PETROGENESA LAVA GUNUNG RINJANI SEBELUM PEMBENTUKAN KALDERA

dokumen-dokumen yang mirip
PETROGENESA BATUAN LAVA GUNUNG BARUJARI DAN GUNUNG ROMBONGAN, KOMPLEK GUNUNG RINJANI

PETROGENESIS BATUAN ANDESIT BUKIT CANGKRING, DAERAH JELEKONG, KECAMATAN BALEENDAH, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT

INTERPRETASI HASIL ANALISIS GEOKIMIA BATUAN GUNUNGAPI RUANG, SULAWESI UTARA

Adi Hardiyono Laboratorium Petrologi dan Mineralogi, Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran ABSTRACT

PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Oktober 2014

A B C D E A B C D E. A B C D E A B C D E // - Nikol X Nikol mm P mm

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

Lokasi : Lubuk Berangin Satuan Batuan : Lava Tua Koordinat : mt, mu A B C D E F G A B C D E F G

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

Batuan Gunungapi Sibual Buali, Sumatera Utara (Sofyan Primulyana, dkk)

Lampiran 1.1 Analisis Petrografi

OKSIDA GRANIT DIORIT GABRO PERIDOTIT SiO2 72,08 51,86 48,36

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

DAFTAR PUSTAKA. Bemmelen, R.W., van, 1949, The Geology of Indonesia, Vol. I-A, Gov. Printed

MODUL III DIFERENSIASI DAN ASIMILASI MAGMA

Petrogenesa Batuan Beku

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan praktikum mineral optik hanya mendeskripsikan mineralnya saja.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

KUBAH LAVA SEBAGAI SALAH SATU CIRI HASIL LETUSAN G. KELUD

Perbedaan Karakteristik Mineralogi Matriks Breksi Vulkanik Pada Endapan Fasies Proksimal Atas-Bawah Gunung Galunggung

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TATANAN GEOLOGI

BATUAN BEKU IGNEOUS ROCKS

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

Bab III Karakteristik Alterasi Hidrotermal

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

GEOKIMIA UNSUR-UNSUR UTAMA BATUAN GUNUNGAPI PAPANDAYAN, JAWA BARAT. Eka Kadasetia Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi.

1.1 Hasil Analisis Petrografi 1.2. Lampiran 1

Gambar 2.1 Siklus batuan, tanda panah hitam merupakan siklus lengkap, tanda panah putih merupakan siklus yang dapat terputus.

BAB II PETROLOGI BATUAN BEKU EKSTRUSI A. PENGERTIAN BATUAN BEKU EKSTRUSIF

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL

BAB 4 ALTERASI HIDROTERMAL

Magma dalam kerak bumi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

REKAMAN DATA LAPANGAN

5.2. G. WETAR, Kepulauan Banda, Maluku

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PETROGENESIS DAN PROSES PELAPUKAN BATUAN PENYUSUN CANDI PRAMBANAN BERDASARKAN ANALISIS PETROGRAFI DAN GEOKIMIA

(A Comparative study of norm analyses between CIPW and Linear Programming (LPNORM) methods)

Klasifikasi Normatif Batuan Beku dari Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Menggunakan Software K-Ware Magma

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan

KUALITAS BATUAN BEKU ANDESITIS BERDASARKAN PENDEKATAN KUAT TEKAN DAN PETROLOGI

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Solusi. Latihan 1. Bahan : Geologi -1

Petrogenesa Batuan Beku di Daerah Godean

(25-50%) terubah tetapi tekstur asalnya masih ada.

Semakin ke arah dacite, kandungan silikanya semakin besar.

ASOSIASI BATUAN BEKU TERHADAP LEMPENG TEKTONIK

What is a rocks? A rock is a naturally formed aggregate composed of one or more mineral

BAB III ALTERASI HIDROTERMAL

TUGAS VULKANOLOGI ANALISA GUNUNG RINJANI BERDASARKAN TIPE LETUSAN DAN DATA GEOKIMIA

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas subduksi antara lempeng Indo-Australia dengan bagian selatan dari

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL

DERET BOWEN DAN KLASIFIKASI BATUAN BEKU ASAM DAN BASA

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU

HUBUNGAN NILAI GAMMA RAY DENGAN BATUAN PIROKLASTIK DI DAERAH CIBIRU DAN SEKITARNYA, KOTA BANDUNG, PROVINSI JAWA BARAT

Petrologi Tersier Pliosen Intrusi (Tpi) pada Sumur KL , Grasberg, Papua-Indonesia

