PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KOMPETENSI GURU DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI DI SUB RAYON 03 KABUPATEN SEMARANG TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini mengenai hubungan antara variabel Kecerdasan Spiritual,

PENGELOLAAN SEKOLAH BERDASARKAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL (SSN) (Studi Kasus Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Cepu) TESIS.

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. 183) mendefinisikan prestasi sekolah sebagai hasil atau tingkat keberhasilan

PENGARUH KEMAMPUAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN, SUPERVISI, DAN LINGKUNGAN KERJA KEPALA SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MBS PADA SMP DI SURAKARTA

TESIS. Diajukan kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Penyusunan Tesis

ABSTRAKSI PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU DI SMA NEGERI KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2004

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA (Pembelajaran Matematika Kelas V SDN. 01 Blulukan)

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

MANAJEMEN PEMBELAJARAN PROGRAM AKSELERASI DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus di SMP Negeri 9 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi-potensi peserta didik dalam kemanusiaannya. Menurut

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada kehidupan sekarang ini, semua

BAB I PENDAHULUAN. mendidik siswanya. Guru selalu menjadi contoh dan teladan para siswanya dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meina Nurpratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan

PENGARUH PANGKAT, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN POLA MANAJERIAL KEPALA SD NEGERI TERHADAP EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

Oleh : H. Muhtadi Irvan

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM PAI DI SMPN 1 DEMAK

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

2015 PROGRAM PENINGKATAN KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING BERDASARKAN HASIL ANALISIS KINERJA PROFESIONAL

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

KODE ETIK GURU INDONESIA

PENGELOLAAN SEKOLAH DASAR STANDAR NASIONAL Studi Situs Di SD Negeri Karangtowo 1 Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Demak TESIS

BAB I PENDAHULUAN. anak didik kita diberi bekal ilmu yang memadai melalui jalur pendidikan yang

Pengaruh Tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kemajuan Sekolah di SMP Kabupaten Karanganyar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembentukan kepribadian manusia Indonesia seutuhnya, diperlukan proses

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai. Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Diajukan oleh : ARIYANTI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan keterampilan. masalah yang merupakan fokus dalam pembelajaran matematika.

Penerapan Contextual Teaching and Learning terhadap pembelajaran praktek konstruksi kayu bagi guru SMK di Surakarta

Kamis, 29 November 2012

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi menjadi pilar utama dalam melahirkan sumber daya manusia

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN. dari hasil wawancara dengan informan, observasi di lapangan maupun datadata

Pendidikan Nasional Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia Indonesia baik secara fisik maupun intelektual

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk kepentingan mengubah dan memperbaiki cara belajar dan

Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Kabupaten Kulonprogo, Kepala SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kulonprogo,

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. acuan dari kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu perlu ditingkatkan, di

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

KEPUTUSAN KONGRES XXI PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA Nomor : VI /KONGRES/XXI/PGRI/2013. Tentang KODE ETIK GURU INDONESIA

HUBUNGAN ANTARA PENILAIAN GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU SAINS (PA) SMP NEGERI DI KABUPATEN SUKOHARJO RINGKASAN TESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu institusi yang berperan dalam menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional). Pelaksanaan pendidikan di Indonesia masih mengalami

DUKUNGAN MINAT BELAJAR, FASILITAS BELAJAR DAN KEGIATAN ORGANISASI HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN (HMJ) TERHADAP PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. komponen, yaitu : pengajar (Dosen, Guru, Instruktur, dan Tutor) siswa yang

Siaran Pers Kemendikbud: Hardiknas 2017, Percepat Pendidikan yang Merata dan Berkualitas Selasa, 02 Mei 2017

BAB I PENDAHULUAN. baru memusatkan perhatianya kepada investasi sumber daya manusia yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

MENTERI RISET DAN PERGURUAN TINGGI SAMBUTAN MENTERI RISET DAN PERGURUAN TINGGI PADA ACARA PERINGATAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. penting sebagai bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan bahkan menjadi terbelakang. Dengan demikian pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kewajibannya di dalam kehidupan, sesuai dengan hakikat asal- mula dan hakikat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. yang dirasa relevan dan perlu, dengan harapan dapat menjadi sebuah kontribusi

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEER LESSONS DAN LEARNING START WITH A QUESTION (LSQ) PADA SISWA KELAS VII SMP

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 Tiap-tiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

UNJUK KERJA KOMITE SEKOLAH DI SMA NEGERI 3 SEMARANG TESIS

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman.

