BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
Partisipasi LSM..., Firsty Husbani, FISIP UI, 2009 Universitas Indonesia. Mundurnya Demokrasi di Indonesia. Demos.

BAB IV DEWAN PERWAKILAN RAKYAT (DPR) DAN RUANG PUBLIK DALAM PENYUSUNAN KEBIJAKAN PUBLIK

LOGICAL FRAMEWORK ANALYSIS (LFA) KONSIL LSM INDONESIA HASIL PERENCANAAN STRATEGIS MARET 2011

ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH TERKAIT DENGAN KINERJA DAN SISTEM PENDUKUNG DPR Dipersiapkan oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia (PSHK)

RENCANA STRATEGIS FREEDOM OF INFORMATION NETWORK INDONESIA (FOINI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. langsung dalam pemelihan presiden dan kepala daerah, partisipasi. regulasi dalam menjamin terselenggaranya pemerintahan

LAPORAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN Daerah Istimewa Yogyakarta

Bahan Diskusi Seminar Kedua

STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN

Laporan Tahunan. Sloka Institute 2010

RANCANGAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN SOSIAL

BAB V Kesimpulan dan Saran

Catatan Terhadap Peraturan DPR tentang Keterbukaan Informasi Publik di DPR RI Oleh: Ronald Rofiandri *

PEMIKIRAN KETERBUKAAN ARSIP DINAMIS DALAM MENYONGSONG DITETAPKANNYA RUU KEBEBASAN MEMPEROLEH INFORMASI PUBLIK

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1

Petugas Back Office PIK, (7) Petugas Front Office PIK, (8) Petugas Via Media PIK, dan (9) Petugas Database Informasi PIK diisi oleh Subbagian Layanan

FORMAPPI JAKARTA, 3 APRIL 2014

Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD

Pimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati,

BAB I PENDAHULUAN. paradigma Good Governance, dimana keterlibatan pihak-pihak selain pemerintah

RechtsVinding Online. Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagaimana diatur dalam Pasal 92.

Koalisi Masyarakat Sipil Antikorupsi dan Reformasi Hukum

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan gambaran pelaksanaan UU KIP oleh Pemkab Kediri selama

MODEL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE (STUDI DI KOTA SALATIGA) PERIODE

III. METODOLOGI KAJIAN

M E M U T U S K A N :

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian dalam tesis ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian

PERANAN KPU DAERAH DALAM MENCIPTAKAN PEMILU YANG DEMOKRATIS

III. METODE PENELITIAN. Untuk mengkaji fenomena di Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

BAB 3 METODE PENELITIAN

LEMBAR INFORMASI. Pemanfaatan Media Sosial dalam Advokasi Kebijakan yang dilakukan OMS HIV di Indonesia.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI BADAN INVESTASI DAN PROMOSI ACEH

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

HAK AKSES INFORMASI PUBLIK. Oleh: Mahyudin Yusdar

DEPARTEMEN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN

LAPORAN HASIL PENGUKURAN TINGKAT TRANSPARANSI PENDANAAN PARTAI POLITIK DI TINGKAT DEWAN PIMPINAN PUSAT. Transparency International Indonesia

Jakarta, 28 Agustus 2016 Evaluasi Implementasi Parlemen Modern: Komitmen Transparansi DPR Patut Diragukan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

P E N G A N T A R. Pengantar J U L I E B A L L I N G T O N

LEMBAR INFORMASI. Pemanfaatan Media Sosial dalam Advokasi Kebijakan yang dilakukan OMS HIV di Indonesia.

