ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI ION LOGAM Cu 2+ MENGGUNAKAN KITIN TERIKAT SILANG GLUTARALDEHID ABSTRAK ABSTRACT

Pengaruh ph dan Waktu Kontak pada Adsorpsi Zn(II) Menggunakan Kitin Terikat Silang Glutaraldehid

ADSORPSI SENG(II) OLEH BIOMASSA Azolla microphylla-sitrat: KAJIAN DESORPSI MENGGUNAKAN LARUTAN ASAM NITRAT ABSTRAK ABSTRACT

PENGARUH ph DAN WAKTU KONTAK PADA ADSORPSI Cd(II) MENGGGUNAKAN ADSORBEN KITIN TERFOSFORILASI DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) ABSTRAK

DESORPSI KADMIUM(II) YANG TERIKAT PADA BIOMASSA Azolla microphylla- SITRAT MENGGUNAKAN LARUTAN HCl ABSTRAK ABSTRACT

PENGARUH ph DAN WAKTU KONTAK PADA ADSORPSI Pb(II) MENGGUNAKAN ADSORBEN KITIN TERFOSFORILASI DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) ABSTRAK

PENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI Ca 2+ MENGGUNAKAN ADSORBEN KITIN TERFOSFORILASI DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) ABSTRAK

PENGARUH ph, DAN WAKTU KONTAK PADA ADSORPSI Co(II) MENGGUNAKAN ADSORBEN KITIN TERFOSFORILASI DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) ABSTRAK

4. Hasil dan Pembahasan

3. Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

ADSORPSI ZAT WARNA PROCION MERAH PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI SONGKET MENGGUNAKAN KITIN DAN KITOSAN

Adsorpsi Seng(II) Menggunakan Biomassa Azolla microphylla Diesterifikasi dengan Asam Sitrat. Mega Dona Indriana, Danar Purwonugroho*, Darjito ABSTRAK

Makalah Pendamping: Kimia Paralel E PENGARUH KONSENTRASI KITOSAN DARI CANGKANG UDANG TERHADAP EFISIENSI PENJERAPAN LOGAM BERAT

PENGGUNAAN KITOSAN DARI TULANG RAWAN CUMI-CUMI (LOLIGO PEALLI) UNTUK MENURUNKAN KADAR ION LOGAM Cd DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ADSORPSI ION Co(II) MENGGUNAKAN KITIN TERFOSFORILASI (ADSORPTION OF CO(II) IONS USING PHOSPHORYLATED CHITIN)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

KAJIAN ph DAN WAKTU KONTAK OPTIMUM ADSORPSI Cd(II) DAN Zn(II) PADA HUMIN. Study of ph and EquilibriumTime on Cd(II) and Zn(II) Adsorption by Humin

ADSORPSI LOGAM KADMIUM (Cd) OLEH ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG AREN (Arenga pinnata) DENGAN AKTIVATOR HCl

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN HNO 3 DAN WAKTU KONTAK TERHADAP DESORPSI KADMIUM(II) YANG TERIKAT PADA BIOMASSA Azolla microphylla-sitrat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2013 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

Pembuatan selulosa dari kulit singkong termodifikasi 2-merkaptobenzotiazol untuk pengendalian pencemaran logam kadmium (II)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

ADSORPSI TEMBAGA(II) MENGGUNAKAN BIOMASSA Azolla microphylla DIESTERIFIKASI DENGAN ASAM SITRAT ABSTRAK ABSTRACT

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

PENGARUH ph DAN WAKTU KONTAK PADA ADSORPSI Ni(II) MENGGUNAKAN ADSORBEN KITIN TERFOSFORILASI DARI LIMBAH. CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

3 Metodologi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

KEGUNAAN KITOSAN SEBAGAI PENYERAP TERHADAP UNSUR KOBALT (Co 2+ ) MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

VARIASI KONSENTRASI DAN ph TERHADAP KEMAMPUAN KITOSAN DALAM MENGADSORPSI METILEN BIRU. Turmuzi Tammi, Ni Made Suaniti, dan Manuntun Manurung

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri

Bab III Metodologi Penelitian

Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal of Scientific and Applied Chemistry

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Beaker glass 50 ml pyrex. Beaker glass 100 ml pyrex