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. Global artinya seluas dunia (world wide), sedangkan prosesnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (STUDI KASUS DI SD NEGERI SRONDOL 02 SEMARANG) RINGKASAN TESIS. Oleh: UTIK SETYARTI Q

BAB I PENDAHULUAN. mendidik murid-muridnya. Dengan kasih sayang pula ulama dan pemimpin

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi pada Sekolah Menengah Atas (SMA) diajarkan untuk

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Dewasa ini kesadaran moralitas multikultur semakin pudar. Kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang sangat kuat kedudukannya dimana sumber daya manusia

MANAJEMEN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI JUMAPOLO TESIS

IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PADA SMA NEGERI 1 SRAGEN DAN SMA NEGERI 1 GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN TESIS. Disusun oleh : AGUS SUHONO

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan satu kata yang sudah tidak asing lagi, bukan hanya bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Indriyani, 2013

( Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII SMP Negeri 12 Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengembangkan diri berdasarkan potensi yang dimiliki. Penigkatan

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S.

INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA DAN PEMAHAMAN TENTANG KEDISIPLINAN PENGARUHNYA TERHADAP KETAATAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

Transkripsi:

PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KOMPETENSI GURU DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI DI SUB RAYON 03 KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2006 Oleh SUGIYARTO NIM : Q.100050189 Program Studi Konsentrasi : Magister Manajemen Pendidikan : Manajemen Pendidikan PROGRAN PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2006

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kunci pembangunan masa mendatang bagi bangsa Indonesia ialah pendidikan (Kartono, 1977: 1). Pendidikan menurut GBHN 1988 (Sulo dan Tirtarahardja, 2005: 36-37) memberikan batasan tentang pendidikan nasional sebagai berikut : Pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, dan mandiri sehingga mampu membangun dirinya, dan masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan membutuhkan waktu yang panjang, serangkaian proses yang teratur dan sistematis, karena terkait dengan berbagai aspek kehidupan bangsa. Kualitas pendidikan tersebut perlu disesuaikan dengan perkembangan jaman. Perkembangan jaman yang makin pesat membawa perubahan alam pikir manusia, termasuk di dalamnya perubahan paradikma dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai suatu proses pembudayaan bangsa bertujuan untuk 1

2 meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang menguasai pengetahuan, ketrampilan, keahlian serta wawasan yang sesuai dengan perkembangan iptek. UNESCO (Tilaar, 2004:10) memberikan empat pilar prinsip dasar untuk menuju paradigma baru, yaitu: 1) Learning to know (menuju penguasaan ilmu pengetahuan), 2) Learning to do (menuju penguasaan ketrampilan), 3) Learning to have together (hidup bersama dalam keragaman), 4) Learning to be (menemukan jati diri). Wawasan yang diperlukan dalam era globalisasi adalah kemampuan memandang jauh ke depan, wawasan mutu dan kekaryaan, serta wawasan inovasi dan perubahan yang sesuai dengan nilai dan sikap yang berkembang dalam masyarakat Djojonegoro yang dikutip oleh (Sufyarma, 2003: 31). Kebijakan pendidikan kerap memberikan beberapa tujuan pendidikan. Secara klasik, beberapak tujuan pendidikan itu antara lain merumuskan tujuan realisasi diri (self realitation) dan perhubungan kemanusiaan (human relationship) serta efisiensi ekonomi (econimic efficiency) (Kurnia, 2002: 85). Tujuannya adalah mendidikan siswa agar mampu melakukan tindakan realisasi diri, diantaranya; menjadikan mereka untuk tahu pentingnya belajar, mampu berbahasa, membaca, menulis, menghitung, dan mengobservasi. Harapan untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, pemerintah sudah berusaha dengan berbagai cara yaitu: 1) melalui pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi, 2) melalui program pendidikan latihan yang sistematik maupun informal di tempat bekerja, dan 3) pengembangan diri sendiri, atas inisiatif sendiri berupaya memperoleh pengetahuan dan ketrampilan (Papayungan, 1996: 109). Namun

