BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi dalam pelaksanaan pembelajaran 1. belajar mengajar, agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional tujuan pendidikan adalah agar siswa secara aktif. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan saat ini adalah pembangunan dibidang pendidikan, menyadari. kalangan pendidikan itu sendiri termasuk para guru.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya belajar merupakan suatu proses yang dilalui oleh individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Undangundang

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin lama semakin berkembang dan merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. terwujud jika pendidikan mampu melahirkan peserta didik yang cakap dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar. dalam bentuk layanan bimbingan dan konseling.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan sangat berperan penting dalam mencerdaskan kehidupan

STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

BAB I PENDAHULUAN. menghindarinya apalagi menolaknya. Kehidupan manusia pada zaman modern

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 yang terdapat pada bab 2 pasal 3 yang berbunyi:

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

keluarga yang lain. Terutama dengan orang tua.. Karena orang tua menyediakan fasilitas belajar siswa,

BAB I PENDAHULUAN. upaya mengaktifkan siswa belajar. Pelaksanaan pengajaran yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. akan cepat dicapai bila mana didukung oleh sumber daya alam yang memadai dan

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu pengawasan dilakukan oleh kepala sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. di dalam proses pembelajaran. Guru yang profesional dituntut agar dapat

1. PENDAHULUAN. Pendidikan, sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang sisdiknas No.

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang definisi pendidikan banyak dikemukakan oleh para

SKRIPSI FITRIANTI, AR

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai

BAB I PENDAHULUAN. sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya batas dan puncak prose. kemampuan bidang lain, suatu transfer belajar.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. individu pada akhirnya akan mampu berfikir dan bertindak sendiri. 1

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, diharapkan siswa akan mendapatkan hasil yang maksimal

BAB I PENDAHULUAN. tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Konseling memiliki peranan yang sangat menentukan

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Secara ideal seorang guru semestinya memiliki kemampuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Di sekolah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mampu melahirkan siswa yang cakap dan berhasil menumbuhkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan suatu negara pendidikan memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang berkembang pesat sekarang ini. Sejalan dengan kemajuan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib, peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin. Di

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan era globalisasi mendudukkan pentingnya upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi gutu itu sendiri.

I. PENDAHULUAN. upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. kepada bagaimana peroses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. 1

BAB I PENDAHULUAN. bawaan dari lahir tetapi berkembang dari beribu-ribu pengalaman secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dan teknologi serta mampu bersaing pada era global ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. oleh Nana Sudjana, dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengertian pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No.

BAB I PENDAHULUAN. pelatihan guru-guru. Guru sebagai fasilitator dan motivator secara berkesinambungan harus

BAB I PENDAHULUAN. mereka mengubah dirinya sendiri (QS. Ar Ra du/13: 11).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi kehidupan manusia di era global seperti saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Sains. Materi pelajaran Sains harus dikuasi dengan baik oleh siswa. Dasar Sains yang baik akan

BAB I PENDAHULUAN. yang dimiliki peserta didik tersebut. Guru adalah orang yang paling berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. dalam banyak hal remaja sekarang dihadapkan pada lingkungan yang tidak. karena remaja adalah masa depan bangsa.

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR,DAN HIPOTESIS. kewajiban belajar secara sadar dan menaati peraturan yang ada di lingkungan

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal sekarang sudah merupakan bagian yang integral dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mendapat tempat terdepan dan terutama. Pendidikan merupakan faktor yang sangat esensial

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah.

BAB II KAJIAN TEORI. sebagai a plan method, or series of ectiviries designed to echieves a

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancang dan

BAB I PENDAHULUAN. dari yang tidak tahu menjadi tahu dan dari yang tidak bisa menjadi bisa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi rendahnya prestasi yang diperoleh siswa dapat dipengaruhi oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran peserta didik untuk meningkatkan mutu pendidikan.

BAB II KAJIAN TEORI. aktifitas, tanpa ada yang menyuruh.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosdakarya, 2009, Hlm. 1 2 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2015, hlm.339

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang lebih tinggi dari pada yang tidak berpendidikan. mengembangkan, dan atau menciptakan ilmu pengetahuan teknologi dan

BAB II KAJIAN TEORETIS. Menurut Silbermen strategi peran figur ( role models) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan(Dengan Pendekatan Baru), PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

BAB I PENDAHULUAN. profesional harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran

Marina Tri Handhani. Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, sehingga munculah berbagai alat sebagai hasil pemanfaatan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan lembaga utama yang memainkan peranan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hal yang harus dimiliki masyarakat agar bisa bersaing adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. menemukan pribadinya di dalam kedewasaan masing-masing individu secara maksimal,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial. Sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah SWT yang artinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 293.

