BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan produktif dibutuhkan status kesehatan yang tinggi dan. peningkatan sistem pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Olahraga merupakan kebutuhan yang tidak asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi muda yang memiliki potensi untuk. meneruskan cita-cita perjuangan bangsa yang sedang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia,

BAB I. Aktivitas fisik setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. dalam menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan

yang sangat penting dalam aktifitas berjalan, sebagai penompang berat tubuh dan memiliki mobilitas yang tinggi, menyebabkan OA lutut menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN. hingga kehidupan yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. Sehat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas fungsional sehari-hari. yang lama dan berulang, akan menimbulkan keluhan pada pinggang bawah

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari dalam

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik motorik, kognitif, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kondisi kebugaran jasmani dan rohani. Dengan. sakit atau cidera pada saat beraktifitas. Maka dari itu untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

Dewasa ini didapati angka kehidupan masyarakat semakin meningkat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Setiap orang tentunya mempunyai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas sehari-hari. Gangguan pada kaki bisa menghambat aktivitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas sehari- hari, beradaptasi dan berkontribusi di lingkungan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. lanjut yang dilalui dalam proses kehidupan pada setiap manusia yang. kebanyakan orang awam yang umum bahwa secara fisik dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stroke adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia antara lain taekwondo, karate, kempo, yudho, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik pada kondisi diam maupun bergerak (Depkes,1996). Klasifikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat menurut UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, Bab 1 Pasal

BAB I PENDAHULUAN. orang sakit (curative), tetapi kebijakan yang lebih ditekankan kearah

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Pergerakan tersebut dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. olahraga, dalam upaya mengembangkan prestasi olahraga yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Manusia sebagai makhluk biopsikososial membutuhkan kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. sekedar jalan-jalan atau refreshing, hobi dan sebagainya. Dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. telapak kaki. Bentuk kaki datar pada masa bayi dan anak-anak dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. robek pada ligamen,atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut

BAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke.

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas sendi dapat menurunkan proprioseptif dan koordinasi yang dapat. mengakibatkan meningkatkan risiko cedera.

BAB I. sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti bergerak, karena tidak ada. kehidupan di dunia ini tanpa adanya gerakan. Gerak tergantung dari

BAB I PENDAHULUAN. dan mobilisasi yang baik, tidak ada keluhan dan keterbatasan gerak terutama

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan juga tuntutan lingkungan agar dapat melakukan aktifitas dengan

BAB I PENDAHULUAN. fungsionalnya. Kompleksnya suatu gerakan dalam aktifitas seperti. tulang-tulang yang membentuk sendi ini masing-masing tidak ada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian prestasi yang maksimal dalam olahraga dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas. Aktivitas-aktivitas tersebut berlangsung di tempat kerja, sekolah, kampus

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dengan tingkat kesehatan yang optimal maka akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin tingginya. tuntut untuk memperbaiki kualitas kehidupan manusia, karena banyak

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang memanjakan kehidupan manusia. Sehingga akifitas fisik. mengalami peningkatan yang begitu pesat.

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung dan tidak langsung, kesehatan masyarakat juga perlu. With Low Back Pain : A Randomized Controllled Trial Bukti juga

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan penting sebagai penopang berat badan dalam aktivitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. gerak. Kecepatan lari merupakan unsur kemampuan gerak yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ringan atau berat sehingga dalam proses penyembuhan pasien. buruk dari rawat inap atau long bed rest.

