kembali melalui pemeriksaan latar belakang dan serangkaian langkah lainnya, namun di saat yang bersamaan tetap mempertahankan dan menjunjung tinggi

dokumen-dokumen yang mirip
Skripsi RENCANA KOMPREHENSIF NOW IS THE TIME UNTUK MENGURANGI KEKERASAN BERSENJATA API DI AMERIKA SERIKAT

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

Second Amendment, Cornell University Law School, diakses 18 Agustus 2015

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah korban yang terus meningkat setiap tahun (Valdez and Ferguson

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI PENUTUP. perusakan dan pembakaran. Wilayah persebaran aksi perkelahian terkait konflik

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi yang relevan bagi investor dalam berinvestasi di pasar modal dan bagi

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

Pemungutan Suara In Absentia dan Pemungutan Suara Lebih Awal: Tren yang Terus Tumbuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai

BAB V KESIMPULAN. julukan The Punisher atas janji-janjinya untuk menangkap seluruh Bandar dan

Marketing Politik; Media dan Pencitraan di Era Multipartai, oleh Roni Tabroni Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta

BAB V KESIMPULAN. menolak Islamophobia karena adanya citra buruk yang ditimbulkan oleh hard

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

ZULHEFI Berubah untuk Menang? Strategi Pemasaran yang Digunakan Partai Buruh Brazil pada Pemilu Tahun Josiane Cotrim-Macieira

HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda *

MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. bahaya narkotika, ilegal fishing, dan perusakan lingkungan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PASANGAN CALON TUNGGAL DALAM PILKADA, PERLUKAH DIATUR DALAM PERPPU? Oleh: Zaqiu Rahman *

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, politik merupakan kegiatan yang dekat

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

BAB V KESIMPULAN. BAB V merupakan bab yang berisi kesimpulan-kesimpulan dari setiap

Grafik 1. Area Bencana

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat.

BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI. Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

BAB IX PENUTUP IX.1. Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing, korban jiwa

BAB I PENDAHULUAN. kampanye, khususnya kampanye pemasaran sosial (social marketing campaign)

Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan aplikasi berbagai disiplin ilmu manajemen seperti marketing. Hal

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ETIKA DAN TATA TERTIB PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS

Bab I. Pendahuluan. proses pengambilan keputusan antara lain dengan melalui kampanye politik sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. kandidat presiden juga memanfaatkan media online termasuk di dalamnya

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

MUHAMMAD ARIF SYUHADA Program Studi Magister

BAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia

BAB V PENUTUP A. K esimpulan

AMANDEMEN UUD 45 UNTUK PENGUATAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) SEBUAH EVALUASI PUBLIK. LEMBAGA SURVEI INDONESIA (LSI)

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA

GAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial

PRESENTASI KEPRIBADIAN CAPRES. Keterpilihan Susilo Bambang Yudhoyono dalam pemilu presiden tahun

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menerapkan konsep, strategi dan teknik-teknik public relations salah satunya

Perspektif Etik dalam Komunikasi Persuasif

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Komentar Global Witness untuk konsultasi publik mengenai Rancangan Undang- Undang (RUU) Dana Minyak Timor Leste.

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi.

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002

I. PENDAHULUAN. manusia menjadi semakin beragam dan kompleks sifatnya. Berbagai hal sebisa

Pernyataan Misi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di

Rethinking Corporate Crime

BAB I PENDAHULUAN. Media massa berkembang pada tahun 1920-an atau 1930-an (McQuail,

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II EPIDEMI KOKAIN DARI KOLOMBIA KE AMERIKA SERIKAT. Kolombia merupakan negara penghasil sebagian besar kokain di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan

KONSTRUKSI PEMIMPIN NASIONAL DALAM SURAT KABAR HARIAN KOMPAS. (Analisis Framing Laporan Jajak Pendapat KOMPAS dengan Topik

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

HUKUMAN MATI dari SISI HAK ASASI MANUSIA. Roichatul Aswidah, Jakarta, 18 Agustus 2016

BAB I PENDAHULUAN. salah satu isu menarik di luar isu-isu lain seperti isu-isu tentang keamanan dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dalam sebuah karya sastra, namun berkaitan dengan hal-hal yang dianggap sangat

PELARANGAN ATAU REGULASI NAPZA?

