Perbedaan Kualitas Tidur Lansia yang Tinggal Bersama Keluarga dengan Lansia di PSTW

dokumen-dokumen yang mirip
Gambaran Diri Tidak Berhubungan dengan Tingkat Depresi pada Lansia di UPT Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 2 Februari 2017

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta * ABSTRAK

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO. Jurnal yang berjudul

PENGARUH KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS LANSIA TERHADAP STATUS GIZI LANSIA DI KELURAHAN MERANTI PANDAK PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Lansia umumnya

GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI

JNPH Volume 4 No. 1 (Juli 2016) The Author(s) 2016

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

STUDI STATUS DEPRESI PADA LANSIA

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

HUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PSTW YOGYA UNIT BUDILUHUR KASONGAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KESIAPAN REMAJA MENGHADAPI PUBERTAS DI SMP N 2 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana data yang menyangkut

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PENERIMAAN DIRI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDHI LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

DETERMINAN DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI JOMPO HARAPAN JAYA MARELAN MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

Skripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH NIM : S RINA AGUSTINA NIM: S

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA GAYAM KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KONDISI FISIK DENGAN TINGKAT STRES PADA LANSIA DI DUSUN JIMUS DESA PULE KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN ABSTRACT

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI DESA SUMBERGONDO KECAMATAN GLENMORE KABUPATEN BANYUWANGI

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KESEPIAN PADA LANSIA

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2016

Senam Lansia dan Tingkat Stres pada Lansia di Dusun Polaman Argorejo Kecamatan Sedayu 2 Kabupaten Bantul Yogyakarta

STUDI KOMPARASI TINGKAT STRES LANJUT USIA YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI SENAM BUGAR LANSIA (SBL) DI DUSUN MRISI DESA TIRTONIRMOLO KASIHAN BANTUL

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING) PADA LANSIA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: RITA SUNDARI

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PROVINSI GORONTALO

Pengaruh Musik Campursari Terhadap Penurunan Skor Depresi pada Lansia di PSTW Unit Budi Luhur Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. lambat cepatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu.

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WERDHA DAN DI RUMAH BERSAMA KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang

Tingkat Depresi dengan Kejadian Insomnia pada Lanjut Usia di Panti Werdha Budhi Dharma Ponggalan Umbulharjo Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. cenderung lebih cepat. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

DUKUNGAN KELUARGA DAN HARGA DIRI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

Komunikasi Terapeutik Perawat Berhubungan dengan Kepuasan Pasien. Nurse s Therapeutic Communications is Related with The Patient s Satisfaction

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECEMASAN PADA LANSIA DI DUSUN BIBIS LUMBUNGREJO TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

KOSALA JIK. Vol. 1 No. 2 September 2013 HUBUNGAN KELEBIHAN BERAT BADAN DENGAN PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA MAHASISWA AKPER PANTI KOSALA SURAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Karena

Tingkat Ekonomi Keluarga Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Dukuh Manukan Sendangsari Pajangan Bantul

HUBUNGAN PERUBAHAN PSIKOSOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA

BAB I PENDAHULUAN di prediksikan jumlah lansia akan mengalami peningkatan sebesar 28,8 juta

Aspek Biologis Lansia Di Uptd Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang Dan Desa Lubuk Sukon Banda Aceh

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

HUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL LANJUT USIA DI DESA TOMBASIAN ATAS KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT. Andriano H Sengkey Mulyadi Jeavery Bawotong

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah

HUBUNGAN TINGKAT STRES DAN GAYA HIDUP DENGAN KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WHERDA (PSTW) BUDI SEJAHTERA BANJARBARU

DESKRIPTIF TENTANG KARAKTERISTIK LINGKUNGAN YANG BERISIKO TERJADINYA JATUH PADA LANSIA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG

Hubungan Kapasitas Fungsional Fisik Dengan Tingkat Insomnia Pada Lansia Di Desa Ngombakan Polokarto Sukoharjo (Dyah Novita Panutya Putri)

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PERAWATAN RAMBUT PADA LANSIA DI DESA PATALAN, KECAMATAN JETIS, KABUPATEN BANTUL.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGANMEKANISME KOPING DAN SIKAP DALAM MENJALANKAN PROFESI NERS PADA MAHASISWA UNIVERSITASRESPATI YOGYAKARTAANGKATAN