7.2. G. GAMKONORA, Halmahera - Maluku Utara

STUDI PETROGRAFI BATUAN BEKU GUNUNG SINGA BOGOR - JAWA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PETROLOGI DAN PETROGRAFI SATUAN BREKSI VULKANIK DAN SATUAN TUF KASAR PADA FORMASI JAMPANG, DAERAH CIMANGGU DAN SEKITARNYA, JAWA BARAT

LAPORAN PRAKTIKUM PETROLOGI

BATUAN BEKU. Disusun Oleh :

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

A. BATUAN BEKU ULTRABASA (ULTRAMAFIK)

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN

Morfologi dan Litologi Batuan Daerah Gunung Ungaran

Identifikasi Karakteristik Aktivitas Gunung Api Merbabu Didasarkan Pada Petrologi dan Vulkanostratigrafi

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

Bab II Tatanan Geologi Daerah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa (Busur Sunda) merupakan daerah dengan s umber daya panas

BAB V PEMBAHASAN. Untuk mengetahui gambaran penyebaran kandungan komposisi kimia secara

TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Lamongan dan di sebelah barat Gunung Argapura. Secara administratif, Ranu Segaran masuk

ACARA IX MINERALOGI OPTIK ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN

Potensi Tanah Mengembang Wilayah Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat

MAKALAH BATUAN BEKU BAB I PENDAHULUAN

Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 27

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

GEOLOGI DAN PETROLOGI KAWASAN MANGLAYANG, BANDUNG TIMUR, JAWA BARAT SKRIPSI. Oleh: Satrio Wiavianto. Prodi Sarjana Teknik Geologi

Siklus Batuan. Bowen s Reaction Series

KAJIAN GEOKIMIA KOMPLEKS GUNUNG API GEDE MERAK PADA CALON TAPAK PLTN KRAMATWATU-BANTEN

Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 3, Desember 2016 :

BAB I PENDAHULUAN. bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989).

hiasan rumah). Batuan beku korok

4.6 G. ANAK RANAKAH, Nusa Tenggara Timur

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada.

BAB IV PROVENAN BATUPASIR FORMASI KANTU

KARAKTERISTIK BATUAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KUANTITAS & KUALITAS AIR TANAH DI DAERAH CIPUNAGARA DAN SEKITARNYA

PEMBAHASAN TEKNIK KOLEKSI, PREPARASI DAN ANALISIS LABORATORIUM

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Karakteristik Batu Penyusun Candi Borobudur

Transkripsi:

PETROGENESA LAVA GUNUNG RINJANI SEBELUM PEMBENTUKAN KALDERA Beta Kurniawahidayati 1 *, Mega F. Rosana 1, Heryadi Rachmat 2 1. Universitas Padjadjaran, Fakultas Teknik Geologi 2. Museum Geologi Bandung *corresponding author : betakurnia@gmail.com ABSTRAK Gunung Rinjani merupakan salah satu gunungapi aktif yang terletak pada busur Kepualauan Banda Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Gunung ini memiliki sejarah letusan yang panjang di masa lampau hingga sekarang. Letusan Gunung Rinjani secara umum diklasifikasikan dalam tiga periode antara lain periode letusan pra pembentukan kaldera, periode letusan selama pembentukan kaldera, dan periode letusan pasca pembentukan kaldera. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis petrogenesa lava Gunung Rinjani sebelum pembentukan kaldera. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis petrologi, analisis petrografi, dan analisis geokimia menggunakan metode XRF dan CIPW yang dilakukan pada 20 sampel lava pada dinding kaldera Plawangan Senaru dan Plawangan Sembalun. Dengan membandingkan data penelitian ini dengan penelitian lain pada produk letusan selama pembentukan kaldera dan setelah pembentukan kaldera dapat ditentukan fase Gunung Rinjani pada saat ini dan prediksi letusan selanjutnya. Lava yang terdapat di dinding kaldera ini merupakan produk Gunung Rinjani pada periode pra pembentukan kaldera, berdasarkan ketiga analisis tersebut didapatkan hasil bahwa lava dinding kaldera Gunung Rinjani berjenis basalt, basaltik andesit, andesit, dan dasit. Seri magma yang membentuk lava dinding kaldera adalah seri calc alkaline dan diperkirakan berasal dari kontinen. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa jenis batuan yang menyusun kaldera Gunung Rinjani bervariasi dari intermediet asam dan terbentuk pada lingkungan tektonik busur kepulauan. I. PENDAHULUAN Gunung Rinjani merupakan gunungapi aktif di Indonesia yang terletak di Kabupaten Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Gunung ini memiliki sejarah erupsi panjang yang terbagi menjadi tiga periode letusan yaitu sebelum pembentukan kaldera, selama pembentukan kaldera, dan setelah pembentukan kaldera (Hendrasto dkk., 1990). Batuan beku yang menyusun dinding kaldera Gunung Rinjani merupakan produk erupsi periode pra-kaldera. Dengan mempelajari batuan beku yang terbentuk oleh lava yang mengeras, kejadian letusan gunungapi di masa lampau dapat diketahui melalui analisis petrologi, petrografi, dan geokimia batuan. Batuan yang dihasilkan pada masa sebelum pembetukan kaldera berupa aliran lava dan piroklastik. Lava menyebar hampir ke segala arah. Pusat erupsi pada masa itu berasal dari beberapa lokasi di komplek Gunung Rinjani 280 antara lain dari tua ke muda: Gunung Rinjani Tua, Gunung Kondo, Gunung Sangkareang, dan Gunung Rinjani. Batuan tersebut terebar dari barat laut kaldera, lerang bagian selatan, hingga ke arah utara. Sebagian besar produk batuan yang lebih muda menyebar ke arah tenggara, timur, hingga timur laut (Hendrasto dkk., 1990). Dengan mengetahui sifat fisik batuan seperti tekstur, struktur, dan kandungan mineral serta geokimia batuan dapat diketahui jenis batuan lava yang dierupsikan, jenis seri magma, kedalaman magma asal, dan lingkungan tektonik Gunung Rinjani pada periode sebelum pembentukan kaldera. II. METODE Petrogenesa batuan lava Gunung Rinjani sebelum pembentukan kaldera didapatkan melalui analisis petrologi makroskopis, petrografi, dan geokimia batuan menggunakan metode XRF. Analisis dilakukan pada 20

