BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di IGD pada tiga rumah sakit, yaitu:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pemasangan infus termasuk kedalam tindakan invasif atau tindakan yang dapat

BAB III METODE PENELITIAN. observasi. Berdasarkan Arifin (2012) menyebutkan penelitian deskriptif

KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN KETERAMPILAN PEMASANGAN INFUS PADA PERAWAT VOKASIONAL DAN PERAWAT PROFESIONAL RUMAH SAKIT PKU

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN PENERAPAN PROSEDUR TETAP PEMASANGAN INFUS DI RUANG RAWAT INAP RSDM SURAKARTA SKRIPSI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat. darurat (Permenkes RI No. 147/ Menkes/ Per/ 2010).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia (Potter & Perry, 2009). American Nurses Association

BAB I PENDAHULUAN. keperwatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-pisiko-sosio-spritual komprehensif

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan serta pelayanan sosial lainnya yang dilakukan (Putri, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan. Tanpa perawat, kondisi pasien akan terabaikan. dengan pasien yang dimana pelayanan keperawatan berlangsung

BAB III METODE PENELITIAN. bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang- orang di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM PENANGANAN FAJR DAN AL-HAJJI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN.

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. perawatan. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai oleh perawat melalui berbagai bentuk kegiatan, seperti gugus

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pelaksanaan pelimpahan kewenangan yang diberikan dokter kepada perawat

BAB I PENDAHULUAN. perawat berada pada posisi yang ideal untuk memantau respon obat pada pasien,

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, pertumbuhan pasar, strategi pesaing dan faktor-faktor lain yang

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun

BAB I PENDAHULUAN. care and acritical component of quality management.. Keselamatan pasien

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melakukan penelitian dan pengambilan data di bangsal Marwah. Bangsal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dalam kriteria penelitian atau masuk dalam drop out sehingga tersisa 105

Rakor Bidang Keperawatan, PP dan PA. Kirana, 9 Agustus 2016

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. spesifik, sehingga dapat dikembangkan setinggi-tingginya. Hal. ini. Ada beberapa kategori tingkat pendidikan seperti perawat

BAB I PENDAHULUAN. menjalani rawat inap. ( Wahyunah, 2011). Terapi intravena berisiko untuk terjadi komplikasi lokal pada daerah pemasangan

BAB III METODE PENELITIAN. indikator manajemen adalah penelitian denganmetode. campuran (mix method) dengan desain explanatory sequential.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. 1. Gambaran Pelaksanaan Kegiatan Penerimaan Pasien dan Koding. a. Penerimaan Pasien BPJS Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian. jalan yang banyak dikunjungi oleh customer dan menjadi produk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Gamping adalah rumah sakit swasta yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi

RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Komite Mutu dan Keselamatan Pasien. Indikator Hospital Wide Tahun 2017 (Bulan Januari s/d Desember)

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. (penelitian semu) dengan rancangan desain pretes-postes. dengan kelompok kontrol di RS PKU Muhammadiyah

RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Kepuasan Pelanggan di Atas Segala-galanya. Hasil Capaian. Indikator Hospital Wide

BAB I PENDAHULUAN. sejak tahun 2001 dengan pengentasan kemiskinan melalui pelayanan kesehatan. gratis yang dikelola oleh Departemen Kesehatan.

Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan. akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.

Pengertian. Tujuan. Ditetapkan Direktur Operasional STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL. Tanggal Terbit 15 Februari 2011

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional dimana peneliti menekankan waktu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan salah satu bagian terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa

TINJAUAN PENGGUNAAN SISTEM PENJAJARAN DRM DENGAN METODE SNF (STRAIGHT NUMERICAL FILLING) DI FILLING RUMAH SAKIT ISLAM MUHAMMADIYAH KENDAL

HUBUNGAN TINGKAT KOMPETENSI PADA ASPEK KETRAMPILAN PEMASANGAN INFUS DENGAN ANGKA KEJADIAN PLEBITIS DI RSUD BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan suatu rumah sakit. Penampilan fisik termasuk bangunan,

