I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal)

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Sumber daya manusia yang berkualitas akan mampu. diberikan melalui pendidikan formal di sekolah maupun di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. serta prinsip-prinsip, sehingga membantu memiliki makna bagi subjek didik.

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab sebagai warga. mendasar bagi peningkatan mutu pendidikan secara nasional.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

I. PENDAHULUAN. lain-lain. Perubahan itu merupakan kecakapan baru yang terjadi karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar

BAB I PENDAHULUAN. di tingkat dasar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu sendiri. mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses dalam mengembangkan potensi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saca Firmansyah (2008) menyatakan bahwa partisipasi adalah

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

BAB I PENDAHULUAN. dan melalui pendekatan mata pelajaran untuk kelas tinggi (kelas IV s.d VI).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kemajuan iptek ini tidak lepas dari perubahan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kepribadiannya berlandaskan dengan nilai-nilai baik di dalam masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pada tiap jenjang dan jenis. pendidikan disusun kurikulum yang digunakan sebagai acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dianggap belum mampu bersaing dengan dunia luar. hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Dalam Undang-undang. tentang pengertian pendidikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia baik sebagai

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP N 10 PADANG JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. 1. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan. dari sistem nilai pancasila yang bersumber dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. orang bisa menjadi apa yang dia inginkan serta dengan pendidikan pula

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Adanya pemberian pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan akademis dan psikologis setiap manusia dalam hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat membutuhkan yang namanya pendidikan. Dunia pendidikan sekarang ini tengah menghadapi tantangan dalam cepatnya arus globalisasi. Dunia pendidikan dituntut agar dapat mendorong dan mengupayakan peningkatan kemampuan dasar untuk menjadi individu unggul dan memiliki daya saing yang kuat secara cepat. Adanya isu sentral rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan membuat lembaga pendidikan seperti sekolah dituntut untuk mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten. Di tambah lagi adanya otonomi daerah juga membawa perubahan-perubahan serta penyesuaian pendidikan demokratis, yang sangat memperhatikan keragaman kebutuhan daerah dan pembelajar itu sendiri. Timbulnya berbagai tuntutan tersebut membawa konsekuensi pada perubahan paradigma dalam belajar mengajar menjadi pembelajaran. Dalam

2 pembelajaran guru memegang peranan yang sangat penting guru sebagai pelaku dan sutradara. Guru mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran di sekolah. Guru sebagai tenaga professional harus memiliki sejumlah kemampuan mengaplikasikan berbagai teori belajar dalam pembelajaran, kemampuan dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang efektif dan efisien, menggunakan media pembelajaran serta kemampuan melibatkan siswa berpartisipasi aktif, kemampuan membuat suasana belajar yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan Sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk warga negara yang berbudi pekerti luhur serta bertanggung jawab terhadap bangsa dan negara, seperti tercantum dalam Undang Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3, menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2003: 6). Uraian diatas menunjukkan bahwa Pendidikan Nasional tidak hanya diprioritaskan pada kemampuan berfikir saja, tetapi juga usaha untuk

3 menumbuhkan pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran yang dicerminkan pada tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari seorang siswa. Mengkaji kurikulum KTSP yang digunakan saat ini, mata pelajaran IPS di SMP merupakan hasil penggabungan dari empat mata pelajaran dasar, yaitu Ekonomi, Geografi, Sosiologi dan Sejarah, terdapat berbagai penyesuaian dalam pembelajarannya, dikarenakan guru harus sebisa mungkin memberikan kemudahan pada siswa-siswanya untuk dapat menguasai dan memahami materi-materi dalam IPS. IPS adalah mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial serta berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia (Depdiknas, 2003). Pelajaran IPS perlu difungsikan sebagai wahana untuk menumbuh kembangkan kecerdasan, kemampuan dan ketrampilan siswa, karena pelajaran IPS merupakan pembelajaran yang berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Sesuai dengan tujuan pelajaran IPS agar peserta didik memiliki kemampuan seperti mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan, memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis, dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusian, memiliki kemampuan