sampel batuan beku lava dinding kaldera Gunung Rinjani. 10 sampel diambil pada dinding kaldera Senaru ditunjukkan dengan kode sampel PSN1 PSN10 dan 10 sampel diambil pada dinding kaldera Sembalun yang ditunjukkan dengan kode sampel PSM1- PSM10. Peta lokasi pengambilan sampel ditunjukkan pada gambar 1. Analisis petrologi dilakukan untuk memperoleh nama batuan menggunakan klasifikasi sederhana berdasarkan kandungan mineral utama batuan. Selain itu analisis ini berguna untuk mengetahui tekstur dan struktur batuan secara makroskopis. Masingmasing sampel dibuat sayatan tipis untuk dideskripsi secara petrografi untuk mengetahui komposisi mineralogy batuan, tekstur, struktur, dan jenis batuan berdasarkan klasifikasi Travis (1955) Geokimia batuan yang diperoleh menggunakan metode XRF menghasilkan presentasi nilai-nilai oksida pada batuan. Nilainilai oksida ini kemudian digunakan untuk menentukan jenis batuan berdasarkan klasifikasi Whitford (1975) dan Le Bass (1985), seri magmatik berdasarkan diagram AFM Irvine & Baragar (1971), lingkungan tektonik menggunakan diagram Mullen (1983), asal magma berdasarkan diagram Pearce (1977), perhitungan kedalaman magma asal melalui rumus oleh Hutchinson (1975) dan perkiraan mineralogi batuan berdasarkan perhitungan normatif CIPW. III. Petrologi HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis petrologi 20 sampel genggam batuan beku lava pada dinding kaldera Gunung Rinjani menunjukkan sampel memiliki warna abu-abu muda hingga abu-abu kehitaman. Indeks warna batuan beku S. J. Shand (1943) menunjukkan sebagian besar batuan memiliki indeks warna leukokratik dikarenakan kandungan mineral mafik dibawah 30%. Terdapat pengecualian pada 3 sampel yaitu PSN1, PSM3, dan PSM5 yang menunjukkan indeks warna mesokratik. Seluruh sampel memiliki tektur porfiritik yang ditunjukkan dengan penampakan fenokris porfiritik, massa dasar afanitik dan derajat kristalisasi hipokristalin. Selain itu semua sampel juga mempunyai bentuk kristal subhedral. Tekstur ini sesuai dengan karakter batuan yang berasal dari pembekuan lava pada lingkungan yang dekat permukaan. Pada lingkungan ini magma membeku pada temperatur yang menengah sehingga mineral dapat terbentuk namun tidak sempurna serta menyebabkan variasi ukuran butir mineral. Selain itu dengan terdapatnya gelas pada batuan membuktikan bahwa ada keadaan dimana magma membeku sangat cepat sehingga tidak sempat membentuk kristal, Keadaan ini tidak kemungkinan terjadi pada akhir pembekuan magma karena gelas yang terdapat pada sampel hanya sedikit. Secara makroskopis batuan lava kaldera Gunung Rinjani memiliki struktur masif dan vesikuler. Terdapat delapan sampel yang memiliki tekstur vesikuler yaitu sampel Sn1, Sn4, Sn10, Sm2, Sm4, Sm7, Sm8, dan Sm10. Tekstur ini menunjukkan bahwa terdapat gas yang terperangkap pada saat pembekuan magma sehingga membentuk struktur berlubang-lubang. Lubang-lubang yang terdapat pada batuan tidak berhubungan satu dan lainnya. Hal ini memunjukkan bahwa gas yang terkandung dalam magma pada saat pembekuan tidak terlalu banyak. Lubang yang menyusun tekstur ini secara umum berbentuk bundar sehingga dapat diperkirakan bahwa lava tidak terlalu encer, mengalir lambat, dan tidak jauh. Berdasarkan analisis petrologi pada sampel makroskopis lava dinding kaldera Gunung Rinjani, batuan penyusun kaldera terdiri dari batuan andesit. Penamaan batuan ditentukan berdasarkan klasifikasi sederhana batuan beku berdasarkan kandungan mineral utama. Petrografi 281