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap pengalaman sakit, yang disebabkan karena faktor lingkungan,

BAB I PENDAHULUAN. jantung. Prevalensi juga akan meningkat karena pertambahan umur baik lakilaki

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PESERTA JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup tinggi diantara rumah sakit baik rumah sakit swasta maupun pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan nasional untuk peningkatan mutu dan kinerja pelayanan. kuantitas. Tenaga keperawatan di rumah sakit merupakan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit dan memegang peranan penting dalam memberikan pelayanan. kesehatan. Kualitas pelayanan kesehatan dapat terwujud dengan

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BANGSAL RAWAT INAP WARDAH RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang memiliki fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. infeksi tersebut. Menurut definisi World Health Organization. (WHO, 2009), Healthcare Associated Infections (HAIs)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan agar setiap penduduk mampu


BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama diterapkan di berbagai sektor industri, kecuali di sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan upaya individu dalam menjaga dan. mempertahankan individu untuk tetap berinteraksi dengan orang lain dan

BAB I PENDAHULUAN. yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB I PENDAHULUAN. atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. orangnya. Oleh karena itu, interpretasi terhadap suatu informasi yang sama akan berbeda

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN. paripurna. Keseluruhan persyaratan tersebut harus direncanakan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa pelayanan

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan. Disusun oleh: ENDANG PANISIH J

BAB I PENDAHULUAN. sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia

DAMPAK KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS WARAKAS JAKARTA UTARA

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN IDENTIFIKASI PASIEN DI BANGSAL RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN

PENILAIAN KINERJA PELAYANAN PERAWAT PASIEN RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WONOGIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi target yang ditetapkan,hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengunakan kuantitatif dengan pendekatan deskriptif observasi pada

5. Quality Assurance (QA) Peningkatan mutu dalam pelayanan kesehatan selain berorientasi kepada proses pelayanan yang bermutu,juga hasil mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sakit antara lain pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan tempat tidur pasien, pelayanan medis dan perawatan. lanjutan untuk diagnosis dan perawatan oleh tenaga medis yang

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di IGD pada tiga rumah sakit, yaitu: 1. IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta terletak di bagian kanan depan rumah sakit. Pada bangsal ini terdapat loby dan beberapa ruangan, seperti ruangan khusus resusitasi, ruangan pemeriksaan dan ruangan untuk penyimpanan obat-obatan. Tenaga kesehatan yang bertugas di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta terdiri dari 3 aorang dokter dan 4-5 orang perawat pada setiap shift nya. Pada IGD ini terdapat beberapa tindakan keperawatan yang dilakukan seperti pemeriksaan tanda-tanda vital, pemasangan infus, pemasangan oksigen, pengambilan darah, pembersihan luka, dan pemasangan ventilator. Untuk tindakan pemasangan infus pada bangsal ini sudah terdapat SPO yang harus dijadikan pedoman. 2. IGD RS PKU Muhammadiyah Gamping IGD di RS PKU Muhammadiyah Gamping terletak disebelah kiri depan rumah sakit. IGD RS PKU Muhammadiyah Gamping mulai aktif beroperasi pada akhir tahun 2009. IGD di RS PKU Muhammadiyah Gamping cukup luas. Terdapat ruang tunggu pasien yang nyaman. Beberapa ruangan yang terdapat di IGD RS PKU Muhammadiyah Gamping diantaranya ruangan khusus untuk kepala ruang IGD, ruangan resusitasi,