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan, dan kesemimbangan dalam aspek-aspeknya yaitu spiritual, moral,

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang semakin maju menuntut dunia pendidikan untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya sesuai dengan UU RI No. 20

BAB I PENDAHULUAN. melakukan assessment kebutuhan siswa sebelum menyusun program

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkenaan dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotornya.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar yang baik bukanlah hal yang mudah bagi siswa. Banyak faktor yang mempengaruhi, yaitu guru, orang tua dan siswa itu sendiri. Faktor siswa memegang peranan penting dalam pencapaian prestasi belajar. Siswa yang melakukan kegiatan belajar perlu memiliki ketekunan belajar, motivasi berprestasi yang tinggi, disiplin belajar yang baik, dan berpartisipasi dalam pelaksanaan pembelajaran 1. Sekolah merupakan lembaga formal sebagai wadah untuk kegiatan belajar mengajar, agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa harus mematuhi tata tertib dengan penuh rasa disiplin yang tinggi. Menurut Soegeng Pridjodarminto dalam Tulus Tu'u "disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, atau keterikatan terhadap suatu peraturan tata tertib". 2 Perilaku disiplin sangat dibutuhkan dalam pembinaan perkembangan siswa untuk menuju masa depan yang lebih baik. Siswa yang memiliki disiplin belajar akan menunjukkan kesiapannya dalam mangikuti pelajaran di kelas, mengerjakan tugas-tugas pekerjaan rumah dan memiliki kelengkapan belajar misalnya buku dan alat belajar lainnya. Sebaliknya siswa yang kurang disiplin belajar maka tidak menunjukkan 2004), h. 31 1 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2001), h. 249 2 Tulus Tu'u, Peran Disiplin Pada Prilaku dan Prestasi Belajar, (Jakarta: Grasindo, 1

2 kesiapan dalam mengikuti pelajaran, tidak mengerjakan tugas-tugas, suka membolos, tidak mengerjakan PR, dan tidak memiliki kelengkapan belajar. 3 Salah satu prinsip dalam melaksanakan pendidikan adalah individu siswa secara aktif mengambil bagian dalam kegiatan pendidikan yang dilaksanakan. Partisipasi siswa dalam belajar dapat ditunjukkan dengan keaktifan dalam proses belajar mengajar, tidak bolos, memperhatikan saat guru menerangkan di kelas, dan menanyakan apa yang menjadi ganjalan dalam pikirannya serta dapat berkomunikasi timbal balik dalam pembelajaran. Selain individu siswa sangat berperan dalam menentukan keberhasilan belajar, sosok seorang gurupun juga harus berperan secara aktif dalam memperhatikan perkembangan peserta didiknya, baik dalam kemajuan prestasi siswa maupun dalam problem siswa terhadap kehadiran ketika proses pembelajaran. Untuk melaksanakan profesinya, tenaga pendidik khususnya guru sangat memerlukan aneka ragam pengetahuan dan keterampilan keguruan yang memadai dalam arti sesuai dengan tuntutan zaman dan kemajuan sains serta teknologi. Di antara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai seorang guru maupun calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan dengan pendekatan bare yang erat kaitannya dengan proses pembelajaran. Belajar pada prinsipnya merupakan proses dasar dan perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan 3 Ibid, h. 55 2

3 prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Belajar bukan sekedar pengalaman, tetapi belajar adalah suatu proses bukan sebuah hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. 4 Belajar juga merupakan suatu proses perubahan prilaku berkat pengalaman dan pelatihan artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi. 5 Hakikat mengajar adalah membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan caracara bagaimana belajar. Mengajar merupakan aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya sehingga menciptakan kesempatan bagi siswa untuk melakukan proses belajar secara efektif. 6 Dalam kegiatan pembelajaran di lembaga pendidikan, baik swasta maupun negeri, sering dihadapkan dengan sejumlah karakteristik siswa-siswi yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa-siswi yang justru dalam belajamya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatanhambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, 4 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 105. 5 Muhammada Nasir, Motede Penelitian, (Jakarta : Ghalia, 1983 ), h. 18 6 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertijikasi Guru, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 351. 3