Analisis petrografi sampel lava kaldera Gunung Rinjani menghasilkan komposisi kandungan mineral dan nama batuan. Secara umum sayatan lava kaldera Gunung Rinjani memiliki Sayatan berwarna coklat keabuan, besar krisital porfiritik, derajat kristalisasi hipokrsitalin, kemas inequigranular, bentuk kristal subhedral, bentuk mineral hipidiomorf, struktur vesikuler, fenokris porfiritik terdiri dari Plagioklas, piroksen dan mineral opak, massa dasar afanitik terdiri dari mikrolit Plagioklas, mikrokristalin piroksen, opak, dan gelas volkanik. Terdapat mineral ubahan di beberapa sampel berupa karbonat dan klorit yang merupakan hasil alterasi dari Plagioklas dan piroksen. Plagioklas merupakan mineral paling mendominasi dengan jumlah fenokris dan masadasar berkisar antara 47% - 80% dari keseluruhan mineral. Berikutnya menyusul piroksen dengan jumlah berkisar antara 8% - 30% dari total seluruh mineral. Selain kedua mineral penyusun utama tersebut terdapat mineral opak dalam jumlah sedang yaitu 2% - 9%. Terdapat mineral ubahan pada beberapa sampel yaitu sampel PSN1, PSN9, PSN8, PSM3, PSM4, dan PSM10 berupa mineral Klorit dan Karbonat. Seluruh sampel menunjukkan tekstur vesikuler atau berlubang-lubang. Tekstur ini disebabkan oleh gas-gas yang dilepaskan pada saat pembekuan magma. Kandungan gas tidak terlalu banyak terlihat dari lubang yang terbentuk relatif sedikit. Beberapa sampel memiliki tekstur trakitik yang tidak merata. Mikrolit plagioklas terlihat menunjukkan arah mineral yang seragam namun hanya pada beberapa titik pada sampel. Tektur ini menunjukkan sifat lava yang bergerak pada saat pembekuan. Berdasarkan analisis petrografi lava dinding kaldera Gunung Rinjani berjenis Porfiri Basalt pada sampel PSN1, PSN 5, PSM3 dan PSM 5, selebihnya semua sampel memiliki jenis Porfiri Andesit berdasarkan klasifikasi Travis (1955). - Plagioklas Plagioklas hadir sebagai masadasar dan fenokris pada lava dinding kaldera Gunung Rinjani. Sebagai fenokris plagioklas, berwarna transparan, tidak ada pleokroisme, indeks bias nmin > nmed, relief rendah, bentuk butir euhedral subhedral, memperlihatkan kembar albit, albit karlsbad dan penetrasi, terdapat zoning, warna interferensi putih keabuan orde I. Sebagian besar sampel mengandung Plagioklas yang telah mengalami vitrivikasi, terdapat zoning dan inklusi piroksen pada seluruh sampel. Sebagian plagioklas pada sampel PSN8, PSN9, PSM3, PSM4, dan SM6 plagioklas telah mengalami ubahan sebagian menjadi mineral karbonat. Pada sampel PSN1, PSN5, PSM3, dan PSM5 Plagioklas berjenis Labradorit dengan nilai sudut pemadaman 28o 30o. Selain keempat sampel diatas Plagioklas memiliki nilai sudut pemadaman 16o 27o yang menunjukkan jenis plagioklas Andesin. Perbedaan jenis plagioklas ini sangat penting karena menentukan dalam penamaan batuan. Batuan yang memiliki plagioklas labradorit berjenis Porfiri Basalt dan batuan yang memiliki plagioklas andesin berjenis Porfiri Andesit berdasarkan klasifikasi Travis (1955) Plagioklas juga menyusun masadasar lava dinding kaldera Gunung Rinjani dalam bentuk mikrolit plagioklas. Mineral ini merupakan mineral utama penysusun masadasar pada sayatan tipis sampel. Pada sampel PSN1, PSN9, PSN8, PSM3,PSM4, dan PSM10 sebagian masadasar mikrolit Plagioklas dan fenokris telah terubah menjadi mineral karbonat. Mineral karbonat berwarna kuning kecoklatan, relief sedang, tidak ada pleokroisme. Selain terubah menjadi karbonat, Plagioklas juga teubah menjadi klorit yang memiliki warna coklat muda kehijauan, relief tinggi, pleokroisme lemah, bentuk anhedral. Kedua jenis mineral sekunder ini berbentuk replacement pada masadasar dan fenokris 282