ruangan pemeriksaan, ruangan untuk menyimpan obat-obatan dan ruang tunggu. Tenaga kesehatan yang bertugas di IGD ini yaitu 3 orang dokter dan 5-6 orang perawat pada setiap shift nya. Beberapa tindakan keperawatan yang dilakukan di IGD RS PKU Muhammadiyah Gamping diantaranya pemeriksaan tanda-tanda vital, pengambilan darah, pemasangan oksigen dan pemasangan infus. IGD RS PKU Muhammadiyah Gamping sudah memiliki SPO untuk pemasangan infus. 3. IGD RS PKU Muhammadiyah Bantul IGD RS PKU Muhammadiyah Bantul terletak di bagian tengah rumah sakit. IGD RS PKU Muhammadiyah Bantul sedikit sempit dan kurang tertata dengan baik. Ruang tunggu terdapat di bagian tengah sehingga membuat pasien yang mau periksa cukup terganggu. IGD RS PKU Muhammadiyah Bantul tidak memiliki ruangan khusus untuk kepala ruang, tetapi memiliki beberapa ruangan untuk resusitasi, ruangan pemeriksaan dan ruangan penyimpanan obat-obatan. Petugas kesehatan yang bekerja di IGD terdiri dari 2 orang dokter, 4-5 orang perawat dan 1 bidan pada setiap shift nya. Tindakan keperawatan yang dilakukan di bangsal IGD diantaranya, pemeriksaan tanda-tanda vital, pengambilan darah, injeksi insulin, pemasangan oksigen dan pemasangan infus. IGD RS PKU Muhammadiyah Bantul sudah memiliki SPO pemasangan infus. B. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden

Penelitian ini menggunakan subjek perawat sebanyak 50 perawat yang terdiri dari 40 perawat vokasional dan 10 perawat profesional. Karakteristik perawat dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut: Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Data Demografi Perawat di RS PKU Muhammadiyah di Wilayah Yogyakarta, Juni 2016 (n=50) No Karakteristik n % 1 Ketegori Perawat Vokasional Profesional 2 Lama Kerja 7.5 tahun > 7.5 tahun 3 Jenjang Karir PK I PK II PK III PK IV PK V Sumber : Data Primer, 2016 40 10 37 13 19 18 11 2-80 20 74 26 38 36 22 4 - Berdasarkan tabel 4.1 dilihat dari kategori perawat sebagian besar adalah perawat vokasional dengan jumlah 40 perawat (80 %) dan perawat profesional berjumlah 10 perawat (20%). Berdasarkan lama kerja, sebagian besar lama kerja perawat bekerja pada 7.5 tahun dengan jumlah 37 responden (74 %). Kategori lama kerja berdasarkan cutting point dari nilai median. Berdasarkan jenjang karir perawat, sebagian besar PK I dengan jumlah 19 perawat (38 %). 2. Karakteristik Keterampilan Perawat Vokasional dan Perawat Profesional Pada Pemasangan Infus Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.2 Karakteristik Keterampilan Pemasangan Infus Pada Perawat Vokasional di RS PKU Muhammadiyah di Wilayah Yogyakarta, Juni 2016 (n=40) No Kategori Jumlah (n) Presentase (%) 1 Terampil 21 52,5 2 Kurang Terampil 19 47,5 Total 40 100 Sumber : Data Primer, 2016 Berdasarkan tabel 4.2 perawat vokasional memiliki kategori pemasangan infus dengan kategori terampil sebanyak 21 (52,5 %) dan kategori kurang terampil sebanyak 19 (47,5 %). Tabel 4.3 Karakteristik Keterampilan Pemasangan Infus Pada Perawat Profesional di RS PKU Muhammadiyah di Wilayah Yogyakarta, Juni 2016 (n=10) No Kategori Jumlah (n) Presentase (%) 1 Terampil 7 70 2 Kurang Terampil 3 30 Total 40 100 Sumber : Data Primer, 2016 Berdasarkan tabel 4.3 perawat profesional memiliki kategori pemasangan infus adalah terampil sebanyak 21 (52,5 %) dan kategori kurang terampil sebanyak 19 (47,5 %). 3. Karakteristik Keterampilan Pada Perawat Vokasional dan Perawat Profesional Berdasarkan Tahapan Pemasangan Infus Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.4 Karakteristik Keterampilan Pada Perawat Vokasional dan Perawat Profesional Berdarkan Tahapan Pemasangan Infus, Juni 2016 (n=50)