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada dekade terakhir, organisasi (perusahaan) yang sebelumnya lebih

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama.

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja

BAB I PENDAHULUAN. yang kerap digunakan dalam konteks politik di Indonesia. Aksi saling serang antar

Pelajaran dari Kasus Pansus Bank Century

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kelompok progresif

Hukum Acara Pembubaran Partai Politik. Ngr Suwarnatha

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang masalah

Badai sandy yaitu sesuatu siklon tropis yang menerjang beberapa karibia, amerika serikat mid-atlantik serta timur laut pada akhir oktober 2012.

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011

Komunikasi risiko 1 LAMPIRAN 2. Definisi dan tujuan

Transkripsi:

menugaskan Biden dalam memimpin tim kerja yang bertanggung jawab mengumpulkan rekomendasi kebijakan dari berbagai pihak dapat dilihat sebagai penyatuan aliran-aliran tersebut dan menjadikan Obama-Biden sebagai pengusaha kebijakan. Pertemuan yang dilakukan Biden dengan Brady Campaign dan para keluarga serta korban selamat dari kekerasan bersenjata api pada tanggal 9 Januari 2013 menghasilkan proposal kebijakan yang disebut sebagai Now is the Time. Akhirnya, isu kekerasan dalam aliran masalah dan perdebatan terkait senjata api dalam aliran politik dipertemukan dengan Now is the Time yang diajukan Obama ke Kongres pada 17 Januari 2013. Proses pengajuan ini yang disebut sebagai pembukaan jendela kesempatan karena perubahan dalam kebijakan senjata api dan berkurangnya kekerasan bersenjata api kemungkinan dapat terjadi. Kesimpulan Proses rencana komprehensif Now is the Time diawali dengan munculnya faktorfaktor yang terdapat pada teori multiple streams yang terdiri atas masalah, politik, dan kebijakan. Ketiga aliran ini mempengaruhi tahap penyusunan agenda dalam proses pembuatan kebijakan pemerintahan Barack Obama yang memperhatikan isu kekerasan bersenjata api. Isu ini muncul sebagai permasalahan serius di Amerika Serikat pada era kontemporer karena terjadinya pergeseran fenomena sosial terkait kepemilikan senjata api. Dahulunya, kepemilikan senjata api diterima secara baik oleh masyarakat dan disepakati oleh para pendiri AS sebagai hak yang dilindungi dalam Amandemen Kedua dari Bill of Rights pada tahun 1791. Ia bertujuan melindungi kebebasan sipil dari ancaman terbentuknya pemerintahan tirani, urusan rekreasi dan olahraga, serta untuk perlindungan diri. Namun, kondisi berubah setelah senjata api digunakan sebagai sarana untuk melakukan tindak kriminal yang membahayakan keamanan publik maupun aktor-aktor politik. Hal ini membuat kepemilikan senjata api menjadi masalah penuh dengan perdebatan hingga sekarang. Bagian awal dalam aliran masalah dapat menjelaskan mengapa kepemilikan senjata api berubah menjadi permasalahan di AS. Hal ini dilihat melalui tiga cara, yaitu pemaknaan nilai, perbandingan dengan negara lain, dan kategorisasi masalah. Ideologi liberal dari Partai Demokrat yang menjadi latar belakang politik Obama memercayai pentingnya mendukung perubahan dan menggunakan peran pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Kekerasan bersenjata api yang terjadi di AS dianggap Obama berkaitan dengan rendahnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan mental publik serta lemahnya tingkat keamanan sekolah, sehingga Obama melihat bahwa kepemilikan senjata api perlu diatur 32

