BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada tubuh kita, misalnya pada saat melakukan aktivitas olahraga,

BAB I PENDAHULUAN. barang, mencuci, ataupun aktivitas pertukangan dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu. Kualitas hidup menjadi variabel perkembangan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang umumnya terjadi pada daerah siku (Setiawan, 2011). digunakan dalam permainan tenis dalam melakukan service, overhead

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada zaman modern seperti sekarang ini, terjadi banyak. teknologi dan tidak ketinggalan juga perkembangan pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pada tingkatan intra sel sampai aktual yang setiap hari dilakukan oleh. manusia untuk beraktifitas atau bergerak 1.

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas tersebut antara lain memasak, mencuci, menulis, mengetik, dan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kehidupan yang lebih baik.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. sehat. Mengandung arti bahwa untuk membentuk mental yang sehat

BAB I PENDAHULUAN. penting. Penurunan kapasitas fungsi dapat menyebabkan penurunan. patologi morfologis maupun patologi fungsional.

BAB I PENDAHULUAN. sering di gunakan. Masalah pada pergelangan tangan sering dialami karena

BAB I PENDAHULUAN. patah tulang adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves C.J,

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS BERMAIN BULUTANGKIS DENGAN KECENDERUNGAN TERKENA TENNIS ELBOW DI GOR BULUTANGKIS DIRGANTARA KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat

BAB I PENDAHULUAN. itu gerak dan fungsi dari sendi bahu harus dijaga kesehatannya. tersebut, salah satu diantaranya adalah frozen shoulder.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental dan juga bebas dari kecacatan. Keadaan sehat bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. berat. Apabila terjadi gangguan pada tangan maka kita akan kesulitan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. serta bidang kesehatan. Setiap orang yang hidup baik usia produktif maupun

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Sindroma miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau

BAB I PENDAHULUAN. robek pada ligamen,atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan unsur yang tidak terpisahkan dari kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Olahraga merupakan kebutuhan yang tidak asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO

BAB I PENDAHULUAN. fungsionalnya. Kompleksnya suatu gerakan dalam aktifitas seperti. tulang-tulang yang membentuk sendi ini masing-masing tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat (UU RI, NO 36 Tahun

J SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya pusat rehabilitasi di Surakarta menuntut pengetahuan lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, mobilitas manusia menjadi. semakin tinggi. Dengan dampak yang diakibatkan, baik positif maupun

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin mengancam penurunan kualitas manusia jika tidak segera

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan penting sebagai penopang berat badan dalam aktivitas

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TENNIS ELBOW DEXTRA DI RST DR. SOEDJONO MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. jaman. Termasuk ilmu tentang kesehatan yang di dalamnya mencakup. manusia. Selama manusia hidup tidak pernah berhenti menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fungsional sehari-hari. Dimana kesehatan merupakan suatu keadaan bebas

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

Ni Made Sulasih RSUP Sanglah Denpasar, Juni 2012 Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. untuk hiduplebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ringan atau berat sehingga dalam proses penyembuhan pasien. buruk dari rawat inap atau long bed rest.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya penggunaan komputer atau laptop di kalangan anak sekolah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang kini digalakan salah satunya adalah di

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DENGAN MODALITAS SHORT WAVE DIATHERMI DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan upaya pengelolaan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan.

BAB I PENDAHULUAN. dimana dijumpai beraneka ragam jenis keluhan antara lain gangguan neuromuskular,

BAB I PENDAHULUAN. kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang sangat banyak. cidera atau gangguan sendi yang cukup besar. (Kuntono 2003).

BAB I PENDAHULUAN. yang statis dan overload dalam waktu yang lama dapat menyebabkan ketenganan

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hidup dalam masyarakat.pembangunan kesehatan, yaitu: menggerakkan. memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena

PENATALAKSANAAN INFRA MERAH, MASSAGE DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF CLOSED FRAKTUR ANTEBRACHII DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas sehari- hari, beradaptasi dan berkontribusi di lingkungan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit (preventive),

BAB I. punggung bawah. Nyeri punggung bawah sering menjadi kronis, menetap atau. sehingga tidak boleh dpandang sebelah mata (Muheri, 2010).

Blanko Kuisioner Neck Disability Index (NDI)

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak selektif dalam menjalani kehidupan sehari-hari akan mudah. dalam beradaptasi terhadap lingkungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi sehat jasmani, rohani, dan sosial. Tidak hanya bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas sendi dapat menurunkan proprioseptif dan koordinasi yang dapat. mengakibatkan meningkatkan risiko cedera.