Perawat Vokasional Perawat Profesional No Tahapan Kurang Terampil Kurang Terampil n % n % n % n % 1 Pra Interaksi 27 67,5 13 32,5 8 80 2 20 2 Orientasi 14 35 26 65 5 50 5 50 3 Implementasi 12 30 28 70 4 40 6 60 4 Terminasi 18 45 22 55 5 50 5 50 5 Dokumentasi 23 57,5 17 42,5 7 70 3 30 Sumber : Data Primer, 2016 Berdasarkan tabel 4.4 pada tahap pra interaksi mayoritas kategori perawat adalah kurang terampil sebanyak 80 %. Pada tahap orientasi mayoritas kategori perawat adalah terampil sebanyak 60 %. Pada tahap implementasi mayoritas kategori perawat adalah terampil sebanyak 80 %. Pada tahap terminasi mayoritas kategori perawat adalah terampil sebanyak 55 %. Pada tahap dokumentasi mayoritas kategori perawat adalah kurang terampil sebanyak 70 %. 4. Hasil Crosstab Berdasarkan Karakteristik Responden Dengan Kategori Keterampilan Pemasangan Infus Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.5 Hasil Crosstab Berdasarkan Karakteristik Responden Dengan Kategori Keterampilan Pemasangan Infus, Juni 2016 (n=50) Kategori Keterampilan No Variabel Kurang Terampil Terampil n % n % 1 Kategori Perawat Vokasional Profesional 19 47.5 3 30 21 52.5 7 70 2 Lama kerja 7.5 tahun 27 54 10 46

> 7.5 tahun 7 53 6 47 3 Jenjang Karir PK I PK II PK III PK IV PK V Sumber : Data Primer, 2016 13 26 13 26 9 18 2 4 - - 6 12 5 10 2 4 0 0 - - Berdasarkan tabel 4.5 variabel kategori perawat mayoritas memiliki kategori yaitu terampil pada perawat profesional sebanyak 21 (52.5 %). Pada variabel lama kerja mayoritas memiliki kategori kurang terampil pada masa kerja selama 7.5 tahun dengan jumlah 27 (54 %). Pada variabel jenjang karir mayoritas memiliki kategori kurang terampil pada jenjang PK I dan PK IV dengan jumlah 13 (26%). C. Pembahasan 1. Karakteristik Responden a. Kategori Perawat Berdasarkan kategori perawat, sebagian besar responden adalah perawat vokasional. Menurut asumsi peneliti, banyaknya perawat vokasi di rumah sakit karena setiap ruang perawatan hanya membutuhkan satu orang kepala ruang dengan minimal tingkat pendidikan sarjana keperawatan dan perawat lain adalah perawat pelaksana dengan minimal pendidikan diploma tiga keperawatan. Martono (2006) mengatakan jumlah lulusan perawat vokasi setiap tahun mencapai 35.000 perawat. Sedangkan lulusan perawat profesi setiap tahun hanya mencapai 6.000 perawat. Hal ini sejalan dengan data dari Kementrian Kesehatan (KEMENKES) tahun 2014 jumlah perawat di

Indonesia sampai dengan tanggal 31 Desember 2014 sebanyak 281.111 perawat. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi keterampilan seseorang. Hal ini sejalan dengan Notoadmodjo (2007) menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan mempengaruhi pola pikir, sikap dan perilaku seseorang menjadi lebih baik sehingga semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan mempengaruhi proses belajar dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang. Penelitian dari Wayunah, Elly, Sigit (2008) tentang hubungan pengetahuan perawat tentang terapi infus mempengaruhi kejadian plebitis dan kenyamanan pasien, didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat tentang pemasangan infus dengan kejadian plebitis. b. Lama Kerja Berdasarkan lama kerja, sebagian besar perawat bekerja selama 7.5 tahun selama di rumah sakit. Menurut asumsi peneliti, hal tersebut dapat terjadi karena ada perawat yang sebelum bekerja di IGD sudah bekerja di ruang perawatan lain dan pada IGD RS PKU Muhammadiyah Gamping mulai aktif terbuka buat umum pada akhir tahun 2009. Dari hasil penelitian yang didapat, peneliti melihat bahwa lama kerja dapat mendukung keterampilan pemasangan infus. Lama kerja seseorang akan membentuk pengalaman kerja. Semakin lama pengalaman kerja yang dijalani, maka akan semakin banyak pengalaman yang diperoleh sehingga mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini sesuai dengan