Abstract. Healthy Tadulako Journal 11. Hubungan antara pendampingan persalinan...( Abd. Halim, Fajar, Nur)

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

Transkripsi:

ISSN2354-7642 Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Perbedaan Kualitas Tidur Lansia yang Tinggal Bersama Keluarga dengan Lansia di PSTW Muhammad Ischaq Nabil 1, Wahyu Dewi Sulistyarini 2 1, 2 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul Yogyakarta Abstrak Proses penuaan menyebabkan lansia mengalami perubahan fi sik dan fungsi, mental dan psikososial. Kebutuhan tidur pun berubah seiring bertambahnya usia. Kualitas tidur di pengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah lingkungan atau tempat tinggal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kualitas tidur lansia yang tinggal bersama keluarga di Dukuh Kajen Bantul dengan lansia di PSTW Unit Budi Luhur Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non eksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional. Variabel independen yakni tempat tinggal, variabel dependen yakni kualitas tidur lansia. Hasil analisis dengan menggunakan uji statistik Chi-Square didapatkan bahwa lansia yang tinggal bersama keluarga di Dukuh Kajen sebagian besar memiliki kualitas tidur kurang sebanyak 55 orang (49,6%). Lansia yang tinggal di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur sebagian besar memiliki kualitas tidur kurang sebanyak 41 orang (66,1%). Lansia yang mempunyai kualitas tidur cukup atau baik lebih banyak pada lansia yang tinggal bersama keluarga di Dukuh Kajen (44,1%) dibandingkan dengan lansia yang tinggal di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur (24,2%). Nilai Chi-square didapatkan nilai χ 2 sebesar 6.852 dengan p-value sebesar 0.033. Simpulan penelitian ada perbedaan kualitas tidur lansia yang tinggal bersama keluarga di Dukuh Kajen Bantul dengan lansia di PSTW Unit Budi Luhur Yogyakarta Kata Kunci : Lansia, Tempat Tinggal, Kualitas Tidur Differences of Sleeping Quality Between Elderly Living with Family and Living in the PSTW Abstract Ageing process has led to physical and functional changing, as well as mental and psychosocial. The sleeping need has also changing as long as ageing. Sleeping quality is influenced by several factors including circumstances and living place. The purpose of this research is to compare sleeping quality elderly living with family at Dukuh Kajen Bantul with those living at PSTW Budi Luhur Yogyakarta. This quantitative non experimental study used cross-sectional design. Independent variable in this research was livin place, while dependent variable was sleeping quality on elderly. Data was tested using chi-square and the result was those who lives with family mostly having less sleeping quality at 55 people (49,6%), whereas, quality of sleeping older people lives in PSTW was 41 people (66,1%). Elders who have categorized as less sleeping quality mostly living with family (44,1%) compared with 24,2% who live in PSTW Budi Luhur Yogyakarta. The value Chi-Square was X 2 =6.852 with p value= 0.033. Conclusion, there was signifi cant differences on quality of sleeping elderly living with family and living in PSTW Budi Luhur. Keywords: elderly, sleep quality Info Artikel: Artikel dikirim pada 18 November 2013 Artikel diterima pada 18 November 2013 Perbedaan Kualitas Tidur Lansia yang Tinggal Bersama Keluarga dengan Lansia di PSTW 21

