BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka 1. Pendapatan 1.1 Definisi Pendapatan Pendapatan merupakan unsur penting bagi kelangsungan suatu perusahaan mengharapkan laba bagi kegiatan operasionalnya. Menurut Kieso dan Weygant (2012), Pendapatan adalah arus masuk aktiva dan atau penyelesaian kewajiban akibat penyerahan atas Produksi barang, pemberian jasa, atau kegiatan menghasilkan laba lainnya yang membentuk operasi utama atau inti perusahaan yang berkelanjutan selama suatu periode. Disamping definisi yang dinyatakan oleh Kieso dan Weygant, pendapatan menurut Niswonger, Fess dan Warren (2000), Pendapatan adalah kenaikan kotor (gross) dalam modal pemilik yang dihasilkan dari penjualan barang dagang, pelaksanaan jasa kepada pelanggan atau klien, penyewa harta, peminjam uang dan semua kegiatan usaha serta profesi yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan. Sedangkan menurut ED PSAK 23 (2009) menjelaskan tentang pendapatan adalah sebagai berikut : Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu prtiode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan eukitas yang tidak berasal dari konstribusi penanaman modal. 8
9 Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan hasil dari kegiatan usaha dagang maupun jasa yang diukur dengan satuan harga dan dapat meningkatkan aktiva dan equitas. Biasanya diperoleh saat kegiatan perusahaan normal seperti penyerahan barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan utama lainnya. 1.2 Sumber sumber Pendapatan Pendapatan merupakan sumber pemasukan persahaan yang berasal dari kegiatan normal perusahaan. Kegiatan perusahaan yang dimaksud seperti dagang, jasa maupun manufaktur. Melalui kegiatan tersebut, perusahaan dapat menerima pendapatan untuk keberlangsungan usaha. Adapun sumber-sumber pendapatan menurut Anis dan Imam Ghozali (2007) adalah sebagai berikut: a. Pendapatan operasional (operating revenue), yaitu perusahaan yang berasal dari kegiatan normal atau aktivitas utama perusahaan. b. Pendapatan dari luar operasional (non-operational revenue), yaitu pendapatan yang berasal dari kegiatan diluar normal perusahaan, seperti penyewaan mesin atau gedung.
10 c. Pendapatan luar usaha (extra ordinary item), yaitu pendapatan yang tidak normal atau tidak sering terjadi (transaksi yang bersangkutan diharapkan tidak terulang dimasa yang akan datang), misalnya keuntungan yang didapat dari penjualan aktiva tetap perusahaan. Sedangkan IAI melalui PSAK 23 (2009) mengungkapkan sumber pendapatan adalah sebagai berikut : a. Penjualan barang b. Penjualan jasa c. Bunga, royalti dan dividen d. Pertukaran barang dan jasa 1.3 Proses Pendapatan Menurut Suwardjono (2013) ada dua konsep lain yang sangat erat hubungannya dengan masalah proses pendapatan yaitu konsep pembentukan pendapatan(earning Process) dan proses realisasi pendapatan (Realization Process). a. Proses pembentukan pendapatan (Earning Process) Proses pembetukan pendapatan adalah suatu konsep tentang terjadinya pendapatan. Konsep ini berdasarkan pada asumsi bahwa semua kegiatan operasi yang diperlukan dalam rangka mencapai hasil, yang meliputi semua tahap kegiatan produksi, pemasaran, maupun pengumpulan piutang, memberikan
