Studi Variasi Flowrate Refrigerant Pada Sistem Organic Rankine Cycle Dengan Fluida Kerja R-123

dokumen-dokumen yang mirip
Studi Variasi Flowrate Refrigerant pada Sistem Organic Rankine Cycle dengan Fluida Kerja R-123

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH PEMBEBANAN GENERATOR PADA PERFORMA SISTEM ORGANIC RANKINE CYCLE (ORC)

STUDI VARIASI LAJU PENDINGINAN COOLING TOWER TERHADAP SISTEM ORC (Organic Rankine Cycle) DENGAN FLUIDA KERJA R-123

Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure

Program Studi Teknik Mesin BAB I PENDAHULUAN. manusia berhubungan dengan energi listrik. Seiring dengan pertumbuhan

Studi Eksperimen Perbandingan Pengaruh Variasi Tekanan Inlet Turbin dan Variasi Pembebanan Terhadap Karakteristik Turbin Pada Organic Rankine Cycle

Oleh : Dwi Dharma Risqiawan Dosen Pembimbing : Ary Bachtiar K.P, ST, MT, PhD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. listrik adalah salah stu kebutuhan pokok yang sangat penting

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: ( Print) B-399

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1

ANALISIS TERMODINAMIKA PERFORMA HRSG PT. INDONESIA POWER UBP PERAK-GRATI SEBELUM DAN SESUDAH CLEANING DENGAN VARIASI BEBAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Pengaruh Variasi Diameter Receiver Dan Intensitas Cahaya Terhadap Efisiensi Termal Model Kolektor Surya Tipe Linear Parabolic Concentrating

Studi Eksperimen Perbandingan Pengaruh Variasi Tekanan Inlet Turbin danvariasi Pembebanan Terhadap Karakteristik Turbin Pada Organic Rankine Cycle

Studi Eksperimen Pengaruh Panjang Pipa Kapiler dan Variasi Beban Pendinginan pada Sistem Refrigerasi Cascade

Analisis Pengaruh Tekanan Fluida Pemanas pada LPH terhadap Efisiensi dan Daya PLTU 1x660 MW dengan Simulasi Cycle Tempo

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli Kajian Analitis Sistem Pembangkit Uap Kogenerasi

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo

BAB II LANDASAN TEORI

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA REFRIGERASI (REF) Koordinator LabTK Dr. Pramujo Widiatmoko

BAB II LANDASAN TEORI

HANIF BADARUS SAMSI ( ) DOSEN PEMBIMBING ARY BACHTIAR K.P, ST, MT, PhD

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Single Flash System

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Ahmad Farid* dan Moh. Edi.S. Iman Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasakti Tegal Jl. Halmahera km 1, Tegal *

PENGARUH SUHU DAN TEKANAN TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI THERMAL SIKLUS RANKINE PADA PEMBANGKIT DAYA TENAGA UAP. Oleh ( ) TEKNIK MESIN UNILA

Analisa Performa Kolektor Surya Tipe Parabolic Trough Sebagai Pengganti Sumber Pemanas Pada Generator Sistem Pendingin Difusi Absorpsi

BAB IV ANALISA EKSPERIMEN DAN SIMULASI

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

Program Studi Teknik Mesin BAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk melepaskan kalor. Kondensor banyak digunakan dalam

Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin

TURBIN UAP. Penggunaan:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PERCOBAAN, ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK TERMODINAMIKA DARI PEMANASAN REFRIGERANT 12 TERHADAP PENGARUH PENDINGINAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA PERFORMA KOLEKTOR SURYA TIPE PARABOLIC TROUGH SEBAGAI PENGGANTI SUMBER PEMANAS PADA GENERATOR SISTEM PENDINGIN DIFUSI ABSORBSI

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print)

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

pada Jurusan B-41 digunakan penelitian heater Sehingga banyak ε eff fectiveness[3]. Cascade A. Sistem laju panas yang Keterangan : memasuki kompresor.

