Pengaruh konsentrasi PEG 4000 terhadap laju disolusi ketoprofen dalam sistem dispersi padat ketoprofen-peg 4000

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN DISOLUSI ASAM MEFENAMAT DALAM SISTEM DISPERSI PADAT DENGAN PEG 6000 DAN PVP

Karakterisasi dan studi disolusi dispersi padat furosemida menggunakan polietilen glikol (PEG), talk dan PEG talk sebagai pembawa dispersi

DISOLUSI ASAM MEFENAMAT DALAM SISTEM DISPERSI PADAT DENGAN PEG 4000

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL...

PREFORMULASI SEDIAAN FUROSEMIDA MUDAH LARUT

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Pemeriksaan Bahan Baku Pemeriksaan bahan baku ibuprofen, HPMC, dilakukan menurut Farmakope Indonesia IV dan USP XXIV.

Peningkatan Disolusi Ibuprofen dengan Sistem Dispersi Padat Ibuprofen - PVP K90

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan hayati obat. Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia

STUDI SISTEM DISPERSI PADAT GLIKLAZID MENGGUNAKAN UREA DAN TWEEN-80 WILLI PRATAMA

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV

Peningkatan Kelarutan dan Laju Disolusi Glimepirid Menggunakan Metode Dispersi Padat dengan Matriks Polietilen Glikol 4000 (Peg-4000)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

KETERSEDIAAN HAYATI RELATIF FUROSEMIDA DALAM BENTUK DISPERSI PADAT

FAHMI AZMI FORMULASI DISPERSI PADAT IBUPROFEN MENGGUNAKAN HPMC 6 cps PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI KONSENTRASI PEG 6000 TERHADAP LAJU PELARUTAN DISPERSI SOLIDA KETOPROFEN-PEG 6000 YANG DIPREPARASI DENGAN METODE PELARUTAN

BAB I PENDAHULUAN. al., 2005). Hampir 80% obat-obatan diberikan melalui oral diantaranya adalah

LAMPIRAN. Lampiran 1 Data kalibrasi piroksikam dalam medium lambung ph 1,2. NO C (mcg/ml) =X A (nm) = Y X.Y X 2 Y 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia),

MIKROENKAPSULASI METFORMIN HIDROKLORIDA DENGAN PENYALUT ETILSELLULOSA MENGGUNAKAN METODA PENGUAPAN PELARUT ABSTRACT

ARTIKEL ILMIAH PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN ANGGARAN 2007

PENGARUH POLIVINIL PIROLIDON TERHADAP LAJU DISOLUSI FUROSEMID DALAM SISTEM DISPERSI PADAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

obat tersebut cenderung mempunyai tingkat absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu dan seringkali menghasilkan respon terapeutik yang minimum

TEKNIK DISPERSI SOLIDA UNTUK MENINGKATKAN KELARUTAN IBUPROFEN DALAM BENTUK TABLET DENGAN MENGGUNAKAN AVICEL PH102 SEBAGAI PENGISI

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

KARAKTERISASI FISIKOKIMIA DAN LAJU DISOLUSI DISPERSI PADAT IBUPROFEN DENGAN PEMBAWA POLIETILENGLIKOL 6000

UJI PELEPASAN FLUKONAZOL DARI SEDIAAN SUPOSITORIA DENGAN BASIS HIDROFILIK, BASIS LIPOFILIK, DAN BASIS AMFIFILIK SECARA INVITRO

BAB III METODOLOGI. Universitas Sumatera Utara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenofibrat adalah obat dari kelompok fibrat dan digunakan dalam terapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat. Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula

Karakterisasi Kompleks Inklusi Ibuprofen Beta Siklodekstrin dengan Menggunakan Teknik Penggilingan Bersama

BAB I PENDAHULUAN. Rute pemberian oral merupakan rute yang paling digemari dibandingkan

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR.. vii. DAFTAR ISI.. viii. DAFTAR GAMBAR. xi. DAFTAR TABEL. xiii. DAFTAR LAMPIRAN. xiv. INTISARI.. xv. ABSTRAC.

