II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ganggang Mikro

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Spirulina sp.

dari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron

PRODUKTIVITAS DAN KESUBURAN PERAIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikroalga Tetraselmis sp. merupakan salah satu mikroalga hijau.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke

I. PENDAHULUAN. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

TINJAUAN PUSTAKA. fotosintesis (Bold and Wynne, 1985). Fitoplankton Nannochloropsis sp., adalah

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama

I. PENDAHULUAN. Mikroalga merupakan jasad renik dengan tingkat organisasi sel yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kesuksesan budidaya. Kebutuhan pakan meningkat seiring dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

I. PENDAHULUAN. mikroalga dikenal sebagai organisme mikroskopik yang hidup dari nutrien

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang s

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

TINJAUAN PUSTAKA. pembagian tugas yang jelas pada sel sel komponennya. Hal tersebut yang

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha

A.1 Reduksi Nitrat dan Nitrit Reduksi nitrat terjadi di dalam sitoplasma, sedangkan reduksi nitrit terjadi di kloroplas.

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

I. PENDAHULUAN. yang termasuk dalam bentuk mikro terdiri dari Fe, Co, Zu, B, Si, Mn, dan Cu (Bold

MANAJEMEN KUALITAS AIR

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI

II. TINJAUAN PUSTAKA

Alga (ganggang) Alga sering disebut ganggang.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya dikenal dengan nama fitoplankton. Organisme ini merupakan

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas

2. TINJAUAN PUSTAKA. kondisi yang sulit dengan struktur uniseluler atau multiseluler sederhana. Contoh

2. TINJAUAN PUSTAKA. Scenedesmus sp. merupakan mikroalga yang bersifat kosmopolit dan

n, TINJAUAN PUSTAKA Menurut Odum (1993) produktivitas primer adalah laju penyimpanan

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

II. TELAAH PUSTAKA. Ketersediaan Karbohidrat. Chrysolaminarin (= leukosin)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rumput gajah berasal dari afrika tropis, memiliki ciri-ciri umum berumur

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VIII PROSES FOTOSINTESIS, RESPIRASI DAN FIKSASI NITROGEN OLEH TANAMAN

TINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari di Balai Besar Pengembangan Budidaya

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V FOTOSINTESIS. 5. proses terjadinya rreaksi terang dan gelap dalam proses fotosintesis.

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi

I. PENDAHULUAN. besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan bahan persediaan bahan bakar fosil berkurang. Seiring menipisnya

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

Fotografi Cahaya Terhadap Pigmen Warna Tanaman

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman

I. PENDAHULUAN. memerlukan area yang luas untuk kegiatan produksi. Ketersediaan mikroalga

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perbedaan Suhu Terhadap Pertumbuhan Scenedesmus sp. yang Dibudidayakan Pada Media Limbah Cair Tapioka

4.1 PENGERTIAN DAUR BIOGEOKIMIA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLatihan Soal 10.5

I. PENDAHULUAN. yang dibutuhkan untuk pertumbuhan larva (Renaud et.al, 1999). Pemberian pakan

I. PENDAHULUAN. Dalam kegiatan pembenihan pakan alami telah terbukti baik untuk larva.

merangsang skutelum menghasilkan GA. GA dikirim ke sel-sel protein untuk membentuk enzim baru sebagai pelarut cadangan makanan.

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Tebu Botani dan Syarat Tumbuh Tebu

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Biotani Sistimatika Sawi. Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelimpahan Nannochloropsis sp. pada penelitian pendahuluan pada kultivasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pertumbuhan Chlorella sp.diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. sebagai media penyakit (Cholik, et.al 1989 dalam wilujeng, 1999). Makanan alami

