BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat hingga dua kali lipat pada tahun 2025 (Depkes, 2013). Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Randy Suwandi Yusuf, 2013

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa, dimana pada masa ini seseorang akan mengalami penurunan kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemunduran (Padila, 2013). Penuaan biasanya diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan. mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya dengan baik (Depkes, 2006). Dalam sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat di definisikan sebagai kelebihan berat badan, yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. secara tidak langsung dapat meningkatkan angka usia harapan hidup. Di tahun

PERBEDAAN LINGKUP GERAK SENDI FUNGSIONAL TRUNK PADA LANSIA DI POSYANDU ASOKA DAN POSYANDU JAGA RAGA VII

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan di Indonesia tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju seperti Amerika Serikat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

I. PENDAHULUAN. satu sasaran dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO usia tahun adalah usia pertengahan, usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. untuk diamati karena dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dilihat dari usia harapan hidup (UHH) (Mubarak,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

HUBUNGAN ANTARA SENAM KESEGARAN JASMANI LANSIA DENGAN FUNGSI KOGNITIF DAN KESEIMBANGAN TUBUH DI POSYANDU LANSIA DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam sejarah, kebanyakan penduduk dapat hidup lebih dari 60 tahun. Populasi

BAB I PENDAHULUAN. oleh lanjut usia dalam proses penyesuaian diri tersebut yaitu permasalahan dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan mengakibatkan kerja otak melambat dan fungsi organ-organ

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menjadi usia lanjut dini yaitu berkisar antara tahun, dan lansia yang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kenaikan jumlah lansia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sudah mengalami kemunduran fungsi fisiologis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Berdasarkan statistik, jumlah penduduk Indonesia di tahun 2020 akan

BAB.I PENDAHULUAN. biologis, fisiologis, psikososial, dan aspek rohani dari penuaan. Penuaan

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu aktivitas yang dilakukan berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan semakin tingginya penjanan faktor resiko, seperti faktor pejamu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan penting juga terjadi pada komposisi umur penduduk (Bongaarts, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, terutama. dari masyarakat dan ilmu pengetahuan masyarakat, akan

EFEKTIVITAS DAN KENYAMANAN TRANCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK MUSKULOSKELETAL PADA USIA LANJUT

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut 54 tahun untuk wanita dan laki-laki 50,9 tahun. Pada tahun 1985

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

BAB 1 PENDAHULUAN. 62 tahun pada negara berkembang dan 79 tahun pada negara maju (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia

Pada sistem kardiovaskuler dan respirasi terjadi perubahan yaitu penurunan kekuatan otot otot pernafasan, menurunnya aktivitas silia, menurunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa

BAB I PENDAHULUAN. 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, yang menyebakan jumlah penduduk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk lansia (lanjut usia) Indonesia pada tahun 2025 dibandingkan dengan keadaan pada tahun 1990 akan mengalami kenaikan sebesar 414% dan hal ini merupakan persentase kenaikan paling tinggi diseluruh dunia. Sebagai perbandingan pada periode waktu yang sama kenaikan di beberapa Negara sebagai berikut : Kenya 34%, Brazil 255%, India 242%, China 220%, Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk lansianya cepat. Sejak tahun 2000, Indonesia sudah memiliki lansia sebesar 14,4 juta penduduk (7,18% dari jumlah penduduk) dan pada tahun 2020 diperkirakan akan berjumlah 28,8 juta (11,34%). Hasil pendataan yang dilakukan pada tahun 2007 ditemukan penduduk Lansia berjumlah 18,96 juta (8,42% dari total penduduk) dengan komposisi perempuan 9,04% dan 7,80% laki laki (Badan Pusat Statistik, 2013). Peningkatan jumlah penduduk lansia ini menimbulkan berbagai masalah sosial, ekonomi dan kesehatan. Beberapa masalah kesehatan yang sering terjadi pada usia lanjut antara lain gangguan fungsi kognitif dan keseimbangan (Hesti dkk. 2008). Berdasarkan studi literatur Wilson et all (2001) angka lansia yang mengalami penurunan fungsi kognitif meningkat seiring dengan angka peningkatan orang usia lanjut. Organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 1