kembali melalui pemeriksaan latar belakang dan serangkaian langkah lainnya, namun di saat yang bersamaan tetap mempertahankan dan menjunjung tinggi Amandemen Kedua. Pandangan Obama ini juga dapat dihubungkan dengan kategorisasi masalah yang saat ini menempatkan senjata api sebagai topik yang berkaitan dengan media kekerasan atau kriminalitas. Kategorisasi ini turut didorong oleh pandangan kelompok kolektivis yang percaya bahwa Amandemen Kedua perlu dipahami secara utuh. Dengan demikian, kepemilikan senjata api merupakan hak yang diperuntukkan bagi milisi yang kemudian digantikan perannya oleh kepolisian dan militer di era kontemporer. Pandangan ini semakin menggeser pemikiran tradisional mengenai hak senjata api secara individualis dan menempatkan hal tersebut sebagai masalah, terutama ketika jatuh ke tangan orang yang salah. Perbandingan dengan negara lain memberikan penekanan yang lebih konkret kepada isu masalah senjata api di Amerika Serikat. Sebagai negara dengan tingkat kepemilikan senjata api tertinggi di dunia, AS tidak secara otomatis memiliki permasalahan paling serius terkait kekerasan bersenjata api. Namun, dengan melihat tingkat pembunuhan bersenjata api di AS yang empat kali lebih tinggi dibandingkan Swiss atau 20 kali lipat dibandingkan negara-negara maju lainnya, menunjukkan bahwa AS merupakan negara maju yang memiliki permasalahan paling serius terkait kriminalitas atau kekerasan bersenjata api di dunia. Melalui penjelasan sebelumnya dapat dipahami bahwa kepemilikan senjata api telah berubah menjadi permasalahan yang berkaitan dengan keamanan di AS. Tingginya kepemilikan dan perdagangan senjata api di AS cukup menggambarkan bahwa bisnis dan aspek sosiokultural dalam sektor ini akan berpotensi terdampak secara signifikan ketika peraturan terkait senjata api dapat diberlakukan. Selain itu, walaupun data statistik tingkat pembunuhan secara keseluruhan menunjukkan penurunan yang cukup signifikan, pembunuhan bersenjata api masih menjadi penyebab kematian sebanyak 2/3 dari total kasus. Kasus bunuh diri menggunakan senjata api dari tahun 1993-2009 masih berada pada posisi yang sama, yaitu di kisaran 18.000 kasus untuk segala umur. Sedangkan bagi remaja yang berumur tidak lebih dari 18 tahun, pembunuhan masih menjadi kasus terbanyak dari keseluruhan kekerasan bersenjata api pada periode 1993-2009. Salah satu insiden kekerasan senjata api adalah penembakan di Sekolah Dasar Sandy Hook, Newtown, Connecticut yang menewaskan 20 korban berusia 6-7 tahun. Tragedi ini merupakan fokus kejadian yang merupakan cara kedua dalam melihat bagaimana kekerasan bersenjata api menjadi masalah serius di AS. Selain terjadi hanya beberapa bulan setelah penembakan di Aurora dan di saat penembakan masal berada pada tingkatan tertinggi sejak tahun 1982, tragedi ini turut menarik perhatian media untuk menyoroti dari sisi emosional 33