LAPORAN PELAKSANAAN PEMBEKALAN TENAGA AHLI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

PARTISIPASI LSM DALAM PROSES PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TESIS

MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT

LAPORAN. Pelayanan Informasi Publik Tahun 2014 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANYUMAS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di pusat perbelanjaan hand phone dan produk

BAB I PENDAHULUAN. membuat isu-isu semacam demokratisasi, transparansi, civil society, good

PERAN BAWASLU Oleh: Nasrullah

CLASSROOM ACTION RESEARCH

LAMPIRAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

ABSTRAK (RINGKASAN PENELITIAN)

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

BAB 1 PENDAHULUAN. selaku pejabat publik dengan masyarakat. Dan komunikasi tersebut akan berjalan

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada

BAB III METODE PENELITIAN. pembangunan milenium yaitu penanggulangan kemiskinan dan kelaparan pada tahun

BAB III. butuhkan dalam pemilihan suatu kepala daerah atau negara. serta deskripsi kerja pada bagian-bagian yang ada di KPU

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PENYUSUNAN UU NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TNI : IMPLEMENTASI MODEL ANALISIS GRAHAM T.

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

MEMBANGUN KUALITAS PRODUK LEGISLASI NASIONAL DAN DAERAH * ) Oleh : Prof. Dr. H. Dahlan Thaib, S.H, M.Si**)

Daftar Isi. Gambaran Umum Pelayanan Informasi KPU RI. Sarana dan Prasarana. Anggaran dan Sumber Daya Manusia. Rincian Pelayanan Informasi dan Gra k

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan riset lapangan (field research) atau mengadakan

III. METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2012:9)

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini, kita dihadapkan pada perubahan arah

BAB V PENUTUP. Dalam bab ini peneliti akan memaparkan tentang kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.

III. METODE PENELITIAN. mengukur maupun mengumpulkan data serta bagaimana melakukan penelitian

Disampaikan oleh : ANTARINI MALIK Nomor Anggota : A-424

WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan. Yogyakarta, Juni 2010 MAKALAH. Otda & Konflik Tata Ruang Publik. Oleh: Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM

2015 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KAMPANYE DI MEDIA MASSA DENGAN PARTISIPASI POLITIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

Keputusan Dewan Kehutanan Nasional. tentang Protokol Konsultasi Publik. Nomor : SKN.02/DKN-KP/2012

LAPORAN TAHUNAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK

PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA. A. Lukman Irwan, SIP Staf Pengajar Ilmu Pemerintahan Fisip UNHAS

AUDIT MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI

RENCANA PEMBELAJARAN KBK

BAB III METODE PENELITIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan di Indonesia sudah lama sekali terjadi dan belum ada langkah

KOMITE PENGAWAS PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA PERATURAN KOMITE PENGAWAS PEMILIHAN RAYA

keterangan Pers Presiden RI pada Pertemuan dengan Pimpinan Lembaga Negara, Jakarta, 4 Agustus 2011 Kamis, 04 Agustus 2011

No. : 114/KKP/XI/2004 Jakarta, 9 Nopember 2004 Lamp : 1 exp Hal : Masukan untuk Prolegnas

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi tingkat

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pengantar Peneliti memilih topik mengenai partisipasi publik dalam proses penyusunan peraturan perundang-undangan tidak terlepas dari latar belakang keterlibatan peneliti. Pada saat Undang-undang nomor 10 tahun 2004 masih dalam proses pembahasan di DPR pada periode 2002-2004, peneliti terlibat dalam koalisi yang mengadvokasi proses sampai undang-undang tersebut disahkan; yaitu KKP (Koalisi Kebijakan Publik). Latar belakang keterlibatan inilah yang mendorong peneliti untuk mengetahui seperti apakah pelaksanaan undang-undang yang memberikan jaminan hak bagi keterlibatan masyarakat pada proses penyusunan peraturan perundang-undangan ini. Untuk penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Pilihan inipun lebih didasarkan pada pengetahuan peneliti terhadap topik penelitian. Untuk lebih memperoleh gambaran kongkrit implementasinya, pada penelitian yang dilakukan ini memilih pendekatan studi kasus. Merujuk pada Cresswell, dalam penelitian studi kasus, peneliti mengkaji program secara mendalam, melalui event, kegiatan, proses, dengan satu atau lebih pihak. Pada penelitian ini, studi kasus yang dipilih dalam rangka melihat implementasi undangundang nomor 10 tahun 2004 adalah studi kasus untuk proses pembahasan RUU keterbukaan informasi publik dan RUU pelayanan publik. Pilihan atas kedua RUU ini tidak terlepas dari pengetahuan dan sedikit keterlibatan peneliti pada prosesproses awal pembentukan koalisi untuk kedua RUU ini. Proses penyusunan RUU keterbukaan informasi publik diawali dengan rangkaian studi mengenai tiga pilar good governance dimana peneliti terlibat sebagai salah seorang anggota tim penelitinya pada tahun 1998-1999. Pada periode 1999 meski peneliti tidak lagi terlibat secara aktif, namun peneliti masih memantau dan mengetahui perkembangan pada studi yang dilakukan; yang kemudian berkembang menjadi kegiatan adavokasi kebijakan. Mulai tahun 1999 itu pula terbentuk Koalisi yang pada saat itu dinamakan Koalisi FOIA (Freedom of

