BAB III METODE ROBERTS DAN SOBEL DALAM MENDETEKSI TEPI SUATU CITRA DIGITAL

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN METODE ROBERTS DAN SOBEL DALAM MENDETEKSI TEPI SUATU CITRA DIGITAL. Lia Amelia (1) Rini Marwati (2) ABSTRAK

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

Batra Yudha Pratama

MENGANALISA PERBANDINGAN DETEKSI TEPI ANTARA METODE SOBEL DAN METODE ROBET

Operasi Bertetangga KONVOLUSI. Informatics Eng. - UNIJOYO log.i. Citra kualitas baik: mencerminkan kondisi sesungguhnya dari obyek yang dicitrakan

IMPLEMENTASI METODE CANNY DAN SOBEL UNTUK MENDETEKSI TEPI CITRA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP )

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB I PERSYARATAN PRODUK

Konvolusi. Esther Wibowo Erick Kurniawan

Analisa Perbandingan Metode Edge Detection Roberts Dan Prewitt

3.2.1 Flowchart Secara Umum

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN METODE PREWIT DAN ROBERTS UNTUK KEAKURATAN MENDETEKSI TEPI PADA SEBUAH GAMBAR DENGAN MENGGUNAKAN VB.6

BAB II LANDASAN TEORI

PENERAPAN METODE SOBEL UNTUK PENGUKURAN TINGGI BADAN MENGGUNAKAN WEBCAM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: b. Memori : 8192 MB. c. Sistem Model : Lenovo G40-45

BAB I PENDAHULUAN. menganalisis citra menggunakan bantuan komputer yang bertujuan untuk

BAB IV DESAI SISTEM. Tabel 4.1 Lingkungan Desain Perangkat Lunak Prosesor : Core 2 Duo, 2 GHz Memori : 2 GB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka

ALGORITMA SOBEL UNTUK DETEKSI KARAKTER PADA PLAT NOMOR KENDARAAN BERMOTOR

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

Implementasi Edge Detection Pada Citra Grayscale dengan Metode Operator Prewitt dan Operator Sobel

ANALISIS EDGE DETECTION CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROBERT DAN CANNY

PERBANDINGAN METODE PENDETEKSI TEPI STUDI KASUS : CITRA USG JANIN

PERBANDINGAN WAKTU EKSEKUSI MENDETEKSI TEPI GAMBAR MENGGUNAKAN BERBAGAI METODE

ANALISIS PERBANDINGAN METODE PREWITT DAN CANNY UNTUK IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR

BAB II LANDASAN TEORI

Rancang Bangun Sistem Pengujian Distorsi Menggunakan Concentric Circle Method Pada Kaca Spion Kendaraan Bermotor Kategori L3 Berbasis Edge Detection

Analisis Citra Simulator Unit Radiologi RSUD dr. Moewardi Surakarta

PEMBIMBING : Dr. Cut Maisyarah Karyati, SKom, MM, DSER.

SKETSA OTOMATIS CITRA WAJAH MANUSIA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pengolahan citra digital memiliki kegunaan yang sangat luas. geologi, kelautan, industri, dan lain sebagainya.

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA

Penentuan Stadium Kanker Payudara dengan Metode Canny dan Global Feature Diameter

BAB III METODE PENELITIAN

PENGENALAN AKSARA JAWA MENGGUNAKAN OPERATOR PREWITT

Percobaan 1. setelah muncul jendela kaya gini, pilih yang atas sendiri (GUI default) jika ingin yang kosongan, kemudian langsung aja klik OK.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

PEMANFAATAN APLIKASI GOOGLE EARTH SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN GOGRAFIS MENGGUNAKAN METODE IMAGE ENHANCEMENT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Deteksi Tepi pada Citra Digital menggunakan Metode Kirsch dan Robinson

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

PERBANDINGAN METODE PREWITT DAN SOBEL DALAM MENDETEKSI TEPI SUATU CITRA DIGITAL

Segmentasi Citra Digital Menggunakan Thresholding Otsu untuk Analisa Perbandingan Deteksi Tepi