dan moral serta membentuk opini publik mengenai langkah pemerintah Obama yang tidak bertindak banyak. Ini mengarah kepada feedback sebagai cara ketiga dengan mengevaluasi kebijakan. NFA dan GCA yang selanjutnya diperbarui setelah Brady Handgun Violence Prevention Act disetujui merupakan dua kebijakan yang hingga saat ini berlaku dalam mengatur kepemilikan dan perdagangan senjata api di AS. Namun, kedua peraturan tersebut masih belum mampu mengurangi dan mencegah kekerasan bersenjata api terulang kembali. Kasus-kasus seperti straw purchasing, pencurian, dan pameran-pameran senjata api yang tidak memerlukan pemeriksaan latar belakang pada saat transaksi mempermudah akses pihak-pihak yang dilarang dalam memiliki senjata api, termasuk senjata serang dan senjata api bergaya militer yang sempat dilarang dalam the Violent Crime Control Act and Law Enforcement Act dari tahun 1994 hingga 2004 karena memiliki tingkat fatalitas tinggi saat dipergunakan. Aliran masalah yang menekankan pada hubungan kepemilikan dan kekerasan bersenjata api menggambarkan bahwa isu tersebut merupakan masalah yang seharusnya telah menjadi perhatian pemerintah untuk ditindaklanjuti. Aliran politik yang menekankan pada perdebatan peraturan politik melalui penjelasan di tiga hal struktur pemerintahan, national mood, dan kekuatan politik terorganisir ikut memengaruhi bagaimana isu kekerasan bersenjata api dapat masuk ke dalam proses penyusunan agenda pemerintah. Terpilihnya kembali Obama sebagai presiden pada pemilu 2012 dan kursi Senat yang kembali dikuasai secara mayoritas oleh Partai Demokrat membuat upaya untuk mengetatkan peraturan senjata api dapat secara relatif lebih mudah dilakukan. Hal ini yang mendasari pembentukan Now is the Time. Kepemimpinan Obama yang memandang penting langkah untuk menindaklanjuti masalah kekerasan bersenjata api sangat berperan besar dalam isu ini. Kemenangan presiden petahana dalam pemilu turut mempengaruhi national mood di AS. Pemberitaan yang intensif dari media terkait penembakan masal di Newtown juga menjadi katalis terhadap pembentukan opini publik yang menekan pemerintah agar melakukan tindakan nyata terhadap kekerasan bersenjata api. Hal ini dibuktikan dengan hasilhasil survei yang memperlihatkan bahwa dukungan masyarakat terhadap pengetatan kontrol senjata api meningkat drastis di tahun 2012. Walaupun kontrol yang dimaksud cenderung dalam konteks siapa yang tidak diperbolehkan memiliki senjata api dan memperkuat pemeriksaan latar belakang dalam transaksi pembelian senjata api, sebagian besar masyarakat masih menolak ketika dihadapkan kepada pelarangan senjata api secara umum. Opini publik, pemberitaan media, dan posisi pemerintah bersama-sama menciptakan national mood yang menginginkan perubahan agar tragedi penembakan tidak kembali terjadi. Ini turut didukung 34

oleh Brady Campaign to Prevent Gun Violence, kelompok kepentingan yang menginginkan adanya penguatan kontrol senjata api di AS. Brady Campaign telah melakukan berbagai macam upaya agar pemerintah dapat mengetatkan peraturan mengenai senjata api, termasuk memberikan rapor merah kepada pemerintahan Obama pada tahun 2010 karena telah absen dalam upaya menindak kekerasan bersenjata api. Kendati demikian, Brady Campaign tetap mendukung segala upaya untuk menghadapi masalah tersebut, sehingga setelah Obama menyatakan komitmennya untuk menyikapi kekerasan bersenjata api pascapenembakan Newtown, Brady Campaign mengapresiasi Obama dan membantu pemerintah dalam membuat proposal kebijakan yang kemudian dikenal sebagai Now is the Time. Namun, langkah Obama mendapatkan penentangan dari pihak oposisi yang berkontribusi terhadap pembentukan inersia, terutama dari kelompok Republikan yang memiliki hubungan dekat dengan NRA. NRA merupakan kelompok kepentingan yang berfokus pada perlindungan hak bersenjata api, sehingga segala upaya pemerintah untuk memperketat peraturan dipercaya akan membatasi kebebasan individu dalam memiliki senjata api yang dipandang tidak sesuai dengan amanat Amandemen Kedua. NRA membangun hubungan dekat dengan kelompok Republikan karena percaya bahwa ideologi konservatisme yang menjadi identitas Partai Republik akan melindungi nilainilai dasar AS yang telah berlaku sejak dahulu. NRA juga mengalokasikan dana kampanye yang besar terhadap para kandidat politik yang dipercaya akan membela hak senjata api. Dengan demikian, perubahan peraturan senjata api akan semakin sulit walaupun dukungan masyarakat semakin meningkat. Inersia dalam aliran politik mempersulit upaya Obama untuk membuat kebijakan terkait senjata api karena berpotensi mendapatkan pertentangan yang kuat dari oposisi saat kebijakan selanjutnya diformulasikan dalam Kongres. Now is the Time bukan merupakan kebijakan yang dapat memenuhi seluruh kriteria dalam aliran kebijakan, misalnya penerimaan nilai dari segi ideologi dan ekuitas, yang hanya dapat diterima oleh sebagian kalangan saja yang mendukung pengetatan kebijakan senjata api. Sedangkan dari segi efisiensi, memang diperlukan dana besar untuk melaksanakan Now is the Time, namun ini diikuti dengan keuntungan yang besar pula, sehingga apabila kebijakan ini dapat berjalan dengan maksimal, permasalahan di masa depan dapat diantisipasi. Namun, potensi keuntungan ini tetap tidak dapat diterima oleh kelompok pembela hak senjata api karena bagaimanapun kontrol senjata api secara esensial merupakan ancaman fundamental terhadap Amandemen Kedua. Ini yang membuat Now is the Time dinilai sebagai kebijakan yang tidak populer. Meski demikian, Obama tetap percaya kebijakan itu dapat menindaklanjuti isu 35

