Pengaruh Musik Campursari Terhadap Penurunan Skor Depresi pada Lansia di PSTW Unit Budi Luhur Yogyakarta
|
|
- Bambang Tan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Pengaruh Musik Campursari Terhadap Penurunan Skor Depresi pada Lansia di PSTW Unit Budi Luhur Yogyakarta Siti Suwarsih¹, Kirnantoro², Wahyu Dewi Sulistyarini³ 1,3 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 2 Program Studi Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Yogyakarta Jalan Tata Bumi No. 3, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta Abstrak Depresi merupakan masalah kesehatan yang cukup serius, WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa depresi telah menduduki urutan ke empat dari penyakit di dunia. Penanganan depresi ada beberapa terapi, salah satunya adalah musik.musik campursari adalah pengobatan non farmakologis untuk mengurangi skor depresi di kalangan lansia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh musik campursari terhadap penurunan skor depresi pada lansia di PSTW unit Budi Luhur Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan quasi eksperimental two group. Teknik sampling yang digunakan adalah proposive sample dan diperoleh total sampel sebesar 28 orang yang terdiri dari 14 orang sebagai kelompok eksperimen dan 14 orang sebagai kelompok kontrol. Hasil musik campursari mampu menurunkan skor depresi pada lansia. Hal ini dibuktikan bahwa pada kelompok eksperimen rata-rata penurunan skor depresi sebesar 1,57, sedangkan pada kelompok kontrol mengalami kenaikan rata-rata skor depresi sebesar 0,14, sehingga perbedaan yang signifikan ditunjukkan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan hasil p-value = 0,005 dan tingkat keandalan yang digunakan ialah 95%. Kesimpulan musik campursari dapat digunakan sebagai alternatif dalam pemberian terapi non farmakologi pada lansia yang mengalami depresi. Peneliti menyarankan kepada perawat gerontik untuk menggunakan musik campursari dalam terapi depresi pada lansia. Kata Kunci: musik campursari, depresi, lanjut usia Info Artikel: Artikel dikirim pada 12 April 2013 Artikel diterima pada 15 April 2013 PENDAHULUAN Lansia ialah orang yang telah mencapai usia 60 tahun atau lebih(1). Pada usia tersebut lansia banyak mengalami penurunan antara lain penurunan fungsi fisik, pengindraan juga kemunduran mental atau psikologis. Kemunduran mental dikarenakan oleh kesibukan sosial pada lansia berkurang yang kemudian menyebabkan berkurangnya integrasi dengan lingkungan(2). Hal ini menjadikan lansia kurang dihargai dan merasa tidak berguna sehingga lansia akan merasa kesepian. Kesepian yang berkepanjangan dapat menyebabkan depresi(1). Friedman menyatakan bahwa depresi dapat terjadi ketika lansia telah kehilangan pasangan (orang yang dicintai), kemunduran kemampuan atau kekuatan fisik, penyakit fisik, dukungan keluarga, perekonomian dan sosial(3). Depresi merupakan suatu masalah kesehatan yang cukup serius di kalangan masyarakat. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa depresi telah menduduki urutan ke empat dari penyakit di dunia. Sekitar 20% wanita dan 12% laki-laki pernah mengalami depresi(4). Sedangkan survey dari beberapa negara di dunia prevalensi depresi pada lansia sekitar 8 15% dengan rata-rata prevalensi lansia yang mengalami depresi ialah 13,5% dengan perbandingan pria dan wanita 14,1:8,5. Depresi dapat diartikan sebagai bentuk gangguan emosi yang menunjukkan perasaan tertekan, sedih, tidak berharga, serta tidak memiliki harapan pada masa depan(1). Kondisi rileks dapat menurunkan perasaan depresi sehingga banyak model terapi depresi yang dilakukan dengan mempengaruhi perasaan klien sehingga mendatangkan perasaan Pengaruh Musik Campursari terhadap Penurunan Skor Depresi pada Lansia di PSTW Unit Budi Luhur Yogyakarta 37
2 senang dan memuaskan. Salah satu upaya yang dilakukan ialah dengan terapi musik(1). Musik ialah suatu produk budaya yang cukup tua yang merupakan suatu bunyi-bunyian yang tersusun dalam suatu melodi(5). Ditunjukkan oleh Gouk bahwa sejak berabad abad yang lalu musik telah dijadikan sebagai media penyembuh suatu penyakit(6). Musik menurut Harmayetty sebagai bahasa universal yang dapat menjadi salah satu terapi relaksasi(7). Hal ini juga diungkapkan oleh Cheryl Dileo, profesor musik serta Direktur Pusat Penelitian Seni dan Meningkatkan Kualitas Hidup, Universitas Temple, Philadelphia, Amerika Serikat (AS), bahwa terapi musik merupakan cara yang mudah serta bermanfaat positif bagi tubuh, psikis, serta dapat meningkatkan daya ingat, dan hasilnya akan lebih baik apabila terapi ini dilakukan secara khusus(8). Hal serupa juga disampaikan oleh Setiadarma bahwa musik merupakan salah satu cara untuk mempengaruhi kestabilan emosi(9). Menurut Adelina mendengarkan musik tradisional jawa dapat mempengaruhi pengeluaran hormon serotonin. Hormon serotonin dapat menimbulkan rasa bahagia, karena merupakan neuro transmiter yang mempengaruhi perasaan(9). Depresi biasa dialami oleh lansia karenakan beberapa faktor penyebab, yaitu faktor psikososial dan juga karena rendahnya kadar serotonin di otak(9). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di PSTW unit Budi Luhur Kasongan, Bantul Yogyakarta dan dari hasil wawancara dengan ibu Surantini sebagai pengurus panti pada hari Selasa 15 November 2011, diperoleh data jumlah lansia yang bertempat tinggal di Panti Sosial Tresna Wreda unit Budi Luhur sebanyak 88 orang, yang terdiri dari 24 laki laki dan 56 perempuan. Dan dari hasil wawancara dengan pengurus panti, di PSTW terdapat 9 bangsal yang ditempati oleh lansia, bangsal tersebut terdiri dari bangsal A hingga bangsal I, akan tetapi terdapat satu bangsal yang digunakan untuk bangsal perawatan khusus. Jumlah Lansia yang berada di bangsal perawatan khusus sebanyak 11 orang. Di PSTW Budi luhur ada dua kelompok lansia, yaitu kelompok swadana keluarga, dan lansia kelompok murni (yang dibiayai oleh pemerintah), pengurus panti juga menginformasikan keadaan psikologis dari lansia yang tinggal di PSTW Budi Luhur, terdapat lansia yang menunjukkan sikap tidak senang, karena merasa dikucilkan keluarganya, dan ada pula lansia yang lebih suka menyendiri, sedangkan mayoritas lansia tetap beraktivitas bersama temanteman sesama lansia lainnya. Di dalam PSTW unit Budi Luhur belum ada terapi musik secara khusus yang memberikan musik-musik campursari, hanya saja di Panti Sosial Tresna Wreda unit Budi Luhur ini telah diadakan kegiatan dendang ria bersama, kegiatan ini diadakan untuk lansia yang berada di luar panti maupun yang berada di dalam panti, akan tetapi dendang ria ini tidak menjadi kegiatan wajib lansia yang berada di dalam panti, sehingga hanya beberapa lansia yang mengikutinya. Secara umum tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh musik campursari terhadap skor depresi pada lansia di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul BAHAN DAN METODE Jenis penelitian yang digunakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode quasi eksperimental two group, yaitu dengan menggunakan kelompok perlakuan dan kelopok control sebagai pembanding. Populasi penelitian semua lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Wreda unit Budi Luhur, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, yang pada saat ini berjumlah 88 orang. Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan mempergunakan teknik non probability sampling berupa purposive sample. Kriteria inklusi dari populasi yang dapat dijadikan sample dalam penelitian ini adalah usia lanjut baik laki-laki maupun perempuan yang berusia 60 tahun ke atas, yang mengalami depresi, baik ringan, sedang maupun berat, bisa berkomunikasi dengan baik, mampu memahami bahasa jawa dengan baik, tinggal di PSTW Budi Luhur Yogyakarta selama periode penelitian, tidak dalam keadaan sakit parah yang tidak memungkinkan untuk diteliti, tidak sedang menjalani terapi depresi, bersedia menjadi responden dengan mengisi informed consent. Dari kriteria inklusi di atas didapat sampel sebanyak 28 sample, 14 sample sebagai kelompok eksperimen dan 14 sample sebagai kelompok kontrol. Lokasi penelitian di Panti Sosial Tresna Wreda unit Budi Luhur Yogyakarta, yang terletak di desa Kasongan, Bantul. Waktu penilitian dilakukan pada tanggal 23 Maret hingga tanggal 30 Maret Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala rating yaitu skala depresi geriatik Geriatrik Depression Rating Scale (GDRS)(4). Variabel Bebas dalam penelitian ini ialah: Pengaruh Musik Campursari. Variabel tergantung dalam penelitian ini ialah penurunan skor depresi pada Lansia di PSTW unit Budi Luhur Yogyakarta. HASIL DAN BAHASAN Karakteristik Responden Lansia yang menjadi responden dalam penelitian ini terdiri dari lansia yang berada di wisma A sebanyak 3 orang lansia, wisma C sebanyak 8 38 Siti Suwarsih, Kirnantoro, Wahyu Dewi Sulistyarini, JNKI, Vol. 1, No. 2, Tahun 2013, 37-42
3 orang, wisma D sebanyak 6 orang, wisma E sebanyak 5 orang, wisma G sebanyak 3 orang, wisma H sebanyak 3 orang. Karakteristik responden dibedakan berdasarkan usia, jenis kelamin serta pendidikan yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Lansia di PSTW Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Bulan April - Mei 2012 Karakteristik Responden n % Umur tahun tahun >90 tahun 0 0 Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Pendidikan Tidak Sekolah 9 32 SD/SR SMP 4 14 SMA 2 7 Kuliah 2 7 Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan lansia dengan usia antara tahun memiliki frekuensi terbanyak yaitu 19 orang (61%). Sedangkan frekuensi terendah ialah lansia dengan usia lebih dari 90 tahun yaitu hanya terdapat 1 orang (3%). Sedangkan