PENGENALAN TANDA TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN NEURAL NETWORK DAN PEMROSESAN AWAL THINNING ZHANG SUEN

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Penguji... iii. Halaman Persembahan... iv. Abstrak... viii. Daftar Isi... ix. Daftar Tabel... xvi

DETEKSI TEPI CITRA BIDANG KEDOKTERAN DALAM KAWASAN ALIHRAGAM POWERLAW

EDGE DETECTION MENGGUNAKAN METODE ROBERTS CROSS

BAB IV IMPLEMENTASI DAN HASIL PENGUJIAN

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

Jurnal Coding, Sistem Komputer Untan Volume 4, No. 2, Hal ISSN : x

BAB II LANDASAN TEORI

Dielektrika, ISSN Vol. 1, No. 2 : , Agustus 2014

BAB I PENDAHULUAN. Citra digital adalah gambaran dari suatu objek yang bersifat analog berupa

Penerapan Metode Kirsch Dalam Mendeteksi Tepi Objek Citra Digital

Perbandingan Metode Sobel, Metode Prewitt dan Metode Robert Untuk Deteksi Tepi Objek Pada Aplikasi Pengenalan Bentuk Berbasis Citra Digital

PEMANFAATAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL DALAM MENENTUKAN KEMATANGAN BUAH KAKAO MENGGUNAKAN METODE EUCLIDEAN DISTANCE SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Pendeteksian Tepi Citra CT Scan dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG) Nurhasanah *)

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

SISTEM PENGENALAN BARCODE MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA

APLIKASI PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN BERMOTOR MENGGUNAKAN METODE LEARNING VECTOR QUANTIZATION

PERANCANGAN APLIKASI PENGURANGAN NOISE PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE FILTER GAUSSIAN

BAB III HASIL DAN UJI COBA

ANALISIS PENELUSURAN TEPI CITRA MENGGUNAKAN DETEKTOR TEPI SOBEL DAN CANNY

IDENTIFIKASI TUMOR PADA JARINGAN SEKITAR TULANG DAN PARU-PARU MENGGUNAKAN SEGMENTASI BERDASAR ARAS KEABUAN CITRA

BAB 3 METODOLOGI. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. perangkat lunak yang sama untuk semua pengujian. analisa citra bioinformatika ini dalah sebagai berikut:

ALAT BANTU PEMBELAJARAN MATA KULIAH COMPUTER VISION PADA MATERI EDGE BASED SEGMENTASI CITRA BERBASIS MULTIMEDIA

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM

Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya PENS-ITS 2005

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM

Implementasi Deteksi Tepi Canny pada Citra Mammografi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. citra, piksel, convolution, dan Software Development Life Cycle.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK

1. TRANSLASI OPERASI GEOMETRIS 2. ROTASI TRANSLASI 02/04/2016

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

DETEKSI GERAK BANYAK OBJEK MENGGUNAKAN BACKGROUND SUBSTRACTION DAN DETEKSI TEPI SOBEL

Transkripsi:

BAB III METODE ROBERTS DAN SOBEL DALAM MENDETEKSI TEPI SUATU CITRA DIGITAL 3.1 Tepi Objek Pertemuan antara bagian obyek dan bagian latar belakang disebut tepi obyek. Dalam pengolahan citra, tepi obyek ditandai oleh titik yang nilai keabuannya memiliki perbedaan yang cukup besar dengan titik yang ada disebelahnya. Bila dua buah obyek atau lebih saling tumpang tindih maka mereka akan meninggalkan jejak tepi apabila intensitasnya tidak sama, sehingga dapat diketahui bahwa obyek yang satu berada di depan obyek yang lain atau sebaliknya (Sutoyo dkk., 2009:227). Hal ini penting untuk memisahkan obyek-obyek yang tumpang tindih sehingga dapat dianalisis secara individu. Dengan demikian, tepi sebuah obyek dapat juga digunakan untuk memisahkan obyek-obyek yang saling bersinggungan sehingga tidak dianggap sebagai satu obyek yang besar, tetapi dapat dilacak atau dianalisis secara individu. Ada tiga macam tepi di dalam citra digital, yaitu: 1. Tepi curam Tepi curam adalah tepi dengan perubahan intensitas yang tajam. Arah tepi berkisar 90 o. 2. Tepi landai Tepi landai yaitu tepi dengan sudut arah yang kecil. Tepi landai dapat dianggap terdiri dari sejumlah tepi-tepi lokal yang lokasinya berdekatan.