4 sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya. Dalam kegiatan pembelajaran di lembaga pendidikan, baik swasta maupun negeri, sering dihadapkan dengan sejumlah karakteristik siswa-siswi yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajamya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa-siswi yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatanhambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhimya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Kampar merupakan salah satu Sekolah Tingkat Atas yang ada di Kabupaten Kampar. Sekolah ini berdiri sejak 1985 tepatnya di kabupaten Kampar. Sedangkan tenaga pengajar berjumlah 59 orang. dan dua orang di antaranya adalah guru pembimbing yang memberikan berbagai macam layanan bimbingan konseling. Berdasarkan hasil wawancara pendahuluan dengan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan dengan guru pembimbing pada saat studi pendahuluan, penulis menemukan gejala yang menarik, yaitu dari tiap-tiap lokal terdapat beberapa orang yang sering bolos. Setiap hari ada tiga atau empat orang dalam setiap lokalnya siswa yang tidak masuk atau bolos. Hari berikutnya terdapat pula sekitar tiga atau empat orang siswa lain yang tidak masuk atau bolos. Menyikapi gejala tersebut seyogianya wali kelas, wakasek 4

5 kesiswaan pun seyogyanya dapat mendata secara akurat tingkat kehadiran dan ketidakhadiran siswa secara keseluruhan serta dapat menganalisis dan menyajikannya dalam bentuk grafik/tabel. Informasi tingkat kehadiran dan ketidakhadiran siswa ini sangat berguna untuk mengambil kebijakan, baik pada tingkat kelas maupun sekolah serta dapat digunakan untuk kepentingan pemberian bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam menunaikan kewajiban kehadirannya di sekolah. Rekapitulasi data ketidakhadiran siswa secara perorangan baik karena alasan alpa, sakit maupun izin, seyogyanya disampaikan kepada orang tua, minimal dilakukan setiap bulan. Hal ini penting dilakukan agar orang tua dapat mengetahuinya dan dapat mengambil peran dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah ketidakhadiran anaknya. Dalam konteks pembimbingan atau bimbingan konseling, ketidakhadiran siswa hendaknya dipandang sebagai sebuah gejala dari inti masalah yang sesungguhnya. Oleh karena itu, dalam upaya membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam kehadirannya di sekolah, maka guru atau konselor seyogyanya dapat memahami latar belakang dan faktor-faktor penyebab ketidakhadirannya, untuk menemukan inti masalah yang sebenarnya. Dengan demikian, upaya pengentasan ketidakhadiran siswa dapat diminimalisir. Ada banyak sumber penyebab ketidakhadiran siswa di sekolah, baik yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri (faktor interna l), misalnya 5

6 karena disiplin dan motivasi belajar yang rendah maupun dari luar diri siswa (faktor eksternal), misalnya lingkungan sekolah dan pergaulan yang kurang kondusif juga lingkungan yang kurang memperhatikan perkembangan anak. Fenomena di SMA Negeri 2 Kampar, yang menjadi salah satu faktor penyebab ketidakhadiran siswa di sekolah dalam proses pembelajaran adalah dari pribadi siswa itu sendiri. Siswa yang memiliki persepsi positif tentang kehadiran dalam proses belajar di kelas tentu menganggap penting untuk hadir khususnya di kelas. Sebaliknya siswa yang memiliki persepsi negatif, mereka menganggap tidak begitu penting untuk hadir di sekolah. Sehingga hal ini menarik untuk dikaji, selain itu di SMA Negeri 2 Kampar ini telah ada guru pembimbing maka sangat menarik pula untuk dikaji bagaimana upaya guru pembimbing mengatasi masalah siswa yang sering bolos tersebut. Berdasarkan hal di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti permasalahan ini dengan judul: Persepsi Siswa tentang Kehadiran dalam Proses Belajar di Sekolah dan Usaha Guru Pembimbing dalam Meningkatkannya di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kampar. B. Penegasan Istilah Untuk menghindari penafsiran yang keliru dan salah pengertian dalam judul penelitian ini, maka diperlukan penegasan makna dari istilah-istilah yang digunakan. 1. Persepsi adalah pandangan dari seseorang banyak orang akan hal atau 6