BAB I PENDAHULUAN. modern. Hal ini mengakibatkan dampak yang positif tetapi juga bisa

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan fungsi yang tiada batasnya. subjek dalam populasi umum. Insiden dan prevalensi dari negara

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian integral kesehatan (Ibid dkk, 2009). kita, hal itu ditunjukkan dalam aktivitas kita sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh umur, psikis dan keadaan lingkungan sosial individu. Banyak. terhadap gerak dan fungsi tubuh. (Depkes RI, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. bebas dari kecacatan sehingga untuk dapat melakukan aktivitas dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sosial masyarakat dan bangsa bertujuan untuk. memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009,

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan produktif dibutuhkan status kesehatan yang tinggi dan. peningkatan sistem pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. Dari mulai alat komunikasi, alat perkantoran, alat transportasi sampai sistem

BAB l PENDAHULUAN. gerakannya, dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan aktifitas atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit pada anggota gerak yang disebabkan oleh traumatik. Trauma merupakan

PENDAHULUAN. yang berkembang kian pesat sangat berpengaruh pula aktivitas yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat otot tertarik lebih dari pada kapasitas yang dimilikinya. Berbeda

BAB I PENDAHULUAN. memberikan prioritas pada upaya promotif dan preventif tanpa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman globalisasi sekarang ini, ilmu pengetahuan dan teknologi

Disusun oleh : FITRIA NUR CANDRARINI NIM : J

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan termasuk salah satunya bidang kesehatan. Pembangunan di bidang

EFEKTIVITAS DAN KENYAMANAN TRANCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK MUSKULOSKELETAL PADA USIA LANJUT

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang dilakukan setiap hari dapat menimbulkan berbagai macam. penyakit. Salah satunya adalah Carpal Tunnel Syndrome (CTS).

PENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dan mobilisasi yang baik, tidak ada keluhan dan keterbatasan gerak terutama

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia melakukan aktivitas sehari-hari dengan menggunakan seluruh anggota tubuh dan tidak jarang mengalami gangguan pada tubuhnya. Kesehatan merupakan hal yang penting agar manusia dapat melakukan aktivitas sehari-hari untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hidup setiap orang yaitu memiliki tubuh yang sehat. Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan adalah suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Aktivitas fisik yang dapat menimbulkan cidera seperti aktivitas mencuci, berolahraga, mengangkat barang ataupun aktivitas yang mengunakan lengan dapat mengakibatkan gangguan pada epycondylus lateralis humeri atau sering dikenal sebagai Tennis Elbow. Tennis elbow adalah salah satu injuri yang paling umum terjadi di lengan. Keadaan ini merupakan permasalahan sehari-hari yaitu suatu kondisi dimana terdapat nyeri pada bagian luar dari sendi siku yang terjadi karena pembentukan jaringan abnormal pada otot-otot ekstensor pergelangan tangan akibat adanya kontraksi yang berlebihan (overuse) atau pembebanan yang terlalu berat dan permukaan radiohumeral yang tidak rata. Diperkirakan hanya 5% dari seluruh penderita disandang pemain tennis, sedangkan 95% lainnya diderita oleh berbagai profesi dan okupasi seperti ibu rumah tangga, teknisi, montir tukang emas dan lain-lain. Penderita tennis elbow sering terjadi pada usia diatas 25 tahun dan umumnya antara 40 dan 60 tahun. Berdasarkan mekanisme kejadiannya, cedera dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok yaitu traumatic injury dan repetitive injury. Traumatic injury merupakan cedera akibat adanya trauma langsung seperti 1