kekerasan bersenjata api karena ia secara teknis dapat diimplementasikan di lapangan setelah proses pembuatannya didasarkan pada langkah-langkah yang dapat diterima secara bersama melalui perbaikan pada beberapa aspek yang selama ini dianggap berpengaruh terhadap pembentukan perubahan sosial yang menyebabkan terjadinya kekerasan bersenjata api dan berisikan beberapa peraturan yang pernah diberlakukan selama sepuluh tahun. Melalui pemaparan ketiga aliran di atas, aliran masalah dapat dikatakan berpengaruh dominan dalam penyusunan agenda pemerintah terhadap kekerasan bersenjata api, terutama akibat penembakan yang terjadi di Newtown. Hal ini mengingat tragedi ini telah memicu perdebatan yang semakin hangat di tingkat pemerintahan maupun masyarakat. Kemudian, menekan pemerintah untuk bertindak, membuat kebijakan secara tegas dan konkret agar kekerasan dapat dikurangi, serta kejadian serupa tidak terjadi kembali, utamanya yang menyasar anak-anak di bawah umur. Maka dari itu, rencana komprehensif Now is the Time diajukan setelah tim kerja yang dipimpin oleh Wakil Presiden Joe Biden melakukan banyak pertemuan dengan berbagai pihak. Proposal kebijakan ini kemudian difinalisasi dan diserahkan kepada Presiden Obama. Dari sini dapat dilihat bahwa Obama dan Biden merupakan pengusaha kebijakan yang memegang peran penting dalam menyatukan aliran masalah dan politik dengan aliran kebijakan melalui pertemuan yang telah dilakukan. Penyatuan aliran ini menghasilkan proposal kebijakan yang siap diajukan kepada Kongres untuk diproses lebih lanjut. Dengan kata lain, kedua pemimpin ini telah membuka jendela kesempatan yang diharapkan dapat mengubah kebijakan dan keluaran agar isu kekerasan bersenjata api di Amerika Serikat dapat dikurangi. Referensi Buku dan bab dalam buku tersunting Bigony, M-L., Ethical choices, Texas Parks and Wildlife, 1995. Birkland, T.A., An Introduction to the Policy Process: Theories, Concepts, and Models of Public Policy Making, M.E. Sharpe, Armonk, 2011. McGinty, E.E. & Webster, D.W., Vernick, J.S. & Barry, C.L., Public Opinion on Proposals to Strengthen US Gun Laws, dalam Webster, D.W. & Vernick, J.S., Reducing Gun Violence in America, The Johns Hopkins University Press, Baltimore, 2013, pp.239-257. Global Study on Homicide, United Nations Office on Drugs and Crime, Vienna, 2011. Karp, A., Completing the Count Civillian Firearms, dalam the Small Arms Survey 2007: Guns and the City, Small Arms Survey, Geneva, 2007. 36