BAB I PENDAHULUAN. beratnya latihan dan kontak badan antar pemain bertumpu pada fisik. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. gerak. Manusia selalu berhubungan dengan proses gerak untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dewasa adalah wanita yang telah menyelesaikan masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. degeneratif atau osteoarthritis (OA). Sendi merupakan faktor penunjang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak (Needlman, 2000). Perkembangan adalah bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. bebas dari kecacatan sehingga untuk dapat melakukan aktivitas dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, modernisasi merupakan kata yang dapat. dimulai dari kehidupan sosial, ekonomi, pola pikir, ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010),

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut manusia melakukan macam aktivitas. Aktivitas yang sangat

PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN WILLIAM S FLEXION EXERCISES PADA INTERVENSI SHORT WAVE DIATHERMY DAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION PADA

BAB I PENDAHULUAN. mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dikenalkan pada anak. menyikapi fenomena perilaku anak ( Gleen doman, 2005 )

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sosial masyarakat dan bangsa bertujuan untuk. memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ada empat dasar yang menjadi tujuan seseorang melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan olahraga. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari setiap

BAB I PENDAHULUAN. dengan saraf tepi. Perkembangan dari susunan sistem saraf anak dimulai dari. berkebutuhan khusus termasuk autis.

BAB I PENDAHULUAN. klinis, histologist, dan radiologi. Penyakit ini bersifat asimetris, tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. seperti HNP, spondyloarthrosis, disc migration maupun patologi fungsional

PERBEDAAN LINGKUP GERAK SENDI FUNGSIONAL TRUNK PADA LANSIA DI POSYANDU ASOKA DAN POSYANDU JAGA RAGA VII

BAB I PENDAHULUAN. bisa bertambah dengan munculnya kelemahan otot quadriceps dan atropi otot.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat di suatu

BAB 1 PENDAHULUAN dan sejak itu menjadi olahraga dalam ruangan yang popular diseluruh dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia terdiri dari bio, psiko, sosio, dan spiritual, dikatakan unik karena

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang hidupnya, manusia tidak terlepas dari proses gerak. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai macam aktifitas yang dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga, rekreasi, dan lain sebagainya. Kualitas aktifitas seseorang dipengaruhi oleh beberapa aspek, yaitu fisik, emosi, mental, dan sosial. Kualitas aktifitas manusia sangat erat hubungannya dengan gerak fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna didalam kehidupannya. Dalam melakukan gerak, faktor fisik menjadi faktor dominan dimana melibatkan sistem muskuloskeletal tubuh. Anggota gerak mempunyai peranan penting untuk bergerak. Pada manusia dikenal anggota gerak atas dan anggota gerak bawah dimana tiap anggota gerak merupakan satu kesatuan sendi, otot, tulang, saraf, dan sendi. Kualitas fungsional individu tergantung dari efektifitas dan efisiensi gerak yang dilakukan. Untuk terciptanya gerak yang efektif dan efisien diperlukan beberapa faktor pendukung, yaitu fleksibilitas, koordinasi, kekuatan, daya tahan, dan keseimbangan/stabilitas. Sendi lutut merupakan salah satu sendi pada anggota gerak bawah yang membantu pada proses gerak. Sendi lutut merupakan sendi besar yang 1

2 mempunyai fungsi sebagai stabilisator tungkai untuk menjaga stabilitas sendi lutut ketika menopang beban tubuh saat melakukan gerak. Stabilitas sendi sangat terkait dengan keseimbangan postural. Keseimbangan postural (balance/stability) didefinisikan sebagai kemampuan tubuh memelihara pusat massa tubuh dengan batasan stabilitas yang ditentukan yang ditentukan dasar penyangga. Batasan stabilitas adalah tempat pada suatu ruang dimana tubuh dapat menjaga posisi tanpa berubah dari dasar penyangga. Batasan ini dapat berubah sesuai dengan tugas, biomekanik secara individual dan aspek lingkungan 1. Stabilitas dikelompokkan menjadi dua yaitu stabilitas aktif dan stabilitas pasif. Stabilitas aktif adalah stabilisasi yang dibentuk oleh struktur kontraktil yaitu tendon dan otot, dimana stabilisasi aktif dominan pada posisi MLPP. stabilisasi aktif mampu meningkatkan stabilitas pasif. Stabilisasi pasif adalah stabilisasi sendi yang dibentuk struktur innerve tulang, kapsul dan ligamen dalam mempertahankan ROM yang normal. Sendi lutut merupakan salah satu sendi yang sering terjadi patologi akibat adanya trauma, cidera, abnormal postur, ataupun karena usia. Salah satu faktor penyebab dari masalah yang timbul pada sendi lutut karena adanya instabilitas pada sendi tersebut. instabilitas lutut adalah penurunan fungsi dari stabilisator sendi lutut sehingga stabilitas sendi lutut menjadi berkurang. 1 Rahmanto, Safun, Hubungan Antara kekuatan Otot Quadriceps Femoris Dengan Tingkat Keseimbangan Postural Pada Lanjut Usia, (Surakarta : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta) hal. 1

