BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas komunikasi tidak lepas dari kehidupan manusia sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. (Keraf, 1971:1) bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB I PENDAHULUAN. alat berkomunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang

BAB II LANDASAN TEORI. Biau. Kabupaten Buol. Adapun penelitian sejenis yang pernah diteliti antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. dengan beberapa bangsa asing yang membawa bahasa dan kebudayaannya masing-masing.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa

BAB I PENDAHULUAN. campuran, yaitu campuran antara bahasa Indonesia dan salah satu atau kedua

BAB I PENDAHULUAN. tata kalimat, dan tata makna. Ciri-ciri merupakan hakikat bahasa, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peneliti di Indonesia. Penelitian-penelitian itu yang dilakukan oleh: Susi Yuliawati

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan. Akan tetapi penelitian tentang interferensi bahasa telah banyak dilakukan.

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam menyampaikan ide, gagasan, atau perasaan kepada orang lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PERCAKAPAN STAF FKIP UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sikap bahasa merupakan sebagian dari sosiolinguistik yang mengkaji tentang bahasa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nurlaila Djamali (2005) mengkaji tentang Variasi Bahasa Bolaang Mongondow

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL. oleh: Ni Made Yethi suneli

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sebagai salah satu tempat interaksi bahasa berlangsung,

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentuk berdasarkan undang-undang RI tahun 1999 tentang pembentukan

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA PROSES PEMBELAJARAN BAHASA JAWA KELAS X SMA ANGKASA ADISUTJIPTO YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dominan di antara sesama manusia. Realitas ini menunjukkan betapa bahasa

RAGAM BAHASA PEDAGANG KAKI LIMA DI TERMINAL PURABAYA SURABAYA: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK. Ratna Dewi Kartikasari Universitas Muhammadiyah Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. dengan dua budaya, atau disebut juga dwibahasawan tentulah tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam menyampaikan pendapat terhadap masyarakat, baik berupa

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA PENGGUNAANNYA DALAM RANAH SOSIOLINGUISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGANTAR. 1. Pengertian Sosiolinguistik 2. Masalah Yang Dikaji Sosiolinguistik

BAB I PENDAHULUAN. beragam suku dan budaya. Suku-suku yang terdapat di provinsi Gorontalo antara lain suku

CAMPUR KODE DAN ALIH KODE DALAM PERISTIWA JUAL BELI DI PASAR LABUAN TOBELO KECAMATAN WAKORUMBA UTARA KABUPATEN BUTON UTARA

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

PEMILIHAN KODE MASYARAKAT PESANTREN DI PESANTREN AL-AZIZ BANJARPATOMAN DAMPIT

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan pendidikan tidak dapat diragukan lagi. akan pola-pola penggunaan bahasa dalam interaksi belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lainnya. Berkomunikasi merupakan cara manusia saling

BAB I PENDAHULUAN. bersifat produktif dan dinamis. Selain itu perkembangan bahasa juga dipengaruhi

PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS

ALIH KODE DALAM INTERAKSI PEDAGANG DAN PEMBELI DI KAWASAN KAKI LIMA MALIOBORO YOGYAKARTA SKRIPSI

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan seseorang dalam bermasyarakat tidak lepas dari interaksi sosial

METODE PENELITIAN. alih kode dan campur kode di lingkungan sekolah khususnya di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan untaian kata-kata yang diatur sedemikian rupa sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan sebagai sarana komunikasi. Adapun proses komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN PADA KELAS VII A SMP NEGERI 1 JAWAI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa daerah bagi penuturnya telah mendarah daging karena tiap hari

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari bahasa. Bahasa menyerap masuk ke dalam pemikiran-pemikiran

BAB V PENUTUP. burung lawet ini adalah elips (pelesapan S,P,O,K) hal ini dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang erat sehingga keberadaan bahasa tidak dapat dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

BAB I iii PENDAHULUAN. pada makhluk lainnya dimuka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

ALIH KODE DALAM CERAMAH AGAMA USTAD MAULANA DI MEDIA TELEVISI TRANS TV DALAM ACARA ISLAM ITU INDAH

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu, tetapi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sudah sewajarnya bahasa dimiliki oleh setiap manusia di dunia ini yang secara rutin

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pengantar dalam komunikasi sehari-hari. nasional dan bahasa negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bahasa. Tidak seperti sistem isyarat yang lain, sistem verbal bisa digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal

BAB II LANDASAN TEORI. bervariasi sesuai dengan perkembangan zaman. Terjadinya keragaman atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada

PEMILIHAN BAHASA DALAM MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN TEGAL DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI ALTERATIF BAHAN AJAR MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK.