untuk jenis kelamin sebagian besar ialah perempuan yaitu sebanyak 17 orang (55%) dan lansia yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 14 orang (45%). Untuk riwayat pendidikan lansia yang berlatar belakang pendidikan SD/SR memiliki jumlah frekuensi paling tinggi yaitu 11 orang (39%) sedangkan yang memiliki riwayat pendidikan hingga perguruan tinggi hanya terdapat 2 orang lansia (7%). Analisis Data Penelitian Tingkat Depresi pada Lansia Sebelum Terapi Musik Tingkat depresi pada lansia di PSTW unit Budi Luhur sebelum pemberian musik campursari dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Distribusi Persentase Tingkat Depresi Lansia Sebelum Terapi Musik Campursari Tingkat Depresi n % Non Depresi 0 0 Depresi Ringan Depresi Sedang 1 4 Depresi Berat 0 0 Jumlah Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui lansia yang mengalami depresi ringan sejumlah 27 orang (96%), sedangkan 1 orang lansia (4%) mengalami depresi berat. Skor Depresi pada Lansia Sebelum dan Sesudah Pemberian Musik Campursari Untuk mengetahui perbedaan skor depresi pada lansia sebelum dan sesudah pemberian musik campursari dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Skor Depresi Lansia Sebelum Pemberian Musik Campursari dan Skor Depresi Lansia Setelah Pemberian Musik Campursari Kelompok Skor Pretest Skor Posttest Eksperiment 6 5 Eksperiment 8 6 Eksperiment 6 6 Eksperiment 7 4 Eksperiment 6 3 Eksperiment 7 4 Eksperiment 6 5 Eksperiment 7 4 Eksperiment 8 6 Eksperiment 7 7 Eksperiment 6 4 Eksperiment 8 5 Eksperiment 6 5 Eksperiment 5 7 Kontrol 6 6 Kontrol 7 7 Kontrol 7 6 Kontrol 6 5 Kontrol 5 5 Kontrol 6 6 Kontrol 6 6 Kontrol 5 5 Kontrol 5 6 Kontrol 9 9 Kontrol 7 7 Kontrol 6 7 Kontrol 6 8 Kontrol 8 8 Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat pada kelompok eksperimen terdapat 11 orang lansia mengalami penurunan skor depresi setelah pemberian musik campursari dan terdapat 2 lansia yang memiliki skor depresi tetap sedangkan yang mengalami kenaikan skor depresi terdapat 1 orang lansia. Pada kelompok kontrol 2 orang lansia mengalami penurunan skor depresi sedangkan yang memiliki skor depresi tetap pada saat pretest dan posttest terdapat 9 orang dan yang mengalami kenaikan skor depresi terdapat 3 orang. Pengaruh Musik Campursari terhadap Penurunan Skor Depresi pada Lansia di PSTW Unit Budi Luhur Yogyakarta 39
4 Uji Perbedaan Pretest dan Postest pada Kelompok Eksperimen Untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata pretest dan nilai rata-rata posttest pada kelompok eksperimen, peneliti menguji dengan uji statistik paired samples test atau uji t-test berpasangan. Hasil uji statistik dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Uji Perbedaan Pretest dan Postest pada Kelompok Eksperimen Variabel Mean SD SE p-value Nilai Pretest 6,64 0,929 0,248 0,002 Nilai Posttest 5,03 1,207 0,322 Berdasarkan data uji perbedaan skor pretest dan postest diketahui nilai signifikasi 0,002 berarti nilai signifikasi < α= 0,05 sehingga Ho di tolak dan Ha diterima atau dengan kata lain ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai pretest dan rata-rata nilai postest pada kelompok eksperimen. Hasil Uji Skor Depresi Setelah Pemberian Terapi Musik Campursari Setelah pemberian terapi musik campursari, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberi posttest. Skor posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol kemudian diuji dengan menggunakan uji statistik t-test digunakan uji statistik t-test karena sampel merupakan sampel yang berdistribusi normal. Hasil uji statistik dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Uji Perbedaan Nilai Posttest Kelompok Eksperimen dan Nilai Posttest Kelompok Kontrol Variabel Mean SD SE t p-value Kelompok 5,07 1,207 0,322-3,109 0,005 Eksperimen Kelompok Kontrol 6,50 1,225 0,327 Dari uji perbedaan nilai posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol didapat nilai signifikasi 0,005 dan nilai t hitung -3,109. nilai signifikasi (0,005) < α=0,005 sehingga menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara nilai posttest kelompok eksperimen dan nilai posttest kelompok kontrol. Nilai negatif (-) pada nilai t menunjukkan rata-rata nilai posttest kelompok eksperimen lebih kecil dari nilai rata-rata kelompok kontrol. Hasil penelitian pada Tabel 1 menunjukkan lansia dengan usia antara tahun berjumlah 17 orang (61%), usia sebanyak 11 orang (39%) dan tidak terdapat lansia yang memiliki usia lebih dari 90 tahun (0%). Dijelaskan oleh Weinberg yang dikutip oleh Narulita bahwa selain faktor usia depresi juga bisa disebabkan oleh penyakit yang diderita atau kecacatan yang diderita, pemakaian obat-obatan (polifarmasi), peningkatan kerentanan terhadap gangguan kognitif serta jenis kelamin(10). Untuk jenis kelamin terdapat 13 orang lansia (46%) yang berjenis kelamin laki-laki sedangkan untuk lansia berjenis kelamin perempuan berjumlah 15 orang (54%). Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Suardiman, bahwa angka harapan hidup pada perempuan lebih tinggi dari angka harapan hidup laki-laki sehingga banyak lansia yang berjenis kelamin perempuan. Dari data tersebut didapatkan nilai p-value= 0,859 yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan nilai yang signifikan antara lansia yang berjenis kelamin laki-laki dengan lansia yang berjenis kelamin perempuan. Seperti halnya dalam penelitian Jayanti, bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat depresi pada lansia(11). Penelitian Sumardiono juga mendapatkan hasil yang sama bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat depresi lansia berdasarkan jenis kelamin(12). Sehingga dapat diartikan bahwa pada lansia yang berjenis kelamin laki-laki dan lansia yang berjenis kelamin perempuan memiliki resiko yang sama untuk mengalami depresi. Hal ini tidak sejalan dengan survey dari beberapa negara di dunia yang dikutip oleh Supartiningsih bahwa prevalensi depresi pada lansia dengan perbandingan wanita dan pria 14,1:8,5 yang berarti banyak perempuan yang mengalami depresi daripada lansia laki-laki(4). Perbedaan ini dimungkinkan karena adanya perbedaan faktor penyebab depresi pada lansia yang diambil sebagai sampel penelitian, seperti yang diungkapkan oleh Narulita yaitu prevalensi depresi selain disebabkan oleh faktor jenis kelamin juga dikarenakan adanya perbedaan hormonal, efek kelahiran, adanya perbedaan stesor psikososial(10). Lansia di Panti memiliki lingkungan yang berbeda dengan lansia yang berada di luar panti. Lansia yang berada di panti lebih cenderung mengalami depresi jenis neurotic depresion yaitu jenis depresi yang disebabkan karena tidak mampu menyelesaikan konflik yang masih bisa dipengaruhi oleh lingkungan(9). Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa lansia yang berada di panti sebagian besar memiliki latar belakang faktor 40 Siti Suwarsih, Kirnantoro, Wahyu Dewi Sulistyarini, JNKI, Vol. 1, No. 2, Tahun 2013, 37-42
5 depresi yang hampir sama dan berbeda dengan lansia yang berada di luar panti yang memiliki latar belakang faktor depresi yang bervariasi. Kemungkinan lain adanya perbedaan hasil antara peneliti dengan survey dari beberapa negara tentang hubungan jenis kelamin dengan kejadian depresi dikarenakan jumlah sampel yang diambil oleh peneliti sangat terbatas pada lansia yang berada di Panti, sehingga perlu adanya penelitian kembali mengenai hubungan antara jenis kelamin terhadap kejadian depresi dengan sempel yang lebih banyak dan lebih luas. Lansia yang berjenis kelamin laki-laki juga berkemungkinan memiliki skor depresi lebih besar dari perempuan karena berbagai hal. Seorang laki-laki akan lebih terpukul ketika mengalami sesuatu yang menyedihkan seperti ditinggal oleh pasangan yang sangat disayanginya. Lansia yang berada di PSTW unit budi Luhur 39% (11 orang) memiliki latar belakang pendidikan hingga SD/SR sedangkan yang memiliki latar belakang pendidikan hingga Perguruan Tinggi hanya 2 orang (7%) akan tetapi tingkat pendidikan tidak mempengaruhi skor depresi pada lansia. Dari uji statistik perbedaan skor depresi berdasarkan tingkat pendidikan lansia terlampir didapat hasil nilai signifikasi 0,718 yang berarti bahwa tingkat pendidikan tidak mempengaruhi skor depresi. Hasil tersebut selaras dengan penelitian Jayanti yang mengungkapkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan depresi pada usia lanjut(11). Lansia yang tidak menempuh pendidikan maupun yang menempuh pendidikan formal tetap mengalami depresi. Lansia dengan tingkat pendidikan yang rendah kemungkinan memiliki permasalahan yang sederhana sedangkan untuk lansia yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi memiliki kemungkinan permasalahan pekerjaan dan tanggung jawab yang lebih besar serta kemungkinan memiliki tingkat kekecewaan yang lebih tinggi daripada lansia yang berpendidikan rendah. Kekecewaan dapat terjadi karena merasa sudah tidak berguna bagi akibat penurunan fungsi fisik dan merasa tidak dibutuhkan lagi padahal sebelumnya merupakan orang yang dianggap penting dalam pekerjaan maupun lingkungannya dan kini merasa bahwa dirinya hanya sebagai beban orang lain, koping diri pada lansia yang akan mempengaruhi lansia terhadap kejadian depresi. Koping yang baik akan mengurangi sindrom depresi pada lansia(11). Sedangkan koping setiap individu berbeda-beda. Berdasarkan Tabel 4 menjelaskan hasil uji perbedaan skor pretest dan postest pada kelompok eksperimen dan diketahui nilai signifikasi 0,002 berarti nilai signifikasi <α= 0,05 sehingga Ho di tolak dan Ha diteriama atau dengan kata lain ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai pretest dan rata-rata nilai postest pada kelompok eksperimen. Hasil uji ini dapat menjelaskan bahwa ada pengaruh musik campursari dalam penurunan skor depresi pada lansia. Untuk memperkuat hasil penelitian maka peneliti menguji skor postest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil uji dapat dilihat pada Tabel 5 dan didapat nilai signifikasi 0,005 dan nilai t hitung Sehingga menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara nilai postest kelompok eksperimen dan nilai postest kelompok kontrol. Nilai negatif (-) pada nilai t menunjukkan rata-rata nilai postest kelompok eksperiment lebih kecil dari nilai rata-rata kelompok kontrol sehingga musik campursari terbukti efektif untuk menurunkan skor depresi pada lansia. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Lestari bahwa pemberian terapi musik dapat digunakan sebagai salah satu alternatif penatalaksanaan depresi(9). Musik mampu mengekspresikan perasaan, mampu meningkatkan memori serta mampu berpengaruh positif terhadap emosi dan suasana hati(6). Djohan mengemukakan hasil penelitian yang menunjukkan efek biologis dari musik maupun suara, hasil penelitian tersebut ialah bahwa musik mampu meningkatkan maupun menurunkan energi otot terkait dengan stimulasi dari irama, kemudian musik juga mampu merubah cepat lambatnya tarikan nafas, mampu menimbulkan berbagai efek pada nadi, tekanan darah dan fungsi endokrin, serta musik mampu mempengaruhi perubahan pada metabolisme dan biosintesis pada berbagai proses enzim. Sehingga musik yang memiliki irama yang beraturan seperti detak jantung normal (60-80 kali permenit) yang mampu meningkatkan derajat kesehatan(6). Seperti yang dikemukakan oleh Tyas bahwa musik dengan tempo yang beraturan kebanyakan seirama dengan detak jantung manusia yaitu 60 detak setiap menitnya(5). Depresi yang terjadi pada lansia dikarenakan oleh faktor kekecewaan, faktor kurangnya rasa harga diri, faktor penolakan, serta kurangnya dukungan keluarga(4). Dari faktor-faktor yang terjadi pada lansia tersebut maka akan mempengaruhi perasaan lansia, lansia akan cenderung merasa sedih yang mendalam, ditambah pula pembentukan hormon serotonin pada lansia cenderung mengalami penurunan(7). Mendengarkan musik tradisional jawa dapat mempengaruhi pengeluaran hormon serotonin. Hormon serotonin dapat menimbulkan rasa bahagia, karena merupakan neurotransmitter yang mempengaruhi perasaan(9). Pengaruh Musik Campursari terhadap Penurunan Skor Depresi pada Lansia di PSTW Unit Budi Luhur Yogyakarta 41
6 Pemberian musik campursari yang dilakukan di PSTW unit Budi Luhur dilakukan di wisma tempat lansia beristirahat sehingga lansia dapat mendengarkan musik campursari tanpa mengganggu aktifitas lansia setiap hari seperti merajut, membaca buku, makan, menyapu maupun aktifitas yang lain. Di PSTW unit Budi Luhur juga terdapat jadwal lansia untuk mendengarkan musik maupun berdendang, akan tetapi kegiatan ini dilakukan di Aula secara bersama-sama. Kegiatan ini dapat sebagai ajang berkumpulnya seluruh lansia di PSTW Unir budi Luhur, akan tetapi kurang efektif digunakan sebagai terapi musik karena acara seringkali didominasi oleh lansia yang memiliki kepercayaan diri untuk bernyanyi, sedangkan lansia yang tidak memiliki kepercayaan diri lebih banyak diam bahkan tidak sedikit yang meninggalkan forum karena merasa tidak berguna dan merasa kurang suka dengan lansia lainnya yang mendominasi acara. SIMPULAN DAN SARAN Rata-rata skor depresi sebelum pemberian musik campursari ialah 6,64 sedangkan nilai rata-rata skor depresi setelah pemberian musik campursari ialah 5,07 sehingga rata-rata skor depresi sebelum pemberian musik campursari lebih tinggi dari skor depresi setelah pemberian musik campursari. Hasil uji t-tes pada skor posttest kelompok eksperimen dan skor posttest kelompok kontrol didapat nilai p-value =0,005 dengan t hitung =-3,109 yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara skor depresi pada kelompok eksperimen dan skor depresi pada kelompok kontrol sehingga menunjukkan bahwa pemberian terapi musik campursari pada lansia di PSTW Unit Budi Luhur Yogyakarta terbukti efektif dalam penurunan skor depresi. Saran bagi pengurus panti untuk memberikan terapi musik campursari secara rutin tiap wisma tanpa mengganggu aktivitas lansia. Bagi peneliti lain dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai acuan penelitian yang lebih dalam mengenai depresi pada lansia. RUJUKAN 1. Suardiman S. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; Mubarok W, et al. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika; Azizah L. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu; Supartiningsih. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Depresi Pada Lanjut Usia yang Tinggal di PSTW Budi luhur Yogyakarta. Program Study Ilmu Keperawatan STIKES Aisiyah Yogyakarta; Tyas E. Cerdas Emosional Dengan Musik. Yogyakarta: Atri Bumi Intaran; Djhohan. Terapi Musik Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Galang Press; Harmayetty. Musik Tembang Kenangan Menurunkan Depresi Pasien Stroke. J Ners. 2008;3(1). 