Pendahuluan Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan dan berjalan secara terusmenerus dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fi siologis, dan biokimia pada tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. 1 Semakin bertambahnya usia berpengaruh terhadap penurunan dari periode tidur. Kebutuhan tidur akan berkurang dari usia bayi sampai usia lanjut. Orang yang berusia lebih dari 60 tahun sering menyampaikan keluhan gangguan tidur, terutama masalah kurang tidur. 2 Sebagian besar lansia berisiko mengalami gangguan tidur yang disebabkan oleh banyak faktor. Gangguan tidur menyerang 50% orang yang berusia 65 tahun atau lebih yang tinggal di rumah dan 66% orang yang tinggal di fasilitas perawatan jangka panjang. Gangguan tidur mempengaruhi kualitas hidup dan berhubungan dengan angka mortalitas yang lebih tinggi. 3 Tempat tinggal dan lingkungan merupakan hal yang penting karena mempunyai dampak utama pada kesehatan lansia. Keluarga harus terlibat aktif dalam mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan lansia. 5 Namun, Beberapa keluarga mempertimbangkan untuk menggunakan perawatan jompo saat perawatan di rumah dirasakan semakin sulit. 4 Para lansia yang dititipkan di panti pada dasarnya memiliki sisi negative dan positif. Diamati dari sisi positif, lingkungan panti dapat memberikan kesenangan bagi lansia. Sosialisasi di lingkungan yang memiliki tingkat usia sebaya akan menjadi hiburan tersendiri sehingga kebersamaan ini dapat mengubur kesepian yang biasanya mereka alami. Akan tetapi jauh di lubuk hati mereka merasa jauh lebih nyaman berada di dekat keluarganya. 1 Berdasarkan hasil survey yang dilakukan di Dukuh Kajen Desa Bangunjiwo Kecamatan Kasihan Bantul terdapat 152 orang lansia. Peniliti juga melakukannya di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Yogyakarta Unit Budi Luhur yang masih berada di wilayah Dukuh Kajen dan diketahui jumlah lansia di tempat ini adalah 88 orang. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara study pendahuluan di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur menggunakan kuesioner kepada 3 orang lansia yang tinggal di PSTW dan 3 orang lansia yang tinggal bersama keluarga di rumah yang mengikuti program Day Care. Di dapatkan hasil bahwa dari 3 orang responden lansia yang tinggal di PSTW ketiganya memiliki kualitas tidur kurang, sedangkan responden lansia program Day Care, 2 orang memiliki kualitas tidur baik dan 1 orang cukup. Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbedaan kualitas tidur lansia yang tinggal bersama keluarga di Dukuh Kajen dengan lansia di PSTW Unit Budi Luhur Yogyakarta. Bahan dan Metode Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non eksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan analisis deskriptif komparatif. Lokasi penelitian dilakukan di Dukuh Kajen Desa Bangunjiwo Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul dan di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 hingga Maret 2013. Subyek penelitian ini adalah seluruh lansia di Dukuh Kajen dan lansia di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur yang telah sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik total sampling. Peneliti mengambil sampel dari seluruh lansia yang tinggal di Dukuh Kajen Desa Bangunjiwo Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul sebanyak 111 orang dan Lansia yang tinggal di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur sebanyak 62 orang. Variabel penelitian ini terdiri dari variabel independen yaitu keluarga dan PSTW dan Variabel dependen yaitu kualitas tidur. Jenis data yang diambil adalah data primer yang diperoleh dari responden melalui wawancara menggunakan kuesioner. Kuesioner yang digunakan adalah PSQI (The Pittsburgh Sleep Quality Index) untuk mengukur kualitas tidur dalam interval satu bulan. Dari metode ini akan didapatkan output berupa sleeping index yang merupakan suatu skor dengan pembobotan tertentu. Index tersebut nantinya akan menggambarkan seberapa baikkah kualitas tidur seseorang. Data penelitian tersebut kemudian dianalisis menggunakan uji chi-square (x 2 ). Hasil dan Pembahasan Responden dalam penelitian ini adalah lansia di Dukuh Kajen yang berjumlah 145 orang dan di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur berjumlah 88 orang. Keseluruhan responden disesuaikan dengan kiteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah lansia dengan gangguan kognitif berat yang di ukur menggunakan Short Portable Mental Status Questionairre (SPMSQ) dan lansia yang tinggal di ruang isolasi untuk lansia di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur. Di Dukuh Kajen terdapat 34 orang lansia yang mengalami gangguan kognitif berat dan di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur sebanyak 14 orang lansia yang mengalami 22 Nabil & Sulistyarini, 2014. JNKI, Vol. 2, No. 1, Tahun 2014, 21-26