3. Tepi yang mengandung noise (derau) Umumnya tepi yang terdapat pada aplikasi visi komputer mengandung noise. Gambar 3.1 (1) Tepi curam (2) Tepi landai (3) Tepi curam yang mengandung noise 3.2 Deteksi Tepi Menurut Hambali (2011:5) bahwa Deteksi tepi yaitu proses untuk menentukan lokasi titik-titik yang merupakan tepi obyek. Sebuah operator deteksi tepi merupakan operasi bertetangga, yaitu sebuah operasi yang memodifikasi nilai keabuan sebuah titik berdasarkan nilai-nilai keabuan dari titik-titik yang ada di sekitarnya (tetangganya) yang masing-masing mempunyai bobot tersendiri. Bobotbobot tersebut nilainya tergantung pada operasi yang akan dilakukan, sedangkan banyaknya titik tetangga yang terlibat biasanya adalah 2x2, 3x3, 7x7, dan sebagainya. Adapun tujuan dari deteksi tepi adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeteksi garis tepi yang membatasi dua wilayah citra, obyek dan latar belakangnya. 2. Untuk menemukan perubahan intensitas yang berbeda dalam sebuah bidang citra.

3. Untuk meningkatkan penampakan garis batas suatu daerah atau obyek di dalam citra. 4. Untuk mencirikan batas obyek dan berguna untuk proses segmentasi dan identifikasi obyek. Manfaat yang bisa diperoleh dari deteksi tepi dalam berbagai bidang, misalnya yang paling banyak digunakan dalam bidang kedokteran adalah untuk menentukan stadium kanker, mendeteksi tepi citra USG janin, mendeteksi karies pada gigi, sehingga bentuk citra yang dihasilkan dapat terlihat lebih jelas. Di bidang lainnya, deteksi tepi digunakan untuk aplikasi pengenalan plat kendaraan, aplikasi pengenalan sidik jari, dan untuk membedakan uang asli dengan uang palsu. Deteksi tepi merupakan komponen berfrekuensi tinggi, sehingga dibutuhkan High Pass Filter (HPF). Biasanya operator yang digunakan untuk mendeteksi tepi yang pertama adalah operator berbasis Gradient (turunan pertama), yaitu operator Roberts, Sobel, dan Prewitt. Sedangkan untuk mendeteksi tepi yang kedua adalah operator berbasis turunan kedua, yaitu operator Laplacian dan operator Laplacian of Gaussian. Turunan pertama menghasilkan tepi yang lebih tebal, sedangkan turunan kedua menghasilkan tepi yang lebih tipis. 3.3 Deteksi Tepi Berbasis Gradien Deteksi tepi dapat dilakukan dengan menghitung selisih antara dua buah titik yang bertetangga sehingga didapat besar gradien citra. Gradien adalah turunan pertama dari persamaan dua dimensi yang didefinisikan sebagai vektor berikut.

G f(x, y) = G x G y = f x f y....(3-1) Gradien mempunyai dua sifat penting, yaitu: 1. Vektor G f(x, y) menunjukkan arah penambahan laju maksimum dari fungsi f(x, y). 2. Besar gradien sama dengan penambahan laju maksimum dari fungsi f x, y per satuan jarak dalam arah G. Besar gradien dihitung dengan persamaan berikut. G f(x, y) = G 2 x + G 2 y....(3-2) Untuk kebutuhan pengolahan citra, dalam praktiknya besar gradien dihitung sebagai berikut. G f(x, y) = G x + G y....(3-3) Sedangkan arahnya dapat dihitung dengan persamaan berikut. α x, y = tan 1 G y G x...(3-4) di mana α diukur dari sumbu x sebagai garis acuan. Untuk keperluan perhitungan pada citra digital, turunan pada persamaan 3-1 lebih mudah bila ditulis menggunakan pendekatan persamaan diferensial berikut. G x f x + 1, y f(x, y)...(3-5) G y f(x, y + 1) f x, y....(3-6)