2012 melaporkan bahwa kejadian penurunan fungsi kognitif lansia diperkirakan 121 juta manusia, dengan komposisi 5,8% laki laki dan 9,5% perempuan. National Health and Nutrition Examination Survey di Amerika melakukan test keseimbangan pada lebih dari 5000 orang berusia 40 tahun atau lebih. Survei tersebut menghasilkan 19% usia kurang dari 49 tahun, 69% responden berusia 70-79 tahun, dan 85% usia 80 tahun atau lebih mengalami ketidak seimbangan. Sepertiga dari responden berusia 65 75 tahun mengatakan memiliki gangguan keseimbangan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup (Phillips, 2011). Proses menua adalah suatu proses degenerasi yang terjadi pada setiap orang dan tidak bisa dihindari, namun proses tersebut bisa diperlambat.. Dalam konsep AntiAging Medicine banyak menemukan fakta tentang penyebab proses penuaan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rudman (1990) telah memberikan hormon pertumbuhan HGH (Human Growth Hormone) yang disuntikkan selama 2 bulan pada 21 pria dan wanita usia antara 61-81 tahun. Hasilnya adalah kondisi tubuh, nilai laboratorium, massa lemak, massa otot, kekebalan kulit dan densitas tulang sangat membaik seperti kondisi pada anak usia 10 tahun. Otak merupakan pusat pengaturan sistem tubuh dan juga sebagai pusat kognitif. Otak merupakan organ tubuh yang rentan terhadap proses degeneratif. Saat otak mulai menua akan terjadi penurunan fungsi otak yang beresiko terjadi penurunan fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh, akibatnya lansia akan mengalami gangguan dalam melaksanakan kegiatan rutin sehari harinya dan 2

akhirnya lansia menjadi tergantung pada orang disekitarnya, serta menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat (Meidiary, 2012). Perubahan sistem neurologis pada lansia mengakibatkan perubahan kognitif, penurunan waktu reaksi, masalah keseimbangan dan kinetik serta gangguan tidur (Mauk, 2010). Suatu penelitian yang dilakukan di Negara Inggris dengan jumlah responden 10.255 orang lansia diatas 75 tahun, menunjukkan bahwa (55%) lansia mengalami gangguan fisik berupa arthritis atau gangguan sendi 50% dari responden mengalami keseimbangan berdiri, 45% dari responden mengalami gangguan fungsi kognitif pada susunan saraf pusat, 35 % pada penglihatan, 35% pada pendengaran, 20 % mengalami kelainan jantung, 20 % ditemukan sesak napas, serta gangguan miksi/ngompol sebesar 10%, dari beberapa gangguan yang terjadi pada lansia dapat mengakibatkan terganggunya atau menurunnya kualitas hidup pada lansia. Kemunduran yang paling banyak ditemukan adalah menurunnya kemampuan memori daya ingat (Foster, 2011). Dengan bertambahnya umur nampaknya faktor resiko menderita demensia juga akan meningkat. Orang berumur 65 tahun ke atas mempunyai resiko 11 % dan umur 85 tahun keatas resiko semakin besar yaitu 25%-47%. Penelitian yang dilakukan pada tahun 1998 menyatakan bahwa Alzheimer menyerang mereka yang berusia diatas 50 tahun, sementara di Indonesia usia termuda yang mengalami penyakit ini berusia 56 tahun. Diperkirakan sebesar 5 % lansia yang berumur 65 70 tahun menderita dimensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahunnya hingga mencapai lebih 45% pada lansia usia diatas 85 tahun (Wibowo, 2007). Prevalensi gangguan kognitif meningkat sejalan dengan 3

bertambahnya usia, kurang dari 3% terjadi pada kelompok usioa 65-70 tahun dan lebih dari 25% terjadi pada kelompok usia 85 tahun ke atas ( WHO, 1998). Perubahan perubahan yang terjadi pada lansia dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh. Kemampuan keseimbangan berkurang seiring penambahan usia karena perubahan pada sistem saraf pusat atau neorologis, sistem sensori seperti sistem visual, vestibuler dan propiosepsi serta sistem muskuloskeletal (Miller, 2004). Keseimbangan merupakan kemampuan yang dibutuhkan untuk mempertahankan posisi dan stabilitas baik saat kondisi statis maupun dinamis atau ketika bergerak dari satu posisi ke posisi yang lain seperti saat berdiri, duduk, transit dan berjalan (Delitto, 2003). Di kalangan para lansia penurunan fungsi kognitif merupakan penyebab terbesar terjadinya ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas normal seharihari, dan juga merupakan alasan tersering yang menyebabkan terjadinya ketergantungan terhadap orang lain untuk merawat diri sendiri (care dependence) pada lansia (Reuser et all., 2011). Tanpa adanya upaya pencegahan yang efektif, peningkatan jumlah populasi lansia akan mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah penduduk dengan demensia (Ferri et al., 2005). Salah satu faktor yang diperkirakan mempengaruhi fungsi kognitif adalah aktifitas fisik termasuk mobilitas. Beberapa studi melaporkan bahwa usia lanjut yang mengalami kesulitan pergerakan fisik atau gangguan gerak, akan terjadi perbedaan dalam skor fungsi kognitif (Yaffe et al., 2001). Larson dkk. (2006) melakukan studi prospektif untuk mengetahui hubungan antara latihan fisik yang berkesinambungan dan penurunan resiko demensia dan Alhzeimer Dementia.. 4

