STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KECEPATAN UDARA (V) TERHADAP KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PAKSA PELAT DATAR. Rikhardus Ufie * Abstract

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENGARUH KECEPATAN FLUIDA PANAS ALIRAN SEARAH TERHADAP KARAKTERISTIK HEAT EXCHANGER SHELL AND TUBE. Nicolas Titahelu * ABSTRACT

ANALISIS PENGARUH BEBAN PANAS (Q) TERHADAP KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI NATURAL PELAT DATAR

PERBANDINGAN PENERAPAN JENIS DAN TEBAL ISOLASI THERMAL TERHADAP KOEFISIEN KONVEKSI OVEN RUMAH TANGGA. Pieter W. Tetelepta * Abstract

ANALISIS PENGARUH DIAMETER PADA SUSUNAN SETENGAH TUBE HEAT EXCHANGER DALAM ENCLOSURE TERHADAP KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS. Nicolas Titahelu *)

EKSPERIMEN PENGARUH BEBAN PANAS TERHADAP KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS OVEN PENGERING CENGKIH. Nicolas Titahelu * Abstract

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR

Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

ANALISA KINERJA ALAT PENUKAR KALOR JENIS PIPA GANDA

KAJI EKSPERIMENTAL POLA PENDINGINAN IKAN DENGAN ES PADA COLD BOX. Rikhard Ufie *), Stevy Titaley **), Jaconias Nanlohy ***) Abstract

Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Efektivitas Shell-and-Tube Heat Exchanger

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XI (SNTTM XI) & Thermofluid IV Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Oktober 2012

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

Pengaruh Jarak Kaca Ke Plat Terhadap Panas Yang Diterima Suatu Kolektor Surya Plat Datar

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR LORONG UDARA TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PELAT DATAR

PENGARUH SUDUT ATAP CEROBONG TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA RUANG PENGERING BERTINGKAT DAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...

Analisis Koesien Perpindahan Panas Konveksi dan Distribusi Temperatur Aliran Fluida pada Heat Exchanger Counterow Menggunakan Solidworks

Studi Numerik Pengaruh Gap Ratio terhadap Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas pada Susunan Setengah Tube Heat Exchanger dalam Enclosure

II. TINJAUAN PUSTAKA. seperti kulit binatang, dedaunan, dan lain sebagainya. Pengeringan adalah

Modifikasi Ruang Panggang Oven

Sujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48

SATUAN ACARA PENGAJARAN

BAB II LANDASAN TEORI

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print)

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB V KESIMPULAN. parafin dengan serbuk logam sebagai heat storage materials penulis dapat

Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang

.. ; i' BABVI ',\, ; I. " i KESIMPULAN DAN SARAN

PENGUJIAN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA HEAT SINK

Perpindahan Panas Konveksi. Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola

PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP TEMPERATUR BOLA BASAH, TEMPERATUR BOLA KERING PADA MENARA PENDINGIN

BAB II LANDASAN TEORI

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA SALURAN BERLIKU BERPENAMPANG SEGI EMPAT DENGAN VARIASI CLEARANCE BELOKAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B13

Pengaruh Variasi Putaran Dan Debit Air Terhadap Efektifitas Radiator

Simulasi Numerik Aliran Fluida pada Permukaan Peregangan dengan Kondisi Batas Konveksi di Titik-Stagnasi

ANALISA COOLING SISTEM GE FRAME 9 PLTG SICANANG 120MW

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGER DI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

ANALISA TRANSIEN PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT PLATE DENGAN METODA CONFINED IMPINGING JET, DENGAN NOSEL RECTANGULAR-STAGGERED

Evaluasi Performa Lube Oil Cooler pada Turbin Gas dengan Variasi Surface Designation dan Reynolds Number

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI PITCH COILED TUBE TERHADAP NILAI HEAT TRANSFER DAN PRESSURE DROP PADA HELICAL HEAT EXCHANGER ALIRAN SATU FASA

RANCANGAN BANGUN MODEL MESINPENDINGIN TERPADU PENGHASIL ES SERUT

Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) VIII

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL. 40 TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR

TERMODINAMIKA TEKNIK HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA BAGI VOLUME ATUR. Chandrasa Soekardi, Prof.Dr.Ir. 1 Sistem termodinamika volume atur

