II. BAHAN DAN METODE 2.1. Persiapan Wadah dan Media Budidaya Persiapan wadah dimulai dengan pembuatan wadah dan pemasangan sistem.wadah budidaya yang digunakan adalah ember dengan ketinggian 17 cm dan diameter 20 cm dengan saluran outlet berdiameter 2,2 cm. Sistem budidaya yang digunakan adalah sistem air mengalir dengan sumber air dari sumur bor yang ditampung dalam tandon berukuran 3 ton. Air dari tandon kemudian dialirkan menggunakan selang aerasi berdiameter 0,5 cm. Debit aliran yang digunakan adalah 1.000 ml/menit untuk volume air pada wadah sebesar 100 cm x 25 cm x 2 cm atau sekitar 5.000 ml (Chumaidi et al., 1988) atau sebesar 20%/menit dari volume air, karena volume air yang dipakai sebesar 628 ml (3,14x10 cm x10 cm x2 cm) maka debit dipertahankan pada kecepatan 125,6 ml/menit atau dibulatkan menjadi 126 ml/menit. Pengaturan debit dilakukan dengan mengatur klep saluran yang ada pada tiap wadah. Wadah percobaan dapat dilihat pada Gambar 1 dan desain sistem pada Gambar 2. 20 cm 2,2 cm 1 17cm 2 3 Keterangan : 1. Air dengan ketinggian 2 cm dari permukaan substrat 2. Substrat dengan ketinggian 6 cm dari dasar wadah 3. Saluran pembuangan Gambar 1. Desain wadah percobaan tampak samping. 3
S1 P1 A2 S2 P3 A1 S3 P2 A3 Keterangan : T : Tandon air : Inlet : Outlet A : Pupuk Kotoran Ayam Fermentasi (PKAF) P : Pupuk Kotoran Puyuh Fermentasi (PKPF) S : Pupuk Kotoran Sapi Fermentasi (PKSF) Gambar 2. Denah percobaan budidaya sistem air mengalir Media budidaya dibuat dengan mencampurkan pupuk perlakuan dan lumpur dengan perbandingan 1:1. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk kandang fermentasi dari kotoran ayam, kotoran sapi dan kotoran burung puyuh.pupuk kotoran sapi dan pupuk kotoran ayam yang digunakan berasal dari peternakan Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor di Darmaga, sedangkan pupuk kotoran burung puyuh diperoleh dari peternakan Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor di Cilibende. Pembuatan pupuk fermentasi didahului dengan pembuatan larutan aktivator, yaitu gula pasir sebanyak ¼ sendok makan (3,75 g) dan EM 4 (Effective Microorganism 4 ) sebanyak 4 ml dicampur ke dalam 300 ml air. Larutan ini digunakan untuk 10 kg pupuk perlakuan. Larutan aktivator tersebut dicampurkan dengan Pupuk dan diaduk merata. Campuran tersebut dimasukkan ke dalam plastik tertutup selama 5 hari. Setelah 5 hari, kotoran dijemur dengan bantuan cahaya matahari langsung hingga kering (Fadillah, 2004). Pupuk yang telah difermentasi selanjutnya dianalisis kandungan bahan organik, kadar C-Organik serta kadar N-Organiknya. Metode yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 2, sedangkan hasil analisis laboratorium terhadap ketiga pupuk dapat dilihat pada Tabel 1 dan Lampiran 3. 4
Tabel 1. Hasil analisis bahan organik dan C/N pada pupuk yang digunakan dalam penelitian No Bahan %TOM (Bobot Kering) C/N 1 Pupuk Kotoran Ayam Fermentasi (PKAF) 40,89 5,83 2 Pupuk Kotoran Puyuh Fermentasi (PKPF) 41,73 8,12 3 Pupuk Kotoran Sapi Fermentasi (PKSF) 38,21 14,42 Media budidaya yang sudah dibuat kemudian dimasukkan ke dalam wadah setinggi 6 cm. Wadah kemudian dialiri dengan air, lalu diatur agar air yang dimasukkan setinggi 2 cm. Setelah air dimasukkan kemudian didiamkan selama 10 hari. Pada saat didiamkan selama 10 hari, wadah ditutup agar tidak ada hama pengganggu seperti lalat yang masuk. Setelah 10 hari didiamkan, kemudian cacing sutra ditebar. Cacing ini diperoleh dari pengumpul cacing yang ada di wilayah Pasar Cibeureum, Kab. Bogor. Cacing ditebar secara merata dengan kepadatan 150 g/ m 2 atau sebanyak 4,71 g/wadah. Pemeliharaan dilakukan selama 40 hari dengan pemberian pupuk secara harian. Pupuk yang diberikan adalah pupuk