang atau barang yang akan dibayarkan diwaktu lain sesuai dengan

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA

BAB IV ANALISIS DATA

Solution Rungkut Pesantren Surabaya Perspektif Hukum Islam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA

BAB II TINJAUAN TEORI TENTANG UTANG PIUTANG. Utang piutang dalam istilah Arab sering disebut dengan ad-dain (jamaknya

BAB V PENUTUP. 1. Akad utang sapi untuk penanaman tembakau berdasarkan ketentuan kreditur

adalah suatu transaksi yang sering terjadi saat masyarakat membutuhkan adalah penjual mencari seorang pembeli melalui jasa makelar.

BAB IV. disepakati diawal. Adapun perubahan harga sebelah pihak yang dilakukan. oleh si pembeli tanpa ada kesepakatan kedua belah pihak.

BAB II LANDASAN TEORI A. HUTANG PIUTANG MENURUT HUKUM ISLAM. Secara bahasa qard{ berarti al-qat{ yang artinya potongan

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA SAWAH NGGANTUNG PARI DI DESA BECIRONGENGOR KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PATOKAN HARGA BERAS DALAM ARISAN DARMIN DI DESA BETON KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK

BAB IV GADAI TANAH PERTANIAN SEBAGAI BARANG GADAI DAN PEMANFAATANNYA OLEH PENERIMA GADAI DI DESA GUNUNGANYAR KECAMATAN SOKO KABUPATEN TUBAN

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

A. Analisis Mekanisme Angsuran Usaha Kecil dengan Infaq Sukarela pada Bantuan Kelompok Usaha Mandiri di Yayasan Dana Sosial Al Falah Surabaya

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENETAPAN HARGA PADA JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

Pada hakikatnya pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank. pemenuhan kebutuhan akan rumah yang disediakan oleh Bank Muamalat

BAB II UTANG-PIUTANG DALAM HUKUM ISLAM. menurut istilah fiqh, terdapat beberapa definisi yang dikedepankan oleh

Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULULOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DUA AKAD DALAM SATU TRANSAKSI KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Arisan Bahan Pokok Untuk Resepsi Di Desa Bunut Seberang Kecamatan Way Ratay Kabupaten Pesawaran

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG DANA ZAKAT MA L DI YAYASAN NURUL HUDA SURABAYA. A. Analisis Mekanisme Hutang Piutang Dana Zakat

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PROLIMAN DALAM PENGAIRAN SAWAH DI DESA BEGED KECAMATAN KALITIDU KABUPATEN BOJONEGORO

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TENTANG PERILAKU JUAL BELI MOTOR DI UD. RABBANI MOTOR SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERPANJANGAN SEWA- MENYEWA MOBIL SECARA SEPIHAK DI RETAL SEMUT JALAN STASIUN KOTA SURABAYA

BAB IV ANALISIS TRANSAKSI JUAL BELI BBM DENGAN NOTA PRINT BERBEDA SPBU PERTAMINA DI SURABAYA UTARA

BAB IV ANALISIS TERHADAP HUKUM JUAL BELI CABE TANPA KESEPAKATAN HARGA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan, baik konvensional maupun syariah, berperan dalam segi. ekonomi dan keuangan. Sesuai dengan Undang-Undang Republik

BAB IV ANALISIS AKAD QARD} BINNAZ AR PADA BMT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. piutang dapat terjadi di dunia. Demikian juga dalam hal motivasi, tidak sedikit. piutang karena keterpaksaan dan himpitan hidup.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA. A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB II DAN RIBĀ DALAM FIQIH MUAMALAH. yang berarti dia memutuskannya. Qarḍ. masdar yang berarti memutuskan. Qarḍ

BAB I PENDAHULUAN. ingin tahu, Man is corious animal. Dengan keistimewaan ini, manusia dengan

BAB II JUAL BELI, KREDIT DAN RIBA. dahulu perlu diperjelas pengertian jual beli. Secara etimologi berarti menjual

BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG DENGAN SISTEM NGAMBAK DI DUKUH BURAN KELURAHAN BABAT JERAWAT KECAMATAN PAKAL KOTA SURABAYA

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERUBAHAN HARGA JUAL BELI SAPI SECARA SEPIHAK DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN

tabarru dengan tujuan tolong menolong yang dianjurkan oleh ajaran Islam.