8. Chaerunnisa. Pengaruh Musik dan Otak Hingga Usia Lanjut dalam [Internet] [cited 2011 Okt 30]. Available from: read /2011/06/ 08/195/465778/pengaruh-musikotak-hingga-usia-lanjut. 9. Lestari. Pengaruh Irama Musik Tradisional Jawa Terhadap Penurunan Skor Depresi Pada Lanjut Usia. J Ilmu Keperawatan. 2009;04(03): Narulita R. Perbedaan tingkat depresi pada lansia yang memiliki keluarga dengan lansia yang tidak memiliki keluarga di Panti Sosial Trisna Werdha Unit Budi Luhur, Kasongan Bantul. Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UMY Jayanti. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Depresi Lansia di Panti Wredha Wiloso Wredho Purworejo. J Ilmu Keperawatan. 2008;03(02): Sumardiono. Derajat Depresi Lansia di Panti Wredha Surakarta Aspek Demografi dan dukungan Sosial. FK UGM Yogyakarta Siti Suwarsih, Kirnantoro, Wahyu Dewi Sulistyarini, JNKI, Vol. 1, No. 2, Tahun 2013, 37-42
PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014
PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Gumarang Malau, 2 Johannes 1 Akademi Keperawatan Prima Jambi 2 STIKes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap keterbatasannya akan dialami oleh seseorang bila berumur panjang. Di Indonesia istilah untuk
Lebih terperinciGambaran Diri Tidak Berhubungan dengan Tingkat Depresi pada Lansia di UPT Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta
Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Gambaran Diri Tidak Berhubungan dengan pada Lansia di UPT Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta Arif Kusmiarto 1, Hamam Hadi 2, Rista
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical Manual of Mental Disorder, 4th edition) adalah perilaku atau sindrom psikologis klinis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 lanjut usia atau lansia merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60 tahun), baik itu pria
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. faktor genetik yang menjadi potensi dasar dan faktor lingkungan yang. hambatan pada tahap selanjutnya (Soetjiningsih, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan sumber daya manusia yang penting sebagai penerus bangsa yang akan datang dan memiliki ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia secara geografis terletak di wilayah yang rawan bencana. Bencana alam sebagai peristiwa alam dapat terjadi setiap saat, di mana saja, dan kapan saja,
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PSTW YOGYA UNIT BUDILUHUR KASONGAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PSTW YOGYA UNIT BUDILUHUR KASONGAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : HELGA DWI ARDIANTO 201110201021 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stres tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek kehidupan. Stres dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stres tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek kehidupan. Stres dapat dialami oleh siapa saja dan memiliki implikasi negatif jika berakumulasi dalam kehidupan individu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia (lanjut usia) merupakan seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial (UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata
BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Usia lanjut atau lanjut usia merupakan kelompok usia yang mengalami peningkatan paling cepat dibanding kelompok usia lainnya. Dalam bidang kesehatan, hal ini dapat dilihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2010, diperoleh data jumlah penduduk Indonesia 237.5 juta jiwa. Komposisi jumlah anak usia 0-4 tahun sebanyak 19,591,740 jiwa, sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Karena
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Karena pentingnya kesehatan bagi manusia, seluruh negara di dunia melakukan pembangunan kesehatan. Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Lansia mengalami proses menua (aging process) secara alami yang tidak dapat dihindari (Hawari, 2007). Namun pengaruh proses menua sering menimbulkan bermacam-macam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami proses penuaan di dalam kehidupannya. Menurut Padila (2013), proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang di mulai sejak permulaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
Lebih terperinciSTUDI STATUS DEPRESI PADA LANSIA
STUDI STATUS DEPRESI PADA LANSIA Suryono Dosen Akper Pamenang Pare Kediri Proses menua yang dialami lansia mengakibatkan berbagai perubahan fisik, mental, dan emosional seiring dengan bertambahnya usia.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.