Mereka menyimpulkan bahwa latihan yang berkesinambungan berhubungan dengan resiko terjadinya demensia dan penyakit Alzheimer pada penyakit paruh baya dimana orang orang yang melakukan tiga kali atau lebih per minggu resiko menderita demensia menurun dibandingkan dengan orang yang melakukan latihan fisik kurang tiga kali perminggu. Beberapa tipe latihan diduga dapat menurunkan terjadinya gangguan yang berhubungan dengan lansia seperti Alzheimer Disease dan Demensia Vasculer. Kenyataannya banyak studi yang menjelaskan bahwa aktivitas fisik dapat mencegah fungsi kognitif yang lambat (Foster dkk. 2011). Aktivitas fisik bermanfaat mempengaruhi fungsi kognitif usia paruh baya. Dan juga merupakan sebagai pencegahan terhadap gangguan fungsi kognitif dan demensia (Sarah dkk. 2014). Berbagai studi ilmiah telah membuktikan bahwa proses penuaan otak dapat diperlambat dengan berbagai cara yaitu antara lain aktivitas fisik, stimulasi mental dan aktifitas sosial. Penelitian menunjukkan bahwa kelompok lansia yang mendapatkan berbagai program kegiatan stimulasi otak yang menyenangkan, memiliki fungsi kognitif jauh lebih baik dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapatkan stimulasi apapun atau dengan obat-obatan saja (Howe et al., 2008). Menurut data Susenas, BPS tahun 2007, Bali merupakan propinsi ke tiga setelah DI Yogyakarta dan Jawa Tengah yang memilki persentase lansia terbesar di Indonesia. Di wilayah Puskesmas II Denpasar Barat, telah dibentuk kelompok kelompok posyandu lansia yang dibina oleh pemegang program lansia Puskesmas, 5

kader posyandu lansia dan PKK. Jumlah sasaran baik pra lansia dan lansia meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2012 jumlah sasaran lansia (usia > 60 tahun) di Puskesmas II Denpasar Barat berjumlah 3. 545 orang (3,9% dari jumlah penduduk), pada tahun 2013 berjumlah 3.898 orang ( 4,0 % dari jumlah penduduk) dan pada tahun 2014 berjumlah 4.135 orang ( 4,1% dari jumlah penduduk). Program kesehatan lansia adalah Upaya Kesehatan Wajib yang dilakukan oleh Puskesmas II Denpasar Barat dengan kegiatan di dalam dan di luar gedung. Kegiatan didalam gedung berupa pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, sedangkan kegiatan diluar gedung dilakukan pada posyandu lansia. Desa Dauh Puri Kauh adalah salah satu dari enam desa yang ada di wilayah Puskesmas II Denpasar Barat dengan jumlah lansia sebanyak 703 orang memiliki enam Posyandu Lansia dimana tiga posyandu mengadakan senam lansia dan tiga posyandu lainnya tidak melakukan senam lansia, dengan jumlah kader posyandu lansia sebanyak 30 orang. Desa Dauh Puri Kauh dipilih sebagai tempat penelitian dikarenakan di desa tersebut frekwensi senam lansianya tiga kali dalam seminggu dibanding desa lainnya. Kegiatan program lansia yang dilakukan pada posyandu lansia adalah senam lansia, pemeriksaan kesehatan dan pemberian makanan tambahan. Jenis senam yang diberikan berupa jenis Senam Kesegaran Jasmani (SKJ) lansia. Jumlah kunjungan pra lansia dan lansia di Desa Dauh Puri Kauh per bulan selama tahun 2014 berkisar 25-30 orang. Rendahnya kunjungan lansia di posyandu disebabkan lansia belum memahami pentingnya posyandu terutama manfaat senam lansia dalam mencegah gangguan fungsi kognitif. Hasil wawancara yang 6