3.4 Metode Roberts Metode Roberts merupakan metode yang menggunakan operator Roberts. Operator Roberts adalah operator yang berbasis gradien yang menggunakan dua buah kernel yang berukuran 2x2 piksel. Operator ini mengambil arah diagonal untuk penentuan arah dalam penghitungan nilai gradien, sehingga sering disebut dengan operator silang. (Sutoyo dkk., 2009:228). Perhitungan gradien dalam operator Roberts adalah sebagai berikut. G = R 2 x + R2 y...(3-7) dengan, G = besar gradien operator Roberts R x = gradien Roberts arah horisontal R y = gradien Roberts arah vertikal di mana R x dan R y dihitung menggunakan kernel konvolusi sebagai berikut. Gambar 3.2 Operator Roberts Sebenarnya, metode Roberts dalam mendeteksi tepi menghasilkan citra yang kurang memuaskan. Mungkin dikarenakan kernel yang digunakan berukuran 2x2 piksel dan penghitungan gradien hanya mengambil kedua arah diagonal. Algoritma metode Roberts dalam mendeteksi tepi suatu citra digital adalah sebagai berikut: Citra masukan berupa citra grayscale.

1. Konvolusikan citra grayscale dengan kernel Roberts horisontal (R x ) = 1 0 0 1 dan kernel Roberts vertikal (R y ) = 0 1 1 0. 2. Hitung besar gradien dengan rumus G = R 2 x + R 2 y. 3. Citra keluaran merupakan hasil dari besar gradien (G). Berikut sintaks deteksi tepi metode Roberts menggunakan Matlab. guidata(hobject,handles); handles.current_data1=handles.data1; I=handles.current_data1; I=rgb2gray(I); I=double(I); robertshor = [1 0; 0-1]; robertsver = [0-1; 1 0]; Rx = conv2(i,robertshor,'same'); Ry = conv2(i,robertsver,'same'); hasil = sqrt((rx.^2)+(ry.^2)); set(handles.text20,'string','citra *Roberts*'); axes(handles.axes2); imagesc(hasil),colormap('gray'),colorbar('vert');

Contoh kasus: 1. Citra masukan berupa citra grayscale berukuran 5x5 piksel, untuk mempermudah dan menyederhanakan penghitungan. 255 255 235 196 36 251 255 221 106 30 254 250 168 35 26 255 217 84 27 20 247 171 28 32 17 2. Konvolusikan citra grayscale dengan kernel Roberts horisontal (R x ) = 1 0 0 1. 255 255 235 196 36 0-1 0 251 255 221 106 30 0 0 1 254 250 168 35 26 0 255 217 84 27 20 0 247 171 28 32 17 0 0 0 0 0 0 0 3. Hasil konvolusi citra grayscale dengan kernel Roberts horisontal. 0-34 -129-166 -36-1 -87-186 -80-30 -37-166 -141-15 -26-84 -189-52 -10-20 -247-171 -28-32 -17 4. Konvolusikan citra grayscale dengan kernel Roberts vertikal (R y ) = 0 1 1 0. 255 255 235 196 36 0 0 1 251 255 221 106 30 0-1 0 254 250 168 35 26 0 255 217 84 27 20 0 247 171 28 32 17 0 0 0 0 0 0 0

