BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Masyarakat di Pulau Bangka pada dasarnya menggantungkan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam lingkup negara secara spasial tidak selalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VI. ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBANGUNAN PERKEBUNAN BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. percepatan terwujudnya peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat (Bappenas,

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, untuk terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di segala

BAB.I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan aktivitas

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

mencerminkan tantangan sekaligus kesempatan. Meningkatnya persaingan antar negara tidak hanya berdampak pada perekonomian negara secara keseluruhan,

PDRB Harga Berlaku Kepulauan Bangka Belitung triwulan II-2015) Rp miliar dan PDRB Harga Konstan atas dasar Rp miliar.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. Halaman. xiii. xiv

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami kenaikan dalam jumlah maupun kualitas barang dan jasa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada era desentralisasi saat ini, pemberian wewenang dari pemerintah pusat kepada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran

I. PENDAHULUAN. pemerintahan termasuk kewenangan daerah. Salah satu bukti adalah Undang-undang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

PENDAHULUAN Latar Belakang

DAMPAK INDUSTRI TERHADAP PERKONOMIAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB 1 PENDAHULUAN. dijelaskan terlebih dahulu beberapa istilah yang terkait dengan judul. Adapun

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN PENOPANG PEREKONOMIAN BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik pada masyarakat di masa mendatang. Pembangunan ekonomi

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

BAB I. Kebijakan tentang otonomi daerah di Indonesia, yang dikukuhkan dengan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang tinggi. Apabila dimanfaatkan secara bijaksana akan

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Universitas Palangka Raya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2012, sumbangan sektor

BAB I PENDAHULUAN. bermakana. Peranansektor ini dalam menyerap tenaga kerja tetap menjadi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang saat ini lebih ditekankan pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat di Pulau Bangka pada dasarnya menggantungkan perekonomiannya pada sektor pertanian, perkebunan dan nelayan. Semenjak ditemukan timah mulai terjadi kegiatan penambangan, sehingga sebagian masyarakat banyak yang bekerja di sektor ini melalui perusahaan tambang. Seriring kebijakan penambangan timah rakyat pada era reformasi 1998, maka semakin banyak masyarakat yang beralih ke pekerjaan penambangan inkonvensional dan meninggalkan kegiatan di sektor pertanian, perkebunan dan nelayan (Harliyana, 2008). Namun akhir-akhir ini, dengan menurunnya ketersediaan bahan tambang dan terbatasnya lahan untuk pertambangan rakyat, masyarakat mulai kehilangan sumber ekonominya. Hal ini berarti masyarakat di Kabupaten Bangka sudah mulai memasuki masa pascatambang. Kondisi kesejahteraan masyarakat masa pascatambang hendaknya jangan mengalami penurunan dari kondisi sebelumnya. Pada masa pascatambang akan banyak tenaga kerja produktif kehilangan pekerjaan, jangan sampai penutupan kegiatan tambang menciptakan pengangguran baru. Investasi sektor pertambangan termasuk jenis investasi pada sumberdaya yang bersifat unrenewable atau tidak dapat diperbaharui. Untuk menjamin keberlanjutan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pada masa pascatambang maka perlu alternatif investasi pada sektor yang renewable atau dapat diperbaharui seperti sektor pertanian terutama sektor perkebunan. 1