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari bentuk kegiatan muamalah adalah utang-piutang untuk

BAB II PEMBIAYAAN MURABAHAH

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV ANALISIS PRAKTIK PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN TAKE OVER PADA PERBANKAN SYARIAH (STUDI KASUS TAKE OVER KPR DARI BMI KE BRI SYARIAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG ARISAN BERSYARAT DI PERUMAHAN GATOEL MOJOKERTO

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan akhirat yang kekal abadi. Namun demikian, nasib seseorang di akhirat nanti

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN A. Analisis Praktek Sistem Ngijo di Desa Sebayi Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari memang harus terpenuhi segala kebutuhan dengan harta benda yang telah dimilikinya. Jika kebutuhan telah mendesak padahal harta benda yang telah dimiliki tidak memenuhi atau kurang dapat memenuhinya, sering orang berhutang dengan terpaksa pada orang lain. Baik hutang yang berupa uang atau barang yang akan dinyatakan gantinya pada waktu yang lain sesuai dengan kebutuhan yang menjadi perjanjian antara kedua belah pihak yang bersangkutan. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya masyarakat Desa Sebayi melaksanakan perjanjian ngijo. Ngijo adalah simbol dari bahasa masyarakat Desa Sebayi dalam hal utang piutang di bidang pertanian. Pelaksanaan perjanjian ngijo ini menjadi kebiasaan yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Sebayi beberapa tahun terakhir. Sesuai dengan bab 2 dalam skripsi ini, sistem ngijo menggunakan akad qard} (utang piutang). Qard} menurut pendapat berbagai mazhab 1 : 1 Syekh Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqh Empat Mazhab, jilid 6, (Surabaya: Darul Ulum Press, 2001), 286-288. 60

61 1. Malikiyah: mereka berpendapat bahwa qard} dalam istilah ilmu fiqh berarti menyerahkan sesuatu yang bernilai harta kepada orang lain untuk mendapatkan manfaat dimana harta yang diserahkan tadi tidak boleh diutangkan lagi dengan cara tidak halal, (dengan ketentuan) barang itu harus diganti pada waktu yang akan datang, dengan syarat gantinya tidak beda dengan yang diterima. 2. Hanafiyah: mereka berpendapat qard} adalah harta yang diserahkan kepada orang lain untuk diganti dengan harta yang sama. Maksudnya, setiap satuannya tidak mengandung selisih yang dapat menyebabkan berbedanya harga, seperti pada jenis-jenis barang yang ditakar dan dihitung dimana satuannya relatif sama, seperti telur dan kemiri, demikian juga jenis-jenis barang yang ditimbang. 3. Syafi iyah: mereka berpendapat bahwa kata al-qard} dalam syara berarti al-muqrad} (sesuatu yang diiutangkan), yaitu bentuk isim maf ul, seperti disebutkan firman Allah: siapakah yang mau memberi pinjaman kepada allah pinjaman yang baik.. (Qs. Al Baqarah 245). Qard} juga diistilahkan dengan salaf, yaitu menyerahkan sesuatu untuk dikembalikan lagi dengan sesuatu yang sama. 4. Hanabilah: qard} berarti menyerahkan harta kepada seseorang untuk dimanfaatkan dan ia wajib mengembalikan dengan harta serupa sebagai gantinya.

62 Jika dilihat dari segi hukum Islam, sistem ngijo tidak memenuhi syarat sahnya hutang piutang, yakni sebagai berikut: 1. Besarnya pinjaman harus diketahui dengan takaran, timbangan dan jumlahnya. 2. Sifat pinjaman dan usianya harus diketahui jika dalam bentuk hewan 3. Adanya saksi pada saat terjadinya perjanjian 4. Pinjaman tidak sah dari orang yang tidak memiliki sesuatu yang bisa dipinjam atau orang yang tidak normal akalnya. 2 Dari syarat ini, praktek utang piutang ngijo tidak adanya saksi pada saat terjadinya perjanjian, sehingga akad yang dilaksanakan tanpa adanya saksi bisa menyebabkan akadnya tidak sempurna. Sebab menurut pendapat ulama saksi dalam transaksi adalah wajib. Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis di Desa Sebayi, alur perjanjian ngijo yang dilakukan antara petani dengan pengepul yang dijelaskan oleh bapak Jatmiko petani adalah: 1. Perjanjian yang dilakukan sebagaimana kebiasaan yang berlaku di Desa Sebayi dari sejak adanya ngijo sampai sekarang. Awal mula petani mendatangi rumah pengepul untuk meminta tolong, meminjam uang untuk menggarap sawah, meliputi persemaian bibit, penanaman, pemupukan, pengobatan hingga membayar jasa buruh tani untuk tandur. 2. Untuk nominal hutangnya, terserah yang hutang. Biasanya paling sedikit sebesar Rp. 200.000 2 Ismali Nawawi, Fiqh Muamalah Hukum Ekonomi, Bisnis Dan Syariah,, 302.