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

PEMANFAATAN ARANG AKTIF DARI KULIT DURIAN (Durio zibethinus L.) SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM KADMIUM (II)

DENGAN ASAM SITRAT: KAJIAN DESORPSI MENGGUNAKAN LARUTAN HCl. Ria Septiani Sinaga, Danar Purwonugroho*, Darjito

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

ADSORPSITIMBAL(II) MENGGUNAKANBIOMASSA AzollamicrophyllaDIESTERIFIKASIDENGANASAMSITRAT

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

Karakterisasi Kitosan dari Cangkang Rajungan dan Tulang Cumi dengan Spektrofotometer FT-IR Serta Penentuan Derajat Deasetilasi Dengan Metode Baseline

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

BAB III METODE PENELITIAN

ADSORPSI IOM LOGAM Cr (TOTAL) DENGAN ADSORBEN TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L.) KOMBINASI KULIT KACANG TANAH (Arachis Hypogeal L.) MENGGUNAKAN METODE KOLOM

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

PENGGUNAAN KITOSAN DARI LIMBAH KULIT UDANG SEBAGAI INHIBITOR TERHADAP KEASAMAN TUAK SKRIPSI. Oleh: FIKRIATUN NURHIKMAWATI NIM.

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif dan

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring

PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET ALAMI UNTUK UDANG SEGAR

UTILIZATION OF Penaus monodon SHRIMP SHELL WASTE AS ADSORBENT OF CADMIUM(II) IN WATER MEDIUM

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

Karakterisasi Kitosan dari Limbah Kulit Kerang Simping (Placuna placenta) Characterization of Chitosan from Simping Shells (Placuna placenta) Waste

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

PEMANFAATAN KITOSAN DARI LIMBAH CANGKANG KERANG HIJAU (Perna viridis) SEBAGAI ADSORBAN LOGAM Cu

MODIFIKASI GUGUS AKTIF PERMUKAAN BIOMASSA Azolla microphylla MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI DENGAN ASAM SITRAT ABSTRAK ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. industri tapioka, yaitu : BOD : 150 mg/l; COD : 300 mg/l; TSS : 100 mg/l; CN - :

PENJERAPAN LEMAK KAMBING MENGGUNAKAN ADSORBEN CHITOSAN

PEMANFAATAN CANGKANG UDANG SEBAGAI BIOADSORBEN ION LOGAM Cu DAN Zn PADA SAMPEL AIR PERMUKAAAN KOTA BENGKULU

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

BAB III METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN KITOSAN DARI CANGKANG RAJUNGAN PADA PROSES ADSORPSI LOGAM NIKEL DARI LARUTAN NiSO 4

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi

ADSORPSI Pb(II) PADA SILIKA GEL ABU SEKAM PADI. Adsorption Pb(II) on Silica Gel from Rice Husk Ash

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut :

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada bidang industri di Indonesia saat ini mengalami kemajuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

PENGARUH PENAMBAHAN DOLOMIT TERHADAP KEKERASAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERAMIK DARI LUMPUR LAPINDO ABSTRAK ABSTRACT

Gambar sekam padi setelah dihaluskan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KOMPOSISI BERAT KITOSAN-ZEOLIT TERHADAP STABILITAS FISIKO-KIMIA KOMPOSIT YANG DIHASILKAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