3 Ligamen merupakan salah satu stabilisator sendi. Jika ligamen mengalami kekenduran, maka ketika sendi bergerak, terjadi gesekan dengan permukaan sendi yang menyebabkan terjadi robekan mikroskopik. Robekan mikroskopik akan menyebabkan penumpukan kolagen secara mikroskopik. Penumpukan kolagen menyebabkan ketegangan ligamen berkurang sehingga ligamen tersebut semakin mengalami kekendoran. Pada kasus ligamen banyak ditemukan penguluran berlebih (overstretch) secara tiba-tiba ketika sendi itu bergerak sehingga menimbulkan nyeri. Nyeri yang timbul biasanya hanya nyeri ringan sehingga tidak ditangani dengan cepat dan tepat, dan kondisi ini biasanya terjadi berulang kali (repetition overstretch). Jika hal ini berlangsung lama, maka dapat menyebabkan proses inflamasi yang cukup besar sehingga merangsang saraf tipe C dan tipe A delta (saraf polimodal) dan menimbulkan nyeri yang cukup kuat. Nyeri yang timbul bersifat intermitten atau kadang-kadang konstan. Selain menimbulkan nyeri, keluhan lain yang disebabkan oleh ligamen laxity adalah instabilitas sendi yang disebabkan karena adanya sensorimotor deficit yang dapat menimbulkan menurunnya fungsi propioseptif sendi dan mempengaruhi turunnya fungsi reseptor sensoris lainnya secara tidak langsung, sehingga menyebabkan kelemahan otot dan turunnya tonus postural. Masalah lain dengan adanya ligamen laxity yaitu sendi lutut menjadi disalignment dengan sendi lainnya yaitu sendi hip dan sendi ankle sehingga

4 menyebabkan imbalance otot, serta menyebabkan perubahan titik tumpu tubuh, terutama ketika berdiri. Dengan adanya problem instabilitas yang disebabkan oleh instabilitas sendi lutut, maka latihan keseimbangan dapat digunakan untuk meningkatkan stabilitas sendi dan perbaikan konduktifitas saraf sehingga keseimbangan tubuh pun mengalami peningkatan. Fisioterapi sebagai tenaga kesehatan yang berkompeten dibidangnya mempunyai peran yang sangat besar dalam menangani pasien dengan keluhan instabilitas sendi lutut. Fisioterapi sebagai pemberi jasa kesehatan dalam bidang gerak dan fungsi dapat berperan aktif dalam menangani kasus instabilitas lutut. Sesuai dengan definisi fisioterapi, yaitu : Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik elektroterapeutik dan mekanik), pelatihan fungsi, dan komunikasi (KEPMENKES 1363 tahun 2008 pasal 12) 2. 2 Jurnal Ikatan Fisioterapi Indonesia no.4, vol. 02/juni/2002, hal 39.

