BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL 1

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

DADANG SUPARDAN JURS. PEND. SEJARAH FPIPS UPI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa. dari kemajuan ilmu dan teknologi yang menuntut lembaga-lembaga untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan guru dalam mengembangkan kemampuan siswa SD khususnya. bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

Dasar-dasar Pembelajaran Fisika

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

BAB I. PENDAHULUAN. belajar. Membelajarkan siswa yaitu membimbing kegiatan siswa belajar,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan ilmu atau pengetahuan. Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasanah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed.

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI PANAS

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan

BAB I. kedewasaan. Purwanto (2007: 10) menyatakan pendidikan ialah pimpinan yang

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dengan menempuh perbaikan di bidang pendidikan. Pendidikan

Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi setiap saat

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia

BAB II PEMBELAJARAN CONTEXTUAL, PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA, MATERI MENYELESAIKAN MASALAH BERKAITAN DENGAN PECAHAN

YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat Kab.Kediri

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Apa itu CTL? M n e g n a g p a a p a h a h r a us u s C TL

YUNICA ANGGRAENI A

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah proses penemuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. intelektual siswa. Dalam lembaga formal proses reproduksi sistem nilai dan budaya

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

BAB I PENDAHULUAN. muncul karena ia membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh sehingga anak lebih dewasa. Berbagai upaya telah dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nendi Rohaendi,2013

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

Staf Pengajar pada Jurusan Pendidikan Sejarah, FIS, UNY.

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

BAB I PENDAHULUAN. yang mereka hadapi dalam sebuah teori common sense menyatakan bahwa,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUALSISWA KELAS IV SDI RAI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

I. PENDAHULUAN. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai berperan penting

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

BAB I PANDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ZULFA SAFITRI A54F100040

Kata kunci: Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Hasil belajar matematika ranah afektif dan ranah kognitif.

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan hidup, baik yang bersifat manual, mental maupun sosial. Pendidikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan memegang peranan yang penting.

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan melalui ceramah akan sulit diterima oleh siswa dan

BAB I PENDAHULUAN. saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. 1

Drs. H. MAHDUM MA, M.Pd. Dosen Bahasa Inggris FKIP UNRI Hp , Fax: (0761)

Transkripsi:

- 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangatlah penting bagi manusia karena didalam pendidikan, maka akan mendapatkan berbagai macam pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar, proses inilah yang menghasilkan perubahan-perubahan tersebut. Ini sesuai dengan pernyataan G. Thompson (2007: 13) yang dikutip oleh Hera menyatakan bahwa : Pendidikan adalah pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang menetap di dalam kebiasaan-kebiasaan, pemikiran, sikap-sikap, dan tingkah laku. Dengan demikian, jelaslah bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan setiap manusia. Dengan pendidikan manusia dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya untuk dapat diterapkan didalam kehidupan seseorang. Oleh karena itu, kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi anak usia sekolah perlu ditingkatkan terutama pada tingkat Sekolah Dasar. Karena pada tingkat Sekolah Dasar seseorang mulai menerima berbagai pengetahuan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan yang paling dasar dalam pendidikan formal. Di dalam pendidikan Sekolah Dasar, siswa mulai mempelajari

- 2 - dan memahami apa saja yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang telah diajarkan di Sekolah Dasar. Di dalam Kurikulum pendidikan sekolah dasar terdapat beberapa mata pelajaran pokok yang harus dikuasai siswa. Salah satunya adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau yang lebih dikenal saat ini Sains merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Di tingkat SD diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan Kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 37 ayat (1) tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa, Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat : a. Pendidikan Agama; b. Pendidikan Kewarganegaraan;

- 3 - c. Bahasa; d. Matematika; e. Ilmu Pengetahuan Alam; f. Ilmu Pengetahuan Sosial; g. Seni dan Budaya; h. Pendidikan Jasamani dan Olahraga; i. Keterampilan/Kejujuran; dan j. Muatan Lokal (Depdiknas, 2003:18). Dalam Undang-Undang di atas tampak jelas bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan disekolah-sekolah terutama sekolah dasar. Pendidikan IPA diharapkan mampu mengembangkan nilai, sikap serta keterampilan siswa untuk dapat menelaah kehidupan di masyarakat yang dihadapi sehari-hari. Pembelajaran IPA sebaiknya secara inkuiri ilmiah (scientificinquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek yang penting kecakapan hidup. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SD menekankan pada pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan pencapaian Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)