Pengaruh ph dan Waktu Kontak pada Adsorpsi Ion Logam Cd 2+ Menggunakan Adsorben Kitin Terikat Silang Glutaraldehid Akhmad Isa Abdillah, Darjito*, Moh. Misbah Khunur Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya Jl. Veteran Malang 65145 *Alamat korespondensi, Tel : +62-341-575838, Fax : +62-341-575835 Email: darjito@ub.ac.id ABSTRAK Pada penelitian ini dibahas tentang pengaruh ph dan waktu kontak pada adsorpsi ion logam Cd 2+ menggunakan adsorben kitin terikat silang glutaraldehid. Kitin yang digunakan berasal dari kulit udang dibuat melalui proses deproteinasi dan demineralisasi. Penambahan NaOH, NaCl dan glutaraldehid dilakukan pada proses pembuatan kitin terikat silang glutaraldehid. Karakterisasi kitin dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer FTIR, kemudian dilakukan SEM-EDX. Spektra FTIR digunakan untuk menentukan derajat deasetilasi dan gugus fungsi dari kitin terikat silang glutaraldehid. Adsorpsi ion logam Cd 2+ oleh kitin terikat silang glutaraldehid dilakukan pada variasi ph 2, 3, 4, 5, dan 6, serta variasi waktu 20, 40, 60, 80, 100, dan 120 menit. Hasil karakterisasi kitin terikat silang glutaraldehid menunjukkan penurunan derajat deasetilasi dari 35,35% menjadi 8,7294%, dan bentuk morfologi lebih rapat dibandingkan dengan bentuk morfologi kitin kulit udang biasa. Kondisi optimum dari proses adsorpsi terjadi pada ph 4 dengan prosentase adsorpsi sebesar 91,75% dan waktu kontak 120 menit dengan prosentase adsorpsi sebesar 91,64%. Kata kunci : kitin terikat silang glutaraldehid, adsorpsi, ion logam Cd 2+ ABSTRACT This final project deals on the effect of ph and contact time of metal ions Cd 2+ adsorption using glutaraldehyde crosslinked chitin adsorbent. Chitin is derived from shrimp shells with the deproteinasi and demineralization. The addition of NaOH, NaCl and glutaraldehyde done in the process of making glutaraldehyde crosslinked chitin. Characterization of chitin performed using FTIR spectrophotometer, SEM- EDX then performed. FTIR spectra are used to determine the degree of deacetylation and functional groups of glutaraldehyde crosslinked chitin. Adsorption of metal ions Cd 2+ by glutaraldehyde crosslinked chitin done on variations ph 2, 3, 4, 5, and 6, and the variation of time 20, 40, 60, 80, 100, and 120 minutes. The results of the characterization of glutaraldehyde crosslinked chitin showed a decrease in the degree of deacetylation from 35.35% to 8.7294%, and the morphology more tightly bound than the morphology of normal shrimp shell chitin. The optimum conditions of the process of adsorption occurs at ph 4 with adsorption percentage 91.75% and the contact time for 120 minutes with adsorption percentage 91.64%. Keywords : crosslinked chitin glutaraldehyde, adsorption, metal ions Cd 2+ PENDAHULUAN KIMIA.STUDENTJOURNAL, Vol.1, No. 1, pp. 826-832, UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Received 17 Juni 2015, Accepted 23 Juni 2015, Published online 24 Juni 2015 Salah satu komponen penting dalam kehidupan adalah air. Namun, apabila air tercemar akan sangat berbahaya apabila digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian besar air yang tercemar tersebut disebabkan oleh bahan-bahan anorganik terutama logam berat. Logam berat dikategorikan sebagai logam pencemar, karena sifat dari logam tersebut tidak dapat terurai ( non-degredable) dan mudah diadsorpsi[1]. Salah satu logam berat yang biasa digunakan pada industri pelapisan logam adalah kadmium (Cd). Bahaya dari kadmium (Cd) apabila terakumulasi dalam tubuh manusia dapat mempengaruhi terganggunya sistem reproduksi, tidak berfungsinya ginjal dan menyebabkan kerusakan sistem saraf [2]. 826