PENINGKATAN LAJU DISOLUSI SISTEM DISPERSI PADAT IBUPROFEN PEG 6000 ABSTRACT ABSTRAK

PENGGUNAAN KARBONDIOKSIDA SUPERKRITIS UNTUK PEMBUATAN KOMPOSIT OBAT KETOPROFEN POLIETILEN GLIKOL 6000

Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 172 Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

KATA PENGANTAR. kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-nya penulis dapat

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

STUDI SISTEM DISPERSI PADAT KARBAMAZEPIN MENGGUNAKAN CAMPURAN POLIMER PEG 6000 DAN HPMC DENGAN METODA PELARUTAN

UJI PRESISI DAN PROFIL DISOLUSI TABLET LOSARTAN INOVATOR DAN COPY PRODUCT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET-VISIBLE

Gambar 4. Pengaruh kondisi ph medium terhadap ionisasi polimer dan pembentukan kompleks poliion (3).

PENINGKATAN KELARUTAN KETOKONAZOL DENGAN TEKNIK DISPERSI PADAT MENGGUNAKAN EUDRAGIT E 100 ABSTRACT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

PENGARUH NATRIUM LAURIL SULFAT SEBAGAI SURFAKTAN PADA DISOLUSI KETOPROFEN DALAM SEDIAAN REKTAL GEL DENGAN GELLING AGENT HPMC

BAB I PENDAHULUAN. Aspirin mencegah sintesis tromboksan A 2 (TXA 2 ) di dalam trombosit dan

Pengaruh Lama Waktu Penggilingan pada Proses Co-Grinding terhadap Laju Disolusi Kompleks Inklusi Glimepirid-β- Siklodekstrin

FORMULASI TABLET LIKUISOLID IBUPROFEN MENGGUNAKAN PROPILEN GLIKOL SEBAGAI PELARUT NON VOLATILE DAN PVP K-30 SEBAGAI POLIMER

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODE

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

KETOPROFEN, PENETAPAN KADARNYA DALAM SEDIAAN GEL DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET-VISIBEL. Fajrin Noviyanto, Tjiptasurasa, Pri Iswati Utami

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

Difusi adalah Proses Perpindahan Zat dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.

PENGEMBANGAN SEDIAAN DENGAN PELEPASAN DIMODIFIKASI MENGANDUNG FUROSEMID SEBAGAI MODEL ZAT AKTIF MENGGUNAKAN SISTEM MUKOADHESIF

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN MUTU TABLET IBUPROFEN GENERIK DAN MEREK DAGANG

UJI BIOEKIVALENSI IN VITRO PRODUK OBAT BERMEREK DAN GENERIK BERLOGO YANG MEGANDUNG FUROSEMID

I. PENDAHULUAN. Ketoprofen secara luas telah digunakan sebagai obat analgetika antiinflamasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

Lampiran 1. Contoh Perhitungan Pembuatan Tablet Isoniazid

1. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum Pembuatan kurva baku... 35

STUDI SISTEM DISPERSI PADAT GLIKLAZID MENGGUNAKAN POLIVINIL PIROLIDON K-30 (PVP K-30) DAN TWEEN 80

PENGARUH MILLING TERHADAP LAJU DISOLUSI CAMPURAN METAMPIRON-FENILBUTASON (7:3)

ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga SKRIPSI

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel

Pengaruh Polivinilpirolidon K-30 terhadap Disolusi Ketoprofen dalam Sistem Dispersi Padat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri setidaknya dari dua komponen yang berbeda, umumnya matriks hidrofilik

Bab III Metodologi Penelitian

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian bersifat eksperimental yaitu dilakukan pengujian pengaruh

terbatas, modifikasi yang sesuai hendaknya dilakukan pada desain formula untuk meningkatkan kelarutannya (Karmarkar et al., 2009).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