2 benturan (contusio), patah (fracture), sprain, strain dan lain-lain. Sedangkan repetitive injury merupakan cedera tidak langsung dan berulang seperti aktifitas yang berlebihan (Comfort et al, 2010). Cedera dapat terjadi karena siku berfungsi sebagai penggerak dan stabilisasi. Tennis elbow memiliki prevalensi 1-3% pada populasi umum (Bisset et al, 2009), 6-15% pada pekerja industri(fedorczyk, 2006),19% pada usia 30-50 tahun lebih dominan wanita (Kaminsky et al, 2003),35-42% pada pemain tennis (Silva, 2008),2-23% pada pekerja umum seperti ibu rumah tangga, aktifitas dengan komputer, pemahat dan mengangkat beban berat (Leclerc et al, 2013). Tennis elbow dibagi menjadi 4 Tipe. Tipe I : ekstensor karpi radialislongus, Tipe II; ekstensor karpi radialis brevis tendo periosteal dengan prevalensi 80%, Tipe III; ekstensor karpi radialis brevis tendo muscularjunction, dan Tipe IV; ekstensor karpi radialis brevis muscle belly. Tennis Elbow banyak terjadi pada tipe II yaitu tendonperiosteal, dimana bila terdapat inflamasi cenderung menjadi kronik. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, antara lain lokasinya merupakan daerah kritis (critical zone) yang sangat miskin pembuluh darah kapiler. Tipe II ini akan mengalami gangguan pada tendon, yang mengalami trauma sehingga menyebabkan inflamasi dari callus maka nyeri tak kunjung hilang, sehingga terjadilah abnormal cross link yang menyebabkan menurunnya kelenturan jaringan dan membuat nyeri regang. Adanya gangguan microvaskuler yang menyebabkan hipovaskuler sehingga menurunnya sirkulasi dan menyebabkan kekurangan nutrisi dan O2 membuat metabolisme menurun sehingga terjadi peningkatan zat-zat iritan. Tidak hanya itu saja gangguan saraf juga terjadi pada kasus Tennis Elbow Tipe II yang menyebabkan rangsangan nosisensori yang menyebabkan hiperalgesia sehingga menimbul rasa nyeri. Dalam perkembangan ilmu fisioterapi, usaha-usaha di bidang kesehatan gerak dan fungsi tubuh telah mengalami perkembangan. Tidak terbatas pada usaha kuratif saja, tetapi juga usaha promotif, preventif, dan

3 rehabilitatif. Gerak yang dimaksud dalam fisioterapi tidak hanya gerakan anggota tubuh seperti tangan dan kaki, namun mencakup gerak dari sel sampai gerakan individu. Saat ini tenaga Kesehatan Terutama Fisipterapi sangat berperan penting dalam penanganan kasus Tennis Elbow. Banyak cara untuk menyembuhkan dan mengembalikan fungsional fisik seseorang dengan melakukan fisioterapi. Tujuan utama yang hendak dicapai oleh Fisioterapi adalah memberi pelayanan peningkatan gerak fungsional. Dalam hal ini fisioterapi lebih fokus memberikan pelayanan kesehatan dalam masalah kemampuan gerak dan fungsi. Dan menurut PERMENKES RI nomor 65 tahun 2015, pasal 1 ayat 2 tentang penyelenggaraan pekerjaan dan praktik fisioterapis dicantumkan bahwa : Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, eletroterapeutis dan mekanis). Fisioterapi dapat memberikan penanganan rehabilitatif dalam menangani kasus tennis elbow berupa pemberian intervensi electrotherapy seperti transcutaneous electric nerve stimulation (TENS), dan manual therapys seperti mill s manipulation dan myofascial release Technique. TENS merupakan alat terapi yang umum digunakan dalam berbagai keadaan nyeri. TENS menimbulkan kontraksi otot yang sangat jelas pada saat terapi dilakukan. Dari kontraksi ini akan dihasilkan efek pumping action pada otot sehingga akan memacu proses sirkulasi jaringan yang akan menyebabkan otot menjadi lemas, yang akhirnya iritasi pada saraf akan berkurang sehingga terjadi modulasi nyeri level sensori. TENS adalah non-invasif, murah dan hampir tidak ada efek samping. Tujuan pemberian TENS pada tennis elbow Tipe II adalah

4 menurunkan nyeri, membuat otot menjadi lebih relax dengan posisi streching yang dilakukan, merangsang otak untuk menghasilkan endorphin yang berguna untuk mengurangi rasa sakit/nyeri, meningkatkan kelenturan, dan melancarkan sirkulasi (Sulasih, 2012). Mill's manipulation seperti yang dijelaskan oleh Cyriax, dan untuk indikasi yang dijelaskan Cyriax, mill's manipulation ini memiliki potensi paling banyak dalam meregangkan tendon yang terlibat agar tidak membahayakan sendi disekitar siku. Manipulation ini, tangan pasien dalam posisi stretch dengan kontraksi kecil yang mampu memperbaiki adhesion sehingga terjadi regangan pada otot dengan high filosity amplitudo (smooth) untuk meregangkan pada dua sisi tulang dan otot baik pada tendon periosteal. Pemberian Mill s Manipulation pada Tennis Elbow Tipe II adalah membuat penurunan spasme otot, melepaskan adhesion pada jaringan cidera, dan strech muscle. Myofascial Release Technique (MRT) merupakan teknik manual untuk meregangkan fascia dan meregangkan ikatan antara fascia dan kulit,sirkulasi, manurunkan tegangan otot,menurunkan tubrica adhesion dan, meningkatkan ROM. Fascia yang dimanipulasi memungkinkan jaringan ikat menjadi lebih fleksibel dan fungsional. Tujuan dari MRT adalah untuk melepaskan hambatan pada lapisan dalam fascia. Hal ini dilakukan dengan meregangkan fascia bersamaan dengan crosslink (Shah et al, 2012). Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengetahui intervensi apa yang efektif dan bermanfaat untuk meningkatkan. Kemampuan Fungsional pada lengan, sehingga penulis tertarik untuk membahas dan melakukan penelitian yang dipaparkan dalam skripsi dengan judul: Perbedaan efek antara Mill s Manipulation dengan Myofascial Release Technik terhadap kekuatan menggenggam dan disabilitas pada kasus tennis elbow tipe II.