27 Information Act). Posisi peneliti pada saat itu lebih sebagai pemantau; dan masih tetap memperoleh perkembangan informasi dari koalisi. Pada saat Koalisi FOIA bertransformasi menjadi KUKAIP (Koalisi Untuk Kebebasan dan Akses Informasi Publik), sekitar tahun 2004-2005, peneliti tetap pada posisi sebagai pemantau. Pada periode 2004-2005 itu, pada saat peneliti sedang aktif ikut serta bergiat di KKP, kerap diadakan kerjasama antara KKP dengan KUKAIP. Proses-proses inilah yang membuat peneliti tetap mengetahui perkembangan yang terjadi pada KUKAIP. Perkembangan berikutnya, KUKAIP bertransformasi menjadi Koalisi KIP, dimana secara kebetulan, peneliti bekerja pada lembaga yang menjadi salah satu penyandang dana kegiatan Koalisi KIP. Meski sebenarnya peneliti tidak bertanggungjawab atas program kerjasama dengan Koalisi KIP, namun peneliti masih bisa memperoleh informasi dan perkembangan kerja-kerja Koalisi KIP. Posisi peneliti yang seperti ini terjadi sampai saat RUU KIP disahkan pada bulan Desember 2008. Pengetahuan peneliti terhadap RUU Pelayanan Publik dimulai pada saat Yappika LSM yang menjadi promotor terbentuknya Koalisi MP3 - mengadakan satu diskusi yang melibatkan berbagai LSM untuk mendiskusikan tindak lanjut kerja KKP, dimana kemudian LSM yang hadir pada saat itu bersepakat untuk mengawal proses advokasi terhadap RUU Pelayanan Publik. Peristiwa itu terjadi pada sekitar akhir tahun 2005; dimana peneliti saat itu hadir sebagai wakil salah satu LSM yang diundang. Sejak tahun 2006, peneliti tidak lagi terlibat secara aktif dalam Koalisi MP3, namun peneliti masih memperoleh informasi perkembangan kerja-kerja MP3. Posisi sebagai pemantau (yang sebenarnya outsider) dijalani peneliti, sampai RUU ini masuk dalam tahap timsin di tahun 2009. Secara teoritis, pada penelitian studi kasus, ada beberapa prosedur pengumpulan data yang dilakukan pada periode waktu tertentu 1. Pada penelitian ini, pengumpulan data yang intensif dilakukan pada periode Januari-Juni 2009; dengan latar belakang pengetahuan peneliti sebagaimana digambarkan diatas. 1 Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches; John W. Creswell; Sage Publication; 2003; hal. 15