2 Perusahaan PT. Gunung Pelawan Lestari (PT. GPL) sebagai investor masuk ke Kabupaten Bangka atas undangan dari pihak Pemda agar ikut berinvestasi di sektor perkebunan kelapa sawit pada tahun 2004. Pada saat itu sudah menjadi kewenangan Pemda dalam era otonomi membuat kebijakan-kebijakan untuk dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakatnya. Melalui investasi sektor perkebunan kelapa sawit, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan, menyerap tenaga kerja dan adanya pemberdayaan masyarakat sekitarnya. Pemerataan kesejahteraan dicapai antara lain melalui distribusi pendapatan dan pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan PIR-inti plasma dan CSR perusahaan. Menurut Soelarno (2007), tingginya penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian sangat wajar, mengingat sektor tersebut merupakan lapangan usaha padat karya yang memerlukan banyak tenaga kerja. Sektor ini membutuhkan tenaga kerja dengan tingkat keahlian yang relatif rendah, namun dalam jumlah tenaga kerja yang sangat besar. Peluang bekerja bagi tenaga kerja ini telah menciptakan kesejahteraan masyarakat dengan memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhannya. Selain itu juga memiliki dampak fiskal yaitu penerimaan bagi Kabupaten Bangka dari sumber daya alam atau Penerimaan Asli Daerah (PAD) serta sumbangan kontribusi Product Domestic Regional Brutto (PDRB) melalui sektor ini. Sumberdaya lahan yang cukup luas di Kabupaten Bangka adalah lahan Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) PT. Timah. Lahan WIUP PT. Timah ada yang masih berupa lahan utuh dan lahan terganggu atau lahan pascatambang.

3 Selain memanfaatkan lahan milik masyarakat, perkebunan kelapa sawit PT. GPL juga memanfaatkan lahan WIUP PT. Timah yang diatur berdasarkan perjanjian/mou atau kesepakatan keduanya. Lahan WIUP PT. Timah yang menjadi lahan perkebunan kelapa sawit berada di wilayah perkebunan PT. GPL di Desa Mapur, Desa Silip dan Desa Gunung Muda. PT. GPL sebagai perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mulai menanam pada tahun 2006 saat ini sudah menikmati hasil produksinya. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui dampak kegiatan perkebunan kelapa sawit oleh PT. GPL terhadap perubahan kondisi kesejahteraan masyarakat sekitarnya dan mendeskripsikan peran serta kebijakan para stakeholders dalam kegiatan tersebut. Hal ini tidak terlepas dari kondisi perekonomian masyarakat Kab. Bangka yang memasuki masa pascatambang timah, sehingga perlu adanya keberlanjutan pembangunan melalui pemberdayaan masyarakat sekitarnya. 1.2. Rumusan Masalah Masyarakat di Kabupaten Bangka sudah tidak dapat mengandalkan perekonomiannya pada sektor pertambangan karena cadangan bahan tambang timah yang akan segera habis. Berdasarkan data PDRB Kabupaten Bangka Tahun 2012, saat ini terjadi pergeseran struktur ekonomi. Nilai sub sektor tanaman perkebunan yang direpresentasikan oleh komoditi kelapa sawit dan karet melebihi nilai komoditi sub sektor pertambangan yang direpresentasikan oleh komoditi timah. Hal ini dapat dilihat dari bertambahnya jumlah perusahaan swasta yang bergerak di sub sektor perkebunan kelapa sawit.

4 Perkebunan kelapa sawit memberikan nilai tambah yang besar karena juga akan menimbulkan industri pengolahan (agroindustri), yang dapat menyerap tenaga kerja sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat lokal yang berarti berdampak terhadap kesejahteraannya. Kebijakan Pemerintah Daerah melalui pembangunan perkebunan kelapa sawit dengan investasi sektor swasta, perlu dikaji dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar yang merupakan wilayah pertambangan. Hal ini terkait dengan pengaruhnya terhadap alternatif perekonomian masyarakat pada masa pascatambang. Dengan demikian kesejahteraan masyarakat dapat berkelanjutan melalui sektor alternatif selain tambang. Pembangunan yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan berkelanjutan dapat terwujud apabila terjadi kemitraan antar stakeholders yang terdiri dari Pemerintah Daerah, perusahaan swasta dan masyarakat melalui pemberdayaan. Masing-masing stakeholders perlu menjalankan perannya sebagai aktor dalam pemberdayaan tersebut sesuai dengan kapasitasnya. 1.3. Pertanyaan Penelitian Dari uraian rumusan masalah, maka peneliti membuat pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimanakah dampak kegiatan perkebunan kelapa sawit terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat? 2. Bagaimanakah peran stakeholders dalam kegiatan perkebunan kelapa sawit?