BAB III METODOLOGI STUDI KASUS. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

ANALISIS UNJUK KERJA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) PADA PLTGU MUARA TAWAR BLOK 5 ABSTRAK

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

BAB IV ANALISA SIMULASI DAN EKSPERIMEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB II LANDASAN TEORI

Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Premium, Pertamax, Pertamax Plus Dan Spiritus Terhadap Unjuk Kerja Engine Genset 4 Langkah

Analisa Termodinamika Pengaruh Penurunan Tekanan Vakum pada Kondensor Terhadap Performa Siklus PLTU Menggunakan Software Gate Cycle

EFEK RASIO TEKANAN KOMPRESOR TERHADAP UNJUK KERJA SISTEM REFRIGERASI R 141B

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

Analisa Efisiensi Isentropik dan Exergy Destruction Pada Turbin Uap Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER

ANALISIS PERHITUNGAN DAYA TURBIN YANG DIHASILKAN DAN EFISIENSI TURBIN UAP PADA UNIT 1 DAN UNIT 2 DI PT. INDONESIA POWER UBOH UJP BANTEN 3 LONTAR

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-659

FARID NUR SANY DOSEN PEMBIMBING: ARY BACHTIAR KRISHNA PUTRA, ST, MT, Ph.D

ANALISIS SIKLUS KOMBINASI TERHADAP PENINGKATAN EFFISIENSI PEMBANGKIT TENAGA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

STUDI PADA PENGARUH FWH7 TERHADAP EFISIENSI DAN BIAYA KONSUMSI BAHAN BAKAR PLTU DENGAN PEMODELAN GATECYCLE

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

BAB II DASAR TEORI 2012

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) Prepared by: anonymous

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept, 2012) ISSN: B-38

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK

BAB II STUDI PUSTAKA

ANALISA PERFORMANSI HEAT PUMP MENGGUNAKAN COUNTER FLOW HEAT EXCHANGERS

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB I PENDAHULUAN. dengan melalui 6 tahapan, yaitu raw material extraction, raw material preparation,

ANALISA EFISIENSI PERFORMA HRSG ( Heat Recovery Steam Generation ) PADA PLTGU. Bambang Setyoko * ) Abstracts

Maka persamaan energi,

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

Pengaruh Modifikasi Heat Exchanger Tipe Concentric Tube terhadap Performance Sistem Refrigerasi Cascade

Recovery Energi pada Residential Air Conditioning Hibrida sebagai Pemanas Air dan Penyejuk Udara yang Ramah Lingkungan

TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. Berat turbin per daya kuda yang dihasilkan lebih besar.

SKRIPSI ANALISA KOMPARASI EKSPERIMENTAL KINERJA POMPA KALOR DENGAN MENGGUNAKAN REFRIGERAN R 134A DAN MC 134 UNTUK PRODUKSI AIR PANAS