5 Oleh karena itu, fisioterapis sebagai tenaga kesehatan harus mempunyai kemampuan dan keterampilan untuk memaksimalkan potensi gerak yang berhubungan dengan mengembangkan, mencegah, mengobati, dan mengembalikan gerak dan fungsi tubuh seseorang dengan menggunakan modalitas fisioterapi. Pemberian intervensi yang tepat dan efektif sangat diperlukan sekali dalam penanganan pada kasus instabilitas lutut. Selain menggunakan modalitas, fisioterapi juga dapat memberikan latihan keseimbangan. Latihan dengan papan keseimbangan (wooble board) merupakan salah satu latihan keseimbangan yang dapat menjadi salah satu intervensi pada kasus instabilitas lutut. Latihan tersebut merangsang propioseptif pada ankle, terutama mekanoreseptor. Latihan ini menciptakan gerakan ke segala arah pada kaki ketika berdiri diatas wooble board, sama seperti ketika kaki berada pada kondisi berjalan, berlari ataupun melompat. Dengan posisi lutut semifleksi 30 0, maka hal tersebut menambah daya rangsang pada propioseptif di kaki dan tungkai karena stabilisator aktif pada lutut akan bekerja maksimal untuk mempertahankan keseimbangan tungkai dan kaki. 3 Salah satu contoh lain dari latihan menggunakan wooble board ialah latihan tersebut dikombinasikan dengan latihan olahraga. Latihan tersebut akan 3 Frontera, Walter R., Rehabilitation of Sports Injuries : Scientific Basis (buku elektronik), (USA). Blackwell science Ltd, 2003. Blackwell Publishing Company, diakses 16 Juni 2011 ; http://www.blackwellpublishing.com, hal 283.

6 memaksimalkan kinerja dari trunk dan aggota gerak bawah. Latihan tersebut meningkatkan koordinasi tubuh dengan cara mempertahankan posisi yang berubah-ubah dari wooble board dan menggabungkannya dengan latihan olahraga yang diberikan. Persepsi dan informasi propioseptif yang dihasilkan dari latihan ini akan dikirim terus-menerus ke sistem saraf pusat. Hal tersebut akan menciptakan gerakan yang otomatis pada tubuh seiring dengan peningkatan adaptasi tubuh pada wooble board sehingga tercipta gerakan yang halus dan terkontrol. 4 Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk mencoba mengkaji dan memahami mengenai perbedaan pengaruh pemberian latihan stabilisasi dengan menggunakan wooble board dengan latihan stabilisasi menggunakan wooble board dikombinasikan dengan latihan lempartangkap bola terhadap peningkatan stabilitas lutut kasus ligamen laxity. B. Identifikasi Masalah Adanya patologi ligamen laxity pada lutut menimbulkan berbagai masalah pada tubuh terutama pada tungkai dan kaki. Masalah-masalah tersebut antara lain ialah sendi yang tidak stabil, kelemahan otot, menurunnya tonus postural tubuh, dan menurunnya fungsi sensormotor, serta adanya nyeri akibat 4 Frontera, Walter R., Rehabilitation of Sports Injuries : Scientific Basis (buku elektronik), (USA). Blackwell science Ltd, 2003. Blackwell Publishing Company, diakses 16 Juni 2011 ; http://www.blackwellpublishing.com, hal 284.

7 cidera. Patologi ligamen laxity jarang disadari oleh si pasien karena tidak adanya keluhan. Dengan adanya ligamen laxity lutut maka si pasien mempunyai kemungkinan menderita patologi lain apabila tidak diberikan intervensi yang tepat. Untuk mengetahui tingkat kekendoran ligamen akibat adanya ligamen laxity lutut diperlukan pemeriksaan atau tes provokasi, yaitu anterior dan posterior drawer test serta tes valgus dan varus. Ketika seseorang mempunyai abnormal postur pada sendi lututnya, maka telah terjadi hipermobilitas sendi. Hipermobilitas sendi terjadi karena adanya penguluran berlebih pada ligamennya akibat adanya penumpukan kolagen secara genetik dan menyebabkan ligamen menjadi laxity. Selain ligamen laxity, otot-otot yang menyangga sendi pun mengalami kelemahan mengikuti kekenduran dari ligamennya, sehingga terjadi imbalance otot. Akibat adanya ligamen laxity dan imbalance otot pada abnormal postur sendi lutut, menimbulkan disalignment postur dan perubahan titik tumpu tubuh dari normalnya sehingga keseimbangan tubuh mengalami penurunan. Cidera pada ligamen sering disebabkan karena penguluran berlebih (overstretch) secara tiba-tiba, yang dikenal dengan sprain ligamen. Cidera sprain ligamen mempunyai beberapa tingkatan sesuai dengan tingkat kerusakannya. Sprain ligamen menimbulkan robekan pada ligamen sehingga merangsang saraf A delta dan saraf C dan menimbulkan nyeri. Selain itu,