47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY telah dilakukan di Puskesmas
Lebih terperinciPOLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN
POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN Efitri Novalina Siboro*, Iwan Rusdi ** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU ** Dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN
1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan meraih derajat Sarjana Keperawatan Disusun Oleh : ATIK ARYANI J 210
Lebih terperinciPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016
PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI POSYANDU DUSUN JELAPAN SINDUMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: INDAH RESTIANI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN di prediksikan jumlah lansia akan mengalami peningkatan sebesar 28,8 juta
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari tahun ke tahun jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia mengalami peningkatan, dari tahun 2006 jumlah penduduk yang memiliki harapan hidup pada usia 66,2 tahun
Lebih terperinciABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA
ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA PENGARUH TERAPI KOGNITIF TERHADAP PENURUNAN RESPON DEPRESI PADA PASIEN KUSTA Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M.Kep. Sp.Kep.J 0028108104 PROGRAM STUDI ILMU
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia tumbuh dan berkembang tidak terlepas dari proses menua. Proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tumbuh dan berkembang tidak terlepas dari proses menua. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, yang menyebabkan perubahan pada struktur dan fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu 1980-2025. Pada tahun 1980 penduduk lansia di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan. Terdapat beberapa siklus kehidupan menurut Erik Erikson, salah satunya adalah siklus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir ini menjadi salah satu faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan mental/spiritual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara urutan ke-4 dengan jumlah lansia paling banyak sesudah Cina, India dan USA. Peningkatan jumlah lansia di negara maju relatif lebih cepat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang saling berkaitan. Proses menua dapat diartikan sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal,
Lebih terperinciPriyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK
PERBEDAAN TINGKAT STRES PADA LANSIA YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA DI DESA TEBON KECAMATAN BARAT KABUPATEN MAGETAN DAN DI UPT PSLU (PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA) KECAMATAN SELOSARI KABUPATEN MAGETAN Priyoto
Lebih terperinciSekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 2
Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Pemberian Pendidikan Kesehatan Reproduksi Berpengaruh Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Seks Bebas pada Remaja Kelas X dan XI
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering diwarnai kondisi hidup yang tidak sesuai dengan harapan. Banyak faktor yang menyebabkan seorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional, telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari kemajuan ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dalam bidang medis, ilmu kedokteran
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses menua di dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
Lebih terperinciARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN
ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN OLEH : NOVANA AYU DWI PRIHWIDHIARTI 010214A102 PROGRAM
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT DEPRESI PADA USIA LANJUT DI PSTW UNIT BUDHI LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA
PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT DEPRESI PADA USIA LANJUT DI PSTW UNIT BUDHI LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Lebih terperinciLentera Vol. 14 No.2 Maret
GAMBARAN STATUS GIZI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA DESA COT BADA TUNONG KABUPATEN BIREUEN ACEH Nurhidayati Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Almuslim yun_bir_aceh@yahoo.com Gizi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Partisipan Penelitian Partisipan pada penelitian ini yaitu para lanjut usia (lansia) yang ada di Panti Wredha Salib Putih Salatiga sebagai kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah ditemukanya obat-obatan seperti antibiotika yang dapat menanggulangi penyakit infeksi berhasil menurunkan angka
Lebih terperinciPENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENOPAUSE TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU PREMENOPAUSE DI DUSUN PANDES, BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN 2011
PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENOPAUSE TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU PREMENOPAUSE DI DUSUN PANDES, BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN 2011 Atik Ismiyati INTISARI Latar Belakang : Wanita menjelang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lansia adalah seseorang yang mengalami usia lanjut. Para ahli membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia biologis (Nawawi, 2009). Pada lansia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap lingkungan. Penurunan yang terjadi berbagai
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota
55 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe merupakan Rumah Sakit Umum (RSU) terbesar yang
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH
STUDI EKSPERIMEN DENGAN METODE PENYULUHAN TENTANG SIKAP PENANGANAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) PADA REMAJA JALANAN DI RUMAH SINGGAH GIRLAN NUSANTARA SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia merupakan tahap akhir manusia mengalami penurunan fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang menurun. Menurut World Health Organization
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. eksperiment dengan pretest posttest group design. Rancangan penelitian ini
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperiment dengan pretest posttest group design. Rancangan penelitian ini terdapat kelompok
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki periode dewasa akhir atau usia tua. Periode ini merupakan periode penutup bagi rentang kehidupan seseorang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh pemerintah telah mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara umum antara lain dapat dilihat
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Erika Dewi Noorratri 1, Wahyuni 2 1,2 Stikes Aisyiyah Surakarta Jl.