Beberapa cara telah dilakukan untuk mengurangi kadar logam berat yang mencemari lingkungan perairan seperti koagulasi, penguapan elektrokimia, presipitasi, penggunaan resin penukar ion. Namun dari metode-metode tersebut masih memiliki kekurangan yang harus dilakukan tahap penelitian lebih lanjut. Misalnya metode koagulasi, metode tersebut hanya dapat digunakan pada jumlah skala besar, sehingga masih dibutuhkan metode yang mampu menganalisa metode apa saja yang tertinggal ditahap koagulasi terakhir, sedangkan pada metode penguapan elektrokimia, presipitasi, penggunaan resin penukar ion juga masih kurang efektif khususnya pada perlakuan logam dengan konsentrasi rendah [3]. Dari metode-metode tersebut dapat disimpulkan masih dibutuhkan suatu metode yang lebih efektif, lebih sederhana, dan prosesnya tidak dibutuhkan biaya yang besar, metode tersebut adalah adsorpsi. Adsorpsi merupakan suatu proses penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain. Adsorben yang dapat digunakan yaitu mempunyai gugus hidroksil dan amida untuk bisa mengadsorpsi ion logam, karena proses adsorpsi terjadi karena interaksi antara ion logam dengan gugus fungsional yang terdapat pada bagian adsorben, untuk membentuk senyawa kompleks. Salah satu adsorben yang digunakan adalah kitin [4]. Kitin (C 8 H 13 NO 5 ) n merupakan biopolimer tersusun oleh unit-unit N-asetil-Dglukosamin, dimana ikatan glikosida terdapat pada posisi β (1-4) yang paling banyak dijumpai di alam setelah selulosa. Secara umum kitin merupakan bahan organik utama yang banyak terdapat di eksoskeleton atau kurtikula pada kelompok hewan crustaceae, serangga, fungi, dan moluska[5]. Pada penelitian kali ini akan dilakukan perlakuan untuk memodifikasi permukaan kitin dengan bantuan agen terikat silang glutaraldehid, serta garam NaCl sebagai porogen, dan NaOH sebagai pembentukan gel kitin. Melalui proses ini diharapkan akan dapat meningkatkan kemampuan adsorpsi kitin terhadap ion Cd 2+. Pada penelitian kali ini akan digunakan parameter ph dan waktu kontak untuk menentukan kondisi optimum proses adsorpsi kitin terikat silang glutaraldehid. Karakterisasi kitin terikat silang glutaraldehid dengan menggunakan FTIR dan SEM. Sedangkan analisis kandungan jumlah Cd 2+ pada larutan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). METODE PENELITIAN Bahan dan alat Bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah kitin hasil isolasi dari kulit udang. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini antara lain larutan ion logam 827

Cd 2+, glutaraldehid, HNO 3 (65 %, bj = 1,41 g/ml), NaOH, dan HCl (37 %, bj = 1,19 g/ml). Alat-alat yang digunakan antara lain oven Fisher Scientific 655 F, pengaduk magnetik Thermo Scientific SP131320-33Q, desikator (IWAKI pyrex), pengocok listrik (shaker) WiseShake SHO-2D, sentrifuge Fisher Scientific, timbangan Ohauss PA214, pengaduk magnet, Spektrofotometer Serapan Atom Shimadzu AA6200, FTIR Shimadzu 8400S dan SEM-EDX. Pembuatan kitin terikat silang glutaraldehid Kitin ditimbang sebanyak 10 g dicampurkan dengan 600 ml NaOH 0,07 N selama 30 menit dalam beaker glass 1 L. Kemudian ditambahkan 18 ml glutaraldehid dan 5 g NaCl. Campuran diaduk selama 5 jam. Kemudian campuran dicuci dengan akuades hingga ph filtrat sama dengan ph akuades. Campuran dikeringkan dalam oven pada suhu 110 o C selama 30 menit. Penentuan pengaruh ph pada adsorpsi Cd 2+ menggunakan kitin terikat silang glutaraldehid Larutan ion logam Cd 2+ 1000 ppm dipipet 20 ml kedalam gelas kimia 100 ml, kemudian dilakukan variasi ph (2,3,4,5 dan 6). Setelah itu diencerkan dalam labu takar 100 ml dengan pelarut yang mempunyai ph sama, dari perlakuan tersebut didapatkan larutan ion logam Cd 2+ 200 ppm. Larutan ion logam Cd 2+ 200 ppm dipipet sebesar 25 ml dan dimasukkan dalam gelas kimia 100 ml. Ditambah adsorben kitin 0,1 g. Kemudian distirer selama 2 jam. Setelah itu di sentrifugasi sampai terbentuk endapan lalu dipisahkan. Kemudian filtrat yang diperoleh dipipet sebesar 4 ml dan dimasukkan kedalam gelas kimia 100 ml. Kemudian ditambah HNO 3 sebesar 4 tetes. Setelah itu diencerkan pada labu takar 50 ml. Setelah itu, sampel ion logam Cd 2+ tersebut diuji nilai absorbansinya dengan menggunakan AAS. Perlakuan tersebut dilakukan secara triplo. Penentuan pengaruh waktu kontak pada adsorpsi Cd 2+ menggunakan kitin terikat silang glutaraldehid Larutan ion logam Cd 2+ 1000 ppm dipipet 20 ml kedalam gelas kimia 100 ml. Kemudian ditambahkan HCl sampai ph optimum (ph 4). Setelah itu diencerkan dalam labu takar 100 ml dengan pelarut yang mempunyai ph sama. Dari perlakuan tersebut didapatkan larutan ion logam Cd 2+ 200 ppm dengan ph optimum. Dipipet larutan ion logam Cd 2+ 200 ppm sebesar 25 ml dan dimasukkan kedalam gelas kimia 100 ml. Kemudian ditambahkan adsorben kitin 0,1 g. Kemudian di stirer selama 828