4 berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk pada tingkat lokal, nasional, dan global. Berdasarkan uraian di atas, terdapat relevansi antara tujuan pendidikan IPS dengan tujuan Pendidikan Nasional, yang pada intinya adalah tidak hanya mengembangkan aspek kognitif saja, melainkan mengembangkan aspek afektif dan psikomotorik secara bersamaan. Namun pada kenyataanya pelajaran IPS dianggap sebagai materi pelengkap pembelajaran saja, bukan sebagai pelajaran pokok. Untuk mewujudkan fungsi dan tujuan nasional serta pembelajaran IPS tersebut, peran lembaga pendidikan atau sekolah menjadi sangat penting. Sekolah sebagai lembaga pendidikan idealnya harus mampu melakukan proses edukasi, sosialisasi, dan transformasi. Dengan kata lain, sekolah yang bermutu adalah sekolah yang mampu berperan sebagai proses edukasi yakni proses pendidikan, proses sosialisasi yaitu proses bermasyarakat terutama bagi anak didik, dan wadah proses transformasi yakni proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik dan lebih maju. Dalam proses pendidikan ada dua komponen yang sangat berperan membantu dan mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan, yakni komponen instrumental dan komponen environmental. Komponen instrumental meliputi guru dan non-guru, materi, metode atau strategi, media, biaya, dan sebagainya. Adapun komponen environmental meliputi lingkungan fisik, sosial, dan psikis. Setiap komponen environmental saling berkaitan dan berperan sesuai dengan fungsinya untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal (Prihatin, 2008 : 2).

5 Khusus untuk komponen instrumental yang meliputi guru, hendaknya selalu berusaha untuk mengembangkan diri dengan melakukan inovasi-inovasi dalam melakukan perubahan. Guru mampu memiliki kreatifitas dalam merancang, kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. Selain harus memiliki strategi pembelajaran, media pembelajaran juga mempunyai kontribusi dalam meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar. Pembelajaran dengan media pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan aktivitas dan rangsangan dalam kegiatan belajar. Karenanya diharapkan guru berani mengubah paradigma pembelajaran konvensional yang selama ini digunakan serta mampu mensetting pembelajaran yang mendorong keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Komponen Instrumental yang lain, yaitu materi dalam pembelajaran IPS khususnya pada standar kompetensi penyimpangan sosial pada kelas VIII SMP Negeri 3 Menggala masih dianggap materi yang sulit untuk dipahami. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa, mereka mengakui kesulitan untuk memahami mengenai penyimpangan sosial yang ada di keluarga maupun masyarakat, padahal tanpa mereka sadari banyak penyimpangan yang telah mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari seperti membolos, merokok, ataupun berkelahi. Selain itu siswa menganggap materi sosiologi masih cukup asing untuk dipahami karena selalu berkaitan dengan teori-teori kemasyarakatan

6 Berdasarkan hasil pra-penelitian pada prestasi belajar IPS materi penyimpangan sosial masih sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai yang masih dibawah standar nilai KKM yaitu 62. Dari data ini diperoleh fakta bahwa hanya 8 orang siswa yang tuntas dan sisanya 45 orang siswa belum tuntas, sehingga perlu dilakukan tindakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui pemanfatan media gambar dalam pembelajaran IPS. Komponen lain yang sangat menentukan dalam hal keberhasilan pembelajaran adalah kemampuan dasar yang dimiliki siswa. Menurut Piaget perkembangan kognitif menjadi empat tahapan, yaitu : (1) tahap sensori motoris, (2) tahap praoperasional, (3) tahap operasional konkrit, dan (4) tahap operasional formal. Empat tahapan diatas, yaitu: tahap sensori motoris dialami pada usia 0-2 tahun, anak pada usia ini dalam masa pertumbuhan yang ditandai dengan kecenderungan-kecenderungan sensori-motoris yang amat jelas. Pada tahap praoperasional berlangsung pada usia 2-7 tahun dan disebut dengan tahap intuisi sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif dalam arti semua perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh pemikiran tapi oleh unsur perasaan, kecenderungan alamiah, sikap-sikap yang diperoleh dari orang-orang bermakna, dan lingkungan sekitarnya. Kemudian pada tahap operasional konkrit berlangsung antara usia 7 11 tahun dimana anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkrit dan sudah mulai berkembangnya rasa ingin tahu.