Lebih terperinciArifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)-STIMULASI SENSORI TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA PASURUAN BERLOKASI DI BABAT KABUPATEN LAMONGAN Arifal Aris Dosen Prodi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terapi lingkungan merupakan salah satu bentuk upaya kuratif yang dapat dilakukan untuk membantu proses penyembuhan penyakit karena lingkungan berkaitan erat dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang dalam Pembangunan Nasional, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demensia merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi kognitif pada seseorang yang bersifat progresif dan biasanya dapat memngganggu aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi Hipertensi adalah apabila tekanan sistoliknya diatas 140 mmhg dan tekanan diastolik diatas 90 mmhg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis. Maslow (1970) mengatakan
Lebih terperinciMinat Ibu Hamil dalam Mengikuti Senam Hamil di BPRB Bina Sehat Bangunjiwo Kasihan, Bantul
Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Minat Ibu Hamil dalam Mengikuti Senam Hamil di BPRB Bina Sehat Bangunjiwo Kasihan, Bantul Dewi Masrurin 1, Sri Subiyatun 2, Nur
Lebih terperinciIRMA MUSTIKA SARI J
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PERSONAL DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orang lanjut usia adalah sebutan bagi mereka yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI
PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan
Lebih terperinciOleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang
pp PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNANTEKANANDARAH PADA LANSIA PENDERITAHIPERTENSIDI PANTISOSIAL WARGA TAMA INDRALAYA TAHUN 2014 Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penuaan merupakan tahap akhir siklus kehidupan dari perkembangan normal yang akan dialami individu dan tidak dapat dihindari (Sutikno, 2011). Seseorang mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produksi zat prostaglandin (Andriyani, 2013). Disminore diklasifikasikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari pubertas ke dewasa atau suatu proses tumbuh kearah kematangan yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depresi merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang kesehatan, pendidikan, dan pengetahuan telah membawa kemajuan salah satunya yaitu meningkatnya usia
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AGAMA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AGAMA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-I Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran, angka kesakitan dan angka kematian serta peningkatan angka harapan hidup penduduk
Lebih terperinciSurvey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin yang tidak terkendali pada waktu yang tidak terkendali dan tanpa melihat frekuensi maupun jumlahnya yang mana keadaan ini
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Fadhil Al Mahdi STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin *korespondensi
Lebih terperinciKata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.
PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT PADA LANSIA DI UPT PANTI SOSIAL PENYANTUNAN LANJUT USIA BUDI AGUNG KUPANG Yasinta Asana,c*, Maria Sambriongb, dan Angela M. Gatumc
Lebih terperinciABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015
ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015 Fatma Abd Manaf 1, Andi ayumar 1, Suradi Efendi 1 1 School od Health
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah proporsi penduduk lanjut usia (lansia). Proyeksi dan data-data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk lanjut usia (lansia) merupakan penduduk yang telah memasuki periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan suatu negara adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi menjadi salah satu prioritas masalah kesehatan di Indonesia maupun di seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang berlangsung
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA DI UPT WREDHA BUDI DHARMA PONGGALAN GIWANGAN UMBULHARJO YOGYAKARTA SKRIPSI
PENGARUH TERAPI RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA DI UPT WREDHA BUDI DHARMA PONGGALAN GIWANGAN UMBULHARJO YOGYAKARTA SKRIPSI Disusun oleh: Ardiani Wahyu Cahyaningsih 201210201007 PROGRAM
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia merupakan periode penutup bagi rentang kehidupan seseorang dimana telah terjadi kemunduran fisik dan psikologis secara bertahap (Hurlock, 1999). Proses
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia (lansia) merupakan suatu keadaan atau proses alamiah yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Memasuki usia tua terjadi banyak perubahan baik itu perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penuaan merupakan sebuah proses yang terjadi secara alami dan tidak dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari tantangan kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai
Lebih terperinciAji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *)
Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan ISSN 2460-4143 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI DESA NGUTER KABUPATEN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan. Perubahan-perubahan
Lebih terperinciPENGARUH LATIHAN HATHA YOGA TERHADAP TINGKAT STRES PADA WANITA DI DUSUN KARANG TENGAH SLEMAN YOGYAKARTA
PENGARUH LATIHAN HATHA YOGA TERHADAP TINGKAT STRES PADA WANITA DI DUSUN KARANG TENGAH SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: TITIS PUSPITA WARDANI 201110201136 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Lebih terperinciStudy Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi
Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi Oleh : Nurul Hidayah, S.Kep.Ns ABSTRAK Latar belakang : Diabetes mellitus adalah penyakit kronis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hipertensi (tekanan darah tinggi) sering dikatakan sebagai silent killer
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi (tekanan darah tinggi) sering dikatakan sebagai silent killer atau penyakit yang dapat menimbulkan kematian tanpa disertai dengan gejalagejala terlebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur harapan hidup penduduk yang semakin meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan pelayanan
Lebih terperinciWIJI LESTARI J
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MANAJEMEN STRES PADA PENDERITA HIPERTENSI TERHADAP PENGETAHUAN MANAJEMEN STRES DI POSYANDU LANSIA AISIYAH TIPES SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. panjang dibandingkan dengan negara berkembang. Perbandingan tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk di negara maju mempunyai usia harapan hidup lebih panjang dibandingkan dengan negara berkembang. Perbandingan tersebut berdasarkan jenis kelamin menunjukkan
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG Siti Romadoni, Aryadi, Desy Rukiyati PSIK STIKes Muhammadiyah Palembang Rumah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas, menurut UU RI No.13 Tahun 1998 Bab 1 Pasal 1. Perubahan fisiologis akan muncul saat seseorang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data badan pusat statistik RI (2012), prevalensi jumlah penduduk lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo merupakan provinsi
Lebih terperinciPENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP TINGKAT DEMENSIA PADA LANSIA
JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOL. IV, NO. 1, AGUSTUS 2016 47 PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP TINGKAT DEMENSIA PADA LANSIA Sarifah Dwi Wulan Septianti¹, Suyamto², Teguh Santoso³ 1 Mahasiswa Program
Lebih terperinci