Performansi Kolektor Surya Pemanas Air dengan Penambahan External Helical Fins pada Pipa dengan Variasi Sudut Kemiringan Kolektor

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

LABORATORIUM TERMODINAMIKA DAN PINDAH PANAS PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012

PERENCANAAN SISTEM PEMANAS PADA RANCANG BANGUN ALAT PENGUJI EFISIENSI WIRE AND TUBE HEAT EXCHANGER

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: ( Print) B-367

Analisa pengaruh variasi laju aliran udara terhadap efektivitas heat exchanger memanfaatkan energi panas LPG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISA PERFORMA KOLEKTOR SURYA TIPE PARABOLIC TROUGH SEBAGAI PENGGANTI SUMBER PEMANAS PADA GENERATOR SISTEM PENDINGIN DIFUSI ABSORBSI

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

Perbandingan Distribusi Temperatur Pada Drum Brakes Standar dan Modifikasi

PENGARUH BAHAN INSULASI TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA TANGKI PENYIMPANAN AIR UNTUK SISTEM PEMANAS AIR BERBASIS SURYA

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

Maka persamaan energi,

Kata Kunci : konvensional, kolektor surya, turbin ventilator

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI

ANALISA PENGARUH ARUS ALIRAN UDARA MASUK EVAPORATOR TERHADAP COEFFICIENT OF PERFORMANCE

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

SIMULASI PERPINDAHAN PANAS GEOMETRI FIN DATAR PADA HEAT EXCHANGER DENGAN ANSYS FLUENT

LTM TERMODINAMIKA TEKNIK KIMIA Pemicu

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Performa Kolektor Surya Pelat Bersirip Dengan Variasi Luasan Permukaan Sirip

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PERPINDAHAN PANAS (TKT 2503) Oleh: Ir. Murni Yuniwati, MT.

DINAMIKA FLUIDA II. Makalah Mekanika Fluida KELOMPOK 8: YONATHAN SUROSO RISKY MAHADJURA SWIT SIMBOLON

PENERAPAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER UNTUK PENENTUAN KINERJA PENUKAR KALOR

KAJI EKSPERIMENTAL DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA PORTABLE COLD BOX DENGAN THERMOELEKTRIK TEC

STUDI EKSPERIMENTAL UNJUK KERJA RADIATOR PADA SUMBER ENERGI PANAS PADA RANCANG BANGUN SIMULASI ALAT PENGERING

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan

Analisa Pengaruh Temperatur Air Terhadap Aliran fluida dan laju Pemanasan Pada Alat Pemanas Air

Diterima editor 22 September 2014 Disetujui untuk publikasi 14 Oktober 2014

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN BERLAWANAN DENGAN VARIASI PADA FLUIDA PANAS (AIR) DAN FLUIDA DINGIN (METANOL)

PENGARUH PERBANDINGAN TANPA SIRIP DENGAN SIRIP LURUS DENGAN ALIRAN AIR BERLAWANAN TERHADAP EFISIENSI PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER ABSTRAK

PERCOBAAN PENENTUAN KONDUKTIVITAS TERMAL BERBAGAI LOGAM DENGAN METODE GANDENGAN

DESAIN SISTEM PENDINGIN TRANSFORMATOR FREKUENSI TINGGI PADA MESIN BERKAS ELEKTRON 300 kev/20 ma

P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

Transkripsi:

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KECEPATAN UDARA (V) TERHADAP KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PAKSA PELAT DATAR Rikhardus Ufie * Abstract Effect of air velocity on heat transfer characteristics of flat plate; have been studied with forced convection heat transfer. Experimental research conducted by varying the air velocity (V) = 0.43 to 0.93 m/s with the characteristic length (L c ) = 0.50 m, the heat load (Q *) = 450 W, and room temperature (T ro ) = 28 o C is constant. Data were collected from 15-minute intervals for 5 hours in order to observe the characteristics of heat transfer with increasing air velocity (V) with a significant gradient. Characteristics of heat transfer namely the Reynolds number (Re), Nusselt number (Nu), convection coefficient (h) the optimum occurs at V = 0.93 m / s while the minimum V = 0.43 m/s, while the convection heat transfer rate (q konv ) occurred at optimal V = 0.63 m/s and a minimum at V = 0.43 m/s. Increasing air velocity (V) < 0.93 m, the heat transfer characteristics of the accelerated namely; Re rose 45.11%, Nu rose 67.13%, h rose 68.30% and the rate of convection heat transfer q konv on air velocity (V) = 0.64 m/s rose 9.89%. Keywords: Fluid velocity, flat plate, Reynolds number, Nusselt number, convection coefficient I. PENDAHULUAN Proses perpindahan panas (heat transfer processes) merupakan salah satu wujud transformasi energi dan sangat penting dalam berbagai bidang teknologi. Industri permesinan, pesawat terbang, pengeringan, pendinginan, dan sebagainya selalu melibatkan proses perpindahan panas (Bejan, 1998). Perencanaan mesin, sudu turbin tanpa melibatkan pengetahuan perpindahan panas akan menyebabkan panas yang berlebihan (over heating). Penguapan atau pemanasan cairan dan pencairan gas maupun pengawetan dengan cara pengeringan maupun pendinginan selalu melibatkan proses perpindahan panas. Perpindahan panas (heat transfer) merupakan proses perpindahan energi dari suatu daerah ke daerah yang lain sebagai akibat dari gradien temperatur antara daerah-daerah tersebut (Kreith, 1986). Umumnya mekanisme perpindahan panas dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu konduksi, radiasi dan konveksi. Perpindahan panas konveksi adalah proses transport energi dengan kerja gabungan dari konduksi panas, penyimpangan energi dan gerakan mencampur. Proses konveksi sangat penting sebagai mekanisme perpindahan energi antara benda padat, cair atau gas. Perpindahan panas konveksi dapat diklasifikasikan dalam konveksi bebas (free convection) dan konveksi paksa (forced convection). Bila gerakan mencampur berlangsung semata-mata sebagai akibat dari perbedaan kerapatan yang disebabkan gradien temperatur, maka itu adalah konveksi bebas/alamiah (natural). Bila gerakan mencampur disebabkan oleh suatu alat tertentu dari luar maka disebut konveksi paksa (Cengel, 1998). Fenomena perpindahan panas konveksi terdiri dari dua mekanisme, yaitu perpindahan energi sebagai akibat dari pergerakan molekular acak (difusi) dan energi yang dipindah secara makroskopik dari fluida. Pergerakan dari fluida ini dihubungkan dengan kenyataan bahwa setiap bagian, jumlah besar dari molekul bergerak secara bersama-sama atau sebagai gumpalan (Kays dan Crawford, 1993). Pergerakan ini dengan adanya gradien temperatur akan menaikan proses perpindahan panas. Karena molekul dalam gumpalan tetap berada pada pergerakan acak, perpindahan panas total kemudian merupakan penjumlahan dari transport energi oleh pergerakan acak molekul dan pergerakan makroskopik dari fluida. Perpindahan panas konveksi biasanya terjadi dalam berbagai bentuk penampang. Menurut (Incropera dan de Witt, 1996) mekanisme perpindahan panas di atas pelat datar merupakan salah satu contoh dari sekian banyak bentuk penampang yang sering kita jumpai dan sangat luas aplikasinya, misalnya pada setrika listrik, prosesor dan pada head mesin. Perpindahan panas konveksi pada pelat datar tergantung dari beban panas, temperatur permukaan, luas penampang, kecepatan fluida dan sebagainya. Dalam penelitian ini akan dirancang saluran udara di dalamnya diletakan pelat datar secara horisontal, dimana pelat datar tersebut akan dipanasi oleh sebuah heater dengan daya 450 W. Sekeliling diberikan isolasi asbes pada bagian bawah, samping kiri, samping kanan sebagai dinding adiabatik, sedangkan bagian atas adalah pelat datar sebagai dinding isothermal untuk memperlihatkan fenomena perpindahan panas konveksi paksa. Jika * Rikhardus Ufie, Dosen Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Unpatty