11 konstribusi tehadap hasil akhir pendapatan berdasarkan perbandingan biaya yang terjadi sebelum perushaan tersebut melakukan kegiatan produksi. b. Proses realisasi pendapatan (Realization Process) Proses realisasi pendapatan adalah proses pendapatan yang terhimpun atau terbentuk sesudah produk selesai dikerjakan dan terjual atas kontrak penjualan. Jadi pendapatan dimulai dengan tahap terakhir kegiatan produksi, yaitu pada saat barang atau jasa dikirimkan atau diserahkan kepada pelanggan dan jika kontrak penjualan mendahului produksi barang atau jasa maka pendapatan belum dapat dikatakan terjadi, karena belum terjadi proses penghimpunan pendapatan. Proses realisasi pendapatan ditandai oleh dua kejadian berikut ini : 1) Kepastian perubahan produk menjadi potensi jasa yang lain melalui proses penjualan yang sah 2) Pengesahan atau validasi transaksi penjualan tersebut dengan diperolehnya aset lancar (kas, setara kas, atau piutang) 1.4 Pengukuran Pendapatan Jumlah pendapatan yang timbuk karena adanya transaksi dari aktivitas perusahaan biasanya ditentukan oleh kesepakatan antara penjual dan pembeli berupa barang atau jasa. Untuk mengukur
12 jumlah pendapatan tersebut, IAI melalui PSAK 23 (2009) mengungkapkan pengukuran pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima. Nilai wajar yang dimaksud adalah jumlah dimana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu liabilitas diselesaiakan anatar pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar. 1.5 Pengakuan Pendapatan Pengakuan adalah proses untuk mencatat atau memasukan secara formal suatu pos dalam akun dan laporan keuangan entitas. Pengakuan tidak sama dengan realisasi, walaupun keduanya digunakan dalam bebeapa literatur akuntansi. Pengakuan pendapatan menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2012) The revenue recognition principle indicates that revenue is recognitionprinciple indicates that revenue is recognized when it is probable that theeconomic benefits will flow in the company and the benefits can bemeasured reliably Yang artinya, prinsip pengakuan pendapatan mengindikasikan bahwa pendapatan diakui ketika ada kemungkinan memberikan keuntungan ekonomi kepada perusahaan dan keuntungan tersebut dapat diukur dengan andal.gambar dibawah ini adalah yang menggambarkan pengakuan pendapatan yang diklasifikasikan berdasarkan sifat transaksi.
13 Gambar. 2.1 Revenue Recognition Classified by Nature of Transaction Sumber: Kieso, Weygandt, Warfield (2012) Empat transaksi pengakuan pendapatan telah diakui sesuai dengan prinsip berikut ini: 1) Perusahaan mengakui pendapatan dari penjualan produk pada tanggal penjualan. Tanggal ini biasanya diartikan sebagai tanggal pengiriman ke pelanggan. 2) Perusahaan mengakui pendapatan dari jasa yang diberikan, pada saat jasa telah dilakukan dan ditagih 3) Perusahaan mengakui pendapatan dari perijinan orang lain untuk menggunakan aset perusahaan, seperi bunga, sewa, dan royalty, seiring berjalannya waktu atau sebagai aset yang digunakan. 4) Perusahaan mengakui pendapatan dari membuang aset selain produk pada tanggal penjualan.
14 2. Akuntansi Jasa Konstruksi 2.1 Jasa Konstruksi Menurut UU No. 18 Tahun 1999 tentang jasa konstruksi dan PP No. 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Serta Masyarakat Jasa Konstruksi, adalah : Keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain, termasuk perawatannya. Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi ini disebut perusahaan kontraktor. Perusahaan kontraktor biasanya akan bekerja sesuai kontrak yang telah disepakati oleh pihak pemberi kerja dan kedua belah pihak telah menyetujuinya. Pembangunan yang terjadi di lokasi proyek telah ditentukan dalam kontrak yang sering membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga memakan waktu lebih dari satu periode akuntansi. 2.2 Standar Akuntansi Jasa Konstruksi Perlakuan pendapatan jasa konstruksi dalam Standar Akuntansi Keuangan dapat dijelaskan melalui aspek ruang lingkup pekerjaan, pengakuan pendapatan, pengakuan biaya, dan taksiran kerugian. Prinsip akuntansi dalam Standar Akuntansi Keuangan