- 4 - didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi guru. Di dalam pembelajaran IPA terdapat materi yang menjelaskan tentang energi panas dan bunyi. Energi tidak dapat dilihat tetapi pengaruhnya dapat dirasakan. Semua yang dapat menimbulkan panas disebut sumber eneri panas. Energi panas sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Sedangkan Bunyi dihasilkan oleh sebuah sumber bunyi, yaitu benda yang bergetar. Untuk memahami fenonema bahwa bunyi ditimbulkan dari sebuah benda yang bergetar, seperti petir yang menggelegar, ataupun dari alat yang dapat dipukul dan gitar yang dipetik. Untuk itu di dalam pembelajaran IPA seorang guru harus menggunakan metode, pendekatan model pembelajaran dan strategi yang tepat agar apa yang dipelajari oleh siswa dapat dimengerti dengan baik. Umumnya kekurang berhasilan pembelajaran yang dilakukan pada SD Negeri Pataruman di antaranya disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman guru terhadap model pembelajaran yang tepat, dan kurang tersedianya perangkat pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran dan perangkat pembelajaran yang dimaksud adalah, yang bisa meningkatkan kemampuan akademik, melatihkan keterampilan berbicara, sekaligus menanamkan moralitas kepada siswa. Secara teoritis, untuk mengatasi permasalahan tersebut di antaranya dengan mengembangkan model pembelajaran kontekstual.

- 5 - Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, pemerintah telah melakukan perubahan sistem pendidikan nasional dengan lahirnya Undang- Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Perubahan tersebut jelas berimbas terhadap subsistem pendidikan lainnya, seperti otoritas guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai cara dan upaya untuk membelajarkan siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Terdapat pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam proses belajarmengajar di sekolah, salah satunya adalah pendekatan pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang akan dipelajari dan menghungkannya dengan kehidupan nyata, melalui proses

- 6 - pengalaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek efektif dan juga psikomotorik. CTL merupakan pendekatan pembelajaran yang menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata siswa. Untuk itu pendekatan CTL dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran IPA di sekolah, agar siswa termotivasi untuk memahami dan mencari sendiri setiap makna yang dipelajari oleh siswa. Akan tetapi pendekatan pembelajaran CTL, saat ini masih belum banyak digunakan oleh guru dalam pembelajaran IPA. Pengajaran IPA di SD Negeri Pataruman Cianjur disesuaikan dengan kurikulum IPA yang berlaku, baik tujuan maupun struktur materi. Tetapi pengajaran hanya terbatas pada produk atau fakta, konsep dan teori saja. Padahal IPA itu sendiri terdiri dari tiga komponen yaitu produk, proses, dan sikap. Di kelas IV SD Negeri Pataruman Cianjur yang merupakan tempat penelitian, sebelum diterapkannya pendekatan pembelajaran konstektual, guru masih memakai strategi lama yaitu dengan strategi pembelajran konvensional (Stradisional) dimana siswa hanya dijejali materi pelajaran yang penuh dengan hapalan-hapalan yang tidak bermakna, karena siswa hanya dijejali dengan konsepkonsep pembelajaran yang sangat abstrak. Siswa SD berusia antara 7-11 yang pada umumnya berada pada taraf perkembangan intelektual operasional konkrit. Pada fase ini anak mampu melakukan operasi atau berpikir logis hanya dengan

- 7 - kehadiran benda-benda konkrit, bukan hanya cukup dengan konsep-konsep yang dihapalkan. Sebelum melakukan penelitian, hasil pengamatan menunjukan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas IV SDN Pataruman Cianjur, masih belum mencapai ketuntasan minimal belajar yaitu 60 dari 46 orang siswa hampir 50% siswa yang belum mencapai ketuntasan minimal belajar. Hal ini dikarenakan kegiatan pembelajaran IPA di kelas IV SDN Pataruman Cianjur, masih menerapkan pembelajaran yang bertujuan mengejar target kurikulum dengan mengadalkan buku sumber IPA kelas IV sebagai pegangan utamanya. Selain itu pembelajaran IPA di Sekolah Dasar sekarang ini adalah pembelajaran IPA yang terbatas pada produk, fakta, konsep dan teori saja, sehingga siswa menganggap IPA adalah pelajaran yang harus dihapal. Dalam kenyataan dilapangan yaitu saat proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas lebih didominasi oleh kegiatan guru dengan menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas kepada siswa, sehingga sebagian siswa mengeluh ketika pembelajaran IPA dilakukan, seperti malas belajar, membosankan (jenuh), kurang bergairah, dan tidak menarik. Contextual Teaching and Learning disingkat dengan CTL, dimana siswa belajar untuk mencari sendiri makna dari apa yang telah dipelajarinya dan guru hanya bersifat sebagai pembimbing atau fasilitator saja, sehingga siswa termotivasi untuk berfikir kritis dalam memahami sesuatu malaui apa yang dipelajarinya. Berdasarkan kondisi riil tersebut diatas, penulis tertarik melakukan

- 8 - penelitian dengan judul Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Pada Materi Energi Panas Dan Bunyi Terhadap Siswa Kelas IV SD Negeri Pataruman Cianjur, sehingga diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana perencanaan dengan menggunakan pendekatan CTL pada siswa kelas IV SD Negeri Pataruman Cianjur dalam pembelajaran IPA materi energi panas dan materi energi bunyi? 2. Bagaimana penerapan pendekatan CTL pada siswa kelas IV SD Negeri Pataruman Cianjur dalam pembelajaran IPA materi energi panas dan materi energi bunyi? 3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada kelas IV SD Negeri Pataruman Cianjur dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan CTL pada materi energi panas dan bunyi? C. Tujuan 1. Secara Umum.