5 3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kegiatan perkebunan kelapa sawit sebagai alternatif peningkatan kesejahteraan masyarakat pada masa pascatambang? 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mendeskripsikan dampak kegiatan perkebunan kelapa sawit terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. 2. Mendeskripsikan peran stakeholders dalam kegiatan perkebunan kelapa sawit. 3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan perkebunan kelapa sawit sebagai alternatif peningkatan kesejahteraan masyarakat pada masa pascatambang. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah, penelitian ini merupakan bahan evaluasi Pemda untuk mengoptimalkan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat pada masa pascatambang melalui pemberdayaan masyarakat. 2. Bagi masyarakat, penelitian ini merupakan sarana pembelajaran untuk meningkatkan kapasitas dan partisipasi dalam pembangunan desa. 3. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini merupakan sumbangan pemikiran penulis dalam pengembangan ilmu perencanaan wilayah pada daerah pertambangan, khususnya mengenai alternatif peningkatan kesejahteraan masyarakat pada masa pascatambang.

6 1.6. Batasan Penelitian Ruang lingkup bahasan penelitian ini dibatasi pada proses dan dampak kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit oleh perusahaan PT. GPL terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Juga dibahas peran stakeholders (Pemda, Swasta dan Masyarakat) dan faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan perkebunan kelapa sawit sebagai alternatif peningkatan kesejahteraan pada masa pascatambang, yang terdiri atas faktor pendukung dan faktor penghambat. Data penelitian berupa data primer, didapat berdasarkan indikator/variabel kesejahteraan dan persepsi masyarakat di sekitar wilayah perkebunan serta wawancara mendalam kepada stakeholders terkait. Wilayah penelitian meliputi 4 desa yang wilayahnya terdapat lahan perkebunan kelapa sawit PT. GPL yaitu Desa Mapur dan Desa Silip di Kecamatan Riau Silip serta Desa Gunung Pelawan dan Desa Gunung Muda di Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung. Analisis dampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dibatasi pada proses terjadinya perubahan, perubahan kondisi perekonomian masyarakat seperti perubahan jenis mata pencaharian, pendapatan, penguasaan lahan pertanian dan jenis tanaman, pengeluaran dan kemampuan menabung. Perubahan sosial yang terjadi seperti adanya pendatang, tingkat penyerapan tenaga kerja lokal dan interaksi sosial masyarakat sekitar. Juga dibahas kesempatan pemerataan kesejahteraan masyarakat melalui distribusi pendapatan, peluang berusaha, kelembagaan ekonomi, pemanfaatan sumberdaya lahan, dan kontribusi perusahaan.

7 Analisis peran stakeholders dari pihak perusahaan, dibatasi pada peran perusahaan dalam penyerapan tenaga kerja, perubahan pendapatan, pemberdayaan, pemanfaatan lahan pascatambang, dan pengembangan perusahaan. Analisis peran Pemda dibatasi pada kebijakan dalam kegiatan perkebunan kelapa sawit dari sektor perizinan, pertambangan, tenaga kerja, perkebunan, dan perencanaan pembangunan daerah yang terkait masa pascatambang. 1.7. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang terkait dengan dampak kegiatan pembangunan terhadap kesejahteraan masyarakat dengan fokus, lokus dan modus serta tujuan yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti seperti diuraikan dalam Tabel 1.1 berikut ini :