15 mengenai pendapatan jasa konstruksi tertuang dalam PSAK No.34 tentang Kontrak Konstruksi. Menurut IAI (2010) Tujuan dari PSAK 34 adalah untuk menggambarkan perlakuan akuntansi pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan kontrak konstruksi, karena sifat dan aktivitas yang dilakukan pada kontrak konstruksi, tanggal saat aktivitas kontrak mulai dilakukan dan tanggal saat aktivitas tersebut diselesaikan biasanya jatuh pada periode akuntansi yang berlainan. 2.3 Sumber Pendapatan Jasa Konstruksi Sumber pendapatan perusahaan konstruksi berasal dari kegiatan perusahaan berupa penjualan jasa perencanaan konstruksi, pelaksanaan konstruksi dan pengawasan konstruksi. Pendapatan dari penjualan jasa dalam usaha konstruksi disebut dengan Pendapatan KontrakKonstruksi. Dalam PSAK 34 (2010) kontrak konstruksi dijelasakan sebagai berikut : Kontrak konstruksi adalah suatu kontrak yang dinegosiasikan secara khuus untuk konstruksi suatu aset atau suatu kombinasi aset yang berhubungan erat satu sama laina tau saling tergantung dalam hal rancangan, teknologi, dan fungsi atau tujuan pokok penggunanaan. Menurut PSAK 34 (2010:04) Akuntansi Kontrak Konstruksi diklasifikasikan sebagai berikut: a. Kontrak biaya-plus adalah kontrak konstruksi yang mana kontraktor mendapatkan penggantian untuk biaya-biaya yang
16 telah diizinkan atau telah ditentukan, ditambah imbalan dengan persentase terhadap biaya atau imbalan tetap. Hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi secara handal jika semua kondisi berikut ini terpenuhi: 1) Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang berhubungan dengan kontrak tersebut akan mengalir ke entitas; dan 2) Biaya kontrak yang dapat diatribusi pada kontrak, apakah dapat ditagih atau tidak ke pelanggan, dapat diidentifikasi dengan jelas dan diukur secara handal. b. Kontrak harga tetap adalah kontrak konstruksi dengan syarat bahwa kontraktor telah menyetujui nilai kontrak yang telah ditentukan, atau tarif tetap yang telah ditentukan per unit output, yang dalam beberapa hal tunduk pada ketentuanketentuan kenaikan biaya. Dalam hal kontrak harga tetap, hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal jika semua kondisi berikut ini dapat terpenuhi: 1) Total pendapatan kontrak dapat diukur secara andal; 2) Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang berhubungan dengan kontrak tersebut akan mengalir ke entitas; 3) Baik biaya kontrak untuk menyelesaikan kontrak maupun tahap penyelesaian kontrak pada akhir periode pelaporan dapat diukur secara andal; dan
17 4) Biaya kontrak yang dapat diatribusi pada kontrak dapat diidentifikasi dengan jelas dan diukur secara andal sehingga biaya kontrak aktual dapat dibandingkan dengan estimasi sebelumnya. 2.4 Pendapatan KontrakKonstruksi Menurut PSAK No.34 (2010) pendapatan kontrak terdiri atas: a. Nilai pendapatan semula yang disetujui dengan kontrak b. Penyimpangan dalam pekerjaan kontrak, klaim dan pembayaran insentif: 1) Sepanjang hal ini memungkinkan untuk menghasilkan pendapatan; 2) Dapat diukur secara andal Pendapatan kontrak diukur pada nilai wajar dari imbalan yang diterima. Pengukuran pendapatan kontrak dipengaruhi oleh beragam ketidakpastian yang bergantung pada hasil dari peristiwa di masa depan. Estimasi sering kali perlu untuk direvisi sesuai dengan realisasi dan hilangnya ketidakpastian. Oleh karena itu jumlah pendapatan kontrak dapat meningkat atau menurun dari satu periode ke periode berikutnya, misalnya: a. Kontraktor dan pelanggan mungkin menyetujui penyimpangan atau klaim yang meningkatkan atau menurunkan pendapatan