Formulasi dan Evaluasi Tablet Dispersi Padat Kalsium Atorvastatin

VALIDITAS PENETAPAN KADAR TEMBAGA DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRA VIOLET VISIBEL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

Transkripsi:

Majalah Fikri Alatas Farmasi Indonesia, 17(2), 57 62, 2006 Pengaruh konsentrasi PEG 4000 terhadap laju disolusi ketoprofen dalam sistem dispersi padat ketoprofen-peg 4000 Influence of PEG 4000 concentration dissolution rate of ketoprofen in solid dispersion system of ketoprofen-peg 4000 Fikri Alatas 1), Sundani Nurono S 2) dan Sukmadjaja Asyarie 2) 1) Jurusan Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani 2) Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung Abstrak Pengaruh konsentrasi PEG 4000 terhadap laju disolusi ketoprofen telah diteliti dalam sistem dispersi padat ketoprofen-peg 4000. Sistem dispersi padat dibuat dengan metode peleburan dalam berbagai perbandingan berat ketoprofen-peg 4000, yaitu 2:1, 1:1, 1:2, 1:3, dan 1:4. Uji Laju disolusi dilakukan terhadap dispersi padat tersebut dengan menggunakan metode dayung dalam medium disolusi 900 ml larutan dapar asam hidroklorida ph 1,2 suhu 37 ±0,5 C dan kecepatan 50 putaran per menit. Laju disolusi ketoprofen meningkat sebanding dengan banyaknya PEG 4000 dalam sistem dispersi padat tersebut. Penambahan natrium lauril sulfat ke dalam sistem dispersi padat ketoprofen-peg 4000, meningkatkan laju disolusi ketoprofen. Kata kunci : dispersi padat, ketoprofen, PEG 4000, natrium lauril sulfat, Abstract Influence of PEG 4000 concentration dissolution rate of ketoprofen was studied in solid dispersion system of ketoprofen-peg 4000. Solid dispersion system was prepared by melting method with various weight ratio of ketoprofen-peg 4000, i.e. 2:1, 1:1, 1:3, and 1:4. The dissolution test was carried out using the paddle method at temperature of 37±0,5 C and 50 rotations per minute (rpm) in 900 ml of hydrochloric acid buffer solution at ph 1.2. The dissolution rate of ketoprofen improved by increasing PEG 4000 concentration. Incorporation of sodium lauryl sulfate into solid dispersion system of ketoprofen-peg 4000 enhanced the dissolution rate of ketoprofen. Key words : solid dispersion, ketoprofen, PEG 4000, sodium lauryl sulfate Pendahuluan Laju disolusi atau kecepatan melarut obat-obat yang relatif tidak larut dalam air telah lama menjadi masalah pada industri farmasi. Obat-obat tersebut umumnya mengalami proses disolusi yang lambat demikian pula laju absorpsinya. Dalam hal ini partikel obat terlarut akan diabsorpsi pada laju rendah atau bahkan tidak diabsorpsi seluruhnya. Dengan demikian absorpsi obat tersebut menjadi tidak sempurna (Abdou,1989). Ketoprofen atau asam 2-(3-benzoilfenil) propionat merupakan suatu obat anti inflamasi nonsteroid yang digunakan secara luas untuk mengurangi nyeri, dan inflamasi yang disebabkan oleh beberapa kondisi seperti, osteoarthritis dan rheumatoid arthritis. Ketoprofen praktis tidak larut dalam air (Parfitt, 1999). Kecepatan disolusi dan ketersediaan hayatinya rendah. Berbagai upaya untuk meningkatkan ketersediaan hayati ketoprofen pada pemberian oral telah banyak dilakukan dalam bentuk dispersi padat. Majalah Farmasi Indonesia, 17(2), 2006 57