Rikhardus Ufie; Studi Eksperimental Pengaruh Kecepatan Udara (V) Terhadap 809 Karakteristik Perpindahan Panas Konveksi Paksa Pelat Datar memvariasikan kecepatan udara pada beban panas konstan, maka ada indikasi laju perpindahan panas akan meningkat. Kecepatan udara divariasikan dari 0,43 hingga 0,93 m/s. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar perubahan karakteristik perpindahan panas konveksi paksa akibat variasi kecepatan pada beban panas konstan. II. METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Variabel Penelitian Adapun variabel penelitian dibedakan atas variabel bebas yakni kecepatan (V) dan variabel terikat yakni karakteristik perpindahan panas pelat datar yakni: Re, Nu, h dan q konv. 2.2. Instalasi Penelitian 1 2 3 4 9. Animometer, untuk mengukur kecepatan udara. 10. Tachometer, untuk mengukur putaran kipas. 2.4. Teknik Pengambilan Data Pengukuran temperatur pada model uji dilakukan dengan menggunakan thermocouple dan dibaca dengan menggunakan display thermometer. Pembacaan temperatur dilakukan saat kondisi dari model uji dalam keadaan steady. Penempatan alat ukur pada model uji diperlihatkan pada gambar 2 di bawah ini. T V oo oo T ud,i q. T p,1 pelat T ro ISOLASI T p,2 Tud,i 6 7 5 Gambar 1. Instalasi penelitian Keterangan gambar: 1) pelat zenk 2) heater 3) pelat datar 4) kipas 5) asbes 6) saluran udara masuk dan 7) saluran udara keluar. 2.3. Prosedur Penelitian Adapun prosedur penelitian dari pelat datar sebagai berikut: 1. Pelat datar diletakkan diatas heater yang bagian dibawah diletakkan bahan isolasi (asbes), yang berfungsi sebagai penahan panas yang dihasilkan oleh heater agar tidak terbuang. Heater sebagai sumber panas dengan beban panas dianggap konstan (lihat gambar 1). 2. Pelat akan dimasukkan ke dalam suatu ruang dan diletakkan secara horisontal. 3. Kipas, digunakan untuk memvariasikan kecepatan fluida. 4. Termocontroller, untuk mengukur laju aliran listrik yang mengalir. 5. Termometer, untuk mengukur temperatur udara dalam ruangan (T ). 6. Thermocouple, untuk mengukur temperatur permukaan pelat (T p ), temperatur kamar (T ro ), temperatur udara masuk (T ud,i ) dan temperatur udara keluar (T ud,o ). 7. Regulator Daya, untuk mengukur daya. 8. Regulator suhu, untuk mengukur besar suhu dalam kamar (T ro ) Gambar 2. Lokasi pengukuran Keterangan : Tp = temperatur pelat, T ro = temperatur ruang, T ud,o = temperatur udara keluar, T ud,i = temperatur udara masuk. 2.5. Teknik Analisa Data Data hasil pengukuran akan dianalisa dengan menggunakan regresi berganda untuk mendapat karakteristik perpindahan panas konveksi paksa pelat datar yakni; bilangan Reynolds (R e ), bilangan Nusselt (Nu), koefisen perpindahan panas konveksi (h) dan laju perpindahan panas konveksi (q konv ). Kemudian menyimpulkan hasil penelitian. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Data Hasil Penelitian Pengujian dilakukan secara konveksi paksa dengan memvariasikan kecepatan udara (V) yakni 0.43 m/s hingga 0.93 m/s pada beban panas (Q*) sebesar 450 W, temperature ruang (T ro ) = 28 o C dan panjang karakteristik (Le) = 0.5 m konstan. Pengambilan data dilakukan setelah sistem dalam kondisi steady state, dengan temperatur sekeliling 28 o C dan tekanan 1 atm, diperoleh data seperti diperlihat dalam tabel 1 dan tabel 2, sebagai berikut :