7 Pada tahap ini juga anak sudah mulai memahami hubungan fungsional karena mereka sudah menguji coba suatu permasalahan. Cara berpikir anak yang masih bersifat konkrit menyebabkan mereka belum mampu menangkap yang abstrak atau melakukan abstraksi tentang sesuatu yang konkrit. Pada tahap yang terakhir yaitu tahap operasional formal dialami oleh anak pada usia 11 tahun ke atas, anak pada masa ini telah mampu mewujudkan suatu keseluruhan dalam pekerjaannya yang merupakan hasil dari berpikir logis. Pada tahap ini juga aspek moral dan perasaannya juga telah berkembang sehingga dapat mendukung penyelesaian tugas-tugasnya. Berdasarkan uraian tersebut siswa SMP kelas VIII dapat dikategorikan dalam tahap operasional formal karena siswa kelas VIII SMPN 3 Menggala rata-rata berusia 13 14 tahun. Karakteristik siswa kelas VIII SMPN 3 Menggala pada tahap operasioanl konkrit, dimana siswa belum dapat menangkap pembelajaran yang bersifat abstrak secara maksimal meskipun cara berpikirnya sudah nampak sistematis dan logis. Latar belakang keluarga yang berasal dari kelas menengah ke bawah dan kondisi orang tua yang masih jauh dari kesejahteraan menjadikan siswa sangat sulit menerima pembelajaran dengan baik, karena pada sisi ini siswa tidak diseimbangkan dengan pola asuh yang baik dalam keluarga. Ditambah dengan tradisi kebudayaan masyarakat sekitar yang masih berpegangan erat pada nilai-nilai tradisi yang menjadikan kegiatan di sekolah hanya sebagai suatu rutinitas untuk bermain dan berkumpul dengan teman. Rendahnya minat siswa untuk belajar dan menerima pelajaran di sekolah menjadikan salah satu faktor pemilihan penggunaan media gambar dalam pembelajaran IPS di kelas

8 tersebut. Karena dimungkinkan dengan penggunaan media yang sering dilihat dan akan ditampilkan di kelas membuat pembelajaran dan prestasi siswa menjadi meningkat. Pilihan media gambar yang dijadikan sebagai media pembelajaran didasarkan pada hasil wawancara langsung dengan beberapa siswa tentang pengetahuan mereka mengenai penyimpangan sosial, ternyata siswa tidak mengerti banyak mengenai penyimpangan sosial, padahal tanpa disadari siswa pun sering melakukan penyimpangan seperti membolos maupun merokok. Pembelajaran dengan memberikan contoh berupa gambar dan mengkaitkannya langsung pembelajaran diharapkan siswa mampu memahami materi dengan keadan yang ada disekitarnya. Aktivitas siswa pada pembelajaran sebelumnya juga menunjukkan belum tumbuhnya motivasi belajar pada siswa sehingga pembelajaran tampak tidak antusias dan pasif. Hal ini dimungkinkan belum dimanfaatkannya media pembelajaran yang mampu menumbuhkan minat dan motivasi siswa. Selain hal yang telah diuraikan sebelumnya, pilihan media gambar pada penelitian ini dikarenakan guru tidak harus mengeluarkan biaya yang besar untuk mendukung berlangsungnya pembelajaran yang lebih bermakna. Peran media pembelajaran sangat penting dalam pembelajaran karena media adalah alat perantara informasi, membantu siswa mempercepat pemahaman materi pelajaran. Media sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Alat-alat ini dipakai dalam pembelajaran dengan maksud untuk membuat cara berkomunikasi lebih