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Dengan kata lain, bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran 2011/2012. Bab 1 ini mencakup latar belakang masalah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

SEMINAR KESUSASTERAAN MELAYU ANTAR BANGSA ( INDONESIA, BRUNEI DARUSSALAM, THAILAND DAN MALAYSIA ) 21 MEI 2001 DI LABORATORIUM PARIWISATA USU O L E H

BAB I PENDAHULUAN. menganggapnya sebagai hal yang biasa, seperti bernafas atau berjalan. (Bloomfield,

Transkripsi:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Alih Kode Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian. Menurut KBBI konsep adalah rancangan dasar, ide, pengertian, dan gambaran awal dari objek yang diabstrakkan dari peristiwa konkret dan digunakan untuk memahami hal-hal lain dalam suatu penelitian. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Kridalaksana (2001: 117) mengatakan bahwa konsep adalah gambaran awal dari objek penelitian yang digunakan untuk memahami hal-hal lain dalam suatu penelitian. Paparan konsep-konsep bisa bersumber dari pendapat para ahli pengalaman peneliti, dokumentasi, dan nalar yang berhubungan dengan masalah yang diteliti (Marlina, 2001:9). Melihat kenyataan bahwa bangsa Indonesia memiliki bahasa Indonesia dan beragam bahasa daerah, maka di negara Indonesia tidak jarang ditemui orang-orang yang dapat berbahasa lebih dari satu bahasa. Kesanggupan mereka dapat menggunakan lebih dari satu bahasa tersebut disebabkan oleh keinginan mereka untuk saling berkomunikasi antara manusia yang satu dan manusia yang lain, baik di dalam lingkungan interetnis maupun di dalam lingkungan antaretnis. Kegiatan alih kode dapat terjadi pada setiap penutur bahasa. Kegiatan alih kode yang terjadi pada penutur ekabahasawan, misalnya beralihnya seseorang dari ragam bahasa yang satu keragam bahasa yang lain dalam bahasa yang sama. Kegiatan alih kode yang terjadi pada penutur dwibahasawan, misalnya beralihnya seseorang dari bahasa yang satu kepada bahasa yang lain dalam suatu peristiwa bicara.

Alih kode adalah pemakaian secara bergantian dua atau lebih bahasa, versi-versi dari bahasa yang sama atau bahkan gaya-gaya bahasanya dalam satu situasi bicara oleh seseorang pembicara (Dell Hymes dalam Harimurti Kridalaksana, 1986:201). 2.2 Landasa Teori 2.2.1 Sosiolinguistik Menurut Chaer dan Agustina (1995:3) sosiolinguistik adalah ilmu interdisipliner yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu dalam masyarakat. Sama juga halnya menurut Kridalaksana dalam Chaer dan Agustina (1995:4) mengatakan bahwa sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari ciri dan pelbagai variasi bahasa, serta hubungan diantara para bahasawan itu di dalam suatu masyarakat bahasa. Demikian pula menurut Nababan (1991:2) menyatakan sosiolingustik adalah studi atau pembahasan bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sebagai anggota masyarakat atau lebih tepat sosiolinguistik itu mempelajari atau mengkaji bahasa dengan dimensi kemasyarakatan. Lain halnya dengan J.A Fishman dalam Chaer dan Agustina (1995:4) bahwa sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa, dan pemakai bahasa karena ketiga unsur ini selalu berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain dalam suatu masyarakat tutur. Sementara itu Bram dan Dickey dalam Ohoiwutun (1997:9) berpendapat bahwa sosiolinguistik mengkhususkan kajiannya pada bagaimana bahasa berfungsi di tengah-tengah masyarakat. Dari beberapa rumusan mengenai sosiolinguistik di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat interdisipliner dengan ilmu sosiologi dengan