810 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 5 Nomor 2, 2010: 808-812 Tabel 1. Data hasil pengukuran Putaran (n) = 2100 ; Beban panas (Q*) = 450 W Lc (m) V Tp1 Tp2 Tud,i Tud,o 0.500 3.2. Analisa Grafik 0.43 61.3 54.0 26.1 36.4 0.50 59.1 52.5 26.3 35.9 0.64 54.5 50.9 26.9 34.9 0.71 48.6 46.4 26.1 35.0 0.93 46.8 44.3 26.3 33.4 3.2.1. Pengaruh kecepatan udara terhadap bilangan Reynolds. Gambar 3 memperlihatkan bahwa semakin besar kecepatan udara (V) pada panjang karakteristik (L c ) konstan, maka harga bilangan Reynold (Re) akan semakin meningkat. Peningkatan bilangan Reynold (Re) akan mencapai optimal pada kecepatan udara (V) = 0.93 m/s dan minimum pada kecepatan udara (V) = 0.43 m/s. Untuk kecepatan udara (V) < 0.50 m/s terjadi peningkatan bilangan Reynold (Re) yang tidak signifikan dengan kenaikan landai dan untuk kecepatan udara (V) > 0.50 m/s terjadi pula kenaikan bilangan Reynold (Re) cukup signifikan dengan gradien kenaikan curam. Re = V.L 3.2.2. Pengaruh kecepatan udara terhadap bilangan Nusselt Gambar 4 memperlihatkan bahwa semakin besar kecepatan udara (V) pada panjang karakteristik (L c ) konstan, maka bilangan Nusselt akan meningkat tidak signifikan dengan kenaikan landai, kondisi ini terjadi pada kecepatan udara (V) < 0.50 m/s dan pada kecepatan udara (V) > 0.50 m/s terjadi pula kenaikan bilangan Nusselt (Nu) cukup signifikan dengan gradien kenaikan curam. Bilangan Nusselt optimal pada kecepatan udara (V) = 0.93 m/s dan minimum pada kecepatan udara (V) = 0.43 m/s. υ Gambar 4. Distribusi bilangan Nusselt (Nu) Gambar 3. Distribusi bilangan Reynolds (Re) Fenomena ini memperlihatkan bilangan Reynold (Re) merupakan rasio antara gaya inersia terhadap gaya viskous yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu. Semakin besar kecepatan udara (V), maka semakin besar pula bilangan Reynold (Re) dan juga sebaliknya bahwa semakin kecil kecepatan udara (V), maka semakin kecil pula bilangan Reynold. Kecepatan udara (V) yang besar akan menyebabkan efek pada aliran fluida sehingga udara yang mengalir diatas pelat juga semakin besar. Hal ini sesuai dengan persamaan : Fenomena ini terjadi karena semakin meningkatnya temperatur pelat rata-rata menyebabkan semakin curam gradien temperatur pelat rata-rata dengan temperatur sekeliling yang konstant, mengakibatkan bilangan Nusselt (Nu) pada sisi pelat semakin meningkat. Pada penelitian ini semakin meningkat temperatur pelat rata-rata maka bilangan Reynold mengalami penurunan. Bilangan Nusselt merupakan salah satu parameter yang sangat penting untuk mengetahui karakteristik perpindahan panas konveksi. Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, bahwa bilangan Nusselt (Nu) adalah rasio antara konduksi dan konveksi. Semakin meningkatnya bilangan Nusselt (Nu) sebagai akibat bertambahnya kecepatan udara (V). Karena bilangan Nusselt berbanding lurus dengan bilangan Reynold dan bilangan Pr, yang juga sesuai dengan persamaan : 1 1 Nu = 0.664 Re 2.Pr 3