gangguan kognitif berat serta 12 orang lansia tinggal di ruang isolasi. Jadi didapatkan sampel penelitian di Dukuh Kajen sebanyak 111 orang dan di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur sebanyak 62 orang. Karakteristik Responden Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan yang diuraikan sebagai berikut : Tabel 1. Karakteristik responden Karakteristik Tempat Tinggal Dukuh Kajen PSTW f % f % Umur 60-74 84 75.7 35 56.5 75-90 27 24.3 25 40.3 > 90 0 0 2 3.2 Total 111 100.0 62 100.0 Jenis Kelamin Laki-laki 62 55.9 26 41.9 perempuan 49 44.1 36 58.1 Total 111 100.0 62 100,0 Tingkat Pendidikan Tidak sekolah 55 49.5 29 46.8 SD 33 29.7 10 16.1 SMP 7 6.3 9 14.5 SMA 14 12.6 11 17.7 PT 2 1.8 3 4.8 Total 111 100,0 62 100,0 Sumber : Data Primer 2013 Tabel 1. menunjukkan bahwa berdasarkan umur sebagian besar lansia berumur 60-74 tahun, di Dukuh Kajen sebanyak 84 orang (75,7%) dan di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur sebanyak 35 orang (56,5%). Berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa jumlah lansia laki-laki di Dukuh Kajen sebanyak 62 orang (55,9%) lebih banyak dari lansia perempuan sebanyak 49 orang (44,1%), Sedangkan di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur lansia perempuan sebanyak 26 orang (58,1%) lebih banyak dari lansia laki-laki sebanyak 26 orang (41,9%). Ini menunjukkan bahwa lansia di Dukuh Kajen sebagian besar adalah laki-laki. Sedangkan di PSTW Yogyakarta Unit Budi sebagian besar merupakan lansia perempuan. Berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa sebagian besar lansia mempunyai riwayat pendidikan tidak sekolah, di Dukuh Kajen sebanyak 55 orang (49,5%) dan di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur sebanyak 29 orang (46,8%). Tabel 2. Distribusi Kualitas Tidur Lansia Tempat Tinggal Kriteria Dukuh Kajen PSTW f % F % Kurang 55 49.6 41 66.1 Cukup 49 44.1 15 24.2 Baik 7 6.3 6 9.7 Total 111 100,0 62 100,0 Sumber: Data Primer 2013 Tabel 2. menunjukkan distribusi kualitas tidur lansia, berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar lansia yang memiliki kualitas tidur kurang, di Dukuh Kajen sebanyak 55 orang (49.6%) dan di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur sebanyak 41 orang (66.1%). Tabel 3. menunjukkan bahwa hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square didapatkan hasil nilai χ 2 sebesar 6.852 dengan tingkat signifi kansi (p-value) sebesar 0.033. Dengan demikian p < 0,05 sehingga Ho ditolak yang berarti ada perbedaan kualitas tidur lansia yang tinggal di Dukuh Kajen dan lansia di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur, yaitu proporsi lansia yang mempunyai kualitas tidur kurang lebih banyak pada lansia di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur dibandingkan pada lansia yang tinggal bersama keluarga di Dukuh Kajen. Sebaliknya lansia yang mempunyai kualitas tidur cukup atau baik lebih banyak pada lansia yang tinggal bersama keluarga di Dukuh Kajen dibandingkan dengan lansia yang tinggal di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur. Distribusi Frekuensi Berdasar Umur Lansia Karakteristik responden berdasar umur menurut hasil penelitian pada table 1. menunjukkan bahwa Tabel 3. Perbedaan Kualitas Tidur Lansia yang Tinggal di Dukuh Kajen dan di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur Kualitas Tidur X² p-value Tempat Total Kurang Cukup Baik Tinggal f % f % f % f % Dukuh Kajen 55 49.6 49 44.1 7 6.3 111 100 6.852 0.033 PSTW 41 66.1 15 24.2 6 9.7 62 100 Total 96 55.5 64 37 13 7.5 173 100 Sumber : Data Primer 2013 Perbedaan Kualitas Tidur Lansia yang Tinggal Bersama Keluarga dengan Lansia di PSTW 23