9 efektif dan efisien. Dengan menggunakan alat-alat ini, guru dan siswa dapat berkomunikasi lebih baik dan interaksinya terarah. Sedangkan menurut Gagne dan Briggs (1975:4) dalam Arsyad (2006:4) media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari: buku, tape recorder, benda nyata, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional dilingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Karakteristik media gambar dapat digunakan dalam kegiatan belajar dalam bentuk sebagaimana adanya tidak perlu dimodifikasi, tidak ada pengubahan kecuali dipindahkan dari kondisi lingkungan aslinya. Ciri media gambar adalah benda yang masih dalam keadaan utuh, dapat dioperasikan, hidup, dalam ukuran yang sebenarnya dan dapat dikenali sebagai wujud aslinya. Media gambar sangat bermanfaat terutama bagi siswa yang memiliki kemapuan verbal rendah. Keterlibatan siswa dilandasi aktivitas dan minat yang tinggi dari siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan juga dari pihak guru dituntut untuk menguasai penggunaan berbagai macam media dan strategi pembelajaran. Melalui proses komunikasi, pesan atau informasi dapat diserap dan dihayati orang lain. Agar tidak terjadi kesesatan dalam proses komunikasi perlu digunakan sarana yang membantu proses komunikasi yang disebut media. Media pembelajaran mempunyai kontribusi dalam meningkatkan aktivitas

10 dan motivasi siswa dalam belajar. Pemakaian media pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan aktivitas dan rangsangan dalam kegiatan belajar. Guru diharapkan berani mengubah paradigma pembelajaran konvensional yang selama ini digunakan serta mampu merancang pembelajaran sehingga mampu mendorong keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran media yang digunakan untuk memperlancar komunikasi pembelajaran disebut media pembelajaran atau media instruksional edukatif. Ada beragam media pembelajaran yang dapat digunakan, salah satunya adalah dengan media gambar. Berdasarkan temuan di lapangan dan kajian teori pada uraian di atas, timbul suatu asumsi bahwa untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar IPS dapat diupayakan dengan menggunakan media pembelajaran berupa gambar. Pembelajaran dengan menggunakan media gambar dalam pembelajaran diharapkan mampu memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan siswa. Selain itu pembelajaran dengan media pembelajaran ada sebagai salah satu upaya untuk mempertinggi proses interaksi guru dengan siswa dan interaksi siswa dengan lingkungan belajar. Secara garis besar fungsi utama penggunaan media gambar adalah fungsi edukatif yang artinya mendidik dan memberikan pengaruh positif pada pendidikan dan fungsi sosial yang artinya memberikan informasi yang autentik dan pengalaman berbagai bidang kehidupan dan memberikan konsep yang sama kepada setiap orang. Dari sisi lain media gambar dinilai dapat menumbuhkan dan memberikan hubungan antara isi materi dengan

11 dunia nyata. Agar menjadi efektif gambar sebaiknya ditetapkan pada konteks yang bermakna dan siswa dapat berinteraksi dengan gambar itu untuk meyakini terjadinya proses transformasi. Media gambar memiliki empat fungsi diantranya adalah fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. Fungsi atensi merupakan inti yaitu menarik dan mengarahkan siswa untuk berkonsentrasi pada isi pelajaran. Fungsi afektif dapat telihat pada tingkatan kenikmatan siswa ketika belajar, karena gambar dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Fungsi kognitif terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkap bahwa gambar memperlancar pencapain tujuan untuk memahami dan mengingat informasi yang terkandung dalam gambar tersebut. Sedangkaan fungsi kompensantoris terlihat dari hasil yang memberikan konteks untuk mengkondisikan siswa yang lemah dan lambat memahami isi pelajaran yang disajikan secara verbal. Belajar melalui media gambar akan menstimulus anak yang kemudian akan berdampak pada hasil belajar yang baik dimana siswa akan mengingat, mengenali kembali, daan menghubung-hubungkan antara fakta dan dan konsep. Pesan atau informasi dapat berupa pengetahuan, keahlian, ide, pengalaman, dan lain sebagainya. Pembelajaran IPS dengan menggunakan media gambar diharapkan akan dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Akan tetapi kendalanya di lapangan guru-guru IPS belum terbiasa menggunakan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran. Padahal idealnya untuk menarik perhatian dan minat peserta didik terhadap pembelajaran IPS