ANALISIS EFISIENSI TURBIN GAS TERHADAP BEBAN OPERASI PLTGU MUARA TAWAR BLOK 1

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 Studi Variasi Flowrate Refrigerant Pada Sistem Organic Rankine Cycle Dengan Fluida Kerja R-123 Aria Halim Pamungkas, Ary Bachtiar Khrisna Putra Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: arybach@me.its.ac.id Saat ini kelangkaan sumber energi fosil telah menjadi isu utama di seluruh dunia. Hal tersebut memberikan dampak yang signifikan di setiap aspek kehidupan dan salah satunya adalah di bidang pembangkit listrik. Salah satu sistem pembangkit listrik yang tidak menggunakan energi fosil adalah Organic Rankine Cycle (ORC). Pada penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental pada suatu sistem organic rankine cycle yang telah dibangun. Penelitian ini yang divariasikan adalah flowrate dari fluida kerja dalam hal ini R-123. Variasi flowrate yang digunakan yaitu 3-1 GPM dengan penurunan 0,5 GPM setiap pengambilan data. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini berupa grafik grafik daya pada turbin, kondensor, pompa dan evaporator, efisiensi siklus dan back work ratio fungsi flowrate fluida kerja. Efisiensi siklus tertinggi adalah 5,86 % yang terjadi pada flowrate 3 GPM dan efisiensi siklus terendah adalah 4,32% yang terjadi pada flowrate 1 GPM. Kata Kunci : cooling tower, efisiensi siklus, ORC, back work ratio, flowrate, R-123 I. PENDAHULUAN ewasa ini kelangkaan sumber energi fosil telah menjadi Disu utama di seluruh dunia. Hal tersebut memberikan dapat yang signifikan di setiap aspek kehidupan dan salah satunya adalah di bidang pembangkit listrik. Sistem pembangkit listrik masih sangat tergantung pada sumber energi fosil. Oleh karena itu diperlukan sumber energi alternatif guna memenuhi kebutuhan listrik di masa yang akan datang. Salah satu sumber energi alternatif yang dapat dimanfaatkan adalah panas bumi (geothermal). Hal tersebut didukung oleh adanya potensi panas bumi yang cukup besar di Indonesia. Dengan adanya potensi tersebut, diperlukan adanya inovasi suatu sistem pembangkit listrik yang menggunakan sumber energi yang panas bumi. Organic Rankine Cycle (ORC) adalah salah satu sistem pembangkit listrik yang merupakan modifikasi dari Rankine Cycle dimana fluida kerja yang digunakan adalah refrigerant. Organic Rankine Cycle memiliki empat komponen utama yaitu evaporator, turbin, kondensor, dan pompa. Fluida kerja dipompa menuju evaporator untuk dipanaskan sehingga membangkitkan uap. Uap tersebut kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin uap, hasil putaran turbin akan digunakan untuk memutar generator dan akan menghasilkan sumber listrik. Uap hasil ekspansi turbin dikondensasi dan dialirkan oleh pompa kembali ke evaporator. Demikian sistem ini terjadi secara terus menerus. Sistem ini mampu memanfaatkan sumber energi yang memiliki temperatur dan tekanan rendah untuk membangkitkan uap fluida. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dikaji pada penelitian ini antara lain bagaimana karakteristik aktual hasil perancangan sistem organic rankine cycle dengan fluida kerja R-123. Bagaimana pengaruh variasi mass flowrate refrigerant R-123 terhadap performa Organic Rankine Cycle dan bagaimana pengaruh mass flowrate refrigerant terhadap efisiensi siklus Organic Rankine Cycle. II. URAIAN PENELITIAN A. Organic Rankine Cycle Organic Rankine Cycle (ORC) adalah modifikasi siklus Rankine. Pada Rankine Cycle biasanya menggunakan air bertekanan dan bertemperatur tinggi sebagai fluida kerja. Sedangkan pada ORC, titik didih dari siklus ini lebih rendah sehingga air tidak cocok digunakan sebagai fluida kerja. Oleh karena itu digunakan silicone oil, hydrocarbon, dan fluorocarbon yang mempunyai titik didih rendah sebagai fluida kerja pengganti air. Siklus dasar ORC ditunjukkan pada gambar 