Pengaruh konsentrasi PEG 4000... Gambar 1. Struktur kimia ketoprofen Teknik dispersi padat pertama kali diperkenalkan oleh Sekiguchi dan Obi pada tahun 1961 dengan tujuan untuk memperkecil ukuran partikel, meningkatkan laju disolusi dan absorpsi obat yang tidak larut dalam air. Pada tahun 1965, konsep tersebut dikembangkan Tachibana dan Nakamura dengan menggunakan polivinilpirolidon (PVP) sebagai pembawa dan dispersi dibuat melalui metode pelarutan (Leuner and Dressman, 2000; Serajuddin, 1999). Salah satu polimer yang umum digunakan pada pembuatan dispersi padat adalah polietilen glikol (PEG). Polietilenglikol (PEG) disebut juga makrogol, merupakan polimer sintetik dari oksietilen dengan rumus struktur H(OCH 2CH 2) noh, dimana n adalah jumlah rata-rata gugus oksietilen. PEG umumnya memiliki bobot molekul antara 200 300000. Penamaan PEG umumnya ditentukan dengan bilangan yang menunjukkan bobot molekul rata-rata. Konsistensinya sangat dipengaruhi oleh bobot molekul. PEG dengan bobot molekul 200-600 (PEG 200-600) berbentuk cair, PEG 1500 semi padat, dan PEG 3000-20000 atau lebih berupa padatan semi kristalin, dan PEG dengan bobot molekul lebih besar dari 100000 berbentuk seperti resin pada suhu kamar. Umumnya PEG dengan bobot molekul 1500-20000 yang digunakan untuk pembuatan dispersi padat (Leuner and Dressman, 2000; Weller, 2003). Polimer ini mudah larut dalam berbagai pelarut, titik leleh dan toksisitasnya rendah, berada dalam bentuk semi kristalin (Craig, 1990). Kebanyakan PEG yang digunakan memiliki bobot molekul antara 4000 dan 20000, khususnya PEG 4000 dan 6000. Proses pembuatan dispersi padat dengan PEG 4000, umumnya menggunakan metode peleburan, karena lebih mudah dan murah (Leuner and Dressman, 2000). Disolusi sistem dispersi padat dengan obat hidrofobik dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kelarutan obat dalam pembawa. Dalam hal ini, penambahan surfaktan dapat meningkatkan laju disolusi obat yang sukar larut dalam air (Wulff et al, 1996). Salah satu surfaktan yang biasa digunakan dalam sistem dispersi padat adalah natrium lauril sulfat. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh konsentrasi PEG 4000 dalam sistem dispersi padat ketoprofen-peg 4000 terhadap laju disolusi ketoprofen dan pengaruh penambahan surfaktan natrium lauril sulfat ke dalam sistem dispersi padat terhadap peningkatan laju disolusi. Metodologi Bahan Ketoprofen (Yuhan-Korea), PEG 4000 (E-Merck), kalium klorida (E-Merck), asam hidroklorida (E-Merck), silika gel. Alat Desikator, timbangan analitik (Sartorius AG204), Spektrofotometer ultra lembayung (Beckman DU-7500i), Difraktometer (Rigaku Miniflex), Dissolution Tester (Erweka DT6). Jalan penelitian Pembuatan dispersi padat ketoprofen- PEG 4000 Dispersi padat ketoprofen-peg 4000 dibuat dengan metode peleburan dalam perbandingan berat ketoprofen dan PEG 4000, yaitu 2:1; 1:1; 1:2; 1:3; dan 1:4. Ditimbang masing-masing zat sesuai perbandingan kemudian dicampur dan dilebur di atas penangas air sambil diaduk hingga keduanya melebur. Kemudian leburan dibekukan pada suhu kamar dan disimpan dalam desikator berisi silika gel selama 21 hari. Setelah seluruh leburan membeku, selanjutnya diserbukkan dan diayak dengan ayakan mesh 60 (250 µm). Kemudian dilakukan uji perolehan kembali dan laju disolusi serbuk masing-masing campuran. Pembuatan dispersi padat dengan penambahan surfaktan natrium lauril sulfat sebanyak 2 % dilakukan pada komposisi dengan laju disolusi paling baik. Uji perolehan kembali dispersi padat ketoprofen-peg 4000 Uji perolehan kembali dilakukan dengan menetapkan kadar cuplikan masing-masing dispersi padat ketoprofen-peg 4000 secara spektrofotometri ultra lembayung. Cuplikan ditimbang setara dengan 100,0 mg ketoprofen. Kemudian dilarutkan 58 Majalah Farmasi Indonesia, 17(2), 2006