12 harus dibuat tampilan media pembelajaran yang unik, menarik, baik warna, teks, bentuk dan ilustrasinya. Pembelajaran dengan menggunakan media gambar sebagai alat bantu pembelajaran, memegang peranan sangat penting dalam proses belajar. Keterbatasan para guru dalam menggunakan media pembelajaran berdampak pada lemahnya aktivitas dan prestasi belajar siswa. Upaya mengatasi masalah kekurangan pembelajaran IPS, peneliti menggunakan media gambar dalam pembelajaran. Solusi penggunaan media gambar dalam pembelajaran ini diharapkan mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa kemudian yang pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Pembelajaran dengan menggunakan media gambar yang digunakan diharapkan mampu merangsang kerja otak sehingga terrekam dalam memori sehingga siswa dapat mengetahui secara jelas tentang apa yang diberikan dan siswa memperoleh kesempatan dalam menerima pengetahuan. Terkait belum optimalnya hasil belajar IPS siswa SMP Negeri 3 Menggala maka penulis berupaya untuk menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media gambar sebagai salah satu alternatif pembelajaran bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan 1. 2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, indentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Guru belum membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang baik

13 b) Interaksi pembelajaran dalam kelas cenderung pasif dikarenakan siswa hanya menjadi pendengar c) Aktivitas belajar siswa yang masih rendah dalam pembelajaran. d) Belum dimanfatkannya media gambar sebagai media pembelajaran e) Guru belum kreatif dalam melakukan pembelajaran, karena masih bersifat konvensional f) Belum dimanfaatkannya media gambar sebagai alat bantu dalam pembelajaran g) Sistem evaluasi pembelajaran yang belum dibuat dengan baik h) Prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS yang masih rendah dikarenakan belum mencapai nilai sesuai standar KKM mata pelajaran IPS 1.3 Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dalam penelitian ini meliputi : a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPS yang belum dibuat dengan baik b) Aktivitas belajar dalam pembelajaran IPS yang masih rendah c) Sistem evaluasi pembelajaran IPS yang kurang baik d) Prestasi belajar siswa yang belum memenuhi standar KKM e) Belum dimanfaatkannya media gambar untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa

14 1. 4. Perumusan Masalah Berkaitan dengan pembatasan masalah di atas, masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: a) Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan menggunakan media gambar untuk meningkatkan prestasi belajar siswa? b) Bagaimana pembelajaran dengan menggunakan media gambar untuk meningkatkan prestasi belajar siswa? c) Bagaimana sistem evaluasi pembelajaran dengan menggunakan media gambar untuk meningkatkan prestasi belajar siswa? d) Bagaimana peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan media gambar? 1. 5. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan : a) Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan media gambar b) Proses aktivitas pembelajaran dengan menggunakan media gambar c) Sistem evaluasi pembelajaran dengan menggunakan media gambar d) Peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan media gambar 1. 6. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah a) Bagi Siswa

15 Memperbaiki aktivitas belajar siswa dalam memperoleh pengalaman belajar secara langsung sehingga siswa dapat memanfaatkan media gambar untuk meningkatkan prestasi belajar. b) Bagi Guru Memperbaiki cara pembelajaran dengan menggunakan media gambar sebagai pola dan strategi pembelajaran yang tepat. Selain itu guru memiliki gambaran mengenai pembelajaran yang efektif, dapat mengidentifikasi permasalahan belajar yang ada dalam kelas, dapat mencari solusi untuk pemecahan masalah tersebut. c) Bagi Sekolah Menjadi masukan bagi sekolah untuk mengembangkan citra sekolah yang kemudian diharapkan dapat bermanfaat bagi output atau lulusan sehingga menjadi lebih bermutu dan meningkatkan kualitas sekolah. 1.7. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah a) Ruang Lingkup Penelitian Lingkup penelitian ini meliputi: 1. Pembelajaran dengan menggunakan media gambar seperi media non-proyeksi, media proyeksi, dan media audio visual) 2. Peningkatan aktivitas siswa yang meliputi lima indikator (mengerjakan LKS, mencatat, berdiskusi, menjawab, bertanya) 3. Peningkatan pretasi belajar siswa yang mencangkup ketuntasan siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada tes formatif

16 b) Ruang lingkup keilmuan Dalam ilmu pendidikan khususnya tehnologi pendidikan, pembelajaran dengan menggunakan media gambar merupakan salah satu cangkupan dalam teknologi pendidikan khususnya kawasan utilizes ( pemanfaatan )

17