sebagian besar lansia berusia antara 60-74 tahun, di Dukuh Kajen sebanyak 84 orang (75,7%) dan di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur sebanyak 35 orang (56,5%). Peneliti mendapatkan keterangan dari lansia, pada umumnya mereka menyadari bahwa kualitas tidur mereka berkurang seiring dengan bertambahnya umur. Sejak meninggalkan masa remaja, kebutuhan tidur seseorang menjadi relatif tetap. Faktor umur merupakan faktor terpenting yang berpengaruh terhadap kualitas tidur. Keluhan kualitas tidur seiring dengan bertambahnya umur. 6 Pada kelompok lanjut usia 40 tahun dijumpai 7% kasus yang mengeluh mengenai masalah tidur (hanya dapat tidur tidak lebih dari 5 jam sehari). Hal yang sama dijumpai pada 22% pada kelompok usia 75 tahun. Demikian pula kelompok lansia lebih banyak mengeluh terbangun lebih awal. Selain itu, terdapat 30% kelompok usia 70 tahun yang banyak terbangun di waktu malam hari. Angka ini ternyata tujuh kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok usia 20 tahun. 7 Distribusi Frekuensi Berdasar Jenis Kelamin Lansia Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin pada table 1. menunjukkan bahwa lansia di Dukuh Kajen sebagian besar adalah laki-laki. Sedangkan di PSTW Yogyakarta Unit Budi sebagian besar merupakan lansia perempuan. Berdasarkan data statistik penduduk lansia provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dari hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah lansia perempuan sebanyak 249.784 orang lebih banyak dari jumlah lansia laki-laki sebanyak 198.439 orang. 8 Dalam penelitian ini peneliti menemukan jumlah lansia perempuan di Dukuh Kajen lebih sedikit dari lansia laki-laki. Hal ini dapat di karenakan cakupan wilayah yang masih kecil sehingga sebaran lansia di Dukuh Kajen berdasarkan jenis kelamin belum dapat mewakili jumlah prosentase secara keseluruhan dari jumlah lansia di Provinsi DIY. Pada penelitian yang dilakukan oleh Shintya (2012) tentang pengaruh kualitas tidur pada kualitas hidup lansia penderita penyakit kronis pada aspek spiritual berdasarkan jenis kelamin, hasil yang diperoleh menyatakan bahwa tidak ada pengaruh jenis kelamin dalam pengaruh kualitas tidur pada kualitas hidup lansia penderita penyakit kronis. 9 Distribusi Frekuensi Berdasar Tingkat Pendidikan Lansia Hasil penelitian pada tabel 1. menunjukkan bahwa sebagian besar lansia mempunyai riwayat pendidikan tidak sekolah, di Dukuh Kajen sebanyak 55 orang (49,5%) dan di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur sebanyak 29 orang (46,8%). Lansia di Dukuh Kajen dan di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur sebagian besar berasal dari masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah sehingga pada masa sekolah dahulu mereka tidak memiliki biaya untuk sekolah. Tingkat pendidikan ini mempunyai hubungan dengan tingkat pengetahuan, serta tingkat penghasilan seseorang. Orang yang mempunyai pendidikan dan pengetahuan cenderung akan meningkat penghasilannya sehingga jika mereka sakit akan memilih sarana kesehatan yang lebih baik. Oleh karenanya semua ini akan berdampak terhadap adanya usia harapan hidup yang semakin meningkat. 10 Kualitas Tidur Lansia Hasil penelitian pada tabel 2. menunjukkan bahwa sebagian besar lansia memiliki kualitas tidur kurang, di Dukuh Kajen sebanyak 55 orang (49.6%) dan di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur sebanyak 41 orang (66.1%). Siklus tidur pada setiap individu berbeda dan relatif dipengaruhi oleh penuaan. Pada lansia tidur sering kali terlihat gelisah dan waktu terjaganya menjadi lebih lama. Sedangkan pada orang muda, sekitar 15% waktu tidurnya dihabiskan pada fase keempat. Fase keempat biasanya tidak ditemukan pada orang tua. Demikian juga dengan fase REM yang mengalami penurunan, yaitu 28% dari pasca pubertas menjadi 18% pada orang tua. Hal ini menunjukkan bahwa tidur menjadi lebih singkat sehingga menyebabkan berkurangnya kesegaran sesuai bertambahnya usia. Pada lansia memiliki pola tidur yang berbeda dengan remaja. Kebutuhan tidur lansia semakin menurun karena dorongan homeostasis untuk tidur pun berkurang. 11 Tingginya masalah tidur yang terjadi pada lansia memerlukan penanganan yang sesuai untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan tidur. Pemenuhan kebutuhan tidur setiap orang berbedabeda dan terlihat dari kualitas tidurnya. Kebutuhan kualitas tidur ada yang terpenuhi dengan baik dan ada yang mengalami gangguan. 2 Perbedaan Kualitas Tidur Lansia yang Tinggal Bersama Keluarga di Dukuh Kajen Bantul dan Lansia di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lansia di Dukuh Kajen maupun di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur sebagian besar memiliki kualitas tidur kurang. Namun perbandingan prosentase antara 24 Nabil & Sulistyarini, 2014. JNKI, Vol. 2, No. 1, Tahun 2014, 21-26