63 3. Setelah memilih berapa pinjaman uang yang akan dipinjam, petani mengira-ngira kapan datangnya musim panen tiba. 4. Pengepul memberikan syarat sebagai pelunasaanya 100kg atau 1kuintal per Rp. 200. 000. Artinya petani harus membayar 1kuintal jika hutang Rp.200.000. jika hasil panen tidak sesuai atau mengalami gagal panen karena diserang hama misalnya dan petani tidak bisa melunasi hutang dengan ketentuan di awal, maka petani boleh melunasi pada musim panen di musim berikutnya dengan catatan hutang bertambah 5%. 5. Perjanjian selesai dilaksanakan. Dan perjanjian tersebut dilakukan secara lisan tanpa perlu adanya pencatatan (dalam bentuk kuitansi) karena kebiasaan yang mereka lakukan seperti itu dengan memegang prinsip kepercayaan antara petani dengan pengepul. Dalam sistem ijo (ngijo) tersebut petani meminjam uang kepada pengepul, uang tersebut akan dibayar dengan padi, dengan standar atau ukuran kwintalan pada musim panen tiba. Perjanjian ngijo ini didahului dengan akad atau perjanjian bersama, yang istilahnya disebut dengan nama perjanjian ngijo. Ngijo adalah simbol dari bahasa masyarakat Desa Sebayi dalam hal utang piutang di bidang pertanian. Sedangkan di dalam prakteknya perjanjian ngijo di Desa Sebayi Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun hanya dilaksanakan oleh petani dengan pengepul saja secara lisan tanpa adanya saksi, sehingga turut campurnya kepala desa atau pejabat yang berwenang tidak diperlukan, jadi ngijo dilakukan hanya dengan rasa saling percaya saja ataupun berdasarkan adat kebiasaan setempat. Secara formalnya

64 kepala desa tidak membantu keabsahan berlakunya perjanjian ngijo dan mengenai akte perjanjian tidak begitu diperlukan, dan tidak pernah dibuat antara petani dan pengepul. Kemudian mengenai penyerahan barang pada saat tenggang waktu yang di sepakati sudah jatuh tempo, penyerahan barang dilakukan di tempat yang telah disepakati bersama. Biasanya mereka meyerahkan padi tersebut di rumah petani, yaitu pengepul datang kerumah petani atau petani akan menghantarkan padi tersebut ke rumah pengepul. Dalam perjanjiannya, jika petani melakukan wanprestasi dengan tidak membayar utang padahal petani memiliki hasil panen, maka pengepul tidak segan-segan meminta uang kembali dan membatalkan perjanjian, lalu apabila petani tidak bisa memberikan padi pada waktu jatuh tempo (panen), maka petani tersebut akan memberikan padi pada musim panen berikutnya dengan menambah 5% padi untuk pelunasannya. Dalam hukum Islam, sistem ijo (ngijo) yang dilakukan petani dengan pengepul di Desa Sebayi Kecamatan Gemaranng Kabupaten Madiun bukan termasuk akad qard} (utang piutang) karena dalam praktek utang piutang ngijo tidak adanya saksi pada saat terjadinya perjanjian, sehingga akad yang dilaksanakan tanpa adanya saksi menyebabkan akadnya tidak sempurna yang berarti akad yang dilakukan tidak sah.

65 B. Analisis Hukum Islam Terhadap Hutang Piutang Sistem Ijo (Ngijo) di Desa Sebayi Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun Sebagaimana yang dijelaskan dalam fiqh muamalah Al-qard} adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan, artinya utang-piutang merupakan bentuk mu amalah yang bercorak ta awun (pertolongan) kepada pihak lain untuk memenuhi kebutuhannya. Tujuan dan hikmah dibolehkannya utang-piutang itu adalah memberi kemudahan bagi umat manusia dalam pergaulan hidup, karena diantara umat manusia itu ada yang berkecukupan dan ada yang berkekurangan. Orang yang berkekurangan dapat memanfaatkan utang dari pihak yang berkecukupan. Setiap transaksi haruslah memenuhi rukun dan syaratnya, rukun dan syarat yang terdapat dalam qard} adalah adanya orang yang berakad, yaitu muqrid} dan muqtarid}. Dalam hal ini yang menjadi muqrid adalah pengepul, dan muqtarid adalah para petani. Setiap orang harus memenuhi kriteria atau syarat-syarat tersebut untuk dapat melakukan sebuah transaksi hutang piutang. Jika kriteria tersebut tidak terpenuhi maka akad tersebut tidak sah. Misalkan, akadnya anak kecil dan orang gila maka mereka tidak boleh melakukan akad qard} dikarenakan tidak cakap hukum. Dari penjelasan diatas dapat terlihat bahwa akad yang dilaksanakan oleh petani dengan pengepul dalam sistem ngijo adalah sah menurut hukum Islam.

