OPTIMALISASI PEMBANGKIT LISTRIK SIKLUS BINER DENGAN MEMPERHATIKAN FLUIDA KERJA YANG DIGUNAKAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH REKUPERATOR TERHADAP PERFORMA DARI PEMBANGKIT LISTRIK SIKLUS BINER

OPTIMALISASI MODEL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI TERINTEGRASI DENGAN MEMANFAATKAN BRINE HASIL FLASHING

MODEL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI SISTEM HYBRID FLASH-BINARY DENGAN MEMANFAATKAN PANAS TERBUANG DARI BRINE HASIL FLASHING

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Single Flash System

TEKANAN FLASHING OPTIMAL PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI SISTEM DOUBLE-FLASH

KAJIAN SILICA SCALING PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (GEOTHERMAL)

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure

I. PENDAHULUAN. menghasilkan energi listrik. Beberapa pembangkit listrik bertenaga panas

Perancangan Siklus Rankine Organik Untuk Pemanfaatan Gas Buang Pada PLTU di Indonesia

BAB II PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP)

Program Studi Teknik Mesin BAB I PENDAHULUAN. manusia berhubungan dengan energi listrik. Seiring dengan pertumbuhan

ANALISIS PEMANFAATAN GEOTHERMAL BRINE UNTUK PEMBANGKITAN LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN HEAT EXCHANGER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. listrik adalah salah stu kebutuhan pokok yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber panas bumi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Analisa Efisiensi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Tipe Single Flash Sistem Yang Dirubah Menjadi Binary Cycle Sistem Di Gunung Salak

Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Analisa Energi, Exergi dan Optimasi pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap Super Kritikal 660 MW Nasruddin*, Pujo Satrio

KAJIAN POTENSI SILICA SCALING PADA PIPA PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (GEOTHERMAL)

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III APLIKASI TERMODINAMIKA PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI

Analisis Pengaruh Tekanan Fluida Pemanas pada LPH terhadap Efisiensi dan Daya PLTU 1x660 MW dengan Simulasi Cycle Tempo

Pemanfaatan Potensi Geotermal Sebagai Bentuk Ketahanan Energi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir Desember 2011, total kapasitas terpasang pembangkit listrik di

Oleh : Dwi Dharma Risqiawan Dosen Pembimbing : Ary Bachtiar K.P, ST, MT, PhD

Gambar 2.1 Skema siklus cetus tunggal sederhana pada sistem pembangkit. Gambar 2.22 Diagram T-s untuk siklus cetus tunggal sederhana.

Optimisasi Teknologi Proses Geothermal Sistem Flash Steam pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan

Analisa Efisiensi Thermal Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Lahendong Unit 5 Dan 6 Di Tompaso

Sistem Hidrothermal. Proses Hidrothermal

BAB 3 SIMULASI SIKLUS CETUS-BINER PADA PLTP

8.1. Ketersediaan dan Sifat

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ARTIKEL TUGAS INDUSTRI KIMIA ENERGI TERBARUKAN. Disusun Oleh: GRACE ELIZABETH ID 02

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

EVALUASI POTENSI SILICA SCALING PADA PIPA PRODUKSI LAPANGAN PANASBUMI LAHENDONG SULAWESI UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS EFISIENSI EFEKTIF HIGH PRESSURE HEATER (HPH) TIPE VERTIKAL U SHAPE DI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP AMURANG UNIT 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Desain Kondensor Jenis Shell and Tube Heat Exchanger Untuk Sistem Organic Rankine Cycle

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GEOTHERMAL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF

RANCANGAN EVAPORATOR DAN KONDENSOR PADA PROTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS AIR LAUT (OCEAN THERMAL ENERGY CONVERSION/ OTEC)

BAB III PEMODELAN SIKLUS KALINA DENGAN CYCLE TEMPO 5.0

LAPORAN KERJA PRAKTEK 1 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Perkiraan Luas Reservoir Panas Bumi dan Potensi Listrik Pada Tahap Eksplorasi (Studi Kasus Lapangan X)

Studi Variasi Flowrate Refrigerant Pada Sistem Organic Rankine Cycle Dengan Fluida Kerja R-123