Fikri Alatas dalam 100,0 ml larutan natrium hidroksida 0,1 N. Sebanyak 5,0 ml dipipet larutan kemudian diencerkan dengan larutan natrium hidroksida 0,1 N hingga 50,0 ml. Sebanyak 2,0 ml larutan diencerkan dengan pelarut yang sama hingga 25,0 ml. Kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang serapan maksimum 260 nm dengan persamaan kurva kalibrasi A = 0,0639c + 0,0111 koefisien korelasi (r ) = 0,9992 dan rentang linieritas 4-16 µg/ml menggunakan larutan natrium hidroksida 0,1 N sebagai blanko. Masing-masing cuplikan diuji sebanyak tiga kali. Uji laju disolusi dispersi padat dispersi padat ketoprofen-peg 4000 Uji disolusi dilakukan terhadap bahan baku ketoprofen, campuran fisik ketoprofen-peg 4000 dengan atau tanpa penambahan natrium lauril sulfat, dispersi padat ketoprofen-peg 4000, dan ketoprofen-peg 4000-natrium lauril sulfat. Uji disolusi juga dilakukan terhadap Uji laju disolusi menggunakan alat berupa dayung dalam media disolusi larutan dapar asam hidroklorida ph 1,2 di suhu 37 o ±0,5 o dan kecepatan 50 putaran per menit. Serbuk ditimbang seksama setara dengan 100 mg ketoprofen, kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang berisi 900 ml larutan dapar asam hidroklorida ph 1,2. Cuplikan diambil setelah 5; 10; 15; 20; 30; 40; 50; 60; 70; 80; dan 90 menit masing-masing sebanyak 10,0 ml dan segera diganti dengan 10,0 ml media disolusi bersuhu sama. Cuplikan diukur serapannya secara spektrofotometri ultra lembayung pada panjang gelombang serapan maksimum 260.nm dengan persamaan kurva kalibrasi A = 0,0568c + 0,0273, koefisien korelasi (r) = 0,9994, dan rentang linieritas 4-16 µg/ml dengan menggunakan larutan dapar asam hidroklorida ph 1,2 sebagai blanko. Penentuan karakteristik dispersi padat dengan difraksi sinar-x Dispersi padat dan campuran fisik ketoprofen-peg 4000 dengan atau tanpa penambahan natrium lauril sulfat dikarakterisasi secara difraksi sinar-x serbuk menggunakan difraktometer Rigaku Miniflex sumber Cu Kα, tegangan 30 kv, arus 15 ma dan kecepatan 2 /menit. Hasil Dan Pembahasan Sistem dispersi padat dapat mengubah obat dari semula bentuk kristalin menjadi amorf atau parsial kristalin dengan cara meleburkan atau melarutkannya bersama pembawa hidrofilik. Sistem dispersi padat dengan PEG menginformasikan tentang perubahan obat dari bentuk kristal menjadi sebagian amorf atau sebagian kristal dengan membentuk eutektik atau monotektik (Craig, 2002). Sedangkan ketoprofen merupakan suatu anti inflamasi nonsteroid (AINS) berbentuk kristal dan sedikit larut dalam air. Untuk mempelajari pengaruh komposisi dispersi padat ketoprofen-peg 4000 terhadap laju disolusi ketoprofen digunakan medium disolusi dapar asam hidroklorida ph 1,2. Pengaruh ionisasi ketoprofen dapat berkurang dalam medium ini. Penetapan kadar ketoprofen terlarut dilakukan secara spektrofotometri ultra lembayung pada panjang gelombang 260 nm. Adanya PEG 4000 tidak mengganggu puncak serapan ketoprofen. Tabel I menunjukkan perolehan kembali ketoprofen pada seluruh komposisi sistem dispersi padat. Hasilnya cukup baik, yaitu antara 99,24-100,98.%, sehingga dapat dilanjutkan dengan uji laju disolusi. Tabel I. Data perolehan kembali ketoprofen dalam dispersi padat ketoprofen-peg 4000 No. Komposisi ketoprofen : PEG 4000 Perolehan kembali a ( % ) 1 2:1 99,24±0,56 2 1:1 100,91±0,45 3 1:2 100,98±0,30 4 1:3 100,79±0,49 5 1:4 99,63±0,49 Keterangan : a = Rerata ± simpangan baku, n = 3 Gambar 2 menunjukkan, bahwa seluruh sistem dispersi padat ketoprofen-peg 4000, yaitu komposisi 2:1, 1:1, 1:2, 1:3, dan 1:4 memiliki laju disolusi yang lebih baik daripada ketoprofen murni (P<0,05). Peningkatan laju disolusi bahan obat dalam sistem dispersi padat disebabkan pengecilan ukuran partikel, sehingga luas permukaan kontak obat dengan medium disolusi lebih besar, efek pembasahan yang dapat mencegah agregasi partikel-partikel obat, dan meningkatnya kelarutan jenuh obat. Sistem dispersi padat ketoprofen-peg 4000 dengan perbandingan berat 1:4 memiliki laju disolusi paling baik. Persentase ketoprofen terlarut selama 5 menit (DP 5) dan DP 90 pada dispersi padat ketoprofen 1:4 berturut-turut 56.1 % dan 98.8.% lebih baik daripada dispersi padat dengan komposisi 1:3, 1:2, 1:1, dan 2:1 (P<0,05). Sistem dispersi padat dengan konsentrasi PEG 4000 semakin besar menyebabkan Majalah Farmasi Indonesia, 17(2), 2006 59