5 B. Identifikasi Masalah Dalam menegakkan diagnosa pada tennis elbow tipe II dilakukan assesmen yaitu nyeri yang positif, pada saat melakukan gerak lengan dorsal fleksi maka kerja otot menjadi eksentrik tanda positif indikasi tibatiba timbul nyeri yang hebat di area epicondondylus leteral humeri, dan pada gerakan stretch test terdapat rasa nyeri. Tennis elbow dapat dipalpasi, yaitu pada tipe I pada otot ekstensor carpiradialis longus, tipe II pada otot ekstensor carpiradialis brevis tenno periosteal, tipe III pada otot ekstensor carpiradialis brevis tenno muscular junction, tipe IV pada otot ekstensor carpiradialis brevis muscle belly. Pemeriksaan palpasi dimulai dengan palpasi sendi melalui berbagai gerak untuk menilai efusi sendi dan krepitasi. Palpasi struktur tulang harus mencakup medial dan epikondylus lateral, olecranon, head of radius melalui pronasi penuh dan supinasi, dan poros ulnaris proksimal (Dugas et al,2005). Proses fisioterapi pada kasus ini yaitu berupa assesmen (history taking), inspeksi, tes orientasi, pemeriksaaan fungsi gerak dasar, serta tes khusus yang disertai dengan pemeriksaan penunjang yang dilakukan dengan algoritma dan berdasarkan evidence base practice. Nyeri yang terjadi pada kondisi tennis elbow tipe 2 disebabkan karena adanya suatu inflamasi pada tenno periosteal, iritasi dan perlekatan kolagen. Nyeri ini terjadi karena adanya suatu pembebanan pada otot-otot ekstensor carpi radialis, sehingga dapat menyebabkan kerobekan pada tenno periosteal dan kerobekan kecil pada serabut tendon ekstensor carpi radialis brevis dimana dapat menimbulkan inflamasi karena reaksi vaskuler dan seluler pada tenno periosteal dengan tanda dan gejala berupa nyeri, bengkak, panas, dan warna yang kemerahan. Inflamasi tersebut merupakan suatu kondisi sebagai nyeri. Adanya inflamasi pada tenno periosteal, iritasi jaringan dan perlekatan kolagen akan merangsang timbulnya nyeri. Kondisi ini sering kita jumpai pada pemain tennis, pemain bulutangkis, pemahat, dan ibu rumah tangga, di mana rasa sakit didaerah lateral siku. Dimana aktifitas