18 kontrak pada periode setelah periode dimana kontrak pertama kali disetujui. b. Nilai pendapatan yang disetujui dalam kontrak dengan nilai tetap dapat meningkat karena ketentuan-ketentuan kenaikan biaya. c. Nilai pendapatan kontrak dapat menurun karena denda yang timbul akibat keterlambatan kontraktor dalam penyelesaian kontrak tersebut, atau d. Jika dalam kontrak harga tetap terdapat harga tetap per unit output, pendapatan kontrak meningkat apabila jumlah unit meningkat. 2.5 Biaya Kontrak Biaya kontrak adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka mendukung pekerjaan konstruksi, terdiri dari : a. Biaya yang berhubungan langsung dengan kontrak tertentu, diantaranya: 1) Biaya pekerja lapangan; 2) Biaya bahan yang digunakan dalam konstruksi; 3) Penyusutan sarana dan peralatan yang digunakan dalam kontrak tersebut; 4) Biaya pemindahan sarana, peralatan dan bahan-bahan dari dan ke lokasi pelaksanaan kontrak;
19 5) Biaya penyewaan sarana dan peralatan; 6) Biaya rancangan dan bantuan teknis yang secara langsung berhubungan dengan kontrak; 7) Estimasi biaya pembetulan dan jaminan pekerjaan, termasuk yang mungkin timbul selama masa jaminan; dan 8) Klaim dari pihak ketiga. b. Biaya yang dapat diatribusikan pada akitivitas kontrak secara umum dan dapat dialokasikan pada kontrak tersebut, diantaranya: 1) Asuransi; 2) Biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung berhubungan dengan kontrak tertentu; dan 3) Overhead konstruksi. c. Biaya lain yang secara khusus dapat ditagihkan ke pelanggan sesuai isi kontrak, dapat mencakup beberapa biaya administrasi umum dan biaya pengembangan yang penggantiannya ditentukan dalam persyaratan kontrak 2.6 Metode Pengakuan Pendapatan Jasa Konstruksi Menurut PSAK No. 34 Paragraf 21 mengenai kontrak konstruksi, jika hasil konstruksi dapat diestimasi secara andal, maka pendapatan kontrak danbiaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak konstruksi diakui masing masing sebagai
20 pendapatan dan beban dengan memperhatikan tahap penyelesaian aktivitas kontrak pada tanggal akhir periode pelaporan. Sedangkan menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2012) terdapat 2 (dua) metode akuntansi pengakuan pendapatan dan beban untuk kontrak konstruksi. Kedua metode tersebut adalah : a. Metode Kontrak Selesai Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2012) metode pengakuan pendapatan dengan kontrak selesai dapat digunakan hanya pada saat tertentu, yaitu jika: 1. jika suatu entitas terutama mempunyai kontrak jangka pendek, 2. jika syarat-syarat untuk menggunakan metode persentase penyelesaian tidak dapat dipenuhi 3. jika terdapat bahaya yang melekat dalam kontrak itu di luar risiko bisnis yang normal dan berulang Metode kontrak selesai umumnya digunakan untuk proyek yang masa kontraknya relatif singkat atau selesai dalam 1 periode akuntansi.metode kontrak selesai ini juga dapat digunakan jika syaratsyarat metode persentase penyelesaian tidak dapat dipenuhi dan jika terdapat bahaya yang melekat di dalam kontrak tersebut di luar resiko bisnis yang normal dan berulang-ulang.
21 Menurut metode ini, pendapatan kontrak pemborongan baru diakui pada saat penjualan yaitu pada saat pekerjaan telah selesai seluruhnya.suatu proyek dikatakan selesai apabila biaya yang masih harus dikeluarkan atau segala biaya yang tak terduga merupakan jumlah yang tidak material, untuk mengatasi hal ini sebaiknya biaya umum dan administrasi dialokasikan sebagai proyek sehingga terdapat penandingan beban dan pendapatan yang lebih baik.namun bila perusahaan memiliki banyak kontrak dan pada setiap tahun selalu terdapat kontrak yang selesai maka biaya umum dan administrasi dapat dibebankan sebagai biaya untuk satu periode. Keunggulan utama metode kontrak selesai adalah bahwa pendapatan dilaporkan berdasarkan hasil akhir dan bukan atas dasar estimasi pekerjaan yang belum dilaksanakan. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah tidak mencerminkan kinerja masa berjalan apabila metode kontrak mencakup lebih dari satu periode akuntansi namun pendapatan baru akan dilaporkan pada tahun penyelesaian sehingga meninmbulkan distorsi laba. Adapun jurnal yang digunakan dalam kontrak jangka pendek atau metode kontrak selesai menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2012) adalah: a) Untuk mencatat biaya yang terjadi : Kontrak dalam pelaksaaan..xxx