28 Dengan demikian, penelitian ini pada akhirnya merupakan deskripsi hasil pengamatan dan data-data lain mengenai pemanfaatan ruang publik dalam proses penyusunan kebijakan publik serta deskripsi mengenai hal-hal yang mendorong elemen masyarakat untuk berpartisipasi memanfaatkan ruang publik tersebut. Deskripsi ini diuji dengan konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini. 3.2. Prosedur Pengumpulan Data Berbekal pengetahuan peneliti dari beberapa tahun kerja-kerja kedua Koalisi, pada periode penelitian intensif (Januari-Juni 2009) ini, langkah awal kegiatan penelitian adalah melakukan kajian dokumentasi. Dokumentasi yang dilihat mulai dari konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Studi dokumen terhadap konsep-konsep dilakukan dalam rangka memperoleh gambaran konsep yang seperti apa yang sesuai dengan topik penelitian. Studi dokumen inilah yang pada akhirnya memberikan kesimpulan pada peneliti, bahwa konsep yang paling sesuai dengan topik penelitian ini adalah konsep ruang publik dari Habermas; dengan juga mempertimbangkan konsep-konsep partisipasi dalam rangka analisa terhadap prosesnya, konsep kebijakan publik dalam rangka analisa terhadap substansinya, serta konsep civil society dalam rangka analisa terhadap para aktornya. Selain studi dokumen terhadap konsep, juga dilakukan pengumpulan dokumen-dokumen dari proses pembahasan suatu rancangan undang-undang yang dilakukan di DPR, dokumen-dokumen Koalisi (input-input yang disampaikan Koalisi pada DPR), serta dokumen penunjang lainnya. Dokumen pendukung itu bisa berupa notulensi pertemuan, maupun catatan-catatan yang dibuat oleh berbagai pihak, termasuk masukan-masukan berupa input paper yang telah disampaikan berbagai pihak kepada DPR. Penelusuran terhadap dokumen-dokumen ini memberikan pengetahuan bagi peneliti mengenai perkembangan usulan dan prosesproses negosiasi yang terjadi antara kedua Koalisi dengan DPR dan pemerintah. Proses pengumpulan dokumen yang dirasa paling menantang adalah pada saat peneliti berupaya mengumpulkan dokumen tata tertib DPR, dari periode ke periode, sejak awal adanya parlemen. Dari proses pengumpulan dokumen Tata Tertib itu rupanya, sistem informasi dan dokumentasi DPR kurang tertata baik. Dari dokumen-dokumen Tata Tertib DPR berhasil diperoleh, ternyata ada dokumen Tata

29 Tertib dari sekuen waktu yang tidak ada dokumennya di DPR; yaitu sekuen dari periode 1972 sampai 1986 serta periode 1994 sampai 1997. Penelusuran terhadap dokumen-dokumen Tata Tertib DPR yang ada membuat peneliti memperoleh pengetahuan mengenai sejarah ruang partisipasi publik, terutama sejarah ruang rapat dengar pendapat umum, yang digunakan oleh DPR dari periode ke periode. Dengan mengaitkan informasi formal dari dokumen Tata Tertib itu dengan situasi factual kondisi sesuai waktu dari berlakukan Tata Tertib, peneliti juga memperoleh pengetahuan akan gambaran yang melatarbelakangi munculnya Tata Tertib tersebut. Untuk melengkapi gambaran dari perspektif pelaku, peneliti juga melakukan pengumpulan data melalui wawancara dengan beberapa pihak terkait, yang dapat dilihat dalam bagan dibawah ini: Gambar 2: Narasumber Penelitian Wawancara yang dilakukan kepada para pihak yang terlibat dilakukan dengan berpedoman pada panduan wawancara. Panduan wawancara terdiri dari list pertanyaan-pertanyaan utama yang diajukan pada para narasumber. Sebagai pedoman, panduan ini ternyata pada pelaksanaan wawancara sanggup melahirkan beberapa pertanyaan tambahan yang memperkaya data. Namun, terkait waktu pelaksanaan penelitian yang bertepatan dengan pelaksanaan pemilu legislative ternyata memberikan tantangan tersendiri. Beberapa