Ranupantoyo dan Saud (2005) yang mengatakan bahwa semakin lama seseorang bekerja pada suatu pekerjaan yang ditekuni, maka akan semakin berpengalaman sehingga keterampilan kerja akan semakin baik. Hasil penelitian lain dari Faizin (2008) menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara lama kerja perawat dengan kinerja perawat di RSU Pandan Arang kabupaten Boyolali. c. Jenjang Karir Berdasarkan jenjang karir, sebagian besar jenjang karir perawat adalah PK I yang termasuk kedalam perawat profesional. Menurut asumsi peneliti, perawat vokasional dengan PK I lebih banyak karena mayoritas pengalaman bekerja selama 7.5 tahun. Dari hasil penelitian, peneliti melihat bahwa semua perawat dengan jenjang karir PK I sudah memiliki keterampilan pemasangan infus dengan baik. Jenjang karir seorang perawat dapat meningkatkan kinerja perawat. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Suroso (2011) tentang penataan sistem jenjang karir berdasar kompetensi dalam meningkatkan kepuasan dan kinerja perawat di rumah sakit. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan sistem jenjang karir berdasarkan kompetensi terbukti secara klinis dan riset dapat meningkatkan kepuasan dan kinerja seorang perawat di beberapa rumah sakit di Indonesia. Menurut Tan (2008) jenjang karir merupakan upaya formal yang terencana dan terorganisir untuk mencapai suatu keseimbangan anatar kebutuhan karir individu dengan tuntutan pekerjaan sehingga tercapai kinerja yang baik.

2.Karakteristik Keterampilan Pemasangan Infus Pada Perawat Vokasional dan Perawat Profesional Berdasarkan tabel 4.2 perawat vokasional memiliki kategori terampil sebanyak 21 orang dan kategori kurang terampil sebanyak 19 orang. Berdasarkan tabel 4.3 perawat profesional memiliki kategori terampil sebanyak 7 orang dan kategori kurang terampil sebanyak 3 orang. Menurut asumsi peneliti, perbedaan kategori tersebut dapat terjadi karena perawat memiliki kompetensi dasar yang sama dan mempunyai kewenangan yang berbeda berdasarkan standar kompetensi. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) tahun 2005 menyebutkan bahwa perawat vokasional dan perawat profesional memiliki 12 kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh masing-masing. Dari 12 kompetensi dasar tersebut salah satunya adalah memfasilitasi kebutuhan cairan dan elektrolit. Dalam hal ini memfasilitasi kebutuhan cairan melalui intra vena yaitu pemasangan infus. Hal ini menegaskan bahwa kompetensi dasar perawat vokasional dan perawat perofesional dalam pemasangan infus adalah sama. Keterampilan perawat dalam pemasangan infus dapat dipengaruhi oleh jenjang karir. Penelitian lain dilakukan oleh Upoyo (2013) tentang keterampilan mahasiswa keperawatan dalam memasang infus dengan menggunakan metode pembelajaran demonstrasi dan media audiovisual di Akademi Keperawatan (AKPER) Yakpermas Banyumas. Hasil pada