serta mengisi veinlet di Plagioklas yang belum terubah. - Piroksen Mineral piroksen terdapat cukup melimpah di semua sampel lava kaldera Gunung Rinjani dengan presentase 8-25 % dari total seluruh mineral penyususn batuan. Mineral ini terdapat sebagai fenokris pada batuan, namun pada beberapa sampel juga terdapat sebagai masadasar. Klinopiroksen berwarna putih kecoklatan, tidak ada pleokroisme, indeks bias nmin > nmed, relief tinggi, bentuk subhedral, belahan dominan 1 arah, merupakan jenis klinopiroksen berjenis augit dan pigeonit dibedakan berdasarkan warna, sudut pemadaman dan orientasi mineral. Memiliki inklusi Plagioklas, dan opak terdapat sebagai fenokris pada batuan. Sebagian piroksen pada sampel SN1, SN9, SN8, SM3,SM4, dan SM10 telah mengalami ubahan menjadi klorit dan mineral opak. Ortopiroksen berwarna putih kemerahan, pleokroisme lemah, indek bias nmin > nmed, relief tinggi, bentuk subhedral, belahan dominan 1 arah, jenis hipersten memiliki inklusi Plagioklas, dan opak terdapat sebagai fenokris pada batuan. Sebagian piroksen pada sampel SN1, SN9, SN8, SM3,SM4, dan SM10 telah mengalami ubahan menjadi mineral klorit dan mineral opak. Piroksen sebagai masadasar bebentuk mikrokristalin menyebar secara disseminated di batuan sebanyak 2% - 28% dari total keseluruhan mineral pada batuan. Jenis piroksen yang menyusun masadasar batuan tidak dapat ditentukan dengan mikroskop polarisasi sederhana karena ukurannya yang sangat halus. Berbeda dengan Plagioklas yang hanya terdapat satu jenis dalam satu batuan, Piroksen dapat terdiri dari beberapa jenis dalam satu sampel. Hal ini disebabkan karena mineral ini berada pada deret tidak kontinu pada deret Bowen. Deret ini menjelaskan keterbentukan mineral pada batuan beku yang berlangsung terputus tergantung pada penurunan temperatur. Mineral-mineral Piroksen terbentuk pada satu kondisi temperatur yang hampir sama sehingga memungkinkan untuk membentuk beberapa jenis piroksen dalam rentang waktu yang berdekatan. - Gelas Lava dinding kaldera Gunung Rinjani merupakan batuan beku dengan derajat kristalisasi hipokristalin yang tersusun atas kristal dan gelas. Keterdapatan gelas dalam batuan sebanyak 2-18% dari batuan. Gelas terbentuk karena proses pembekuan magma yang terjadi sangat cepat sehingga cairan magma tidak sempat membentuk kristal. Keberadaan gelas pada batuan beku bersamaan dengan kristal yang berukuran besar menandakan bahwa terjadi dua tahapan pembentukan magma pada batuan tersebut. Selain sebagai masadasar, gelas terdapat sebagai inklusi pada beberapa fenokris. Inklusi gelas menandakan telah terjadi proses vitrifikasi pada mineral sehingga bentuk mineral menjadi tidak sempurnya. - Mineral Asesoris Mineral asesoris yang umum terdapat pada sampel dinding kaldera Gunung Rinjani adalah mineral opak. Mineral tersebut terdapat sebagai fenokris, masadasar, dan inklusi dalam sayatan batuan. Umumnya berbentuk euhedral- subhedral dengan ukuran fenokris 1 mm 3 mm. Selain sebagai mineral primer, opak terdapat juga sebagai mineral sekunder pada sebagian sampel yang telah mengalami ubahan. Terlihat dari beberapa mineral opak yang memiliki bentuk yang sama mineral sebelumnya. Melalui analisis petrografi pada sayatan tipis tidak dapat ditentukan jenis dari mineral opak tersebut karena sifatnya yang tidak tebus cahaya, namun dari bentuk mineral dan kenampakan makroskopis diperkirakan mineral opak berjenis pirit. 283