8 dengan adanya robekan menyebabkan penumpukan kolagen pada ligamen yang dapat menyebabkan ketegangan ligamen berkurang. Dengan adanya nyeri dan ligamen yang kendur, menyebabkan kelemahan pada otot yang menyertai ligamen tersebut sehingga lutut menjadi tidak stabil. Dampak lain dari timbulnya nyeri ialah propioseptif sendi menjadi menurun sehingga terjadi deficit sensormotor yang mengakibatkan tonus postural menurun. Melemahnya tonus postural yang cukup lama mempengaruhi menurunnya sensitifitas reseptor visual dan reseptor vestibular sehingga berdampak pada allignment tubuh dan titik tumpu tubuh serta pusat massa tubuh, yang mengakibatkan keseimbangan tubuh menurun. Dengan adanya masalah yang timbul akibat ligamen laxity, maka fisioterapis mempunyai peranan untuk menanganinya. Modalitas fisioterapi yang digunakan untuk kasus ligamen laxity lutut yaitu dengan latihan keseimbangan seperti latihan core stability, latihan dengan wooble board, latihan dengan swis ball, latihan dengan trampolin, dan lain sebagainya. Selain itu, modalitas lainnya yang dapat digunakan untuk menjaga stabilitas secara pasif adalah elastic bandage dan tapping. Pada penelitian ini penulis memilih untuk menggunakan modalitas latihan stabilisasi dengan wooble board dan latihan stabilisasi dengan wooble board dikombinasikan dengan latihan lempar-tangkap bola.

9 Oleh karena banyaknya intervensi yang dapat digunakan untuk kasus ligamen laxity, maka diperlukan suatu metode pengukuran stabilisasi sendi yang efektif dan efisien untuk masalah tersebut, sehingga peneliti menggunakan metode pengukuran stabilisasi sendi dengan menggunakan single leg stance test sebagai salah satu indikator tingkat stabilitas sendi yang dialami si penderita. Latihan stabilisasi menggunakan wooble board merupakan latihan stabilisasi dengan konsep fisiologis yang menggunakan kemampuan dari spine, tungkai, dan kaki dengan bantuan sendiri sesuai dengan allignment tubuh yang simetris. Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan stabilisasi dan kontrol postur dengan beradaptasi terhadap perubahan bidang alas tubuh yang berubah-ubah ketika berdiri diatas wooble board. Latihan stabilisasi lainnya yang dapat digunakan untuk kasus ligamen laxity ialah latihan dengan wooble board dikombinasikan dengan latihan lempar-tangkap bola. Latihan tersebut merupakan latihan stabilitas dengan konsep fisiologis yang menggunakan kemampuan dari spine, tungkai, dan kaki dengan bantuan sendiri sesuai dengan allignment tubuh yang simetris. Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan stabilisasi dan kontrol postur. Latihan ini menggunakan bola dan wooble board, dimana pasien berdiri satu kaki di atas wooble board dengan posisi lutut semifleksi selama beberapa saat, seraya melakukan lempar-tangkap bola, untuk meningkatkan kecepatan refleks dan