objek penelitian hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur. Selain itu, sosiolinguistik juga membicarakan atau berhubungan dengan masyarakat sebagai pemakai bahasa yang di dalamnya terdapat interaksi satu sama lain sehingga terjadi peristiwa tutur yang di dalamnya terdapat partisipan, waktu, tempat situasi pembicaraan Berdasarkan rumusan di atas peneliti lebih cenderung memakai landasan teori yang dikemukakan oleh J.A. Fishman dalam Chaer dan Agustina (1995:4) bahwa sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa, dan pemakai bahasa karena ketiga unsur ini selalu berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain suatu masyarakat tutur. 2.2.2 Alih Kode Kontak yang terjadi terus-menerus antara dua bahasa atau lebih di dalam situasi masyarakatyang bilingual cenderung mengakibatkan gejala kebahasaan yang disebut alih kode. Alih kode merupakan salah satu aspek ketergantungan bahasa di dalam masyarakat dwibahaswan. Artinya di dalam masyarakat dwibahasawan hampir tidak mungkin seorang penutur menggunakan satu bahasa secara mutlak tanpa sedikit pun memanfaatkan bahasa lain. Alih kode adalah peristiwa peralihan dari kode yang satu ke kode yang lain, jadi apabila seorang penutur mula-mula menggunakan kode A dan kemudian beralih menggunakan kode B, maka peralihan bahasa seperti inilah yang disebut sebagai alih kode Suwito (dalam Rahardi, 2001:20). Kode ialah suatu system tutur yang penerapan

unsur bahasanya mempunyai cirri-ciri khas sesuai dengan latar belakang penutur, relasi penutur dengan mempunyai lawan bicara, dan situasi tutur yang ada. Jadi, dalam kode ini terdapatlah unsur-unsur bahasa seperti kalimat-kalimat, kata-kata, morfem, dan fonem. Lebih lanjut kode biasanya berbentuk varian-varian bahasa yang secara real dipakai berkomunikasi anggota-anggota suatu masyarakat bahasa Soepomo Poedjosoedarmo (1978:5). Kode adalah salah satu varian di dalam hierarki kebahasaan yang dipakai dalam berkomunikasi Suwito (dalam Rahardi, 2001:22). Jadi kode merupakan varian bahasa. Konsep alih kode mencakup tidak saja peristiwa peralihan bahasa, tetapi juga peristiwa peralihan ragam bahasa atau dialek (Umar, 1993:13). Contoh : Ketika A dan B bertemu dalam acara pesta, biasanya mereka mengawali pembicaraannya dengan topik sehari-hari, seperti masalah keluarga, pekerjaan dan lainlain. Dalam topik seperti ini, pada umumnya dipergunakan bahasa ragam santai. Tetapi ketika komunikasi beralih ke masalah politik bahasa yang dipergunakan pada umumnya bukan ragam santai, melainkan ragam formal. Peristiwa pergantian ragam informal ke ragam formal atau sebaliknya dikatakan sebagai alih kode. Appel 1976 (dalam Chaer dan Agustina, 1995141) mendefinisikanalih kode sebagai, gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi. Contoh : Ali dan Ibrahim, keduanya berasal dari Pesantren, dua puluh menit sebelum kuliah dimulai sudah hadir di ruang kuliah. Keduanya terlibat dalam percakapan yang topiknya tak menentu dengan menggunakan bahasa Arab. Ketika mereka sedang asyik bercakap-cakap masuklah Aidil, teman kuliahnya yang bukan dari Pesantren, yang tentu saja tidak dapat berbahasa Arab. Aidil menyapa mereka dalam bahasa Indonesia. Lalu mereka segera terlibat percakapan dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Peristiwa peralihan penggunaan bahasa Arab ke bahasa Indonesia yang dilakukan Ali dan Ibrahim adalah berubahnya situasi. Situasi kearaban berubah menjadi situasi keindonesiaan. Dell Hymes 1975 (dalam Rahardi, 2001:20) yakni bahwa alih kode adalah istilah umum untuk menyebut pergantian atau peralihan pemakaian dua bahasa atau lebih, beberapa variasi dari satu bahasa, atau bahkan beberapa gaya dari suatu ragam bahasa. Sementara itu Mansoer Pateda (1990:83) mengemukakan pendapatnya bahwa : Seseorang yang melakukan pembicaraan sebenarnya mengirimkan kode-kode kepada lawan bicaranya. Pengkodean itu melalui suatu proses yang terjadi pada pembicara, hampa suara, dan pada lawan bicara. Kode-kode itu harus dimengerti oleh kedua belah pihak. Kalau yang sepihak memahami apa yang dikodekan oleh lawan bicaranya, maka ia akan mengambil kesimpulan dan bertindak sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan. Tindakan itu, misalnya memutuskan pembicaraan atau mengulangi lagi pertanyaan. Seseorang mengkode dengan berbagai variasi. Variasi yang dimaksud yakni lembut, keras, cepat, lambat, bernada, dan sebagainya sesuai suasana hati si pembicara. Kalau marah tentu cepat dan keras, sebaliknya kalau merayu tentu pelan dan lembut. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kode meliputi bahasa dengan segala unsur-unsurnya (seperti kalimat, kata, morem, maupun fonem), variasi-variasi bahasa, dan gaya-gaya bahasa. Sedangkan alih kode adalah pertukaran dari satu bahasa ke bahasa lain, atau pertukaran dari satu variasi bahasa ke bahasa variasi bahasa lain dalam bahasa yang sama, ataupun pertukaran dari satu gaya bahasa yang satu ke gaya bahasa yang lain dalam bahasa yang sama. Kegiatan alih kode antarbahasa, antarvariasi bahasa, dan antargaya bahasa dapat dilihat pada situasi berikut : 1. Alih kode antarbahasa, misalnya: Ketika seseorang sedang bercakap-cakap dalam bahasa Arab dengan salah seorang temanya yang mengerti bahasa tersebut, kemudian datang orang ketiga