66 Rukun qard} yang kedua adalah adanya obyek qard}. Adapun syarat obyek qard} adalah barang yang dihutangkan adalah jelas, adanya obyek yang dihutangkan, batas waktu diketahui dan tempat penyerahan barangnya diketahui. Dilihat dari segi obyek qard}, sistem ngijo telah memenuhi syarat hukum Islam karena telah diketahui dengan jelas jumlah uang yang dihutangkan dan tempat penyerahan barangnya diketahui. Setiap transaksi yang dilakukan harus disertai ijab dan kabul karena merupakan unsur yang harus ada dalam sebuah akad. Pada prinsipnya makna akad adalah kesepakatan dua kehendak. Seperti halnya yang terjadi pada sistem ngijo, terjadi kesepakatan antara petani dengan pengepul. Dalam setiap akad harus ada s}ighat al-aqd} yakni ijab dan kabul. Adapun ijab adalah Pernyataan pertama yang dinyatakan oleh salah satu dari muta aqidin yang mencerminkan kesungguhan kehendak untuk mengadakan perikatan. Pernyataan ini dinyatakan oleh petani sebagai muqtarid} saya akan meminjam uang kepada saudara, uang tersebut akan saya bayar dengan padi pada musim panen, dan kabul adalah pernyataan oleh pihak lain setelah ijab yang mencerminkan persetujuan atau persepakatan terhadap akad. Pernyataan ini dinyatakan oleh pengepul sebagai muqrid} ya. Demikianlah s}ighat ijab dan kabul antara kedua belah pihak, dimana mereka harus mematuhinya. Sistem ngijo yang dilaksanakan di Desa Sebayi Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun adalah petani meminjam uang kepada pengepul untuk menggarap sawah, uang tersebut akan dibayar dengan

67 padi pada musim panen dengan besar pengembalian mencapai hampir 3x lipat dari jumlah hutang, dan apabila padi tersebut tidak bisa diberikan pada waktu jatuh tempo, maka petani tersebut akan memberikan padi pada panen berikutnya dengan menambah 5% padi. Dilihat dari mekanisme utang piutang ngijo di Desa Sebayi Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun ngijo adalah akadnya rusak karena dari awal sudah diketahui adanya kelebihan saat pelunasan dan adanya bunga 5% jika tidak dibayar pada saat jatuh tempo. Akad qard yang rusak tersebut karena adanya unsur riba di dalamnya. Sesuai dengan sabda Rasulullah: ك ل ق ر ض ج ر م ن ف ة ف ه و ر ب ا Artinya Semua hutang yang menarik manfaat adalah riba Riba> ada 2 macam, yakni riba> al-nasi ah dan riba> al-fadhl. Riba> alfadhl menurut Hanabilah adalah tambahan benda dalam akad jual beli (tukarmenukar) yang menggunakan ukuran syara (yaitu literan atau timbangan) yang jenis barangnya sama. Sedangkan riba> an-nasi ah adalah kelebihan tunai atas tempo dan kelebihan barang atas utang di dalam barang diberikan orang yang ber utang kepada pemilik modal ketika waktu yang disepakati jatuh tempo. Dengan adanya pengembalian dengan jumlah yang hampir 3 kali lipat dari jumlah hutang bahkan ada tambahan pembayaran sebesar 5% padi jika tidak tepat waktu dalam sistem ngijo tersebut, maka itu merupakan kategori

68 riba> nasi ah, karena adanya perbedaan, perubahan atau tambahan antara yang diserahkan saat ini dan yang diserahkan kemudian. Sistem ngijo yang dilaksanakan di Desa Sebayi, dengan menggunakan akad qard menurut pandangan Islam adalah tidak sah karena dengan adanya jumlah pengembalian yang lebih besar dari jumlah hutang dan bahkan ada tambahan 5% padi jika petani tidak membayar pada waktu jatuh tempo. Adanya tambahan menurut Imam Syafi i bahwa qard} itu rusak bila mana yang menghutangkan mengambil manfaat tambahan. Maka dalam sistem ngijo yang dilaksanakan di Desa Sebayi Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun tidak sesuai dengan hukum Islam, karena termasuk kategori riba> nasi ah, yang hukumnya haram.