Pengaruh konsentrasi PEG 4000... Persentase ketoprofen terlarut Waktu (menit) Gambar 2. Profil disolusi dispersi padat ketoprofen-peg 4000 dalam medium larutan dapar asam hidroklorida ph 1,2 Waktu (menit) Gambar 3. Profil disolusi serbuk dispersi padat dan campuran fisik ketoprofen- PEG 4000 dan ketoprofen-peg 4000-natrium lauril sulfat jumlah ketoprofen yang terdispersi molekular dalam PEG 4000 menjadi semakin besar, sehingga ketoprofen menjadi semakin amorf. Jadi, laju disolusi ketoprofen meningkat sebanding dengan banyaknya PEG 4000 dalam sistem dispersi padat tersebut. Gambar 3 menunjukkan, bahwa laju disolusi ketoprofen dalam sistem dispersi padat ketoprofen-peg 4000-natrium lauril sulfat 10:39:1 lebih baik daripada sistem dispersi padat ketoprofen-peg 4000 1:4 (P<0,05). Adanya natrium lauril sulfat yang terlarut dalam medium disolusi juga dapat menurunkan tegangan antar muka antara medium disolusi dan ketoprofen, sehingga lebih memudahkan pembasahan ketoprofen. Serbuk dispersi padat ketoprofen-peg 4000 dan ketoprofen-peg 4000-natrium lauril sulfat memiliki laju disolusi lebih baik daripada masing-masing campuran fisiknya (P<0,05). Hal ini disebabkan dalam sistem dispersi padat, selain efek pembasahan yang disebabkan oleh PEG 4000 dan natrium lauril sulfat, adanya pengecilan ukuran partikel menyebabkan laju disolusi sistem dispersi padat lebih baik daripada campuran fisik. DP 5 dalam sistem dispersi padat dan campuran fisik ketoprofen-peg 4000 berturut-turut 56,9.% dan 29,1.%, sedangkan DP 5 dalam sistem dispersi padat dan campuran fisik ketoprofen- PEG 4000-natrium lauril sulfat berturut-turut 72,1 % dan 56,3 %. Pola difraktogram (Gambar..4) menunjukkan, bahwa intensitas ketoprofen baik pada sistem dispersi padat ketoprofen-peg 4000, 60 Majalah Farmasi Indonesia, 17(2), 2006