22 Kas, persediaan, lain-lain xxx b) Untuk mencatat faktur yang dikirim : Piutang Kontrak jangka pendek...xxx Harga kontrak Termin..xxx c) Untuk mencatat penerimaan kas dari faktur yang ditagihkan Kas dan bank....xxx Piutang Kontrak xxx Ayat jurnal diatas digunakan untuk kontrak jangka pendek dan jangka panjang sedangkan untuk pencatatan pengakuan pendapatan proyek metode kontrak selesai adalah d) Pencatatan pada saat proyek telah selesai pelaksanaannya: Harga kontrak..xxx Pendapatan kontrak xxx Untuk semua kontrak di mana termin melebihi biaya yang terjadi ditambah laba yang diakui (dikurangi kerugian yang diakui). b. Metode Persentase Penyelesaian Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2012) menyatakan bahwa pada metode persentase penyelesaian pendapatan dan laba kotor diakui setiap periode berdasarkan kemajuan proses konstruksi, yaitu, persentase penyelesaian. Biaya konstruksi ditambah laba kotor yang dihasilkan sampai
23 hari ini diakumulasikan dalam sebuah akun persediaan (konstruksi dalam proses), dan termin diakumulasi dalam akun kontra persediaan (tagihan atas konstruksi dalam proses). Menurut metode ini suatu perusahaan akan mengakui pendapatan dan biaya dari suatu kontrak sesuai dengan kemajuan persentase proyek, tidak menunggu sampai proyek selesai. Karena pengukuran pendapatan didasarkan pada tingkat kemajuan proyek maka laba atau rugi suatu proyek dapat ditentukan walaupun proyek belum selesai. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam metode persentase penyelesaian adalah: 1) Kontrak ini secara jelas menetapkan hak-hak yang dapat dipaksakan pemberlakuannya mengenai barang dan jasa yang akan diberikan dan akan diterima oleh yang terlibat didalam kontrak, imbalan yang akan dipertukarkan, serta syarat dan cara penyelesaiannya. 2) Pembeli dapat diharapkan untuk memenuhi kewajiban dalam kontrak. 3) Kontraktor dapat diharapkan melaksanakan kewajiban kontraktual tersebut. Ada dua pendekatan dalam metode persentase penyelesaian yangdapat digunakan untuk mengakui pendapatan, yaitu:
24 1) Pendekatan fisik Metode pendekatan fisik merupakan suatu metode pendekatan yangdigunakan untuk menentukan besarnya persentase penyelesaian atas pelaksanaankontrak jangka panjang berdasarkan kemajuan fisik yang sudah dicapai ataspekerjaan yang dilaksanakan.dengan pendekatan fisik, ukuran dibuat berdasarkandengan hasil yang telah dicapai (output measures). Terdapat dua (2) kemungkinan yang dapat digunakan untuk menetapkanbesarnya persentase penyelesaian yang didasarkan pada pendekatan fisik, menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2012) yaitu dihitung dengan cara membandingkan unit yang telah dihasilkan dengan totalvolume kegiatan atau pekerjaan menurut perjanjian kontrak. Kemungkinan inibiasanya digunakan untuk jenis kontrak yang setiap kegiatannya atau setiapunit hasilnya dapat diidentifikasi dengan mudah.yang kedua ditentukan berdasarkan laporan ahli, yaitu arsitek atau insinyur yang ditugasiuntuk mengawasi dan menaksir tingkat kemajuan pekerjaan.kemungkinanini biasanya digunakan untuk jenis kontrak yang sulit dalam menspesikasiunit hasil atau kuantitasnya.