2.1. Gambar 2.1 Organic Rankine Cycle [2] Berbeda dengan siklus Rankine, Siklus ORC merupakan suatu siklus uap dimana siklus ini menggunakan fluida kerja organik (refrigerant). Selain dalam penggunaan fluida kerjanya, perbedaan siklus Rankine dan ORC terletak pada alat penambah panasnya. Jika siklus Rankine menggunakan boiler sebagai tempat penambahan panas sedangkan pada ORC menggunakan evaporator sebagai tempat penyerapan panas. Sehingga pada siklus ini, kita tidak menggunakan tempat atau alat untuk proses pembakaran sehingga tidak akan terbentuk emisi gas buang penyebab polusi udara akibat proses pembakaran.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 2 B. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang Performance analysis of an Organic Rankine Cycle with superheating under different heat source temperature conditions telah dilakukan oleh Roy (2011). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan unjuk kerja sistem dengan memvariasikan fluida kerja. Fluida kerja yang dibandingkan adalah R-12, R-123, R- 134a, R-717. Skema sistem ORC yang digunakan dapat dilihat pada gambar 2.2. Pada penelitian yang telah dilakukan ini disimpulkan bahwa efisiensi maksimum dan kerja turbin maksimum diperoleh dengan menggunakan fluida kerja R-123. C. Perhitungan Organic Rankine Cycle Dalam perhitungan sistem ORC secara aktual dilakukan analisa volume atur seperti pada gambar 2.5. Gambar 2.2 Komponen Dasar ORC Pada penelitian ini juga ditampilkan bahwa pada sistem ORC yang menggunakan fluida kerja R-123, semakin besar laju aliran massa pada sistem maka temperatur masuk turbin akan semakin rendah saat tekanan kostan yaitu pada tekanan masuk turbin 2,5 MPa. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 2.3. Gambar 2.3 Laju Aliran Massa fungsi Temperatur Inlet Turbin Pada gambar 2.4 dapat dilihat bahwa pada fluida penggunaan fluida kerja R-123, kerja turbin meningkat seiring dengan meningkatnya laju aliran massa. Akan tetapi pada laju aliran massa tertentu, kerja turbin akan mencapai kerja maksimum sehingga jika laju aliran massa ditingkatkan lagi maka kerja turbin akan turun. Gambar 2.4 Kerja Turbin fungsi Laju Aliran Massa Gambar 2.5 Analisa Sistem ORC Untuk proses 1 2 terjadi pada turbin di mana kerja turbin dapat ditentukan dengan persamaan 2.1. W T = m (h 1 h 2 )η t (2.1) Di mana W T merupakan kerja turbin, m adalah laju aliran massa, h 1 dan h 2 merupakan entalpi dari fluida kerja yang masuk dan meninggalkan turbin sedangkan η t adalah efisiensi turbin. Untuk proses 2 3 terjadi pada kondensor, panas yang hilang pada kondensor dapat ditentukan dengan persamaan 2.2. Q C = m (h 2 h 3 ) (2.2) Di mana Q C merupakan laju perpndahan panas kondensor, h 2 dan h 3 merupakan entalpi dari fluida kerja yang masuk dan keluar kondensor. Untuk proses 3 4 terjadi pada pompa, di mana kerja dari pompa secara aktual dapat ditentukan dengan persamaan 2.3. W p = (p 4 p 3 )η op (2.3) Di mana W p adalah kerja pompa, adalah kapasitas pompa yang digunakan, h 3 dan h 4 merupakan entalpi fluida kerja masuk dan keluar pompa. Untuk proses 4 1 terjadi pada evaporator di mana terjadi proses evaporasi untuk mengubah liquid menjadi uap, dimana panas rata rata yang diberikan evaporator ke fluida kerja dapat ditentukan dengan persamaan 2.4. Q E = m (h 1 h 4 ) (2.4) Di mana h 1 dan h 4 merupakan entalpi dari fluida kerja yang keluar dan masuk evaporator. Untuk efesiensi dari siklus dapat dinyatakan sebagai rasio antara kerja bersih dari siklus dibagi dengan panas yang diberikan evaporator. Hal tersebut dapat dirumuskan seperti pada persamaan 2.5. η Cycle = W T W P (2.5) Q E Efesiensi thermal untuk siklus dasar ORC dapat dituliskan seperti persamaan 2.6 η Cycle = (h 1 h 2 )+(h 4 h 3 ) (2.6) (h 1 h 4 ) Untuk kerja back work ratio dihitung dengan persamaan 2.7. bwr = W P/m (2.7) W T/m