20, 40, 60, 80, 100, 120 dan 140 menit. Kemudian disentrifugasi sampai terbentuk endapan lalu dipisahkan. Filtrat yang diperoleh dipipet sebesar 4 ml ditambah HNO 3 4 tetes, kemudian diencerkan pada labu takar 50 ml sampai tanda batas. Setelah itu sampel ion logam Cd 2+ yang didapat diuji absorbansinya dengan menggunakan AAS. Perlakuan tersebut dilakukan secara triplo. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan kitin terikat silang glutaraldehid Spektra IR kitin dan kitin terikat silang glutaraldehid disajikan pada Gambar 1. Kitin-Glutaraldehid Kitin udang 2 90 %T 75 60 45 30 15 0 4000 3500 3000 2500 2000 1750 1500 1250 1000 750 500 Hitam : Kitin-Glutaraldehid // Merah : Kitin udang 2 1/cm Gambar 1 Spektra inframerah gabungan kitin dan kitin terikat silang glutaraldehid Dari Gambar 1 dapat diketahui serapan-serapan yang terjadi pada kitin terikat silang glutaraldehid. Pada bilangan gelombang 3500,56 cm -1 terdapat gugus hidroksil. Sedangkan pada bilangan gelombang 2956,67 cm -1 dan 2856,38 cm -1 menunjukkan adanya vibrasi ulur CH 3 dab C-H. Pada bilangan 1658,67 cm -1 terdapat adanya gugus C=N. Gugus C=N pada spektra tersebut menunjukkan bahwa telah dihasilkan kitin terikat silang glutaraldehid. Reaksi yang terjadi antara gugus amida pada kitin dan gugus karbonil yang dimiliki oleh glutaraldehid menyebabkan terbentuknya gugus C=N. Adanya gugus C=N tersebut adalah sebagai bukti berikatan dengan glutaraldehid. Selain itu, adanya proses ikat silang ditandai oleh adanya penurunan nilai % DD dari 35,35% menjadi 8,7294%. Penurunan ini diakibatkan karena banyak gugus amida (NH 2 ) yang terikat silang dengan glutaraldehid. Berdasarkan hasil karakterisasi menggunakan SEM-EDX diketahui bahwa kitin yang terikat silang dengan glutaraldehid memiliki bentuk morfologi yang lebih rapat, hal tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 2. 829

(A) (B) Gambar 2 Perbandingan bentuk morfologi permukaan kitin. (A) : kitin terikat silang glutaraldehid, (B) : kitin hasil isolasi Pada Gambar 2 dapat terlihat bahwa kitin terikat silang glutaraldehid lebih rapat dibandingkan dengan kitin hasil isolasi. Hal tersebut dikarenakan adanya NaOH dan glutaraldehid pada kitin, yang menyebabkan gugus amina (NH 2 ) akan terikat silang glutaraldehid. Sedangkan pada hasil uji EDX menunjukkan adanya peningkatan unsur karbon (C) setelah dilakukannya proses ikat silang. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1 : Persentase unsur-unsur dalam kitin Nama Unsur Kitin hasil isolasi Kitin terikat silang Carbon 33 % 50 % Oksigen 46 % 46 % Kalsium 17 % 3 % Fosfor 3 % - Platina - 1 % Dapat dilihat pada Tabel 1, setelah dilakukannya proses ikat silang pada unsur karbon (C) terjadi pengkatan sebesar 17 % yaitu dari 33 % menjadi 50 %, dengan adanya peningkatan karbon dapat lebih menguntungkan pada proses penyerapan logam berat, karena karbon juga dapat membantu proses penyerapan. Penentuan pengaruh ph pada adsorpsi Cd 2+ menggunakan kitin terikat silang glutaraldehid Pengaruh daya adsorpsi kitin terikat silang glutaraldehid terhadap ion logam Cd 2+ disajikan pada Gambar 3. 95.00 % Cd teradsorp 90.00 85.00 80.00 75.00 Variasi ph 830