25 Dua alternatif kemungkinan diatas masing masing digunakan untuk kondisitertentu.kelemahan dari metode persentase penyelesaian dari pendekatan fisik adalahbesarnya pendapatan yang diakui selama periode berjalan hanya didasarkan padakemajuan fisik (hasil yang telah dicapai) saja, tidak memperhatikan besarnya biayayang telah dikeluarkan selama proyek dalam periode berjalan. 2) Pendekatan biaya Pendekatan biaya menggunakan metode biaya ke biaya (cost to cost method). Pada metode ini persentase tingkat penyelesaian diukur dengan membandingkan biaya yang terjadi dengan taksiran total biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Hal tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: Biaya yang diakui : Biaya yang terjadi sampai saat ini = Persentase Estimasi paling akhir total biaya selesai Penyelesaian Pendapatan yang diakui : Persentase penyelesaian x Estimasi total pendapatan Pendapatan periode berjalan : Pendapatan yang diakui sampai saat ini Pendapatan yang diakui pada periode sebelumnya
26 Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2012) ayat jurnal pencatatan yang diperlukan dalam metode persentasi penyelesaian adalah : a) Untuk mencatat biaya yang terjadi : Kontrak dalam pelaksanaan xxx Kas, persediaan, lain-lain...xxx b) Untuk mencatat termin yang dikirim : Piutang-kontrak jangka panjang...xxx Penagihan konstruski...xxx c) Untuk mencatat penerimaan kas dari faktur yang ditagihkan Kas dan bank...xxx Piutang-kontrak jangka panjang.xxx d) Untuk mencatat pengakuan pendapatan pada setiap akhir periode akuntansi perusahaan : Harga kontrak difakturkan.. xxx Pendapatan kontrak jangka panjang.xxx 2.7 Pengungkapan Laporan Jasa Konstruksi Menurut PSAK No 34 (revisi 2010), Entitas mengungkapkan: a. Jumlah Pendapatan kontrak yang diakui sebagai pendapatan pada periode;
27 b. Metode yang digunakan untuk menentukan pendapatan kontrak yang diakui pada periode; c. Metode yang digunakan untuk menentukan tahap penyelesaian kontrak. Entitas Mengungkapkan hal hal berikut untuk pekerjaan dalam proses penyelesaian pada akhir periode pelaporan: a. Jumlah akumulasi biaya yang terjadi dan laba yang diakui (dikurangi kerugian yang diakui) sampai tanggal pelaporan; b. Jumlah uang muka yang diterima; c. Jumlah retensi. Pengertian retensi adalah jumlah termin yang tidak dibayar hingga pemenuhan kondisi yang ditentukan dalam kontrak untuk pembayaran jumlah tersebut atau hingga telah diperbaiki.sedangkan, pengertian termin adalah jumlah yang ditagih untuk pekerjaan yang dilakukan dalam suatu kontrak, baik yang telah dibayar ataupun yang belum dibayar oleh pelanggan.uang muka adalah jumlah yang diterima oleh kontraktor sebelum pekerjaan dilakukan.
28 3. Laba 3.1 Definisi Laba Menurut Sofyan Syafri Harahap (2007) dalam bukunya mendefinisikan bahwa laba adalah jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain, dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi Sedangkan menurut Soemarso, S. R (2005) dalam bukunya mendefinisikan bahwa laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha. Dari kedua pengertian laba di atas dapat disimpulkan bahwa laba adalah selisih lebih antara pendapatan dan beban yang timbul baik dalam kegiatan operasional maupun nonoperasional perusahaan selama satu periode. Menurut PSAK No. 34 Kontraktor menentukan tahap penyelesaian kontrak dengan perhitungan proporsi biaya kontrak yang terjadi untuk pekerjaan dilakukan sampai saat ini sampai estimasi total biaya kontrak yang terakhir. Berikut contoh rangkuman data keuangan selama periode konstruksi sebagai berikut:
29 TABEL 2.1 Rangkuman Data Keuangan Periode Konstruksi (Tiga Tahun) Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Jumlah semua pendapatan yang xxx xxx xxx disetujui dalam kontrak Penyimpangan - xx xx Total pendapatan kontrak xxx xxx xxx Biaya kontrak yang terjadi saat in xxx xxx xxx Biaya kontrak untuk menyelesaikan xxx xxx - Total estimasi biaya kontrak xxx xxx xxx Estimasi laba xxx xxx xxx Tahap penyelesaian xx% xx% xxx% Sumber : PSAK No.34 Revisi 2010 Maka dari rangkuman data keuangan di atas telah dirincikan secara terpisah estimasi pembebanan biaya dan pendapatan selama tiga tahun periode konstruksi, sehingga dapat dihitung jumlah pendapatan, beban, dan laba yang diakui dalam laporan laba rugi dalam jangka waktu tiga tahun adalah sebagai berikut:
30 TABEL 2.2 Laporan Laba Rugi Periode Konstruksi (Tiga Tahun) Saat ini Diakui pada tahun sebelumnya Diakui pada tahun sekarang Tahun 1 Pendapatan (xxx Xxx%) xxxx - xxxx Beban (xxx Xxx%) xxxx - xxxx Laba xxx - xxx Tahun 2 Pendapatan (xxx X xx%) xxxx xxxx xxxx Beban (xxx X xx%) xxxx xxxx xxxx Laba xxx xxx xxx Tahun 3 Pendapatan (xxx X xx%) xxxx xxxx xxxx Beban (xxxx X xx%) xxxx xxxx xxxx Laba xxxx xxx xxx Sumber : PSAK No.34 Revisi 2010 3.2 Jenis-Jenis Laba Adapun laba yang dapat dibedakan dari jenis-jenis yang digolongkan dalam penetapan pengukuran laba pada suatu laporan keuangan. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2007) Adapun penjelasan jenis-jenis laba adalah sebagai berikut : 1. Laba kotor adalah perbedaan antar pendapatan bersih dan penjualan dengan harga pokok penjualan. 2. Laba dari operasi adalah selisih antara laba kotor dengan total beban operasi.
31 3. Laba bersih adalah angka terakhir dalam perhitungan laporan laba rugi dimana untuk mencerminkan laba operasi ditambah pendapatan lain-lain dikurangi beban lain-lain. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa setiap jenis laba mempunyai suatu perhitungan sendiri, dan dapat disimpulkan pula bahwa istilah laba berbeda-beda, namun pada dasarnya mempunyai maksud yang sama 3.3 Pengukuran Laba Setiap perusahaan pada umumnya mempunyai tujuan untuk mendapatkan laba yang optimal, karena dengan adanya laba maka manajemen dapat memprediksi, apakah perusahaan tersebut akan terus berjalan atau justru harus berhenti. Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2012) ada dua pendekatan sebagai berikut : a. Pendekatan Transaksi dalam Pengukuran Laba Dalam pendekatan ini, pencatatan laba melibatkan pencatatan perubahan dalam penilaian kewajiban hanya bila ini merupakan hasil dari transaksi internal dan eksternal. b. Pendekatan Aktivitas dalam Pengukuran Laba Dalam pendekatan aktivitas, laba diasumsikan timbul bila aktivitasaktivitas atau kejadian tertentu terjadi, tidak hanya sebagai hasil dari transaksi spesifik.
32 3.4 Hubungan Antara Metode Pengakuan Pendapatan dan Laba Dalam suatu kontrak konstruksi, perusahaan melakukan pencatatan atas pendapatan dalam pelaksanaan kontrak yang telah disepakati. Pengakuan pendapatan dalam kontrak konstruksi dapat dilakukan dengan metode persentase penyelesaian maupun metode kontrak selesai. Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2012) menyatakan bahwa perbedaan metode persentase penyelesaian dengan metode kontrak selesai pada kontrak konstruksi jangka panjang adalah : Dalam metode persentase penyelesaian, perusahaan mengenali pendapatan dan laba kotor masing-masing peride berdasar pada kemajuan dari konstruksi itu. Sedangkan dalam metode kontrak selesai, perusahaan mengakui pendapatan dan laba kotor hanya pada saat kontrak telah selesai. Pengakuan pendapatan dengan menggunakan metode persentasepenyelesaian maupun metode kontrak selesai mengakui pendapatan dan juga labakotor.yang membedakan adalah pada waktu pengakuan, menurut metode persentase penyelesaian pendapatan dan laba kotor diakui pada masing-masing periode sedangkan menurut metode kontrak selesai diakui hanya pada saat kontrak telah selesai dikerjakan. Laba kotor yang diakui oleh kedua metode tersebut, merupakan laba kotor dari pekerjaan kontrak konstruksi.dalam satu periode, suatu perusahaan dapat mengerjakan lebih dari satu kontrak konstruksi. Oleh karena itu laba kotor dari masing-masing kontrak konstruksi akan dikumpulkan dan menjadi satu dalam