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ganggang Mikro Ganggang termasuk golongan organisme berklorofil dan memiliki ukuran beraneka ragam, mulai dari ukuran yang sangat kecil dalam skala µm hingga beberapa meter panjangnya. Beberapa ganggang menunjukkan diferensiasi bila dilihat sepintas dari luar, sehingga kenampakannya menyerupai kormus tumbuhan tinggi, tetapi dari segi anatomi sel-selnya belum menunjukkan adanya diferensiasi (perbedaan secara mendalam). Organisme ini mengandung klorofil dan pigmen lain untuk melangsungkan proses fotosintesis (Tjitrosoepomo, 2005). Kebanyakan ganggang hidup di air dan mampu melakukan fiksasi karbon melalui fotosintesis. Jumlah karbon yang tertangkap oleh ganggang yang hidup di air sama dengan jumlah karbon yang tertambat oleh seluruh flora di daratan. Ganggang renik merupakan bagian dari fitoplankton dan berguna sebagai sumber makanan yang penting bagi organisme lain, termasuk organisme yang besar misalnya ikan hiu. Ganggang renik merupakan dasar atau permulaan dari rantai makanan akuatik karena kemampuannya melakukan fotosintesis, dan penghasil primer bahan organik (Pelzar dan Chan, 1986). Angka dan Suhartono (2000) berpendapat bahwa ganggang laut terdiri atas jenis bentik dan planktonik. Ganggang bentik termasuk jenis yang tumbuh melekat pada substrat. Ganggang bentik banyak diperdagangkan dan terdiri atas ganggang hijau (Chlorophyta), ganggang merah (Rhodophyta) dan ganggang coklat (Phaeophyta). Jenis ganggang planktonik berukuran mikroskopik, hidupnya melayang atau mengapung dan gerakannya mengikuti gerakan air. Jenis yang termasuk ganggang planktonik yaitu Diatomae, Coccolithorid (Chrysophyta), dan Dinoflagellata (Pyrrophyta). Menurut Panggabean (1998), ganggang mikro merupakan jenis planktonik atau renik, yang termasuk tumbuhan bersel tunggal, berkembang biak sangat cepat dengan daur hidup relatif pendek. Mubarak (1981) menyatakan bahwa ganggang termasuk ke dalam filum Thallophyta yang terbagi ke dalam 7 (tujuh) divisi yaitu Euglenophyta, Chlorophyta, Chrysophyta, Phaeophyta, Rhodophyta, Phyrrophyta dan Cyanophyta. Ciri-ciri dari filum ini yaitu tidak mempunyai akar, batang dan daun

4 sejati. Alat reproduksi terdiri atas satu sel dan zigot yang merupakan hasil pembuahan sel betina oleh sel jantan hanya akan tumbuh sesudah keluar dari alat kelamin betina. Pelczar dan Chan (1986) mengklasifikasikan ganggang berdasarkan ciriciri berikut : (1) Susunan kimia pigmen, (2) Susunan kimia dari produk makanan cadangan, (3) Jumlah dan morfologi flagella, (4) Sifat kimia dan fisik dari dinding sel, (6) Organisasi sel, (7) Rangkaian perubahan hidup dan reproduksi. Ciri-ciri penting kelompok ganggang diperlihatkan pada Tabel 1. Tabel 1. Ciri-ciri Penting Kelompok Taksonomi Ganggang. Divisi (nama umum) Bahan cadangan Flagela dan struktur sel Chlorophycophyta (ganggang hijau) Pati, minyak Kebanyakan nonmotil (kecuali satu ordo) tetapi beberapa sel reproduktif dapat berflagela. Rhodophycophyta (ganggang merah) Phaeophycophyta (ganggang coklat) Bacillariophycophyta (diatom) Euglenophycophyta (euglenoid) Cryptophycophyta (kriptomonad) Phyrrophycophyta (dinoflagelata, fitodinad) Pati, floridean (seperti glikogen) Karbohidrat seperti pati; manitol Karbohidrat seperti pati; manitol Karbohidrat seperti pati; minyak Pati Pati, minyak Nonmotil; memiliki agar dan karegen dalam dinding sel. Flagela: 1, 2 sama atau tidak sama panjang; permukaannya tertutup sisik yang khas. Flagela: 2 lateral, tak sama panjang; dinding sel mengandung asam lignat. Flagela: 1, 2, atau 3, sama panjang, apikal; memiliki kerongkongan; tidak memiliki dinding sel tetapi memiliki pelikel elastik. Flagela: 2 tak sama panjang, lateral; pada beberapa spesies memiliki kerongkongan; tidak memiliki dinding sel. Flagela: 2, lateral: 1 digunakan untuk menyeret dan 1 lagi digunakan untuk melilitkan tubuhnya pada waktu bergerak. Xantophycophyta (ganggang hijau-kuning) Karbohidrat; pati, minyak Flagela 2 tak sama panjang, Posisi flagela apikal Sumber: Pelczar dan Chan (1986) Keterangan: Pigmen-pigmen utama untuk diferensiasi dikeluarkan dari tabel ini untuk penyederhanaan.