8 Tabel 1.1. Keaslian Penelitian Peneliti Zulfikar (2009) Wiwin Supriadi (2011) Umi Maftuhah (2015) Judul Perubahan Kondisi sosial Perkebunan Kelapa Sawit Perkebunan Kelapa Sawit Ekonomi Masyarakat dan Kesejahteraan sebagai Alternatif Perdesaan di Kawasan Masyarakat di Kabupaten Peningkatan Kesejahteraan Pertambangan (kasus Sambas. Masyarakat pada Masa pada wilayah perdesaan Pascatambang (studi kasus sekitar kawasan perkebunan kelapa sawit pertambangan PT. PT. GPL di Kabupaten ANTAM di Kab. Pomala Bangka) Sulawesi Utara) Tujuan 1. Mengkaji kegiatan Melakukan pemantauan 1. Mendeskripsikan proses pertambangan dan terhadap kebijakan terjadinya dan dampak peran perusahaan perkebunan komoditi kegiatan perkebunan dalam mendukung kelapa sawit yang kelapa sawit terhadap aktivitas sosial berhubungan dengan peningkatan ekonomi masyarakat kesejahteraan perdesaan di kawasan pertambangan; dan masyarakat. 2. Mendeskripsikan peran 2. Mengkaji perubahan stakeholders dalam Metode sosial ekonomi masyarakat perdesaan di kawasan pertambangan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian menggunakan metode survei dengan kuesioner terhadap 207 responden pada 2 daerah sampe dan wawancara mendalam mendukung responden. untuk pernyataan Sumber : Ringkasan Penelitian Terkait, 2015 kesejahteraan masyarakat selama kurun waktu 2005-2011 sebagai sebuah langkah awal terhadap perumusan kebijakan yang lebih mandiri di masa depan. Penelitian dilakukan secara verifikatif yaitu dengan memverifikasi penelitian yang sebelumnya telah dilakukan dan secara deskriptif yaitu dengan menggambarkan masalahmasalah yang berhubungan dengan tujuan penelitian seperti apa adanya. kegiatan perkebunan kelapa sawit terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat terkait masa pascatambang. Penelitian ini bersifat studi kasus deskriptif karena berdasarkan fokus perumusan masalah pertama bahwa peneliti ingin mendeskripsikan fenomena sosial yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Penelitian studi kasus ini akan dilakukan di lokasi yang telah ditentukan, yaitu wilayah perkebunan sawit PT. Gunung Pelawan Lestari (PT. GPL), karena dalam metode studi kasus hanya membatasi penelitiannya pada wilayah dan komunitas tertentu.

9 Penelitian mengenai dampak suatu kegiatan terhadap perubahan sosial ekonomi dan kesejahteraan masyarakat telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Hal yang membedakan dengan penelitian sebelumnya, bahwa penelitian ini membahas lokasi penelitian yang berbeda dan mempunyai tujuan yang berbeda pula yaitu untuk mendeskripsikan proses terjadinya dan dampak dan peran stakeholders pada kegiatan perkebunan kelapa sawit. Lokasi penelitian ini merupakan wilayah perkebunan kelapa sawit PT. GPL di Kabupaten Bangka yang meliputi 4 (empat) desa. PT. GPL telah berupaya untuk memberdayakan masyarakat sekitarnya yang mulai memasuki masa pascatambang. Fenomena masyarakat yang mulai memasuki masa pascatambang terlihat dari hasil dari kegiatan tambang rakyat yang semakin menurun dan pergeseran kontribusi PDRB dari sektor pertambangan ke sektor pertanian. Pemberdayaan masyarakat dilakukan PT. GPL melalui kemitraan PIR inti-plasma sebesar 60:40, sedangkan UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan menyatakan bahwa minimal pembangunan kebun inti-plasma adalah 80:20. Selain itu, perusahaan PT. GPL juga memanfaatkan sebagian lahan Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) PT. Timah yang memiliki wilayah yang luas, sebagai lahan perkebunan kelapa sawitnya. Dengan lokasi dan fenomena yang berbeda, tentu penelitian ini akan memberikan gambaran proses dan dampak yang berbeda dari suatu kegiatan pembangunan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.