33 laporan keuangan laba rugi bersama dengan laba operasi dan laba bersih. Perusahaan memiliki laporan keuangan untuk keseluruhan kegiatan perusahaan yang salah satu tujuannya untuk mengetahui laba operasi perusahaan yakni kinerja operasi yang dilakukan perusahaan yang dilakukan dengan perhitungan selisih antara laba kotor dengan beban operasi.laba kotor perusahaan merupakan kumpulan dari laba kotor kontrak konstruksi masing-masing kartu proyek pembangunan. B. Penelitian Terdahulu Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapahasil penelitian terdahulu sebagai berikut : Ratunuman (2013) dengan judul Analisis Pengakuan Pendapatan Dengan Persentase Penyelesaian Dalam Penyajian Laporan Keuangan pada PT. Pilar Dasar.Penelitian ini bertujuan mengetahui penerapan pengakuan pendapatandengan metode persentase penyelesaian dalam rangka penyajian laporankeuangan. Setelah menganalisis, menurut Ratunuman (2013), Perusahaan lebih baik menggunakan metode pendekatan cost-to-cost dalam mengakui pendapatandan laba periode berjalan karena dengan metode cost-to-cost pendapatan, beban dan laba konstruksi yang dilaporkan dapat diatribusikan menurut penyelesaian
34 pekerjaan kontrak secara proporsional sehingga menghasilkan penyajian laporankeuangan yang wajar bagi perusahaan. Rahayu dan Kardina (2012) dengan judul Analisis Pengakuan Pendapatan Jasa Konstruksi Pada CV. Samudera Konstruksi Palembang, berdasarkan PSAK No.34, menjelaskan bahwa CV. Samudera Konstruksi Palembang sebaiknya menggunakan metode persentase penyelesaian dalam mengakui pendapatan untuk proyek jangka panjang. Jika dengan metode persentase penyelesaian perusahaanakan mengakui pendapatan setiap tahunnya, laporan laba rugi yang dihasilkanmenjadi akurat dan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.34 tentang Kontrak Konstruksi. Dengan demikian maka laporan laba rugi yang disajikan oleh perusahaan akan memberikan informasi yang tepat untuk pengambilan keputusan perusahaan. Gustati, Haryadi dan Santi (2011) dengan judul Pengaruh Pengakuan Pendapatan Dalam Penerapan Akuntansi Kontrak Konstruksi (PSAK No. 34) TerhadapPenentuan Laba / Rugi Periodik. Menurut Gustati, Haryadi dan Santi, Agar dapat menghasilkan Laporan Keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan atau standar akuntansi yang berlaku, sebaiknya perusahaan kontrak konstruksi ditangani oleh akuntan yang berkompeten dibidangnya, sehinggalaporan keuangan yang dihasilkan mencerminkan aktivitas perusahaan yang sebenarnya dalam suatu periode. Hal ini ditujukan agar pemakai dapat menilai kinerja
35 perusahaan dalam suatu periode dan tidak keliru dalam pengambilan keputusan. C. Kerangka Pemikiran Model komprehensif yang dimaksud adalah model yang memberikan gambaran mengenai pengakuan pendapatan antara yang berdasarkan PSAK 34 dan pengakuan pendapatan pada PT. X, kemudian menganalisis dampakpenerapan pengakuan berdasarkan PSAK 34 dalam meningkatkan laba perusahaan. Pendapatan yang diakui perusahaan konstruksi adalah pada saat Pelaksanaan suatu proyek dilakukan setelah adanya permintaan dari pihak pemberi kerja. Menurut PSAK 34 menjelaskan bahwa jika hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal, maka pendapatan kontrak dan biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak konstruksi diakui sebagai pendapatan dan biaya dengan memperhatikan tahap penyelesaian aktivitas kontrak pada tanggal akhir periode pelaporan, dalam penyelesaian pekerjaan proyek konstruksi bisa dalam waktu satu tahun atau lebih dari satu tahun, maka dalam pengakuan pendapatan harus akurat dan menggunakan metode yang tepat. GAMBAR 2.1 Model Penelitian Pengakuan Pendapatan Laba Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 34 Tentang Kontrak Jasa