perlakuan yang telah difermentasi menggunakan aktivator EM 4. Pupuk perlakuan yang digunakan adalah pupuk kandang dari kotoran sapi, ayam dan puyuh. Pemberian pupuk berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Findi (2011) yakni setiap satu kali sehari dengan dosis pupuk yang diberikan yaitu sebanyak 2,5 x biomassa cacing /wadah untuk pupuk kotoran sapi fermentasi. Karena pupuk kotoran ayam fermentasi dan kotoran puyuh fermentasi memiliki kadar air yang berbeda maka jumlah yang diberikan harus disamakan berdasarkan bobot keringnya dengan pupuk kotoran sapi fermentasi sehingga pemberian pupuk kotoran ayam fermentasi sebanyak 1,43 x biomassa cacing /wadah dan pupuk kotoran burung puyuh sebanyak 1,15 x biomassa cacing /wadah. Pupuk diberikan dengan cara ditebar secara merata setelah aliran air dihentikan terlebih dahulu. Setelah penebaran pupuk, 10 menit kemudian air dapat dialirkan kembali ke dalam wadah. Pengambilan contoh (sampling) cacing sutra dan parameter lingkungan dilakukan setiap 10 hari sekali. Sampling cacing sutra dilakukan pada 3 tempat dalam setiap wadah, yaitu inlet (pemasukan), tengah, dan outlet (pengeluaran). 5
Sampling dilakukan dengan memasukkan pipa berdiameter 2,2 cm (luas permukaan lubang 4,9 cm 2 ) ke dalam substrat, lalu pipa diangkat dengan menutup lubang bagian bawah. Substrat yang telah diambil kemudian ditampung dalam seser lalu dicuci dengan air mengalir. Substrat yang telah dibersihkan kemudian disebarkan ke dalam baki, lalu kemudian cacing dipisahkan dari substrat dalam baki tersebut dengan menggunakan pipet. 2.2 Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam percobaan ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan, masing-masing diulang sebanyak 3 kali. Adapun perlakuan tersebut adalah sebagai berikut : Pemakaian pupuk kotoran ayam fermentasi (PKAF). Pemakaian pupuk kotoran puyuh fermentasi (PKPF). Pemakaian pupuk kotoran sapi fermentasi (PKSF). Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisisis menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS 17.0. Pengujian yang dilakukan meliputi uji normalitas Shapiro-Wink (P>0,05), analisis Ragam (ANOVA) (P>0,05). Bila Uji normalitas menunjukkan P>0,05 maka dilanjutkan dengan uji ANOVA dan bila ANOVA memiliki F hitung > F table (P>0,05), maka dapat dilanjutkan uji Tukey. Model statistik yang digunakan sesuai dengan Steel dan Torrie (1993) yaitu : Y ij = µ + σ i + є ij Keterangan : Y ij = Hasil pengamatan µ = Rata-rata umum σ i = Pengaruh perlakuan ke-i = Pengaruh galat akibat perlakuan ke-i ulangan ke-j є ij Hipotesis : H0 = perlakuan pemakaian pupuk kandang dari kotoran sapi, ayam dan puyuh yang difermentasi tidak memberikan pengaruh terhadap peningkatan populasi dan biomassa cacing oligochaeta H1 = perlakuan pemakaian pupuk kandang dari kotoran sapi, ayam dan puyuh yang difermentasi memberikan pengaruh terhadap peningkatan populasi dan biomassa cacing oligochaeta 6
2.3. Parameter Bioteknis 2.3.1. Biomassa Biomassa dihitung dengan menggunakan rumus B= Keterangan : B : Biomassa (g/ m 2 ) s : Bobot Sampel (g) lw : Luasan substrat wadah (m 2 ) ls : Luasan substrat sampel (m 2 ) 2.3.2 Laju Pertumbuhan Biomassa Spesifik (LPBS) rumus : Laju pertumbuhan biomasssa spesifik dapat dihitung dengan menggunakan LPBS = x 100% Keterangan : LPBS B t B 0 t : Laju pertumbuhan biomassa spesifik pada hari ke-t : Biomassa pada hari ke-t : Biomassa pada hari ke-0 : Waktu pengamatan pada hari ke-t 2.3.3. Jumlah Pupuk (JP) Jumlah Pupuk adalah jumlah pupuk yang digunakan selama masa pemeliharaan. JP diketahui dengan menjumlahkan seluruh bobot pupuk yang digunakan setiap perlakuan selama masa pemeliharaan. 2.3.4. Konversi Pupuk (KP) Konversi pupuk adalah sejumlah pupuk yang digunakan untuk meningkatkan biomassa cacing sutra sebanyak 1 kg. Rumus dari konversi pupuk ini dapat disamakan dengan rumus konversi pakan yaitu: Keterangan : KP JP B t B 0 : Konversi Pupuk : Jumlah Pupuk dari hari ke-0 sampai hari ke-t : Biomassa pada hari ke-t : Biomassa pada hari ke-0 7