Oleh KNIK NEGERI MEDAN MEDAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA PENGARUH VARIASI PINCH POINT DAN APPROACH POINT TERHADAP PERFORMA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR TIPE DUAL PRESSURE

PREDIKSI PENURUNAN KUALITAS UAP PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GEOTERMAL DIHUBUNGKAN DENGAN STRATEGI PEMELIHARAAN DIMASA YANG AKAN DATANG

PENGARUH LOKASI PENUKAR PANAS COLD HEAT EXCHANGER TERHADAP KINERJA SISTEM PENDINGIN TERMOAKUSTIK STACK BAHAN ORGANIK GAMBAS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Optimasi Siklus Kalina KCS34 Pada Pemanfaatan Sumber Air Panas (Natural Hot Spring) Sebagai Pembangkit Listrik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Program Studi Teknik Mesin BAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk melepaskan kalor. Kondensor banyak digunakan dalam

BAB III SISTEM PLTGU UBP TANJUNG PRIOK

BAB IV PERCOBAAN, ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

Analisis Scaling Silika pada Pipa Injeksi Brine di Lapangan Panas Bumi Dieng dengan Studi Kasus di PT. Geo Dipa Energi

PENGARUH PENURUNAN VACUUM PADA SAAT BACKWASH CONDENSER TERHADAP HEAT RATE TURBIN DI PLTU

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

ANALISA EFEKTIVITAS HIGH PRESSURE HEATER UNIT 2 DENGAN LAJU ALIRAN AIR 59,721 kg/s PADA PLTU PANGKALAN SUSU PT PLN SEKTOR PEMBANGKITAN MEDAN

Analisa Efisiensi Isentropik dan Exergy Destruction Pada Turbin Uap Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS SIKLUS KOMBINASI TERHADAP PENINGKATAN EFFISIENSI PEMBANGKIT TENAGA

PENGEMBANGAN BINARY CYCLE PADA ORGANIC RANKINE CYCLE (ORC) DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA SEBAGAI SUMBER PANAS

ANALISA TERMODINAMIKA PADA SISTEM PEMBANGKIT TENAGA UAP DENGAN VARIASI PEMBEBANAN DI UNIT PEMBANGKIT TENAGA UAP PT

ANALISIS KINERJA PROSES CO2 REMOVAL PADA KOLOM STRIPPER DI PABRIK AMONIAK UNIT 1 PT. PETROKIMIA GRESIK

PENGARUH PENURUNAN KARAKTERISTIK SUMBER PANAS TERHADAP KINERJA HEAT EXCHANGER DI PLTP BINER DIENG

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

ANALISA HEAT RATE PADA TURBIN UAP BERDASARKAN PERFORMANCE TEST PLTU TANJUNG JATI B UNIT 3

BAB II STUDI LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. PLTU 3 Jawa Timur Tanjung Awar-Awar Tuban menggunakan heat. exchanger tipe Plate Heat Exchanger (PHE).

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE CES

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembangkit listrik tenaga panas bumi adalah pembangkit listrik yang

ANALISIS UNJUK KERJA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) PADA PLTGU MUARA TAWAR BLOK 5 ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI

Energi Geothermal Digalakkan Kesejahteraan Masyarakat Terealisasikan Karya Ini Disusun untuk Mengikuti Lomba Esai

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

SUMBER DAYA PANAS BUMI: ENERGI ANDALAN YANG MASIH TERTINGGALKAN

PREHEATER ENGINEERING. MANUFACTURING Material According to ASME BPV Code Section II Manufacturing by precision machine (CNC)

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE BEU

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS EKSERGI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANASBUMI SIKLUS BINER DENGAN REGENERATIVE ORGANIC RANKINE CYCLE (RORC) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014)

Studi Eksperimen Perbandingan Pengaruh Variasi Tekanan Inlet Turbin dan Variasi Pembebanan Terhadap Karakteristik Turbin Pada Organic Rankine Cycle

Analisis Exergy, Optimasi Exergoeconomic dengan Metode Multiobjective, dan Optimasi Steam Ejector Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Kamojang Unit 4

Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin

TUGAS AKHIR BIDANG STUDI KONVERSI ENERGI

Transkripsi:

Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 19 November 2016 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor OPTIMALISASI PEMBANGKIT LISTRIK SIKLUS BINER DENGAN MEMPERHATIKAN FLUIDA KERJA YANG DIGUNAKAN ZERI RAIHANATI *, DHEABELLA ZETTIARA, CUKUP MULYANA. Prodi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21, Jatinangor 45363 Abstrak. Siklus biner merupakan pembangkitan listrik dimana fluida panas bumi baik berupa uap maupun air panas dimanfaatkan sebagai sumber panas utama untuk memanaskan fluida kerja organik dengan menggunakan heat exchanger untuk memutar turbin. Fluida kerja yang digunakan adalah fluida kerja organik yang memiliki titik didih rendah dan enthalpi tinggi. Performa dari siklus biner dapat ditentukan dengan memilih fluida kerja yang tepat dengan memperhatikan daya yang dihasilkan dan mass flow yang ditetapkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan fluida kerja yang menghasilkan daya maksimum. Untuk mencapai tujuan tersebut pertama ditentukan daya output pada fluida kerja dengan mass flow tetap, selanjut nya dengan menetapkan daya terbesar pada hasil pertama digunakan sebagai patokan untuk mendapatkan nilai mass flow pada berbagai fluida kerja. Penelitian dilakukan dengan simulasi pada software HYSYS v7.3 dengan menguji 6 jenis fluida kerja organik. Dengan dilakukannya pemilihan fluida kerja organik yang digunakan dapat meningkatkan performa dari siklus biner dengan didapatkan daya yang besar dan mass flow kecil. Kata kunci : siklus biner, mass flow, heat exchanger, brine, HYSYS v7.3, daya. Abstract. Binary Cycle is the cycle on power plant where the geothermal fluid in the form of steam or hot water is used as the primary heat source for heating the organic working fluid using heat exchangers to turn the turbines. The working fluid that we used is an organic working fluid which has a low boiling point and high enthalpy. The performance of the binary cycle can be determined by selecting the proper working fluid by calculating the power to be generate and the mass flow is determined. The purpose of this study was to determine the working fluid that produces maximum power. To achieve these objectives, first we determined the output power of the working fluid with fixed nominal of mass flow, and then choose the high power of turbine become a reference for calculating the mass flow for various working fluids. The study was conducted by simulation on HYSYS v7.3 software by testing 6 types of organic working fluids. With choosing the organic working fluid can increase Binary Cycle s performance that achieved high power and low mass flow. Keywords : Binary cycle, mass flow, heat exchanger, brine, HYSYS v7.3, high power 1. Pendahuluan Semakin berkembangnya teknologi semakin besar pula manusia memerlukan sumber energi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kelangkaan energi fosil yang telah menjadi isu utama dunia dimana menjadi aspek penting kehidupan * email : raihanatizeri@gmail.com Kode Artikel: FE-02 ISSN: 2477-0477