lansia yang memiliki kualitas tidur cukup di Dukuh Kajen dan di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur cukup signifikan, yaitu sebanyak 44,1% di Dukuh Kajen dan sebanyak 24,2% di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur dengan selisih prosentase mencapai 19,9%. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas tidur lansia yang tinggal bersama keluarga di Dukuh Kajen lebih baik dari lansia di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur. Berdasarkan wawancara peneliti menemukan bahwa perbedaan tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat tinggal lansia. Lansia yang tinggal bersama keluarga di Dukuh Kajen cenderung merasa lebih nyaman tinggal di rumah sendiri bersama keluarga sehingga kondisi tersebut mendukung terjaganya kualitas tidur mereka meskipun terdapat pula sebagian kecil lansia memiliki kualitas tidur kurang yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti adanya masalah dengan keluarga, kondisi penyakit yang sedang di alami, serta masalah ekonomi yang menjadi stressor penyebab gangguan tidur. Lansia yang tinggal di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur sebagian besar merasa kurang nyaman dengan tempat tinggal mereka sehingga berpengaruh terhadap pola tidur dan kualitas tidurnya. Gangguan tidur yang mereka alami sebagian besar berasal dari kondisi tempat tinggal yang kurang nyaman, adanya gangguan atau masalah dari sesama penghuni panti lainnya, kondisi penyakit yang sedang dialami, serta sebagian kecil mengalami kecemasan terhadap keluarga. Tempat tinggal dan lingkungan merupakan hal yang penting karena mempunyai dampak utama pada kesehatan lansia. 4 Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada lingkungan yang tenang akan memungkinkan seseorang dapat tidur dengan nyenyak. Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising dan gaduh akan menghambat sesorang untuk tidur. 12 Lansia yang tinggal bersama keluarga di Dukuh Kajen cenderung merasa lebih nyaman tinggal di rumah sendiri bersama keluarga, hal ini sesuai dengan pendapat Maryam et al 2008. Bahwa setiap anggota keluarga memiliki peranan penting dalam melakukan perawatan terhadap lansia. Dalam mempertahankan kesehatan lansia, keluarga merupakan support sistem utama. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi, serta memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia. Kondisi ini yang nantinya dapat mempengaruhi lansia yang tinggal bersama keluarga untuk mepertahankan kualitas tidurnya. 1 Lansia yang tinggal di panti PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur sebagian besar adalah lansia terlantar yang memiliki masalah ekonomi dan sosial yang tidak memiliki keluarga dan tempat tinggal. Perasaan jauh dari keluarga dan rasa terbuang dari orang-orang yang disayangi itulah yang membuat lansia merasa dirinya tersisih. Lansia yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi ketahanan tubuh lansia yang diterimanya dari lingkungan sekitar, maka tekanan atau stressor pada diri lansia berpengaruh pada pola tidur dan kualitas tidurnya. Stress dan lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Penelitian yang dilakukan oleh Rosita (2012) tentang Stressor Sosial Biologi Lansia Panti Wredha Usia dan Lansia Tinggal Bersama Keluarga di Surabaya menjelaskan bahwa lansia yang di panti dengan lansia yang bersama keluarga memiliki perbedaan karakteristik maupun perilaku dalam kesehariannya. Perbedaan tersebut mengacu pada stressor dari lingkungan internal maupun eksternal yang diterima lansia. Lansia yang bersama keluarga, secara kondisi lingkungan tempat tinggal mempengaruhi timbulnya suatu stressor dan hal tersebut mempengaruhi kondisi psikologis dari para lansia, seperti perasaan marah, kecewa atau tertekan terhadap kondisi yang dialaminya seperti terjadi atau timbulnya masalah di dalam keluarga. Stressor atau tekanan dari lingkungan internal dan eksternal pada lansia di panti ialah lebih kepada hubungan antara penghuni yang tidak cocok dalam bergaul antara satu dengan lainnya, sehingga dapat menimbulkan pertengkaran dengan sesama penghuni panti. Para lansia dapat mengalami ketidakcocokan dengan yang lainnya. Selain itu, para lansia juga dapat berhubungan dengan hamonis pada sesama penghuni. 13 Simpulan dan Saran Simpulan 1. 2. 3. 4. Kesimpulan dari penelitian ini adalah : Lansia yang tinggal bersama keluarga di Dukuh Kajen sebagian besar memiliki kualitas tidur kurang sebanyak 55 orang (49,6%). Lansia yang tinggal di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur sebagian besar memiliki kualitas tidur kurang sebanyak 41 orang (66,1%). Lansia yang mempunyai kualitas tidur cukup atau baik lebih banyak pada lansia yang tinggal bersama keluarga di Dukuh Kajen (44,1%) dibandingkan dengan lansia yang tinggal di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur (24,2%). Ada perbedaan kualitas tidur lansia yang tinggal bersama keluarga di Dukuh Kajen dan lansia di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur. Perbedaan Kualitas Tidur Lansia yang Tinggal Bersama Keluarga dengan Lansia di PSTW 25