3 pada kenyataannya hasilnya belum memuaskan. Terbukti hasil studi kemampuan membaca untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) yang dilaksanakan oleh organisasi International Educational Achievement (IEA) menunjukkan bahwa siswa SD di Indonesia berada pada urutan ke-38 dari 39 negara peserta studi. Sementara itu tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), studi untuk kemampuan matematika siswa SLTP di Indonesia hanya berada pada urutan ke-39 dari 42 negara, dan untuk kemampuan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) hanya berada pada urutan 40 dari 42 negara peserta http://www.bappenas.go.id/bap ind.html (Tilaar, 2004: 120-121). Untuk level perguruan tinggi, keterpurukan manajemen perguruan tinggi itu ditunjukkan oleh survei yang dilakukan oleh Asia Week terhadap perguruan tinggi di lingkungan Asia Pasifik, dimana empat perguruan tinggi terbaik di Indonesia hanya mampu menduduki peringkat ke 61, 68, 73 dan 75 dari 778 universitas yang disurvei Komite Reformasi Pendidikan (Tilaar, 2004: 121). Menurut United Nation Development Program (UNDP) Pada tahun 2000 dari 174 negara Indoensia berada urutan ke-109 (Rusfida, 2002: 103). Pada tahun 1995 dari 174 negara, Indonesia menduduki peringkat 104, pada tahun 2002 menduduki peringkat ke-110 Adnan (Wakimin, 2004: 2). Dari kasus lemahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia belum sepenuhnya dilakukan secara profesional. Perlu diketahui bahwa Di kabupaten Semarang mempunyai 45 SMP Negeri yang dikelompokkan menjadi 7 sub rayon. khususnya SMP Negeri di sub rayon 03 terdapat 6 SMP Negeri yang tersebar di tiga kecamatan yaitu; 1) kecamatan Ambarawa terdiri dari SMP

4 Negeri 1 Ambarawa dan SMP Negeri 5 Ambarawa, 2) kecamatan Jambu terdiri dari SMP Negeri 1 Jambu dan SMP Negeri 2 Jambu, dan 3) kecamatan Sumowono terdiri dari SMP Negeri 1 Sumowono dan SMP Negeri 2 Sumowono. Prestasi belajar siswa di wilayah 03 sebagian besar masih belum sesuai dengan harapan. Pada tahun 2004/2005 SMP Negeri 5 Ambarawa peringkat 44, SMP Negeri Jambu 2 peringkat 30, SMP Negeri Jambu 1 peringkat 12, SMP Negeri 1 Ambarawa peringkat 8, SMP Negeri Sumowono 2 peringkat 7, dan SMP Negeri Sumowono 1 peringkat 6 (Depdiknas Profinsi Jateng, 2004). Pada tahun 2005/2006, SMP Negeri 2 Jambu mendapat peringkat 35, SMP Negeri 5 Ambarawa peringkat 30, SMP Negeri 2 Sumowono peringkat 24, SMP Negeri 1 Jambu peringkat 21, SMP Negeri 1 Ambarawa peringkat 8, dan SMP Negeri 1 Sumowono mendapat peringkat 4 (Depdiknas Kabupaten Semarang, 2005). Hal ini terjadi karena kemungkinan besar bahwa kinerja guru belum sepenuhnya memenuhi persyaratan yang sebenarnya. Akar penyebabnya 1) peran kepemimpinan kepala sekolah sebagai atasan langsung dan memegang kunci kepemimpinan di sekolah, belum membangkitkan semangat kerja terhadap bawahannya, 2) masih banyak guru yang kurang kompeten, dan 3) kurangnya motivasi kerja guru. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :

5 1. Pembangunan nasional memerlukan sumber daya yang berkualitas yaitu yang berdaya saing tinggi, berwawasan Iptek, serta bermoral dan berbudaya. Ini dapat terwujud apabila didukung dengan pendidikan yang berkualitas juga, sedang kualitas pendidikan di Indonesia belum memenuhi harapan yang diinginkan. 2. Guru adalah salah satu komponen pendidikan yang memegang peran penting dalam keberhasilan pendidikan, guru diharapkan mampu memainkan peran sebagai guru yang ideal. Masyarakat mengharapkan agar guru merupakan sosok yang dapat digugu dan ditiru. Guru juga merupakan salah satu tokoh yang harus dijunjung tinggi, yaitu: guru, ratu, wongatua karo Supriadi (Tilaar, 2004: 11). Pemerintah sering melakukan berbagai upaya peningkatan kualitas guru, antara lain melelui pelatihan, seminar, dan lokakarya, bahkan melalui pendidikan formal, dengan menyekolahkan guru pada tingkat yang lebih tinggi. Kendatipun pada pelaksanaannya masih jauh dari harapan. 3. Kepala sekolah sebagai pimpinan top Level management di sekolah berperan penting dalam memegang kunci keberhasilan. Untuk mewujudkan harapan tersebut kepala sekolah harus kompeten. Secara umum harus memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap, performance dan etika kerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala sekolah, yang diuraikan kompetensi profesionalisme, kompetensi wawasan pendidikan dan manajemen, kompetensi personal dan kompetensi sosial (Dharma, 2006: 60). Kepala sekolah juga harus memiliki jiwa

6 kepemimpinan sesuai dengan konsep dari Ki Hajar Dewantara (Moeljono, 2005: 54) yaitu, Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Namun tidak demikian dalam kenyataannya. Dalam praktek pendidikan sehari-hari masih banyak kepala sekolah yang melakukan kesalahan-kesalahan dalam menunaikan tugas dan fungsinya (Mulyasa, 2005: 19). 4. Kompetensi adalah apa yang dibawa oleh seseorang ke dalam pekerjaannya dalam bentuk jenis dan tingkatan perilaku yang berbeda. Ini harus dibedakan dari atribut tertentu ( pengetahuan, keahlian dan kepiawaian) yang dibutuhkan untuk melaksanakan berbagai tugas yang berhubungan dengan suatu pekerjaan. Jadi kompetensi menentukan aspekaspek proses dari kinerja suatu pekerjaan (Dharma, 2005: 102-103). 5. Motivasi kerja dapat berasal dari isi pekerjaan itu sendiri (motivasi intrinsik), juga dapat berasal dari luar. Motivasi sebagai proses yang ikut menentukan intensitas, arah, dan kekuatan individu dalam usaha mencapai sasaran (Robbins, 2006: 213). Dengan pengertian merupakan daya dorong bagi seseorang untuk memberikan konstribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan organisasi mencapai tujuannya. C. Pembatasan Masalah Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja guru, tetapi permasalahan dalam penelitian ini kami fokuskan pada peran kepemimpinan kepala sekolah,

7 kompetensi guru dan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru SMP Negeri di Sub rayon 03 Kabupaten Semarang D. Perumusan Masalah Dari pembatasan masalah, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru SMP Negeri di Sub rayon 03 Kabupaten Semarang? 2. Adakah pengaruh kompetensi guru terhadap kinerja guru SMP Negeri di sub rayon 03 Kabupaten Semarang? 3. Adakah pengaruh motivasi kerja guru terhadap kinerja guru SMP Negeri di Sub rayon 03 Kabupaten Semarang? 4. Apakah kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi guru dan motivasi kerja guru secara simultan berpengaruh terhadap kinerja guru SMP Negeri di Sub rayon 03 Kabupaten Semarang? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP Negeri di Sub rayon 03 Kabupaten Semarang. 2. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi guru terhadap kinerja guru SMP Negeri di Sub rayon 03 Kabupaten Semarang.

8 3. Untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja guru terhadap kinerja guru SMP Negeri di Sub rayon 03 Kabupaten Semarang. 4. Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi guru dan motivasi kerja guru secara simultan terhadap kinerja guru SMP Negeri di Sub rayon 03 Kabupaten Semarang. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pengetahuan baik secara teoritis maupun secara praktis. 1. Sumbangan teoritis Secara umum, hasil penelitian ini memberikan sumbangan pengetahuan untuk memperluas wawasan utamanya pada layanan peningkatan kinerja guru. 2. Sumbangan praktis Memberikan sumbangan kepada pengambilan kebijakan yaitu kepala dinas, pengawas dan kepala sekolah untuk memberikan pelatihan, pembinaan dan seminar demi peningkatan kinerja guru. Selain itu juga guru juga bermanfaat sebagai masukan dan instrospeksi diri untuk meningkatkan kinerjanya.