7 peristiwa yang didapat atau diterima. 7 2. Kehadiran diartikan adanya, datangnya seseorang ditempat dimana dia harus hadir, misalnya murid di sekolah. 8 3. Siswa berarti pelajar, murid pada Sekolah Dasar dan menengah. Siswa dapat juga diartikan orang yang menuntut ilmu di Sekolah Menengah atau di tempattempat kursus. 9 Adapun istilah siswa yang penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kampar mulai dari kelas X sampai kelas XII Tahun Ajaran 2012/2013. 4. Menurut Slameto, dalam bukunya bahwa belajar ialah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang bare secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 10 5. Usaha dapat diartikan kegiatan yang mengerahkan tenaga, pikiran untuk mencapai suatu tujuan. 11 6. Dalam Undang-undang Guru dan Dosen ditegaskan bahwa "guru" adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan 7 Petter Salim & Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, edisi ketiga, 2002), h. 1146. 8 J.S. Badadu, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), h. 482 9 Petter Salim & Yenny Salim, op. Cit., h. 1443 10 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003), Cet. Ke-4, h. 2 11 Petter Salim & Yenny Salim, Op. Cit., h. 1691. 7

8 dasar, dan pendidikan menengah. 12. C. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah bahwa persoalan pokok kajian ini adalah persepsi siswa tentang kehadiran dalam proses belajar di sekolah dan usaha guru pembimbing dalam meningkatkannya di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kampar. Berdasarkan persoalan pokok tersebut, maka persoalan-persoalan yang terkait dalam kajian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: a. Sebagian siswa sering bolos dalam proses pembelajaran di SMA Negeri 2 Kampar. b. Siswa merasa bosan masuk kedalam kelas ketika pelajaran dimulai sehingga siswa lebih banyak main di luar daripada mengikuti pelajaran tersebut. c. Guru belum maksimal dalam menggunakan metode pembelajaran yang bersifat menyenangkan siswa di SMA Negeri 2 Kampar.. d. Usaha guru pembimbing kurang maksimal dalam mengatasi siswa yang bolos karena hanya memanggil siswa yang bersangkutan dan memberikan nasehat saja. e. Kurangnya motivasi dari pribadi siswa sendiri untuk hadir di sekolah ketika proses pembelajaran menjadi faktor yang mempengaruhi 2006), h. 2-3. 12 Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru & Dosen, (Bandung: Citra Umbara, 8

9 persepsi siswa tentang kehadiran di SMA Negeri 2 Kampar. f. Lemahnya tingkat pengawasan orang tua siswa terhadap perkembangan belajar siswa. 2. Batasan Masalah Mengingat banyaknya persoalan-persoalan yang mengitari kajian ini seperti yang dikemukakan dalam identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi pada persepsi siswa kelas XI tentang kehadiran dalam proses pembelajaran dan usaha guru pembimbing dalam mengatasinya di SMA Negeri 2 Kampar. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat penulis rumuskan sebagai berikut: a. Bagaimana tingkat kehadiran siswa kelas XI SMA Negeri 2 Kampar dalam proses belajar di sekolah? b. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kehadiran siswa kelas XI dalam proses pembelajaran di SMA Negeri 2 Kampar? c. Apa usaha guru pembimbing untuk meningkatkan kehadiran siswa kelas XI dalam proses pembelajaran di SMA Negeri 2 Kampar? D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui tingkat kehadiran siswa kelas XI SMA Negeri 2 Kampar dalam proses belajar di sekolah. 9

10 b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kehadiran siswa kelas XI dalam proses pembelajaran di SMA Negeri 2 Kampar. c. Untuk mengetahui usaha guru pembimbing dalam meningkatkan kehadiran siswa kelas XI ketika mengikuti proses pembelajaran di SMA Negeri 2 Kampar. 2. Kegunaan penelitian a. Sebagai sumbangan pemikiran bagi SMA Negeri 2 Kampar dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan siswa-siswa yang sering bolos sekolah. b. Bagi guru pembimbing hasil penelitian ini diharapkan berguna dalam rangka menentukan langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengatasi siswa yang sering bolos dari sekolah. c. Menambah dan memperluas wawasan bagi penulis dalam membuat suatu karya ilmiah. d. Sebagai syarat untuk menyelesaikan studi atau meraih gelar Sarjana Strata Satu (SI) pada Program Study Bimbingan Konseling Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. 10