5. Hasil konvolusi citra grayscale dengan kernel Roberts vertikal. 4-20 -25-70 -30 1-29 -62-5 -26-5 -49-49 -1-20 -30-87 -1-12 -17 171 28 32 17 0 6. Hitung besar gradien citra dengan rumus G = R x 2 + R y 2, diperoleh hasil akhir seperti berikut. 4 39.45 131.4 180.2 46.86 1.414 91.71 196.1 80.16 39.7 37.34 173.1 149.3 15.03 32.8 89.2 208.1 52.01 15.62 26.25 300.4 173.3 42.52 36.24 17 3.5 Metode Sobel Metode Sobel merupakan metode yang menggunakan operator Sobel. Operator ini menggunakan dua buah kernel yang berukuran 3x3 piksel untuk penghitungan gradien sehingga perkiraan gradien berada tepat di tengah jendela. (Sutoyo dkk., 2009:229). Misalkan susunan piksel-piksel di sekitar piksel (x,y) seperti berikut. a 0 a 1 a 2 a 7 (x,y) a 3 a 6 a 5 a 4 Gambar 3.3 Susunan piksel-piksel di sekitar piksel (x,y)

Berdasarkan susunan piksel tetangga tersebut, besaran gradien yang dihitung menggunakan operator Sobel adalah sebagai berikut. G = S 2 x + S2 y...(3-8) dengan, G = besar gradien operator Sobel S x = gradien Sobel arah horizontal S y = gradien Sobel arah vertikal di mana G adalah besar gradien di titik tengah kernel dan turunan parsial dihitung menggunakan persamaan berikut. S x = (a 2 +ca 3 +a 4 ) (a 0 +ca 7 +a 6 )...(3-9) S y = (a 0 +ca 1 +a 2 ) (a 6 +ca 5 +a 4 )...(3-10) di mana c adalah konstanta yang bernilai 2. S x dan S y diimplementasikan menjadi kernel berikut. Gambar 3.4 Operator Sobel Algoritma metode Sobel dalam mendeteksi tepi suatu citra digital adalah sebagai berikut: Citra masukan berupa citra grayscale.

1. Konvolusikan citra grayscale dengan kernel Sobel horisontal (S x ) = 1 0 1 2 0 2 1 0 1 dan kernel Sobel vertikal (S y ) = 1 2 1 2 0 2 1 2 1. 2. Hitung besar gradien dengan rumus G = S 2 x + S 2 y. 3. Citra keluaran merupakan hasil dari besar gradien (G). Berikut sintaks deteksi tepi metode Sobel menggunakan Matlab. guidata(hobject,handles); handles.current_data1=handles.data1; I=handles.current_data1; I=rgb2gray(I); I=double(I); sobelhor = [-1 0 1; -2 0 2; -1 0 1]; sobelver = [1 2 1; 0 0 0; -1-2 -1]; Sx = conv2(i,sobelhor,'same'); Sy = conv2(i,sobelver,'same'); hasil = sqrt((sx.^2)+(sy.^2)); set(handles.text20,'string','citra *Sobel*'); axes(handles.axes2); imagesc(hasil),colormap('gray'),colorbar('vert'); Contoh kasus: 1. Citra masukan berupa citra grayscale berukuran 5x5 piksel, untuk mempermudah dan menyederhanakan penghitungan.

255 255 235 196 36 251 255 221 106 30 254 250 168 35 26 255 217 84 27 20 247 171 28 32 17 2. Konvolusikan citra grayscale dengan kernel Sobel horisontal (S x ) = 1 0 1 2 0 2 1 0 1. 0 0 0 0 0 0 0 1 0-1 0 255 255 235 196 36 0 2 0-2 0 251 255 221 106 30 0 1 0-1 0 254 250 168 35 26 0 0 255 217 84 27 20 0 0 247 171 28 32 17 0 0 0 0 0 0 0 0 3. Hasil konvolusi citra grayscale dengan kernel Sobel horisontal. -765 70 267 589 498-1015 166 572 723 443-972 373 769 539 203-855 647 734 281 121-559 609 468 86 91 4. Konvolusikan citra grayscale dengan kernel Sobel vertikal (S y ) = 1 2 1 2 0 2 1 2 1. 0 0 0 0 0 0 0-1 -2-1 0 255 255 235 196 36 0 0 0 0 0 251 255 221 106 30 0 1 2 1 0 254 250 168 35 26 0 0 255 217 84 27 20 0 0 247 171 28 32 17 0 0 0 0 0 0 0 0 5. Hasil konvolusi citra grayscale dengan kernel Sobel vertikal.