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 3 D. Tahapan Penelitian Dimulai dengan studi literatur tentang organic rankine cycle, melakukan pengecekan pada komponen ORC yang sudah ada sebelumnya, menambahkan komponen penunjang yaitu cooling tower yang bertujuan untuk mengoptimalkan pendinginan pada kondensor, setelah itu menentukan variable penelitian. Pada tahap selanjutnya adalah tahap pengujian aktual yang dilakukan pada model fisik dari Sistem Organic Rankine Cycle dengan Fluida kerja R-123, di mana pada tahap ini dilakukan pengambilan data pada setiap komponen di sistem Organic rankine Cycle. Pada tahap terakhir dilakukan perhitungan pada setiap komponen Organic rankine cycle melalui data-data yang didapat yang kemudian hasil perhitungannya dijadikan kedalam bentuk grafik grafik, setelah itu grafik yang diperoleh dianalisa berdasarkan teori dan fenomena yang terjadi. Skema sistem organic rankine cycle yang digunakan dapat di lihat pada gambar 2.6. Distributor 2 Evaporator Gate valve Accumulator T1 P1 Turbin Generator P2 III. HASIL DAN DISKUSI A. Kerja Turbin Dari data hasil pengukuran yang didapatkan dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai dari kerja turbin pada setiap debit aliran fluida kerja. Hasil tersebut kemudian diplotkan ke dalam grafik kerja turbin fungsi flowrate refrigerant. W turbine (Watt) 300 250 200 150 100 50 W turbine = f (Flowrate refrigerant) Wturbine Distributor 1 Flow meter T5 Filter Drier Burner P5 Globe valve Gear pump Pressure reducing valve V-1 P4 Pressure gauge T4 T2 Kondensor T3 Cooling tower Tc,out P3 Tc,in Water pump Water tank Receiver Water pump Gambar 2.6 Skema sistem Organic Rankine Cycle Proses pengambilan data dimulai dengan memastikan alat ukur terpasang dan berfungsi dengan baik, seperti thermocouple, laser thermometer dan pressure gauge. Selanjutnya menyalakan burner pemanas bak air pemanas kemudian suhu ditunggu hingga mencapai sekitar ±94 o C. Setelah suhu tercapai pompa air pendingin kondensor dinyalakan begitu juga dengan pompa fluida kerja dinyalakan. Kemudian katup by-pass pada receiver dibuka agar terjadi sirkulasi fluida kerja dari pompa kembali ke receiver Selanjutnya katup aliran ke PRV dibuka secara penuh. Kemudian flowrate diatur sampai dengan 3 GPM dengan membuka katup aliran fluida kerja secara perlahan. Suhu dan tekanan inlet turbin ditunggu sampai konstan kemudian membuka katup turbin secara perlahan sampai terbuka penuh seiring dengan menutup katup PRV agar aliran fluida kerja seluruhnya mengalir melewati turbin. Setelah putaran dan temperatur konstan generator diberi beban sebesar 1000 watt. Ketika sistem telah berkerja pada kondisi tunak, dilakukan pengambilan data yang berupa pencatatan debit pada flowmeter, T 1, T 2, T 3, T 4, T 5, P 1, P 2, P 3, P 4, P 5, putaran turbin, voltage dan arus keluaran generator, serta suhu air pemanas evaporator dan suhu air pendingin kondensor (T c in dan T c out ). Proses pengambilan data diulangi pada debit 2,5 GPM, 2 GPM, 1,5 GPM dan 1 GPM. Ball valve Gambar 3.1 Grafik daya turbin fungsi flowrate refrigerant Dari gambar 3.1 dapat dilihat bahwa daya turbin secara keseluruhan memiliki trend yang cenderung naik seiring dengan meningkatnya flowrate refrigerant. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan laju aliran massa yang menyebabkan momentum pada sudu turbin semakin besar sehingga putaran turbin semaki besar. B. Laju Perpindahan Panas Kondensor Untuk komponen kondensor dilakukan juga plot grafik laju perpindahan panas pada kondensor fungsi dari flowrate refrigerant. Q cond (Watt) 5000 4000 3000 2000 1000 Q cond = f (Flowrate refrigerant) Qcond Gambar 3.2 Grafik laju perpindahan panas kondensor fungsi flowrate refrigerant Pada gambar 3.2 dapat dilihat di mana trendline yang dihasilkan mengalami kenaikan seiring meningkatnya flowrate refrigerant. Laju perpindahan panas pada kondensor akan semakin meningkat apabila laju aliran massa dan perbedaan enthalpi masuk dan keluar kondensor mengalami kenaikan. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan persamaan 2.2 di mana m adalah laju aliran massa dan (h 2 - h 3 ) adalah perbedaan enthalpi antara masukan dan keluaran kondensor. Tetapi pada umumnya nilai (h 2 -h 3 ) akan semakin menurun. Hal tersebut dikarenakan pada flowrate