6 fisik tersebut melibatkan tangan dan pergelangan tangan secara berlebihan atau overuse dan berulang-ulang, pembebanan yang terlalu berat, serta terlalu sering melakukan aktivitas menggenggam dari pergelangan tangan. Faktor-faktor penentu tennis elbow yaitu adanya hiper adhesion karena terjadinya kronik inflamasi, hipovaskuler akibat degenerasi, adanya adhesion intercelluler antar serabut akan menyebabkan inflamasi kronik. Nyeri yang terjadi biasanya bersifat tajam, intermiten, dan menjalar ke bawah melalui aspek posterior lengan bawah. Untuk menentukan lokasi nyeri dapat ditentukan 1,5 cm dari distal origo. Secara umum, pasien tennis elbow akan mengeluhkan penurunan kekuatan ketika melakukan gerakan menggenggam, supinasi, dan ekstensi pergelangan tangan. Sekitar sepertiga kasus tennis elbow berhubungan dengan aktivitas hidup sehari-hari. Sehingga menanyakan riwayat pekerjaan dan aktivitas sehari-hari merupakan salah satu hal yang penting dalam menegakkan diagnosis. Penilaian dan evaluasi fungsi hasil penanganan dapat dilakukan pengukuran hasil intervensi terhadap disabilitas dengan Petient-Rated Tennis Elbow Evaluation (PRTEE). PRTEE sebelumnya dikenal sebagai Patient-Rated Forearm Evaluation Questionnaire (PRFEQ) adalah kuisioner dari 15-item yang dirancang untuk mengukur indeks disabilitas dari tennis elbow dimana proses tersebut juga diperlukan dalam teknik pengambilan sampel penelitian ini. Besaran sampel yang mewakili pada penelitian ini menggunakan perlakuan satu dan perlakuan dua dengan jumlah perbandingan sample yang sama, bahwa sampel yang diambil memiliki tingkat kriteria dan tingkat kemampuan yang sama atau tidak pada kasus tennis elbow tipe 2. Fisioterapi berperan dalam mengembalikan gerak dan fungsi, maka dari itu kita dapat memberikan intervensi yaitu manual therapy dan electro therapy seperti, TENS. Pasien diberi intervensi dengan penempatan pet elektroda pada titik antara area nyeri dengan posisi stretching, pemasangan elektroda harus menempel sempurna tanpa adanya tekanan dengan menggunakan patch tape atau bungkus elastis, pastikan letak posisi

7 elektroda, frekuensi, waktu, sama pada pasien tetapi pada pemberian frekuensi sesuai toleransi pasien. Pada pemberian intervensi Mill s Manipulation dengan melakukan gerakan halus dengan dengan repetisi yang sama pada pasien. Pada pemberian intervensi MRT, palpasi daerah yang patologi kemudian lakukan release dengan memberikan tekanan pada area patologi dan berikan regangan pada otot. Dengan waktu, frekuensi, dan intensitas pada pasien. Sehingga kita dapat meningkatan kekuatan menggengam dan menurunkan disabilitas pada seseorang dengan penanganan kasus Tennis Elbow, terutama pada kasus Tennis Elbow tipe II. C. Perumusan Masalah 1. Apakah ada efek TENS dan Mill s manipulation terhadap kekuatan menggenggam pada tennis elbow tipe II? 2. Apakah ada efek TENS dan MRT terhadap kekuatan menggenggam pada Tennis elbow tipe II? 3. Apakah ada perbedaan efek antara TENS dan Mill s manipulation dengan TENS dan MRT terhadap kekuatan menggenggam pada tennis elbow tipe II? 4. Apakah ada efek TENS dan Mill s manipulation terhadap disabilitas Tennis elbow tipe II? 5. Apakah ada efek TENS dan MRT terhadap disabilitas tennis elbow tipe II? 6. Apakah ada perbedaan efek antara TENS dan Mill s manipulation dengan TENS dan MRT terhadap disabilitas pada tennis elbow tipe II?

8 D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk membuktikan perbedaan efek antara TENS dan Mill s manipulation dengan TENS dan MRT terhadap kekuatan menggenggam dan disabilitas pada kasus tennis elbow tipe II. 2. Tujuan Khusus a. Untuk membuktikan efek TENS dan Mill s Manipulation terhadap kekuatan menggenggam pada tennis elbow tipe II. b. Untuk membuktikan efek TENS dan MRT terhadap kekuatan menggenggam pada tennis elbow tipe II. c. Untuk membuktikan efek antara TENS dan Mill s manipulation dengan TENS dan MRT terhadap kekuatan menggenggam pada tennis elbow tipe II. d. Untuk membuktikan efek TENS dan Mill s manipulation terhadap disabilitas pada Tennis elbow tipe II. e. Untuk membuktikan efek TENS dan MRT terhadap disabilitas pada tennis elbow tipe II. f. Untuk membuktikan efek antara TENS dan Mill s manipulation dengan TENS dan MRT terhadap disabilitas pada tennis elbow tipe II. E. Manfaat Penelitian a. Bagi Institusi Pendidikan Memeberikan informasi tentang penanganan Kasus Tennis Elbow Tipe II yang dapat digunakan sebagai referensi maupun dijadikan sumber referensi untuk pelayanan kesehatan. b. Bagi peneliti 1) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dengan mengkaji dan mengembangkan teori-teori yang telah diperoleh.

9 2) Mengetahui penanganan yang tepat pada kasus Tennis Elbow tipe II. 3) mengetahui manfaat dari intervensi yang diberikan pada kasus Tennis Elbow tipe II. c. Bagi fisioterapis Dapat dijadikan bahan masukan dalam menentukan intervensi yang terkait dengan kasus Tennis Elbow tipe II.