Optimalisasi Pembangkit Listrik Siklus Biner dengan Memperhatikan Fluida Kerja... yaitu salah satunya di bidang pembangkit listrik. Oleh karena itu diperlukan sumber energi alternatif guna untuk memenuhi kebutuhan manusia saat ini dan yang akan datang selaras dengan semakin majunya teknologi manusia. Saat ini terdapat tiga jenis utama pembangkit listrik geotermal yang beroperasi, yaitu dry-steam plants, flash-steam plants, binary-cycle plants dimana binary kombinasi dari flash/binary plants merupakan desain pembangkit yang relatif lebih baru. Meski demikian, dengan teknologi yang ada saat ini, tidak banyak desain PLTP baru yang dapat dikembangkan. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi dari fluida kerja dan pinch point yang digunakan Indonesia memiliki sistem panas bumi hydrothermal yang mempunyai temperatur tinggi (225 C). Hanya beberapa diantaranya memiliki temperatur sedang (150-225 C) [2]. Daerah sumber hydrothermal yang luas dan terbentuk secara alami disebut dengan reservoir panas bumi. Sistem panasbumi hydrothermal ini memiliki karakteristik yang berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi energi listrik. Sistem hydrothermal dibedakan menjadi dua, yaitu sistem satu fasa atau sistem dua fasa. Sistem dua fasa dibedakan menjadi dua jenis, pertama jenis dominasi uap, kedua jenis dominasi air. Sistem dominasi air memiliki jumlah fasa air yang lebih dominan dibandingkan fasa uapnya. Sedangkan sistem dominasi uap memiliki jumlah fasa uap yang lebih dominan dibandingkan fasa airnya. Fluida geothermal yang keluar dari kepala sumur berupa campuran fasa uap dan air, kedua fasa tersebut dipisahkan terlebih dahulu sehingga diperoleh fasa uap yang dialirkan ke turbin dan air (brine) yang biasanya diinjeksikan kembali ke bumi. Proses pemisahan fluida geothermal tersebut dikenal dengan istilah flashing. Namun, semakin besar energi yang didapatkan semakin besar pula masalah pada sistem. Salah satunya adalah scaling, scaling terbentuk karena ada nya endapan atau kerak yang berasal dari mineral garam yang terlarut dalam air suatu media kontak tertentu. Dan hal ini dapat memengaruhi pinch point pada heat exchanger yang akan di hasilkan pada pembangkit. Maka sangat perlu memperhatikan pinch point pada pembangkit listik panasbumi dan kesesuain dengan fluida kerja yang akan digunakan. PLTP binary-cycle adalah teknologi pembangkit yang sangat efektif untuk diterapkan dalam pemanfaatan energi panasbumi skala kecil (enthalpi rendah sampai dengan menengah dangan temperatur 120-180 C, dengan menggunakan fluida kerja yang memiliki titik didih lebih randah dari ada air. Banyak jenis fluida kerja yang dapat digunakan untuk sistem PLTP, tetapi saat ini fluida kerja untuk enthalpy rendah hingga menengah banyak menggunakan Organik Rankine Cycle (ORC) yang merupakan modifikasi siklus rankine dengan fluida kerja dari bahan 33

Zeri Raihanati, dkk organik (refrigeran). Banyak usaha yang dapat dilakukan untuk menjadikan ORC sebagai fluida panas bumi yang optimal dan efisiensi bila dibandingkan dengan fluida panas bumi yang telah lalu. Di dalam teknologi siklus biner, dengan memanfaatkan fluida panas bumi temperatur rendah sebagai sumber panas utama untuk memanaskan fluida kerja kedua yang mempunyai titik didih rendah, maka lebih banyak energi bisa dibangkitkan sehingga sistem ini bisa menjadi ekonomis. Selanjutnya dilakukan pemilihan fluida kerja organik yang dapat digunakan dengan performa baik pada temperatur rendah hingga menengah, tidak beracun, dan ramah lingkungan [2]. Heat exchanger alat penukar panas yang digunakan untuk mempertukarkan panas secara kontinue dari suatu medium ke medium lainnya dengan membawa energi panas. Heat exchanger bekerja berdasarkan prinsip perpindahan panas, dimana terjadi perpindahan panas dari fluida yang temperaturnya lebih tinggi ke fluida yang temperaturnya lebih rendah. Dinding heat exchanger adalah bagian yang bersinggungan langsung dengan fluida yang mentransfer panasnya secara konduksi dan konveksi. Suhu akhir arus panas terendah pada HE disebut dengan pinch point [1]. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan fluida kerja yang menghasilkan daya maksimum. 2. Metode Penelitian Untuk mendapatkan performa yang baik pada pembangkit listrik siklus biner maka perlu memperhatikan daya pada turbin dan mass flow fluida kerja organik yang digunakan. Tahapan pertama yang dilakukan oleh penulis adalah dengan membuat model simulasi dari pembangkit listrik listrik siklus biner. Simulasi model siklus biner dilakukan dengan menggunakan software HYSYS. Simulasi model yang dilakukan pada bagian heat exchanger dan turbin. Pada simulasi ditentukan temperatur brine yang digunakan adalah 150 C dan aliran massa brine sebesar 400 ton/h. Tahapan kedua adalah dengan menentukan parameter yang digunakan yaitu dengan memperhatikan nilai daya dan mass flow pada fluida kerja organik yang digunakan. Fluida kerja organik yang digunakan adalah isobutane, isopentane, n- pentane, n-butane dan R134a. Ada dua tahapan yang digunakan dalam penentuan parameter: Memperhatikan nilai daya dengan massflow tetap. Pada tahap ini digunakan nilai massflow yang tetap untuk semua variasi fluida kerja yang digunakan, dengan nilai tekanan output yang sama sebesar 5 bar untuk 34