10 kepekaan reseptor sensoris tubuh dan adaptasi tubuh terhadap perubahan bidang tumpu tubuh. Dengan meningkatnya kontrol postur, kecepatan refleks dan kepekaan receptor sensoris diharapkan fungsi sensormotor pun meningkat terutama pada anggota gerak bawah (lutut) yang berfungsi sebagai stabilisator dan peyangga berat tubuh pada saat berdiri maupun berjalan. C. Pembatasan Masalah Pembahasan mengenai instabilitas dan teknik penerapan terapinya sangatlah luas dan modalitas fisioterapi yang digunakan pada kasus ligamen laxity sangatlah banyak. Oleh karena itu sehubungan dengan keterbatasan waktu dan guna memudahkan pembahasan, maka penulis hanya akan membahas mengenai Perbedaan pengaruh pemberian latihan stabilisasi menggunakan wooble board dengan latihan stabilisasi menggunakan wooble board dikombinasikan dengan latihan lempar-tangkap bola terhadap peningkatan stabilitas lutut kasus ligamen laxity. D. Perumusan Masalah Dari pembatasan masalah diatas, penulis merumuskan masalah yaitu : 1. Apakah ada pengaruh pemberian latihan stabilisasi menggunakan wooble board terhadap peningkatan stabilitas lutut kasus ligamen laxity?

11 2. Apakah ada pengaruh pemberian latihan stabilisasi menggunakan wooble board dikombinasikan dengan latihan lempar-tangkap bola terhadap peningkatan stabilitas lutut kasus ligamen laxity? 3. Apakah ada perbedaan pengaruh pemberian latihan stabilisasi menggunakan wooble board dengan latihan stabilisasi menggunakan wooble board dikombinasikan dengan latihan lempar-tangkap bola terhadap peningkatan stabilitas lutut kasus ligamen laxity? E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui adanya perbedaan pengaruh pemberian latihan stabilisasi menggunakan wooble board dengan latihan stabilisasi menggunakan wooble board dikombinasikan dengan latihan lempar-tangkap bola terhadap peningkatan stabilitas lutut kasus ligamen laxity. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengaruh latihan stabilisasi dengan wooble board terhadap peningkatan stabilitas lutut kasus ligamen laxity. b. Untuk mengetahui pengaruh latihan stabilisasi menggunakan wooble board dikombinasikan dengan latihan lempar-tangkap bola terhadap peningkatan stabilitas lutut kasus ligamen laxity.

12 F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi peneliti a. Mengetahui dan memahami manfaat latihan stabilisasi menggunakan wooble board kombinasi dengan latihan lempar-tangkap bola terhadap peningkatan stabilitas lutut pada kasus ligamen laxity. b. Untuk membuktikan perbedaan pengaruh pemberian latihan stabilisasi menggunakan wooble board dengan latihan stabilisasi menggunakan wooble board kombinasi dengan latihan lempar-tangkap bola terhadap peningkatan stabilitas lutut kasus ligamen laxity. 2. Manfaat bagi Fisioterapi a. Memberikan bukti empiris dan teori tentang stabilitas lutut pada kasus ligamen laxity dan penanganan yang berpengaruh pada kondisi ini sehingga dapat diterapkan dalam praktek klinis sehari-hari. b. Menjadi dasar penelitian dan pengembangan ilmu Fisioterapi di masa yang akan datang. 3. Manfaat bagi institusi pendidikan a. Sebagai kajian pada kasus serupa untuk peneliti yang lain. b. Sebagai bahan pembanding di dalam penelitian selanjutnya.

13 4. Manfaat bagi institusi pelayanan a. Sebagai referensi tambahan untuk mengetahui pengaruh latihan stabilisasi menggunakan wooble board yang dikombinasikan dengan latihan lempar-tangkap bola terhadap peningkatan stabilitas lutut pada kasus ligamen laxity. b. Agar fisioterapis di institusi pelayanan dapat memberikan pelayanan fisioterapi yang tepat berdasarkan dasar keilmuan fisioterapi.