- 9 - Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk memperoleh gambaran umum tentang penerapan pendekatan CTL untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. 2. Secara Khusus. Penelitian ini bertujuan untuk : a. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan dengan menggunakan pendekatan CTL pada siswa kelas IV SD Negeri Pataruman Cianjur dalam pembelajaran IPA materi energi panas dan materi energi bunyi. b. Untuk mengetahui bagaimana penerapan pendekatan CTL pada siswa kelas IV SD Negeri Pataruman Cianjur dalam pembelajaran IPA materi energi panas dan materi energi bunyi. c. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada kelas IV SD Negeri Pataruman Cianjur dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan CTL pada materi energi panas dan bunyi. D. Manfaat Penelitian Pendidikan sebagai ilmu relatif masih baru dibandingkan dengan ilmu-ilmu sosial lainnya seperti Sosiologi, Antropologi, Psikologi, dan lain-lain. Oleh sebab itu banyak teori-teori pendidikan, konsep-konsep dan prinsip yang digunakan dalam pendidikan, pada dasarnya merupakan aplikasi dari teori, konsep dan prinsip dalam Psikologi (Nana Sujana dan Ibrahim, 2010: 3). Adapun manfaat penelitian ini terutama bagi penulis adalah sebagai berikut :

- 10-1. Manfaat Guru. Penelitian ini dapat memberikan pandangan dan wawasan mengenai penggunaan dengan cara pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam pembelajaran IPA, mengembangkan pembelajaran alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa, serta merubah pola pikir dan memacu semanat guru untuk mengemas pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan. 2. Manfaat Siswa. Penelitian ini dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk memahami lebih luas lagi terhadap pelajaran IPA, memberikan pengalaman kepada siswa melalui pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning), dan mengembangkan potensi eksploitasi pada anak terhadap lingkungan sekitarnya. 3. Penulis. Mengembangkan ilmu pengetahuan penulis selama melakukan penelitian atau observasi khususnya dalam bidang Pelajaran IPA dengan menggunakan cara penerapan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning), sehingga siswa dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan cara CTL. E. Definisi Operasional

- 11-1. Dalam penelitian ini penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), bertujuan untuk mengatasi masalah pembelajaran yang ada di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pataruman Cianjur, seperti pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif sehingga diperoleh hasil belajar yang maksimal. 2. Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru menghubungkan antara materi pelajaran yang akan diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. (Kunandar: 1994: 104). 3. Hasil belajar adalah kemampuan siswa setelah menerima pembelajaran. Fokus hasil belajar pada penelitian ini adalah skor yang diperoleh siswa untuk setiap tahapan Contextual Teaching and Learning (CTL)setelah proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran adalah proses belajar mengajar dari guru kepada siswa, sehingga adanya perubahan pada siswa dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa. Adapun cara tahapan CTL tersebut adalah : a. Konstruktivisme. 1) Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal.

- 12-2) Pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. b. Inquiry. 1) Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman. 2) Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis. c. Questioning (Bertanya). 1) Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. 2) Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry. d. Learning Community (Masyarakat Belajar). 1) Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar 2) Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri. 3) Tukar pengalaman. 4) Berbagi ide. e. Modeling (Pemodelan). 1) Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar. 2) Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya. f. Reflection (Refleksi). 1) Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari. 2) Mencatat apa yang telah dipelajari.

- 13-3) Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok. g. Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya). 1) Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa. 2) Penilaian produk (kinerja). 3) Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual. 4. IPA merupakan mata sains di Sekolah Dasar diberikan kepada siswa untuk mencari tahu dan untuk memahami alam sekitarnya secara lebih mendalam. 5. Hasil dari pembelajaran IPA adalah siswa dapat mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains, teknologi, masyarakat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 6. Energi panas adalah energi yang dapat menimbulkan panas. Panas tersebut bisa ditimbulkan dari gesekan seperti gesekan dari kedua telapak tangan. 7. Pada dasarnya, benda atau alat yang dapat menimbulkan bunyi disebut sumber bunyi, benda dapat mengeluarkan bunyi karena bergetar. F. Hipotesis Tindakan Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, dan definisi operasional yang ada, maka dapatlah dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : Apabila Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Pada

- 14 - Materi Energi Panas Dan Bunyi Terhadap Siswa Kelas IV SD Negeri Pataruman Cianjur, maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.