30 anggota DPR yang dimintai kesediaan untuk menjadi narasumber menyatakan tidak bersedia dengan beberapa alasan, seperti masih sibuk dengan penghitungan suara, tidak terpilih lagi sehingga harus menyelesaikan semua tugasnya. Ada juga rencana wawancara yang sampai awal Juni masih diagendakan. Akibatnya, pada penelitian ini, anggota DPR yang menjadi narasumber menjadi sangat terbatas. Untuk mengatasinya, peneliti mempergunakan informasi dari media publikasi sebagai bahan rujukan. Pada penelitian ini diperoleh beberapa data, baik itu berupa dokumentasi maupun hasil wawancara dengan para narasumber. Data-data tersebut diperoleh dari berbagai institusi, termasuk institusi para narasumber. Apabila dilihat dalam bentuk matrix sesuai dengan kategorisasinya, proses pengumpulan data dapat disarikan sebagai berikut: No. Jenis Data Informasi yang Diperoleh Dari mana diperoleh 1. Dokumentasi: Substansi apa saja yang Dari Koalisi, baik itu Input paper Koalisi disampaikan oleh Koalisi pada DPR maupun pemerintah Koalisi KIP maupun Koalisi MP3 Melihat proses persuasi yang dilakukan LSM seperti apa 2. Dokumentasi: substansi dan usulan-usulan yang Dari koalisi, Koalisi Notulensi Pertemuan berkembang KIP dan Koalisi MP3 Diskusi-diskusi Koalisi melihat bagaimana bisa muncul kesepakatan ataupun kesepahaman 3. Dokumentasi: Tata Tertib DPR Ruang partisipasi yang dibangun DPR dari periode ke periode Sekretariat DPR RI 4. Interview: Proses penyusunan dan Pemerintah/eksekutif Deputi Menteri Negara PAN (RUU Pelayanan Publik) pembahasan RUU sejak awal Persepsi pemerintah mengenai ruang partisipasi 5. Interview: Koalisi MP3 (3 orang dari lembaga Yappika, Proses keterlibatan LSM dalam advokasi RUU Pelayanan Publik Persepsi LSM mengenai ruang LSM YLBHI, dan IPW) partisipasi dalam proses untuk RUU Pelayanan penyusunan perundang-

31 Publik 6. Interview: Kepala Badan Informasi Publik, Departemen Komunikasi dan Informasi (untuk RUU KIP) 7. Interview: Koalisi Keterbukaan Informasi Publik (3 orang, dari ICEL dan Yay. SET) RUU KIP 8. Interview: Anggota DPR (2 orang, dari Fraksi PKB dan Fraksi PDIP) 9. Interview: Sekretariat DPR undangan Proses keterlibatan pemerintah dalam penyusunan RUU KIP Melihat proses persuasi yang dilakukan pemerintah terhadap DPR Persepsi pemerintah mengenai ruang partisipasi dalam proses penyusunan kebijakan Proses keterlibatan LSM pada penyusunan RUU KIP Proses persuasi yang dilakukan LSM selama proses berlangsun Persepsi LSM mengenai ruang partisipasi Proses penyusunan perundangundangan yang berlaku di DPR Proses-proses ruang publik yang dibangun DPR Proses-proses komunikasi politik antara anggota dengan konstituen maupun masyarakat terkait suatu substansi RUU Proses persuasi yang terjadi Proses kerja secretariat dalam suatu penyusunan RUU Peran komunikasi sekretariat Pemerintah/eksekutif LSM Legislatif legislatif Matriks 2: Perolehan Data 3.3. Model Analisis Data Analisa dilakukan terhadap mekanisme partisipasi yang dilakukan oleh LSM dalam rangka pemanfaatan ruang publik yang disediakan menurut undang-undang nomor 10 tahun 2004. Kerangka besar yang menjadi dasar analisa adalah model governance, dimana pada model governance ada interaksi antara tiga aktor (state, market, civil society) dalam proses-proses pembuatan keputusan.