Rikhardus Ufie; Studi Eksperimental Pengaruh Kecepatan Udara (V) Terhadap 811 Karakteristik Perpindahan Panas Konveksi Paksa Pelat Datar 3.2.3. Pengaruh kecepatan udara terhadap koefisien perpindahan panas konveksi Gambar 6. Distribusi laju perpindahan panas konveksi Gambar 5. Distribusi koefisien konveksi Gambar 5 memperlihatkan bahwa semakin besar kecepatan udara (V) pada panjang karakteristik (Le) konstan, maka koefisien perpindahan panas konveksi (h) semakin meningkat tidak signifikan dengan gradient kenaikan landai, kondisi ini terjadi pada kecepatan udara (V) < 0.50 m/s dan pada kecepatan udara (V) > 0.50 m/s terjadi pula kenaikan koefisien perindahan panas konveksi (h) cukup signifikan dengan gradient kenaikan curam. Fenomena ini terjadi karena bertambahnya kecepatan udara (V), maka temperature pelat ratarata menjadi meningkat sehingga mengakibatkan harga bilangan Reynolds (Re) meningkat pula. Dengan meningkatnya harga bilangan Reynolds (Re) ini mengakibatkan harga bilangan Nusselt (Nu) menjadi semakin meningkat dan sesuai sesuai dengan persamaan: Nu p k h = L 3.2.4. Pengaruh kecepatan udara terhadap laju perpindahan panas konveksi Gambar 6 memperlihatkan bahwa semakin besar kecepatan udara (v) pada panjang karakteristik (L c ) konstant, maka semakin meningkat pula Laju Perpindahan Panas Konveksi (q konv ). Kenaikan laju perpindahan panas konveksi (q konv ) cukup signifikan terjadi pada kecepatan udara (V) < 0.64 m/s dengan gradien kenaikan curam, sedangkan pada kecepatan udara (V) > 0.64 m/s terjadi penurunan laju perpindahan panas konveksi (q konv ) cukup signifikan dengan gradien penuruan curam. Laju perpindahan panas konveksi (q konv ) optimal pada kecepatan udara (V) = 0.64 m/s dan minimum pada kecepatan udara (v) = 0.43 m/s. Fenomena ini memperlihatkan laju perpindahan panas konveksi (q konv ) sangat didominasi oleh kenaikan temperatur pelat rata-rata, karena dengan semakin bertambahnya kecepatan udara untuk panjang karakteristik (L c ) konstan, maka temperatur pelat rata-rata akan semakin meningkat sehingga mengakibatkan gradien temperatur pelat dengan temperatur sekeliling menjadi curam. Kondisi ini terjadi pada kecepatan udara (V) < 0.64 m/s. Sebaliknya pada kondisi kecepatan udara (V) > 0.64 m/s semakin besar kecepatan udara (V) tidak berpengaruh lagi terhadap kenaikan temperatur rata-rata sehingga gradien temperatur pelat dengan temperatur sekeliling menjadi landai. Hal ini sesuai dengan persamaan laju perpindahan panas konveksi berbanding lurus dengan temperatur pelat rata-rata : IV. KESIMPULAN q konv = h. A (T p T ) Hasil penelitian eksperimen dengan memvariasikan kecepatan udara (V) = 0.43 m/s hingga 0.93 m/s pada panjang karakteristik (Le) = 0.5 m dan beban panas (Q*) = 450 W konstan terhadap karakteristik perpindahan panas pelat datar menghasilkan kesimpulan, sebagai berikut : 1. Karakteristik perpindahan panas yakni bilangan Reynolds (Re), bilangan Nusselt (Nu), koefisien konveksi (h) optimal terjadi pada V = 0.93 m/s sedangkan minimum V = 0.43 m/s, sedangkan laju perpindahan panas konveksi (qkonv) optimal terjadi pada V = 0.63 m/s dan minimum pada V = 0.43 m/s. 2. Semakin meningkat pada kecepatan udara (V) < 0.93 m, maka karakteristik perpindahan panas semakin terakselerasi yakni; Re naik 45.11%, Nu naik 67.13%, h naik 68.30% dan laju perpindahan panas konveksi q konv pada kecepatan udara (V) = 0.64 m/s naik 9.89%.

812 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 5 Nomor 2, 2010: 808-812 DAFTAR PUSTAKA Bejan, A., 1993., Heat Transfer, John Willey & Sons, Inc, New York. Cengel, Yunus, A., 1998, Heat Transfer a Practical Approach, McGraw-Hill, New York. Davies, M. R. D., 2000, On Gaseous Free Convection Heat Transfer with Well- Defined Boundary Condition, Journal of Heat Transfer, vol. 122, pp. 3-10. Incropera, Frank P. and David P. Dewitt., 1999., Fundamentals of Heat and Mass Transfer, Fourth Edition, John Willey & Sons Co, New York. Kays, W. M dan Crawford, M. E., 1993, Convective Heat and Mass Transfer, McGraw-Hill, Inc, New York. Kern, D.Q., 1983., Process Heat Transfer Mc- Graw Hill, Tokyo. Kreith, F dan Priyono, A., 1986 Prinsip-Prinsip Perpindahan Panas, Edisi ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta. Moran, Michael J. & Howard, N. Shapiro., 1993., Fundamental of Engineering Thermodynamics, 2 nd edition, John Willey & Sons, New York. Naylor, D dan Oosthuzen, P. H., 1999, Introduction to Convective Heat Transfer Analysis, McGraw-Hill, New York. Wark. K. Jr. dan Richards D. E., 1999, Termodinamics, Sixth edition, McGraw- Hill, Singapore.