- Paragenesis Mineral Paragenesis mineral berdasarkan analisis petrografi ditentukan berdasarkan urutan pembentukan mineral deret bowen dan inklusi mineral. Mineral Plagioklas dan piroksen terbentuk bersamaan. Hal ini dapat disimpulkan dari posisi kedua mineral ini yang berada pada posisi temperatur dan komposisi magma yang memungkinkan untuk membuat kedua mineral ini terbentuk bersamaan. Selain itu didukung juga dengan terdapatnya inklusi. Pada semua sampel batuan Plagioklas memiliki inklusi mineral opak dan piroksen, sebaliknya pada piroksen terdapat juga inklusi Plagioklas dan mineral opak. Mineral yang menjadi inklusi pada mineral lain merupakan mineral yang terbentuk lebih dulu daripada mineral yang diinklusi. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kedua mineral ini terbentuk bersamaan. Mineral opak terdapat sebagai fenokris, masadasar, inklusi, dan mineral ubahan. Keberadaan mineral ini di seluruh sayatan sebagai inklusi di Plagioklas dan piroksen menunjukan bahwa mineral ini terbentuk lebih dahulu sebagai mineral primer. Namun beberapa mineral opak menunjukkan tekstur replacement dari mineral sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa mineral opak tersebut merupakan mineral sekunder yang terbentuk akibat alterasi yang terjadi pada batuan. Klorit dan karbonat pada sampel merupakan mineral sekunder yang terbentuk setelah mineral-mineral primer. Kedua mineral ini terlihat menggantikan Plagioklas dan piroksen pada batuan. Mineral Plagioklas dan piroksen juga telah mengalami vitrifikasi sehingga sebagian atau seluruh mineral terubah menjadi gelas. Ubahan terjadi karena pemanasan kembali mineral yang disebabkan oleh termperatur atau tekanan tinggi yang kemudian membeku kembali dengan cepat. Temperatur tinggi dapat berasal dari uap gunung api maupun letusan selanjutnya dari Gunung Rinjani. Geokimia Analisis geokimia menggunakan metode XRF menghasilkan persen unsur kimia oksida seperti SiO 2, TiO 2. Al2O 3, Fe 2 O 3, MnO 3, CaO, MgO, Na 2 O, K 2 O dan P 2 O 5. Hasil analisis ini akan menentukan jenis magma, lingkungan, temperatur pembentukan. Tabel 4.4 merupakan elemen utama batuan hasil uji XRF kedua puluh sampel yang telah dinormalisasi 100%. Oksida yang nilainya paling tinggi berdasarkan uji XRF berturut-turut adalah SiO 2 dengan persentase 49.9% - 63.65% disusul dengan Al 2 O 3 sebanyak 15.92% - 18.67%, CaO 4.46% - 10.54%, FeO 2.09% - 7.76%, MgO 0.60% - 6.38%, Fe 2 O 3 1% - 3.67%, Na 2 O 2.38% - 3.49%, K 2 O 0.98% - 3.13%, MnO 0.14% - 1.16%, P 2 O 5 0.12% - 1.46% dan TiO 2 0.42% - 0.68%. Berdasarkan nilai-nilai oksida hasil uji XRF tersebut, dapat ditentukan nama batuan, jenis seri magma, lingkungan pembentukan magma, dan kedalaman magma asal pembentuk batuan batuan. - Jenis Batuan Berdasarkan Geokimia Penentuan jenis batuan beku menggunakan kandungan kimia yang paling sederhana adalah dengan melihat kandungan silika dimilikinya. Klasifikasi ini dicetuskan oleh Whitford (1975). Silika yang dikandung dalam batuan lava dinding kaldera Gunung Rinjani bervariasi antara 49.9% sampai 63.65%. Berdasarkan klasifikasi tersebut batuan lava dinding kaldera Gunung Rinjani memiliki jenis Basalt, Basaltik Andesit, Andesit, dan Dasit. Berdasarkan klasifikasi Le Bass (1985) pada gambar 2, batuan beku dibagi berdasarkan kandungan alkali total dan silika. Dengan menggunakan plotting nilai Na 2 O + K 2 O dan SiO 2 pada diagram biner tersebut batuan lava diding kaldera Gunung Rinjani memiliki jenis Basalt, Basaltik Andesit, Andesit, dan Dasit. - Seri Magmatik Magma Pembentuk Batuan 284