32 Gambaran mengenai model analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 3: Model Analisis Data Dalam kaitannya dengan konsep-konsep yang digunakan pada penelitian ini, sebagaimana telah digambarkan pada bab sebelumnya, analisa dilakukan dengan melihat prosesnya (konsep partisipasi politik dan partisipasi publik), melihat substansinya (konsep kebijakan publik), serta melihat aktor-aktor yang terlibat dalam proses tersebut (konsep civil society). Khusus mengenai konsep civil society, penelitian ini lebih mengkhususkan perhatian pada LSM; karena LSM merupakan pihak yang paling banyak memanfaatkan ruang publik yang disediakan undang-undang nomor 10 tahun 2004

33 tersebut. Dalam kerangka civil society, sebenarnya LSM hanya merupakan salah satu bentuk organisasi dari salah satu unsur civil society saja. Dalam menganalisa aktor ini, peneliti melihat pada latar belakang keterlibatan LSM dalam suatu proses penyusunan rancangan undang-undang. Selain analisa latar belakang, analisa juga dilakukan terhadap mekanisme komunikasi yang dibangun oleh LSM dalam rangka membuka ruang partisipasi publik yang lebih luas lagi. Peneliti juga mempergunakan analisis stakeholder dalam melihat kiprah yang dilakukan oleh para aktor; dalam hal ini DPR dan LSM. Dengan kata lain, penelitian ini ingin melihat ruang publik; yang dilihat dari diskusi publik maupun publikasi; yang telah terbuka sesuai jaminan undang-undang kemudian diisi berdasarkan proses-proses partisipasi (partisipasi publik maupun partisipasi politik) dalam kerangka mempengaruhi proses-proses pembuatan kebijakan publik. Kebijakan publik yang dilihat pada penelitian ini adalah proses penyusunan UU Keterbukaan Informasi Publik dan RUU Pelayanan Publik. Kedua proses penyusunan RUU tersebut merupakan studi kasus yang dilihat pada penelitian ini. Dalam analisa terhadap ruang publik, baik itu ruang publik secara formal prosedural di DPR maupun ruang publik dari sisi LSM, peneliti memanfaatkan analisa SWOT dalam melihat sejauh mana ruang publik ini ada dan berkembang. Dengan analisa SWOT diperoleh gambaran sejauh mana kelebihan, kekurangan, peluang, dan tantangan yang dihadapi DPR maupun LSM dalam rangka memanfaatkan dan mengembangkan ruang publik. Pada penelitian ini, analisa dilakukan terhadap praktek yang terjadi dan kondisi sosial yang berkembang setelah diaplikasikannya teori ruang publik dalam proses kebijakan publik. Menurut Neuman, analisa seperti ini disebut metode illustrative 2. 3.4 Metode Verifikasi Data 2 Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches; W. Lawrence Neuman; Pearson Education; 2003; hal. 451

34 Merujuk pada Creswell 3, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menguji akurasi hasil temuan. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah: a) melakukan triangulasi sumber-sumber data yang berbeda dengan mengkaji bukti-bukti yang ditemukan b) mengkonfirmasi ulang kepada para narasumber penelitian demi menjamin akurasi data c) menyajikan data-data yang sifatnya kontra, misalnya bisa diperoleh dari pemberitaan di media, maupun dari staf ataupun anggota DPR, terkait persepsi mereka dengan adanya ruang publik, dan lain-lain d) mencoba melakukan refleksi mandiri dari peneliti, demi menghindari bias akibat latar belakang peneliti yang lama berkecimpung di dunia LSM. Pada proses penelitian ini, proses triangulasi dilakukan dengan mengkaji hasil-hasil wawancara dari narasumber yang berbeda. Disamping itu, peneliti juga melakukan konfirmasi ulang pada para narasumber. Sedangkan refleksi mandiri selalu dilakukan oleh peneliti sendiri, dan bisa dilihat dari perkembangan revisi laporan penelitian. Pada laporan penelitian versi awal, sangat terlihat bahwa peneliti telah sangat emosional dan kurang objektif dalam melihat LSM yang terlibat dalam studi kasus pada penelitian ini. Hal tersebut tidak lepas dari latar belakang peneliti sendiri. Namun proses refleksi mandiri ini pada akhirnya memberikan kesempatan pada peneliti untuk bisa bersikap objektif. 3 Op. Cit.; hal. 195-197