Fikri Alatas Gambar 4. Difraktogram dispersi padat dan campuran fisik ketoprofen-peg 4000 dengan atau tanpa penambahan natrium lauril sulfat maupun ketoprofen-peg 4000 menurun, bila dibandingkan dengan ketoprofen murni. Namun, pada campuran fisiknya intensitasnya tidak berubah. Hal ini menunjukkan, bahwa pembentukan sistem dispersi padat ketoprofen- PEG 4000 dengan atau tanpa penambahan natrium lauril sulfat menyebabkan perubahan fisik sebagian ketoprofen dari bentuk amorf ke bentuk kristal, sedangkan pada campuran fisik tidak terjadi perubahan fisik tersebut. Pola difraktogram juga menunjukkan, bahwa sistem dispersi padat ketoprofen-peg 4000-natrium lauril sulfat (10:39:1) lebih amorf daripada sistem dispersi padat ketoprofen-peg 4000. Hal ini disebabkan ketoprofen dalam sistem dispersi padat ketoprofen-peg 4000- natrium lauril sulfat lebih amorf daripada dalam sistem dispersi padat ketoprofen-peg 4000. Adanya natrium lauril sulfat yang terlarut dalam PEG 4000 dapat menurunkan tegangan antar muka antara PEG 4000 dan ketoprofen, sehingga ketoprofen yang terdispersi molekular dalam PEG 4000 lebih besar daripada dalam sistem dispersi padat ketoprofen-peg 4000 tanpa penambahan natrium lauril sulfat Kesimpulan Semakin besar konsentrasi PEG 4000 dalam sistem dispersi padat, maka semakin banyak ketoprofen yang terdispersi molekular dalam PEG 4000, sehingga ketoprofen menjadi semakin amorf. Laju disolusi ketoprofen meningkat sebanding dengan banyaknya PEG 4000 dalam sistem dispersi padat tersebut. Penambahan natrium lauril sulfat ke dalam sistem dispersi padat ketoprofen-peg 4000 dapat lebih meningkatkan laju disolusi ketoprofen. Daftar Pustaka Abdou, H.M., 1989, Dissolution, Bioavailability and Bioequivalence, Mack Publishing Company, Pennsylvania, 53-72. Craig, D.Q.M., 1990, Polyethylene Glycols and Drug Release, Drug Dev. Ind. Pharm. 16, 2501-2526. Craig, D.Q.M., 2002, The Mechanisms of Drug Release From Solid Dispersion in Water-Soluble Polymers, Int. J. Pharm., 231, 131-144. Leuner, C. and Dressman, J., 2000, Improving drug solubility for oral delivery using solid dispersion, Eur. J. Pharm. Biopharm., 50, 47-60. Parfitt, K., 1999, Martindale, The Complete Drug Reference, Vol.1, Pharmaceutical Press, London, 48-49. Majalah Farmasi Indonesia, 17(2), 2006 61

Pengaruh konsentrasi PEG 4000... Serajuddin, A.T.M., 1999, Solid dispersion of poorly water-soluble drugs: early promises, subsequent problems, and recent breakthroughs, J. Pharm. Sci. 88, 1058-1066. Weller, P.J., 2003, Handbook of Pharmaceutical Excipient, 4th ed., The American Pharmaceutical Ass., Washington DC, 568-570. Wulff, M., M. Alden and Craig, D.Q.M., 1996, An investigations into the critical surfactant concentration for solid solubility of hydrophobic drug in different polyethylene glycols, Int. J. Pharm. 142, 189-198. 62 Majalah Farmasi Indonesia, 17(2), 2006