(Baker, 1973) dalam Wilson (1989) menentukan seri magmatk berdasarkan volume relatif basalt, andesit, dasit, dan riolit. Berdasarkan rasio batuan penyusun dinding kaldera Rinjani yang sebagian besar terdiri dari andesit seri magmatik adalah calc-alkaline. Selain metode perbandingan volume tersebut, metode yang lebih akurat menggunakan diagram segitiga AFM (Irvine & Baragar, 1971). Diagram segitiga ini membedakan seri magmatik menjadi dua, yaitu seri thoellitic, dan seri calc-alkaline. A merupakan Alkali (K 2 O + Na 2 O), dan F adalah oksida besi (FeO + Fe 2 O 3 ) dan M adalah magnesium (MgO). Hasil plotting sampel lava pada diagram segitiga ini yang terlihat pada gambar 3(a) menunjukkan bahwa seri magmanya adalah calc-alkaline. Peccerillo & Taylor (1976) menggolongkan seri magma berdasarkan kandungan potassium dan silika yang diproyeksikan pada sebuah diagram biner. Gambar 3(b) menunjukkan hasil plotting sampel lava dinding kaldera Gunung Rinjani bahwa magma pembentuk batuan pada umumnya berasal dari seri Calc- Alkaline. Namun terdapat perbedaan pada satu sampel yaitu PSN 8 yang memiliki seri magma High-K Calc Alkaline. - Penentuan Asal Magma Magma merupakan batuan yang mengalami peluruhan akibat termperatur dan tekanan yang tinggi di sekitarnya. Sifat suatu magma menggambarkan dari batuan apa magma tersebut berasal. Magma dapat dibagi menjadi dua berdasarkan asal batuan pembentuknya, yaitu kontinen atau samudra. Pearce (1977) menentukan asal suatu magma dari kandungan K 2 O, TiO 2, dan P 2 O 5 yang di plot dalam diagram segitiga. Berdasarkan plotting pada diagram segitiga Pearce yang merujuk pada gambar 4(b), batuan lava dinding kaldera Gunung Rinjani berasal dari kerak kontinen. Lingkungan tektonik Gunung Rinjani pada saat sebelum pembentukan kaldera ditentukan menggunakan diagram segitiga Mullen (1983) pada gambar 4(a). Terlihat bahwa lingkungan 285 tektonik magma asal yang membentuk batuan lava dinding kaldera Gunung Rinjani adalah Island Arc Calc-Alkaline Basalt. - Perhitungan Normatif Komposisi Mineral Batuan Berdasarkan Metode CIPW Metode CIPW (Cross Idding Pirrson and Washington) merupakan penentuan kandungan mineral pada suatu batuan menggunakan perhitungan normatif berdasarkan urutan kristalisasi mineral. Perhitungan mineral menggunakan persentase oksida-oksida yang terkandung dalam magma. Berdasarkan perhitungan CIPW mineral utama penyusun batuan lava dinding kaldera Gunung Rinjani adalah Plagioklas dengan persentase bervariasi antara 53.61 % hingga 63.96 %. Mineral kedua yang terdapat paling melimpah adalah piroksen dengan jumlah Diopsid 6.06% - 15.93% dan Hipersten 2.83% - 17.18%. Perbedaan jenis piroksen yang teridentifikasi pada pengamatan petrografi dan geokimia disebabkan karena perhitungan dengan metode CIPW memiliki keterbatasan hanya dapat membagi jenis piroksen menjadi dua yaitu Diopsid dan Hipersten. Presentasi Kuarsa muncul cukup besar bertolak belakang dengan hasil analisis petrografi yaitu sebanyak 0.59% - 21.12% Mineral lain yang muncul dalam perhitungan CIPW lava dinding kaldera Gunung Rinjani adalah ilmenit, apatit, dan magnetit yang terdapat dalam jumlah sangat kecil 0.26% - 3.11%. - Kedalaman Magma Asal Dengan menggunakan data geokimia, dapat ditentukan kedalaman tempat magma asal batuan terbentuk pada kedalaman zona benioff dengan menggunakan rumus oleh Hutchinson (1975). Zona benioff merupakan area planar yang secara seismik berkaitan dengan gerakan menujam pada zona subduksi. Kedalaman magma asal dapat diperoleh dengan menggunakan data persentase SiO 2 dan K 2 O yang dimasukkan kedalam rumus sebagai berikut:

h = [320-(3.65 x %SiO 2 )] + (25.52 x %K 2 O) Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus ini yang tercantum pada tabel 1 diketahui kedalaman magma asal diperkirakan terbentuk pada kedalaman berkisar antara ±139 km - ± 174 km pada zona benioff - Diferensiasi Magma Perubahan komposisi magma yang terjadi pada Gunung Rinjani sebelum pembentukan kaldera terlihat dari adanya variasi batuan beku lava yang dihasilkan. Proses yang terjadi berupa crystal floatation dan crystal settling. Proses diferensiasi ini membagi magma pada reservoar menjadi fraksi-fraksi berdasarkan kristalisasinya. Konsentrasi mineral berat seperti olivin dan calsic feldspar yang terbentuk di awal porses kristalisasi terakumulasi pada bagian bawah kamar magma. Sedangkan mineral-mineral dengan berat jenis lebih ringan yang terbentuk pada akhir kristalisasi mengambang di permukaan. Dari kenampakan sampel genggam, sayatan tipis, dan hasil analisis geokimia yang dilakukan tidak dapat diketahui adanya asimilasi dan pencampuran magma yang terjadi pada saat letusan Gunung Rinjani sebelum pembentukan kaldera. IV. KESIMPULAN Jenis Batuan yang menyusun dinding kaldera senaru dan sembalun Gunung Rinjani adalah basalt, basaltik andesit, andesit, dan dasit. Jenis batuan bervariasi namun yang paling dominan adalah andesit dengan mineral penyusun utama berupa Plagioklas, piroksen, gelas volkanik dan mineral opak. Berdasarkan analisis geokimia menggunakan XRF, seri magma yang keluar pada saat erupsi sebelum pembentukan kaldera Gunung Rinjani adalah seri Calc-Alkaline yang terdapat pada busur kepulauan yang memiliki kandungan oksida besi rendah dan silika tinggi. Seri magma ini bersifat andesit dengan sifat yang kental sehingga menghasilkan letusan yang eksplosif dan membentuk gunungapi stratovolkano. Magma berasal dari benua dan diperkirakan terbentuk pada kedalaman berkisar antara ±139 m - ± 174 m pada zona benioff yang dihitung berdasarkan persentasi SiO 2 dan K 2 O. Berdasarkan analisis petrologi dan geokimia disimpulkan magma berasal dari lingkungan tektonik busur kepulauan. DAFTAR PUSTAKA Hendrasto M, dkk.1992. Laporan Kegiatan Pemetaan Geologi Komplek Rinjani, Lombok, Nusatenggara Barat. Direktorat Vulkanologi Kusumadinata K. 1979. Data Dasar Gunungapi, Direktorat Vulkanogi Raymond, Loren A.. 2000. Petrology: The Study of Igneous Sedimentary and Metamorphic Rocks Second Edition. New York : McGraw-Hill Higher Education Travis, Russel B. 1955. Classification of Rocks 4th edition. Colorado : Colorado School of Mines. Williams,et al. 1954. Petrography An Introduction to The Study of Rock in Thin Sections. New York : W.H. Freeman and Company. Wilson, M. 1989. Igneous Petrogenesis Global Tectonic Approaach, Dordrecht: Springer 286

TABEL Tabel 1 Hasil perhitungan kedalaman magma asal berdasarkan rumus Hutchinson (1975) pada zona benioff. PSN: Sampel Senaru, PSM: Sampel Sembalun No Sampel SiO 2 K 2 O Kedalaman (km) 1 Lava PSM 01 58.65 1.88 153.91 2 Lava PSM 02 53.55 1.36 159.25 3 Lava PSM 03 50.74 1.22 165.93 4 Lava PSM 04 58.65 1.82 152.37 5 Lava PSM 05 51.42 0.98 157.33 6 Lava PSM 06 54.27 1.25 153.81 7 Lava PSM 07 58.41 1.79 152.48 8 Lava PSM 08 57.36 1.64 152.49 9 Lava PSM 09 56.77 1.41 148.77 10 Lava PSM 10 63.65 2.04 139.74 11 Lava PSN 01 49.9 1.17 167.72 12 Lava PSN 02 59.45 1.82 149.45 13 Lava PSN 03 60.04 1.78 146.28 14 Lava PSN 04 58.81 1.84 152.3 15 Lava PSN 05 59.54 1.84 149.64 16 Lava PSN 06 58.89 2 156.09 17 Lava PSN 07 58.85 1.99 155.98 18 Lava PSN 08 54.76 2.13 174.48 19 Lava PSN 09 59.69 1.89 150.36 20 Lava PSN 10 58.49 1.91 155.25 287

GAMBAR Gambar 1. Peta lokasi pengambilan sampel lava dinding kaldera Gunung Rinjani Gambar 2. Jenis Batuan lava dinding kaldera Gunung Rinjani berdasarkan klasifikasi Le Bass (1986) 288

Gambar 3. (a) Diagram AFM Irvine dan Baragar (1971) dan (b) Diagram Pecerillo dan Taylor (1976) yang menunjukkan seri magmatik lava dinding kaldera Gunung Rinjani adalah Calc-Alkaline series. 289

Gambar 4. (a) Diagram Mullen (1983) yang menunjukkan lingkungan tektonik Gunung Rinjani sebelum pembentukan kaldera dan (b) asal magmanya yang ditentukan berdasarkan Diagram Peace (1977). 290