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 4 refrigerant yang semakin meningkat, panas yang melalui kondensor sudah keluar terlebih dahulu sebelum diserap oleh air pendingin sehingga temperatur keluaran kondensor masih tinggi. Dari data hasil perhitungan yang didapatkan, nilai (h 2 -h 3 ) mengalami penurunan tetapi tidak signifikan sedangkan laju aliran massa meningkat secara signifikan. Hal tersebut mengakibatkan laju perpindahan panas pada kondensor meningkat secara signifikan. C. Kerja Pompa Untuk hasil dari perhitungan daya pompa dapat dilihat pada gambar 3.3. W pump (Watt) Gambar 3.3 Grafik daya pompa fungsi flowrate refrigerant Dari gambar 3.3 dapat dilihat bahwa trend cenderung konstan. Hal ini terjadi karena kapasitas pompa yang digunakan sama. Kerja pompa dalam hal ini juga dipengaruhi oleh tekanan suction dan discharge dari pompa. Sedangkan perbedaan tekanan suction dan discharge pada perubahan variasi flowrate refrigerant relatif konstan. D. Laju Perpindahan Panas Evaporator Hasil plot grafik laju perpindahan panas dapat dilihat pada gambar 3.4. Q evap (Watt) 50 40 30 20 10 5000 4000 3000 2000 1000 W pump = f (Flowrate refrigerant) Q evap = f (Flowrate refrigerant) Wpump Qevap Gambar 3.4 Grafik laju perpindahan panas evaporator fungsi flowrate refrigerant Laju perpindahan panas yang terjadi pada evaporator ditunjukkan pada gambar 4.5. Di mana dapat dilihat bahwa trendline yang dihasilkan mengalami kenaikan seiring meningkatnya flowrate refrigerant. Dengan panas yang diberikan pada evaporator adalah konstan maka nilai Q in seharusnya bernilai konstan. Seandainya ada perubahan itupun tidak signifikan. Hal tersebut dikarenakan dengan laju aliran massa yang meningkat maka kalor yang diserap oleh evaporator akan berkurang sehingga nilai (h 1 -h 5 ) akan menurun. Tetapi pada penelitian ini perubahan nilai (h 1 -h 5 ) menurun dengan tidak signifikan sehingga laju perpindahan panas evaporator semakin meningkat dikarenakan laju aliran massa refrigerant meningkat. E. Effisiensi Thermal Siklus Hasil plot grafik efisiensi thermal siklus dapat dilihat pada gambar 3.5. η (%) 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 Gambar 3.5 Grafik efisiensi thermal siklus fungsi flowrate refrigerant Pada gambar 3.5 dapat dilihat bahwa trend grafik cenderung meningkat pada setiap variasi flowrate refrigerant. Efisiensi thermal siklus dipengaruhi oleh kerja turbin, kerja pompa dan laju perpindahan panas pada evaporator. Hal tersebut dapat dilihat pada persamaan 2.13 di mana W t adalah kerja turbin, W p adalah kerja pompa dan Q in adalah laju perpindahan panas pada evaporator. Dengan panas yang diberikan pada evaporator dan kerja pompa yang relatif konstan serta kerja turbin yang semakin meningkat seiring dengan meningkatnya flowrate refrigerant maka efisiensi akan semakin meningkat. Pada gambar 3.5 terlihat bahwa efisiensi meningkat seiring meningkatnya flowrate refrigerant. Hal tersebut dikarenakan kerja turbin mengalami peningkatan sedangkan pompa bekerja relatif konstan. F. Back Work Ratio Hasil plot grafik dari back work ratio dapat dilihat pada gambar 3.6. BWR (%) Efisiensi siklus = f (Flowrate refrigerant) 5 4 3 2 1 BWR = f (Flowrate refrigerant) Efisiensi siklus Gambar 3.6 Grafik back work ratio fungsi flowrate refrigerant BWR