dilakukan terhadap kader ditemukan beberapa lansia yang sudah mengalami pikun dan gangguan mengingat, serta beberpa lansia mengalami jatuh. Selama ini belum pernah dilakukan evaluasi pengaruh SKJ lansia tersebut terhadap peningkatan stimulasi otak ( fungsi kognitif) dan keseimbangan tubuh lansia. Walaupun diketahui dari penelitian sebelumnya bahwa kegiatan fisik akan mempengaruhi kebugaran fisik tetapi apakah senam yang selama ini diberikan dapat meningkatkan fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh lansia? Maka dari itu peneliti ingin mengetahui sejauh mana program SKJ lansia yang diajarkan tersebut berpengaruh terhadap fungsi stimulus fungsi otak lansia yang secara langsung berpengaruh terhadap fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh lansia. Di Bali sendiri telah dikembangkan SKJ lansia yang diajarkan di posyandu-posyandu lansia. Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan melakukan SKJ lansia. Gerakan gerakan ringan dengan permainan melalui olah tangan dan kaki dapat memberikan rangsangan atau stimulus otak dan kebugaran lansia (Turana, 2013). Penelitian lain terhadap senam lansia di Panti Werdha Wana Seraya Denpasar menunjukkan bahwa Senam Tera Indonesia secara bermakna dapat meningkatkan kebugaran jantung paru lansia, hal tersebut sejalan dengan penelitian terhadap senam lansia di Bali juga berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi (Parwati, 2013). Akan tetapi penelitian pengaruh senam lansia terhadap fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh lansia di Bali, belum penulis dapatkan informasinya, untuk itulah penulis perlu mengadakan penelitian tersebut. Dan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Menado dengan judul gambaran fungsi kognitif dan keseimbangan 7

pada lansia dikota Manado ditemukan bahwa lansia yang mengalami gangguan kognitif sebesar 93,6% (Ramdhani, 2012). Maka dari itu peneliti ingin mengetahui sejauh mana program senam lansia yang diajarkan tersebut berpengaruh terhadap peningkatan stimulus fungsi otak lansia yang secara langsung berpengaruh terhadap fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh lansia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan dari uraian di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : a. Bagaimana gambaran karakteristik lansia di posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh? b. Apakah ada hubungan SKJ lansia dengan fungsi kognitif di posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh? c. Apakah ada hubungan SKJ lansia dengan keseimbangan tubuh lansia di posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh? d. Apakah ada perbedaan fungsi kognitif pada lansia yang melakukan SKJ lansia dengan lansia yang tidak melakukan SKJ lansia? e. Apakah ada perbedaan keseimbangan tubuh lansia pada lansia yang melakukan SKJ lansia dengan lansia yang tidak melakukan SKJ lansia? f. Apakah faktor yang berpeluang berhubungan dengan fungsi kognitif lansia di posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh? g. Apakah faktor yang berpeluang berhubungan dengan keseimbangan tubuh di posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh 8

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara SKJ lansia dengan fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh lansia pada kelompok lansia di desa Dauh Puri Kauh. 1.4.2 Tujuan Khusus Melalui kegiatan penelitian ini dapat diketahui : a. Gambaran karakteristik lansia di posyandu lansia Desa dauh Puri Kauh b. Hubungan antara SKJ lansia dengan fungsi kognitif lansia di posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh. c. Hubungan antara SKJ lansia dengan keseimbangan tubuh di posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh. d. Perbedaan fungsi kognitif lansia dari dua kelompok lansia, yaitu kelompok yang melakukan SKJ lansia dan kelompok yang tidak melakukan SKJ di posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh. e. Perbedaan keseimbangan tubuh lansia dari dua kelompok lansia, yaitu kelompok yang melakukan SKJ lansia dan kelompok yang tidak melakukan senam SKJ di posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh. f. Faktor-faktor yang berpeluang berhubungan dengan fungsi kognitif di posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh. g. Faktor-faktor yang berpeluang berhubungan dengan keseimbangan tubuh lansia di posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh. 9

1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini bermanfaat untuk : 1.5.1 Manfaat Teoritis a. Memberikan informasi yang berguna untuk menambah ilmu pengetahuan. b. Hasil penelitian ini dapat mendorong dan membantu penelitian lebih lanjut dalam hal pengembangan metode penelitian. 1.5.2 Manfaat Praktis a. Bagi Lansia dan Komunitas di Desa Dauh Puri Kauh Manfaat hasil penelitian ini bagi lansia dan keluarga adalah sebagai informasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan fungsi kognitif dan keseimbangan lansia. Hasil penelitian ini juga dapat memberikan masukan kepada komunitas untuk dapat meningkatkan pengetahuan tentang pengaruh senam terhadap fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh sehingga mampu berperan sebagai penggerak para lansia untuk rajin melakukan senam lansia. b. Bagi Puskesmas II Denpasar Barat Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi pemegang program lansia, untuk mengajarkan SKJ lansia pada seluruh kelompok posyandu lansia. c. Bagi Dinas Kesehatan Mempersiapkan informasi yang berguna untuk mengambil keputusan, merumuskan kebijakan dan membuat perencanaan dalam program lansia. 10