Optimalisasi Pembangkit Listrik Siklus Biner dengan Memperhatikan Fluida Kerja... masing-masing fluida kerja organik untuk memperhatikan nilai daya yang dihasilkan. Memperhatikan nilai massflow dengan daya tetap. Nilai daya terbesar yang dihasilkan pada metode pertama digunakan pada metode ini untuk melihat nilai massflow yang dihasilkan dari masing-masing fluida kerja yang digunakan. 3. Hasil dan Pembahasan Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa besar daya yang dihasilkan turbin dan mass flow dari beberapa fluida kerja organik berpengaruh besar terhadap performa pembangkit listrik siklus biner. Tabel 1. Daya yang dihasilkan dari beberapa fluida kerja organik dengan menggunakan massflow tetap working fluid ṁf (kg/h) Pin (bar) Pout (bar) W (kw) Isobutane 19,93 500 333,7 Isopentane 7,16 500 80,32 N-pentane 29660 5,921 500 38,56 N-butane 15,32 500 286 R134a 39,78 500 204,1 Pada tabel diatas marupakan tabel dengan besar daya dari masing-masing fluida kerja yang digunakan dengan diberikan besar mass flow yang tetap. Dari besar daya yang dihasilkan terlihat pada tabel bahwa fluida kerja organik Isobutane memiliki daya paling besar yaitu sebesar 333,7 kw diikuti dengan fluida kerja n- butane, R134a, isopentane dan n-pentane. Dapat dilihat dari tekanan yang dihasilkan pada isobutane cukup besar dan dapat mengoptimalkan daya yang dihasilkan. Berbeda dengan R134a yang juga memiliki tekanan yang besar pada tekanan input namun memiliki daya keluaran pada turbin yang kecil. Tabel 2. Mass flow yang dihasilkan dari beberapa fluida kerja organik dengan menggunakan daya tetap working fluida ṁf (kg/h) Pin (bar) Pout (bar) W (kw) Isobutane 29660 19,93 500 Isopentane 123200 7,16 500 N-pentane 256700 5,921 500 333,7 N-butane 34600 15,32 500 R134a 48490 39,78 500 Tabel data diatas merupakan tabel data dengan memperhatikan mass flow dari masing-masing fluida kerja yang digunakan dengan menggunakan besar daya 35

Zeri Raihanati, dkk yang tetap. Besar daya yang digunakan merupakan besar daya paling besar yang dihasilkan pada metode pertama yaitu daya dari fluida kerja isobutane sebesar 333,7 kw maka didapatkan nilai mass flow paling kecil dari masing-masing fluida kerja adalah dari fluida kerja isobutane yaitu 29660 kg/h dengan tekanan input yaitu 19,93 bar. Disusul dengan nilai mass flow fluida kerja n-butane, R134a, isopentane dan n-pentane. 4. Kesimpulan Pemilihan fluida kerja organik yang digunakan pada pembangkit listrik siklus biner dapat meningkatkan performa dari pembangkit tersebut dengan meninjau dari daya yang dihasilkan turbin dan mass flow dari masing-masing fluida kerja yang digunakan. Dari beberapa fluida kerja yang digunakan yaitu isobutane, isopentane, n-pentane, n-butane dan R134a didapatkan bahwa daya paling maksimum dan mas flow paling kecil adalah fluida kerja isobutane dengan daya sebesar 333,7 kw dan mass flow 29660 kg/h. Ucapan terima kasih Terima kasih kepada Program Studi Fisika Universitas Padjadjaran yang telah mendukung penelitian ini. Serta kepada M. Ridwan Hamdani yang telah membantu penulis dalam membuat skema pembangkit listrik tenaga panas bumi siklus biner pada software HYSYS v7.3. Daftar Pustaka 1. Anonim, Energi Panas Bumi, Komoditas Bisnis Energi Panas Bumi, http://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/energi-panasbumi/item268.html (diakses, 25 agustus 2016; 11:45) 2. Ronald DiPippo, Geothermal Power Plants, Principles Applications, Case Studies, and Environmental Impact, Dartmouth, Massachusetts, March 2005 36