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 5 Back work ratio ditunjukkan pada gambar 4.6, di mana trendline grafik tersebut mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya flowrate refrigerant. Back work ratio dipengaruhi oleh kerja turbin dan kerja pompa. Hal tersebut dapat dilihat pada persamaan 2.12 di mana W t adalah kerja turbin dan W p adalah kerja pompa Dengan meningkatnya flowrate refrigerant maka kerja pompa yang dibutuhkan akan semakin besar. Kerja pompa yang semakin besar akan mengakibatkan back work ratio semakin besar. Dari gambar 3.6 terlihat bahwa back work ratio mengalami penurunan. Hal tersebut terjadi karena peningkatan kerja turbin lebih signifikan dibandingkan dengan peningkatan kerja pompa. G. Hasil Diskusi Dengan adanya penambahan cooling tower pada penelitian ini sebagai alat penunjang sistem pendinginan kondensor, sistem organic rankine cycle dapat bekerja secara kontinyu. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rony Putra Napitupulu (2012), di mana sistem akan dihentikan ketika temperatur air pendingin yang masuk kondensor tinggi. Hal tersebut dikarenakan air pendingin yang keluar dari kondensor dialirkan ke receiver dan kemudian langsung digunakan kembali untuk pendinginan kondensor tanpa melalui proses pendinginan. Pada penelitian ini, kerja yang dihasilkan turbin sangat kecil sehingga efisiensi turbin pun sangat kecil. Hal ini dikarenakan oleh efek penggunaan mechanical seal pada turbin. Pegas yang terdapat pada mechanical seal menghambat putaran poros turbin. IV. KESIMPULAN A. Kesimpulan. Dari data hasil penelitian yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan flowrate refrigerant berpengaruh pada unjuk kerja dari sistem Organic Rankine Cycle, di mana kerja turbin meningkat seiring dengan meningkatnya flowrate refrigerant dan kerja turbin tertinggi diperoleh pada saat flowrate refrigerant 3 GPM di mana kerja turbin sebesar 2830,52 Watt. Laju perpindahan panas pada kondensor tertinggi adalah 38123,61 Watt yang terjadi pada flowrate refrigerant 3 GPM. Kerja pompa mengalami kenaikan yang tidak bergitu signifikan atau cenderung konstan. Kerja pompa tertinggi terjadi pada flowrate refrigerant 2 GPM di mana kerja pompanya sebesar 434,82 Watt. Laju perpindahan panas pada evaporator tertinggi terjadi pada flowrate refrigerant 3 GPM di mana panas yang diserap evaporator sebesar 41533,51 Watt. Back work ratio (BWR) mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya flowrate refrigerant dikarenakan kerja turbin meningkat sedangkan kerja pompa relatif konstan. BWR tertinggi terjadi pada flowrate 1 GPM yaitu sebesar 38,20 %. Flowrate refrigerant berpengaruh terhadap efisiensi termal siklus di mana efisiensi akan meningkat seiring dengan meningkatnya flowrate refrigerant. Efisiensi termal siklus tertinggi terjadi pada flowrate 3 GPM yaitu 5,86 %. mechanical seal pada turbin sehingga performa turbin meningkat. V. DAFTAR PUSTAKA [1] Ashok, Misra, 2006, Parametric optimization and performance analysis of a regenerative Organic Rankine Cycle using R-123 for waste heat recovery, Departement of Mechanical Engineering, Birla Institute Of Technology, Mesra, Ranchi, India. [2] Ismail, B. I., 2013, ORC Based Geothermal Power Generation and CO2 Based EGS for Combined Green Power Generation and CO2 Sequestration, Department of Mechanical Engineering, Lakehead University, Thunder Bay, Ontario, Kanada. [3] Kasbani, 2010, Penataan Kebijakan Pengelolaan dan Pengembangan Potensi Panas Bumi, Badan Geologi, Jakarta, Indonesia. [4] Moran, M. J. dan Shapiro, H. N., 1996, Fundamental of Engineering Thermodynamics, Fifth Edition, John Willey and Sons inc, New York. [5] Napitupulu, Ronny Putra, 2012, Studi Eksperimen Karakterisitk Siklus Dari Sistem Organic Rankine Cycle Dengan Fluida Kerja R-123, Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia. [6] Setiawan, Soni Edi., 2011, Perancangan Kondensor dan Evaporator Untuk Organic Rankine Cycle Dengan Fluida Kerja R-123 Sebagai Pembangkit Listrik, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Mesin FTI-ITS, Surabaya, Indonesia. [7] Roy, J. P., 2011, Performance Analysis of An Organic Rankine Cycle with Superheating Under Different Hear Source Temperature Conditions, Departement of Mechanical Engineering Birla Institute Of Technology, Mesra, Ranchi, India. B. Saran. Saran yang dapat diberikan adalah Sistem Organic Rankine Cycle ini masih memerlukan pengembangan dalam hal safety dan desain untuk meningkatkan keamanan dan performa sistem. Kemudian untuk setiap alat ukur agar dikalibrasi terlebih dahulu, karena sangat berpengaruh terhadap data. Mencari alternatif lain sebagai pengganti