Saran 1. 2. 3. 4. Bagi lansia Lansia perlu mengatur aktivitas yang seimbang dan menghindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya gangguan tidur sehingga dapat memperoleh jumlah istirahat yang cukup. Dengan demikian diharapkan kualitas tidurnya menjadi lebih baik dari sebelumnya dan gangguan tidur berkurang. Bagi keperawatan Perawat agar lebih aktif dalam memberikan penyuluhan dan asuhan keperawatan, terutama mengenai kualitas tidur. Bagi Pengurus Panti Khususnya bagi pengurus PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur, sebagai pengganti keluarga hendaknya meningkatkan dalam pemberian dukungan keluarga, seperti memberikan kasih sayang pada lansia, memberikan pujian, membantu kegiatan dalam sehari-harinya. Bagi peneliti lain Perlu dikaji variabel-variabel lain yang berhubungan dengan kualitas tidur, seperti faktor penyakit, latihan dan kelelahan, obat, nutrisi, motivasi, dan stress psikologi. Daftar Pustaka 1. Maryam RS, Ekasari MF, Rosidawati, Jubaedi A, Batubara I. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Salemba Medika, Jakarta. 2. Hidayat A.A. 2008. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Salemba Medika, Surabaya. 3. Stanley, Mickey, dan Patricia. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. EGC, Jakarta. 4. Potter, Patricia A. dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, Vol.I, E/4. EGC, Jakarta. 5. Nugroho, Wahjudi. 2006. Keperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi 3. EGC, Jakarta. 6. Widuri, Hesti. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Lanjut Usia ditatanan Klinik. Fitramaya, Yogyakarta. 7. Bandiyah, Siti. 2009. Lanjut usia dan Keperawatan Gerontik. Nuha Medika, Yogyakarta. 8. BPS. 2010. Statistik Penduduk Lanjut Usia Provinsi DI Yogyakarta 2010. BPS, Jakarta. 9. Shintya, LA. 2012. Pengaruh Kualitas Tidur Pada Kualitas Hidup Lansia Penderita Penyakit Kronis Di Rumah Sakit Advent Manad. Dalam http://igenursing.weebly.com/ uploads/1/4/3/9/14390416/fix_jku_mem_lea.pdf. Jumat, 3 Mei 2013, jam 14.30 WIB. 10. Komnas Lansia, 2011. Lanjut Usia Dan Dampak Sistemik Dalam Siklus Kehidupan. Dalam http:// www.komnaslansia.go.id/modules.php?name= News&fi le=article&sid=63. Jumat, 3 Mei 2013, jam 13.30 WIB. 11. Putra SR. 2011. Tips Sehat dengan Pola Tidur Tepat dan Cerdas. Buku Biru, Yogyakarta. 12. Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Salemba Medika, Jakarta. 13. Rosita. 2012. Stressor Sosial Biologi Lansia Panti Werdha Usia dan Lansia Tinggal Bersama Keluarga. Dalam http://journal.unair.ac.id/ filerpdf/04 Rosita ---- Lansia di Panti WerdhaUsia dan Lansia Tinggal Bersama Keluarga.pdf. Jumat, 3 Mei 2013, jam 15.00 WIB. 26 Nabil & Sulistyarini, 2014. JNKI, Vol. 2, No. 1, Tahun 2014, 21-26