5 2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ganggang Mikro Suriawiria (2005) mengemukakan bahwa pertumbuhan dan penambahan jumlah ganggang pada kurun waktu tertentu dapat digambarkan dalam bentuk kurva pertumbuhan. Kurva pertumbuhan merupakan gambaran dari pertumbuhan secara bertahap sejak awal hingga akhir pertumbuhan. Kurva ini umumnya terbagi ke dalam beberapa fase yaitu fase lag, fase eksponensial atau logaritmik, fase stationer dan fase kematian. Berbagai faktor lingkungan seperti cahaya, suhu, zat hara (nitrat dan fosfat), salinitas serta ph sangat mempengaruhi pertumbuhan ganggang mikro. McKinney (2004) menyatakan bahwa ganggang menggunakan cahaya sebagai sumber energi untuk sintesis sel protoplasma. Ganggang membutuhkan cahaya untuk mengubah karbondioksida menjadi glukosa (Dring, 1974). Pigmen fotosintesis yang ada pada ganggang akan mengubah energi cahaya menjadi energi kimia lewat transfer elektron. Reynolds (1990) juga menambahkan bahwa cahaya dengan intensitas yang rendah merupakan faktor pembatas untuk melakukan kegiatan fotosintesis, karena laju dari fotosintesis ditentukan oleh laju suplai energi cahaya. Laju difusi CO 2 ke dalam sel juga dapat mengontrol laju fotosintesis secara keseluruhan. Aslan (1998) menyatakan bahwa kebutuhan cahaya pada ganggang merah agak rendah dibanding ganggang coklat. Gracilaria verrucosa misalnya, berkembang baik pada intensitas cahaya 400 lux, sedangkan Ectocarpus tumbuh cepat pada intensitas cahaya antara 6500-7500 lux. Menurut Nybakken (1993), hara nitrogen yang dibutuhkan oleh ganggang dalam pertumbuhannya adalah dalam bentuk nitrat. Mulyadi (1999) juga menambahkan bahwa ketersediaan nitrat dalam media akan mempengaruhi kecepatan serap ammonium oleh ganggang Dunaliella tertiolecta. Pemanfaatan ammonium meningkat seiring dengan semakin berkurangnya kandungan nitrat dalam media hidupnya. Selain nitrat, hara lain yang diperlukan ganggang yaitu fosfat. Fosfat merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan ganggang akuatik (Boyd, 1992). Aslan (1998) menyatakan bahwa kadar nitrat dan fosfat mempengaruhi stadia reproduksi ganggang bila hara tersebut melimpah di perairan, karena dapat meningkatkan kesuburan gametofit ganggang coklat (laminaria nigrescence).

6 Faktor lingkungan ketiga yang mempengaruhi pertumbuhan ganggang mikro adalah suhu. Munasinghe dan Khanal (2010) menyatakan bahwa efek suhu penting karena 2 alasan. Pertama, karena suhu mempengaruhi pertumbuhan mikrob dari ganggang tersebut. Kedua, suhu mempengaruhi kelarutan substrat gas (udara) dalam air. Selain itu, menurut Darley (1982), suhu optimum untuk pertumbuhan fitoplankton air laut dan air tawar yaitu 18-25 C. Menurut Aslan (1998) perkembangan stadia reproduksi beberapa jenis ganggang tergantung pada kondisi suhu dan intensitas cahaya atau kombinasi kedua parameter tersebut. Perkembangan tetraspora polysiphonia misalnya, berlangsung baik pada suhu yang rendah dan intensitas cahaya tinggi. Becker (1994) menyatakan bahwa ph merupakan indikator kelarutan karbondioksida dan mineral dalam medium, serta mempengaruhi metabolisme ganggang secara langsung maupun tidak langsung. Ganggang umumnya hidup dengan baik pada ph netral (ph 7). Colman dan Gehl (1983) menyatakan bahwa aktivitas fotosintesis akan turun menjadi 33% ketika ph turun pada 5.0. Menurut Wardoyo (1982), perairan yang berkondisi asam dengan ph kurang dari 6.0 menyebabkan pertumbuhan ganggang menjadi tidak baik. Nilai ph lebih rendah dari 4.0 merupakan perairan yang sangat masam dan dapat menyebabkan kematian organisme air, sedangkan ph lebih dari 9.5 merupakan perairan yang sangat basa dan dapat mengurangi produktivitas organisme air termasuk ganggang. Soerawidjaja (2005) menyatakan bahwa berbagai jenis ganggang seperti Griffthsia, Ulva, Enteromorpa, Gracilaria, Euchema dan Kappaphycus merupakan ganggang yang sangat rentan terhadap kondisi lingkungan yang fluktuatif. Menurut Oliveira et al. (1999), Spirulina sp. merupakan salah satu jenis cyannobacteria/ ganggang hijau biru yang tidak terpengaruh oleh kondisi lingkungan yang fluktuatif khususnya kondisi fisik dan kimiawi lingkungan seperti: intensitas cahaya, suhu air, kadar garam dan keterbatasan akan nutrien.