Gambar 3 Kurva hubungan antara variasi ph terhadap % ion logam Cd 2+ teradsorp kitin terikat silang glutaraldehid Berdasarkan kurva pada Gambar 3 terlihat bahwa terjadi peningkatan jumlah Cd 2+ yang teradsorpsi pada ph 2 sampai 4, hal tersebut dikarenakan banyaknya ion H + dalam larutan. Keberadaan ion H + dalam larutan dapat menyebabkan terjadinya persaingan antara ion H + dengan ion logam Cd 2+ untuk berikatan dengan pasangan elektron bebas pada kitin terikat silang glutaraldehid yaitu elektron bebas dari -O- pada gugus amida. Sedangkan pada ph 5 sampai ph 6 terlihat persen ion logam Cd 2+ teradsorpsi menurun, hal ini juga dikarenakan ion H + juga mengalami penurunan dengan kata lain perubahan gugus amida yang bermuatan negatif pada adsorben dan pada adsorbat berubah dengan bertambahnya ph, yang awalnya ion logam Cd 2+ menjadi Cd(OH) +. Hal ini menunjukkan ion logam Cd 2+ masih dapat larut dalam bentuk Cd(OH) +. Perubahan adsorben dan adsorbat ini menyebabkan interaksi menjadi lemah sehingga ion Cd 2+ yang teradsorbsi mengalami penurunan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ph optimum terjadi pada ph 4 dengan prosentase adsorpsi sebesar 91,75%. Penentuan pengaruh waktu kontak pada adsorpsi Cd 2+ menggunakan kitin terikat silang glutaraldehid Pengaruh waktu kontak pada adsorpsi Cd 2+ menggunakan kitin terikat silang glutaraldehid disajikan pada Gambar 4. 100.00 %Cd terserap 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 Variasi Waktu Kontak Gambar 4 Kurva hubungan antara waktu kontak dan % Cd 2+ teradsorpsi Berdasarkan kurva pada Gambar 4 terlihat adanya peningkatan % Cd 2+ teradsorpsi dari waktu kontak 20 sampai 120 menit. Hal tersebut dikarenakan oleh faktor keseimbangan adsorpsi kitin terikat silang glutaraldehid terhadap ion logam Cd 2+ belum tercapai. Pada saat tercapai keseimbangan adsorpsi, terlihat bahwa kurva adsorpsi sudah tidak lagi mengalami kenaikan atau cenderung datar. Hal tersebut dapat dibuktikan pada Gambar 4 saat menit 120 831

dan 140 dimana kurva % Cd 2+ teradsorpsi cenderung stabil dengan sedikit penurunan % adsorpsi dari 91,64% menjadi 91,26%, dimana dari uji BNT tidak berbeda nyata. Dengan demikian dapat disimpulkan waktu kontak optimum terjadi pada 120 menit dengan prosentase adsorpsi sebesar 91,64%. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: a) Kitin terikat silang glutaraldehid memiliki bentuk morfologi lebih rapat dibandingkan dengan kitin kulit udang biasa, dan derajat deasatilasi dari kitin terikat silang glutaraldehid mengalami penurunan yaitu dari 35,35% menjadi 8,7294%. b) Kondisi optimum terjadi pada ph 4 dengan prosentase adsorpsi ion logam Cd 2+ sebesar 91,75%, dan waktu kontak terjadi pada menit ke-120 menit dengan prosentase adsorpsi sebesar 91,64%. DAFTAR PUSTAKA 1. Darmono, 1995, Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup, UI-press, Jakarta 2. Berman, E., 1980, Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup, Heyden, UK, pp. 67, 94, 172 3. Volesky, B., 1987, Biosorbent for Metal Rocovery, Tibtech, 5, pp. 96-101 4. Stum, W., and Morgan,J.J., 1996, Aquatic Chemistry, John, Wiley and Sons, New York 5. Anonim, 2006, Industri Kitin: Dari limbah menjadi bernilai tambah, Departemen Kelautan dan Perikanan RI, http://www.dkp.go.id/content, diakses pada 25 November 2007. 832