dalam peristiwa bicara yang tidak mengerti bahasa Arab. Selanjutnya, pembicaraan beralih kepada bahasa Indonesia agar orang ketiga itu dapat ikut dalam peristiwa bicara. 2. Alih kode antarvariasi bahasa, misalnya: Seseorang beralih dari variasi bahasa Arab halus kepada variasi bahasa Arab kasar ketika sedang marah. 3. Alih kode antargaya bahasa, misalnya: Ketika sedang merayu, seseorang beralih dari gaya bahasa bukan merayu kepada gaya bahasa merayu. 2.3 Tinjauan Pustaka Mujiyanti (1995) dalam skripsinya yang berjudul Alih Kode Antara bahasa Indonesia dan bahasa Jawa : Studi Kasus di SMA Persiapan Stabat Tahun Ajaran 1992-1993 yang membicarakan tentang bagaimana proses teradinya alih kode pada siswa SMA Persiapan Stabat. Teori yang digunakan yaitu teori sosiolinguistik. Dari hasil penelitiannya, masih banyak sekali pengalihan kode, khususnya siswa suku Jawa yang ditandai dengan adanya penggunaan bahasa Jawa di lingkungan sekolah pada situasi-situasi tertentu. Lesman Nainggolan (1997) dalam skripsinya yang berjudul Alih Kode Antara bahasa Indonesia dan bahasa Batak Toba : Studi Kasus di SMU Pelita Pematang Siantar Tahun Ajaran 1996-1997 yang membicarakan tentang bagaimana proses teradinya alih kode pada siswa SMU Pelita Pematang Siantar. Penelitian Nainggolan tidak jauh berbeda dari penelitian Mujiyanti. Teori yang digunakan juga sama. Dari hasil penelitiannya juga

masih banyak sekali terjadinya pengalihan kode antara bahasa Indonesia dan bahasa Batak Toba di lingkungan sekolah pada situsi-situasi tertentu. Pada kesempatan ini peneliti meneliti Alih Kode Antara bahasa Indonesia dan bahasa Arab di Pondok Pesantren Al-Husna yang membicarakan tentang faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya kegiatan alih kode antar bahasa Indonesia dan bahasa Arab di lingkungan Pondok Pesantren Al-Husna, serta pengaruh apa yang timbul dari pengguna bahasa Arab terhadap pemakaian bahasa Indonesia pada santri Pondok Pesantren Al-Husna.