penelitian ini menyatakan sebagian besar mahasiswa keperawatan memiliki keterampilan yang baik dalam pemasangan infus. 3.Karakteristik Keterampilan Perawat Vokasional dan Perawat Profesional Berdasarkan Tahapan Pemasangan Infus Pada tabel 4.4 pada tahap pra interkasi mayoritas perawat memiliki kategori kurang terampil. Hal tersebut terjadi karena perawat berasumsi tahap pra interkasi tidak harus selalu dilakukan. Stuart dan Sundeen (2002) mengatakan terdapat empat tahap / fase dalam melakukan komunikasi terapeutik pada perawat yaitu tahap pra interaksi, tahap orientasi, tahap implementasi, tahap terminasi.. Pada tahap orientasi mayoritas perawat memiliki kategori terampil. Menurut asumsi peneliti hal ini terjadi karena pada tahap tersebut perawat mulai langsung berinteraksi dengan pasien dan harus memberikan kesan yang baik. Pada tahap implementasi mayoritas perawat memiliki kategori terampil. Menurut asumsi peneliti perawat memiliki kategori terampil pada tahap implementasi karena tahap tersebut merupakan hal terpenting dari pelayanan keperawatan. Pada tahap terminasi mayoritas perawat memiliki kategori terampil. Menurut asumsi peneliti perawat memiliki kategori terampil pada tahap terminasi karena tahap tersebut merupakan hal terpenting dari pelayanan keperawatan.. Pada tahap dokumentasi mayoritas perawat memiliki kategori kurang terampil. Menurut asumsi peneliti perawat kurang terampil pada tahap dokumentasi karena perawat merasa malas dan langsung melakukan tindakan yang lain sehingga perawat lupa.

4.Crosstab Karakteristik Responden Dengan Kategori Keterampilan Pemasangan Infus Berdasarkan tabel 4.5 perawat vokasional dan perawat profesional keduanya memiliki kategori terampil dalam pemasangan infus. Menurut asumsi peneliti, perawat vokasional dan perawat profesional memiliki kategori terampil dalam pemasangan infus karena pada tahap implementasi mayoritas perawat sudah patuh terhadap SPO. Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian dari Supriyanto (2008) yang menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan perawat dengan kepatuhan penerapan prosedur pemasangan infus di ruang rawat inap RSDM Surakarta. Pada variabel lama kerja 7.5 tahun memiliki kategori kurang terampil dalam pemasangan infus. Variabel lama kerja memiliki kategori kurang terampil pada pemasangan infus karena mayoritas perawat bekerja di rumah sakit selama 7.5 tahun dan masih memerlukan pengalamn kerja lebih lama lagi. Hal ini sesuai dengan Menurut, Ranupantoyo dan Saud (2005) mengatakan semakin lama seseorang bekerja pada suatu pekerjaan yang ditekuni maka akan semakin berpengalaman sehingga keterampilan kerja akan semakin baik. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian dari Faizin (2008) bahwa terdapat hubungan antara lama kerja perawat dengan kinerja perawat di RSU Pandan Arang kabupaten Boyolali. Pada variabel jenjang karir mayoritas PK I dan PK II memiliki kategori kurang terampil. Hal ini terjadi karena perawat bekerja belum lama yaitu

kurang dari 5 tahun. Sebenarnya jenjang karir dapat meningkatkan kinerja yang baik pada seseorang. Tan (2008) mengatakan jenjang karir merupakan upaya formal yang terencana dan terorganisir untuk mencapai suatu keseimbangan anatar kebutuhan karir individu dengan tuntutan pekerjaan sehingga tercapai kinerja yang baik. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Suroso (2011) tentang penataan sistem jenjang karir berdasar kompetensi dalam meningkatkan kepuasan dan kinerja perawat di rumah sakit. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan sistem jenjang karir berdasarkan kompetensi terbukti secara klinis dan riset dapat meningkatkan kepuasan dan kinerja seorang perawat di beberapa rumah sakit di Indonesia. D. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian 1. Kekuatan Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dengan menggunakan checklist keterampilan pemasangan infus. Kemudian dari sampel yang diambil berjumlah 50 perawat dengan jumlah perawat vokasional 40 orang dan jumlah perawat profesional 10 orang. Penelitian menggunakan total sampling sehingga dapat menggambarkan kondisi perawat yang ada ada di IGD. 1. Kelemahan Penelitian Pengambilan data atau observasi dilakukan oleh peneliti sendiri sehingga bisa dimungkinkan bias karena peluang perawat untuk memperbagus tindakan saat dinilai lebih besar.