2.3.5 Parameter Kualitas Air Parameter kualitas air yang diukur adalah suhu, oksigen terlarut (DO), dan ph yang diukur setiap sepuluh hari. Pengambilan sampel air untuk mengamati nilai suhu, ph dan DO dilakukan pada bagian outlet menggunakan botol plastik. Tabel 2. Parameter kualitas air, satuan, dan alat ukur Parameter Satuan Alat Ukur Suhu o C DO meter Oksigen terlarut Ppm DO meter ph - ph meter 2.4. Parameter Ekonomis Parameter ekonomis dikaji untuk menentukan kelayakan dan keberhasilan budidaya apabila dilakukan dalam skala usaha. Parameter ekonomis yang dikaji terdiri dari dua aspek yaitu analisis keuntungan dan analisis usaha dari budidaya cacing sutra. Analisis Keuntungan terdiri dari untung/rugi dan R/C ratio, sedangkan analisis usaha terdiri dari Harga Pokok Produksi (HPP), Payback Period (PP) dan Break Even Point (BEP). Penerimaan adalah jumlah produk yang dihasilkan dikalikan dengan harga produk. Penerimaan dapat dihitung menggunakan rumus Martin et al., (2005): Keterangan : TR = Total Revenue (total penerimaan) Q = Quantity (Biomassa cacing sutra yang dijual) P = Price (Harga cacing sutra per kg) Keuntungan adalah selisih antara total penerimaan dan total biaya. Keuntungan dapat dihitung menggunakan rumus Martin et al. (2005): - Keterangan : = Keuntungan TR = Total Revenue (total penerimaan) TC = Total Cost (total pengeluaran) 8
Analisis Revenue of Cost (R/C) merupakan alat analisis yang digunakan untuk melihat pendapatan relatif suatu usaha dalam 1 tahun terhadap biaya yang dipakai dalam kegiatan tersebut. Suatu usaha dikatakan layak jika nilai R/C lebih besar dari 1 (R/C > 1). Semakin tinggi nilai R/C maka tingkat keuntungan suatu usaha akan semakin tinggi (Mahyuddin, 2007). Nilai R/C dapat dihitung menggunakan rumus menurut Mahyuddin (2007): R/C ratio = Keterangan : TR = Total Revenue (total penerimaan) TC = Total Cost (total pengeluaran) HPP merupakan nilai atau biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi 1 unit produk (Rahardi et al., 1998). HPP dihitung menggunakan rumus berikut : HPP = Keterangan : Q = Total Cost (total pengeluaran) = Quantity (Nilai hasil produksi/biomassa cacing sutra) Analisis PP atau tingkat pengembalian investasi yaitu suatu periode yang menunjukkan berapa lama modal yang ditanamkan dalam suatu usaha dapat kembali (Rangkuti, 2006). Semakin kecil angka yang dihasilkan mempunyai arti semakin cepat tingkat pengembalian investasinya, maka usaha tersebut semakin baik untuk dilaksanakan (Kasmir dan Jakfar, 2003). Payback Period dapat hitung menggunakan rumus menurut Rangkuti (2006): PP = 1 tahun Keterangan : I = Biaya Investasi = Keuntungan BEP merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengetahui batas nilai produksi atau volume produksi suatu usaha mencapai titik impas, yaitu tidak untung dan tidak rugi. Menurut Martin et al. (2005), BEP penerimaan (BEPp) menunjukkan bahwa produksi dikatakan impas jika memperoleh penerimaan sebesar nominal tertentu, sedangkan BEP unit (BEPu) menunjukkan bahwa 9
produksi dikatakan impas jika telah melakukan penjualan sebesar jumlah tertentu. BEPp dan BEPu dapat dihitung menggunakan rumus berikut : BEP p (Rp) = - BEP u (kg) = - Keterangan : TFC = Total Fix Cost (Biaya Tetap) TVC = Total Variable Cost (Biaya Variabel) P = Price (Harga per kg) TR = Total Revenue (Penerimaan) Q = Quantity (Nilai hasil produksi/biomassa cacing sutra) 10