757 982 803 463 166-7 -78-300 -399-181 -30-209 -391-305 -99-93 -305-362 -155-21 -727-773 -412-158 -67 6. Hitung besar gradien citra dengan rumus G = S 2 x + S 2 y, diperoleh hasil akhir seperti berikut. 1076 984.5 846.2 749.2 524.9 1015 183.4 645.9 825.8 478.5 972.5 427.6 862.7 619.3 225.9 860 715.3 818.4 320.9 122.8 917.1 984.1 623.5 179.9 113 Dari hasil deteksi tepi, nilai yang diperoleh dari kedua buah metode masing-masing berbeda, dikarenakan operator dan ukuran kernel yang digunakan berbeda. Metode Roberts lebih menekankan penghitungan gradien arah diagonal sedangkan metode Sobel lebih ke arah vertikal dan horisontalnya. 3.6 Perancangan Program Deteksi Tepi Untuk mengimplementasikan metode Roberts dan Sobel ke dalam bentuk program diperlukan beberapa perangkat pendukung diantaranya sebagai berikut. 3.6.1 Perangkat Keras Perangkat keras yang digunakan untuk membuat dan menjalankan program deteksi tepi adalah satu set komputer (PC) dengan spesifikasi sebagai berikut:

1. Sistem Komputer: Intel(R) Atom (TM) CPU N280 @ 1.66GHz 2. Sistem Operasi: Microsoft Windows XP 3. Media masukan: papan ketik (keyboard) dan mouse 4. Hardisk: 250 GB 5. Memori: 0.99 GB RAM 3.6.2 Perangkat Lunak Pada skripsi ini, penulis menggunakan Matlab versi 7.0 untuk membuat program deteksi tepi pada suatu citra, sedangkan untuk membuat tampilan antarmuka dengan menggunakan GUIDE (Graphical User Interface Development Environment) yang ada dalam program Matlab. Diagram alir pembuatan program untuk mendeteksi tepi suatu citra ditunjukkan pada Gambar 3.5. Gambar 3.5 Diagram alir pembuatan program deteksi tepi

3.6.3 Perancangan Tampilan Antarmuka Dalam membuat program deteksi tepi akan dirancang tampilan GUI sebanyak empat buah fig-file dan property inspector-nya harus diatur lagi. Simpan keempat figfile dengan nama menu_utama.fig, program.fig, tentang_program.fig, dan tentang_saya.fig. Masing-masing fig-file ini menghasilkan m-file dengan nama yang sama, tapi ekstensinya beda, yaitu menu_utama.m, program.m, tentang_program.m, dan tentang_saya.m. Berikut adalah tabel yang berisi perancangan dalam pembuatan program deteksi tepi. Tabel 3.1 Perancangan program deteksi tepi No. Fig-file Komponen Nama Fungsi 1 menu_utama Static Text Program Deteksi Tepi Menampilkan tulisan (judul) Push Button Program Menampilkan file program Tentang_Program Menampilkan file tentang_program Tentang_Saya Menampilkan file tentang_saya 2 program Static Text (32) disesuaikan Menampilkan tulisan Panel Informasi Mengelompokkan tulisan yang berisi informasi citra Button Group Metode Mengelompokkan semua metode deteksi tepi Tombol Mengelompokkan tombol Reset, Hapus, dan Kembali Radio Button (2) (Roberts, Sobel) Menjalankan program sesuai metode deteksi tepi Push Button Tampil Semua Menampilkan semua hasil metode deteksi tepi

Buka Membuka file citra Reset Mengulang proses dari awal Hapus Menghapus citra dan informasi citra Kembali Kembali ke menu_utama Axes (3) - Menampilkan citra 3 tentang_program Push Button Kembali Kembali ke menu_utama Static Text (2) disesuaikan Menampilkan tulisan 4 tentang_saya Push Button Kembali Kembali ke menu utama Static Text (7) disesuaikan Menampilkan tulisan Axes (3) - Menampilkan citra