7 2.3. Komponen Biomassa dan Kegunaan Ganggang Mikro Menurut Sheehan et al. (1998), terdapat 3 komponen zat utama yang terkandung dalam ganggang mikro, yaitu karbohidrat, protein, dan triasilgliserol. Karbohidrat dapat difermentasikan menjadi alkohol, protein dapat diolah menjadi produk makanan dan kecantikan, dan triasilgliserol dapat diubah menjadi asam lemak. Kombinasi dari pemanfaatan 3 komponen tersebut dapat menghasilkan pakan. Menurut Espinoza et al. (2002), biomassa dalam budidaya ganggang mikro dapat diestimasi dari jumlah klorofil yang dihasilkan. Pertumbuhan ganggang mikro dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu salinitas, ph, hara, suhu, sumber karbon dan cahaya. Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan ganggang mikro menghasilkan lemak, karbohidrat dan protein yang berbeda (Dring, 1974). Pelczar dan Chan (1986) menyatakan bahwa ganggang mikro dapat digunakan sebagai pupuk dan dapat digunakan sebagai sumber vitamin A dan D bagi organisme laut, misalnya ikan. Ganggang mikro jenis Spirulina platensis telah diproduksi dalam skala besar dalam bentuk pil dan serbuk untuk makanan kesehatan. Kandungan protein Spirulina platensis mencapai 70% dari bobot kering sel, namun kandungan asam nukleatnya rendah (<5%) dan aman sebagai pangan dan pakan (Ciferri 1983). Berbeda dengan ganggang mikro, kadar protein pada ganggang makro lebih rendah. Rachmaniar (1994) menganalisis kadar protein yang terdapat pada ganggang makro dan mendapatkan nilai antara 2,8-6,08%, sedangkan kandungan karbohidrat antara 25-40% dan memiliki kandungan serat tinggi yaitu 2-13 %. Komposisi kimia dalam ganggang mikro dan makro memiliki kadar berbeda-beda tergantung faktor lingkungan dan jenis ganggang tersebut. Biomassa kering pada ganggang mikro dapat digunakan untuk menghitung kadar protein. Peneraan jumlah protein dilakukan dengan menentukan jumlah nitrogen yang dikandung oleh ganggang mikro. N- total bahan diukur dengan menggunakan metode Kjeldahl. Prinsip dari metode ini adalah oksidasi senyawa organik oleh asam sulfat untuk membentuk CO 2 dan H 2 O, serta pelepasan nitrogen dalam bentuk ammonia. Kadar ammonia menentukan total protein yang dilepaskan. Teknik tersebut mengandung kelemahan karena kandungan senyawaan N lain selain protein dalam bahan juga

8 akan terukur. Jumlah senyawaan N ini biasanya sangat rendah yang meliputi urea, asam nukleat, ammonia, nitrat, nitrit, asam amino, amida, purin, dan pirimidin. Oleh karena itu penetapan kadar total protein dengan metode ini masih dapat dipakai. Kadar protein yang ditentukan dengan cara ini biasa disebut sebagai protein kasar/crude protein (Sudarmadji, 1996).