BAB II SISTEM TELEKOMUNIKASI GSM. Global System for Mobile Communication (GSM) merupakan salah satu trend

dokumen-dokumen yang mirip
TUGAS AKHIR ANALISA MESSAGE ISUP TRUNK INTERKONEKSI INDOSAT-TELKOM PASKA MIGRASI GATEWAY INTERKONEKSI PSTN TELKOM SEMARANG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Common Channel Signalling

BAB II TEORI PENUNJANG

Oleh : Budi Nugroho ( L2F )

BAB II TEKNOLOGI GSM DAN STANDAR PROTOKOL SMS

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Arsitektur Jaringan GSM. Pertemuan XIII

BAB II ARSITEKTUR SISTEM CDMA. depan. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan salah satu teknik

BAB II WIDE AREA NETWORK

BAB II DASAR TEORI. jaringan. Masing-masing subsistem jaringan ini yaitu : GSM merupakan salah satu standar sistem selular digital.

BAB III. KONFIGURASI MSC DAN MSS PT. INDOSAT, Tbk.

Analisa Performansi Pengiriman Short Message Service (SMS) Pada Jaringan CDMA

WIRELESS & MOBILE COMMUNICATION ARSITEKTUR JARINGAN SELULER

BAB II LANDASAN TEORI


DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European

BAB II PENGENALAN SISTEM GSM. tersedianya kemudahan disegala bidang yang mampu menunjang usaha dibidang

TUGAS AKHIR ANALISA PENSINYALAN PADA INTERKONEKSI MSC INDOSAT DENGAN MSC EXCELCOMINDO. Oleh. Yuliati JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

TUGAS AKHIR. Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

BAB II KOMUNIKASI BERGERAK SELULAR GSM

Universal Mobile Telecommunication System

Bab 9. Circuit Switching

B A B IX MODEL OSI (OPEN SYSTEMS INTERCONNECTIONS)

adalah sebuah aturan atau standar yang mengatur hubungan, komunikasi, dan perpindahan data antara dua atau lebih titik komputer dalam Komunikasi Data

GSM Attack (IMSI Catch and Fake SMS) Arif Wicaksono & Tri Sumarno

KOMUNIKASI DATA. DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Yuyun Siti Rohmah, ST., MT

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN

MODUL-8 SIGNALING 1 Pendahuluan 2 Signaling Telepon Analog

BAB V SIGNALING. (CAS dan CCS7 Lihat Software) Oleh : Suherman, ST.

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS KUALITAS PANGGILAN DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMOGRAMAN VISUAL BASIC PADA JARINGAN. GSM PT. INDOSAT, Tbk

BAB II TEORI DASAR 2.1 GLOBAL SISTEM FOR MOBILE (GSM)

TEKNOLOGI SELULER ( GSM )

PENGANTAR SISTEM KOMUNIKASI SELULER

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Subsistem base transceiver station (BTS)

Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA

: RANCANG BANGUN SIMULASI ENKRIPSI PADA KOMUNIKASI GSM

Oleh : Slamet Joyo Mulyono ( L2F )

Dalam perkembangan teknologi telekomunikasi telepon selular terutama yang berkaitan dengan generasi ke-tiga (3G), CDMA menjadi teknologi pilihan masa

DAFTAR ISTILAH. sistem seluler. Bit Error Rate (BER) : peluang besarnnya bit salah yang mungkin terjadi selama proses pengiriman data

Bab III Prinsip Komunikasi Data

OCHAN FRIMA SUGARA PURBA NIM :

PEMANFAATAN PONSEL SEBAGAI PERANGKAT MONITORING JARINGAN GSM BERBASIS PERSONAL KOMPUTER

BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

DASAR KOMUNIKASI DATA

PERANGKAT SGSN R7 ( SERVING GPRS SUPPORTING NODE

BAB I PROTOKOL KOMUNIKASI

Memahami proses switching dalam sistem telepon Memahami rangkaian switching yang digunakan dalam sistem komunikasi telepon Menjelaskan aplikasi dan

BAB II LANDASAN TEORI

Badiyanto, S.Kom., M.Kom. Refrensi : William Stallings Data and Computer Communications

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA. diimplementasikan pada jaringan telekomunikasi di Indonesia. Latar Belakang

PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS CALL SETUP SUCCESS RATE (CSSR) PERFORMANCE PT. INDOSAT,

PENS SISTIM SELULER GENERASI 2 POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA By: Prima Kristalina

Komputer, terminal, telephone, dsb

AUTOMATIC METER READING (AMR) MENGGUNAKAN JARINGAN GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE (GSM) SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI

MOBILITY MANAGEMENT DALAM SISTIM NIRKABEL BERGERAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

PENINGKATAN KUALITAS JARINGAN KOMUNIKASI SEKTOR INDUSTRI DENGAN INTELLIGENT NETWORK SEBAGAI UPAYA PERLUASAN DAERAH PEMASARAN

BAB II ASPEK TEKNIS JARINGAN GSM

Bluetooth. Pertemuan III

Powered by TeUinSuska2009.Wordpress.com. Upload By - Vj Afive -

WAN. Karakteristik dari WAN: 1. Terhubung ke peralatan yang tersebar ke area geografik yang luas

Makalah Seminar Kerja Praktek. PERANGKAT MOBILE MEDIA GATEWAY R5.0 (M-MGW R5.0) PADA NETWORK SWITCHING SUBSYSTEM (NSS) PT. INDOSAT, Tbk SEMARANG

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version -

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SELULER. Komponen fundamental dari suatu sistem GSM (Global System for Mobile

~ By : Aprilia Sulistyohati, S.Kom ~

MODEL JARINGAN 7 OSI LAYER

PENDAHULUAN. Mata kuliah Jaringan Komputer Iskandar Ikbal, S.T., M.Kom

BAB 3 REBALANCING GPRS TIME SLOT (GTS) TRAFFIC DATA GSM 900 MHZ

BAB III ANALISIS MASALAH

DASAR TEORI. Merupakan jaringan packet-switched yang ditumpangkan (overlaid) ke jaringan

TUGAS BESAR KINERJA TELEKOMUNIKASI NGN PSTN TO PSDN FOR TEKNOLOGI SOFTSWITCH

REVIEW MODEL OSI DAN TCP/IP

TK 2134 PROTOKOL ROUTING

JARINGAN DAN LAYANAN KOMUNIKASI. Program Studi Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknologi Telkom 2006

A I S Y A T U L K A R I M A

TUGAS AKHIR. Disusun oleh : Edy Hadiyanto

TUGAS AKHIR ANALISIS PENERAPAN BASEBAND HOPPING PADA SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER GSM DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN PANGGILAN

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)

Materi 11 Model Referensi OSI

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)

VoIP. Merupakan singkatan dari Voice over Internet Protocol.

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS KINERJA SWITCHING MENGGUNAKAN MOBILE SOFTSWITCH. Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan dalam menyelesaikan

KOMUNIKASI. Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia. 2.1 Komunikasi Data

ANALISIS PERFORMANSI REHOMMING BR 9.0-EVOLUSION BSC (ebsc) PADA JARINGAN GSM PT TELKOMSEL DI MAKASSAR

Yama Fresdian Dwi Saputro Pendahuluan. Lisensi Dokumen:

KOMUNIKASI DATA. Oleh : 1. M. Faisal Risqiansyah Muhammad Ismail Nida Nurvira

TUGAS JARKOM. *OSI Layer dan TCP/IP* A. OSI layer

KONSEP DASAR SELULER. (DTG3G3) PRODI D3 TT Yuyun Siti Rohmah,ST.,MT

Jaringan Telekomunikasi dan Informasi FEG2E3

Gambar II.7 Skema 2 nd Generation (2G) Network. 2) BTS / RBS : Base Transceiver Station / Radio Base Station

MODEL JARINGAN 7 OSI LAYER

BAB III LANDASAN TEORI. komponen. Berdasarkan pendekatan prosedur, sistem didefinisikan sebagai

Datarate (bandwidth) Layout jaringan (topologi) Single atau multiple kanal komunikasi.

Transkripsi:

BAB II SISTEM TELEKOMUNIKASI GSM Global System for Mobile Communication (GSM) merupakan salah satu trend teknologi seluler yang paling banyak dipakai pada saat ini. GSM merupakan teknologi seluler generasi ke-2 (2G) yang menggunakan teknologi modulasi digital, menyediakan kapasitas lebih besar, kualitas suara dan sekuritas yang lebih baik jika dibandingkan teknologi seluler sebelumnya. Pada teknologi ini suatu pita frekuensi tertentu yang lebih lebar dibagi-bagi ke dalam beberapa kanal waktu/timeslot. Hal ini berarti bahwa panggilan dapat menggunakan kanal frekuensi yang sama tetapi pada suatu timeslot yang berbeda-beda. Pada Awalnya teknologi ini dirancang pada frekuensi 900MHz (sering disebut GSM 900). Pada perkembangan selanjutnya, teknologi GSM mulai dioperasikan pada frekuensi 1800 MHz atau di sebut GSM 1800. Teknologi GSM ini mampu mentransmisikan suara dan data, meskipun dengan bit rate yang masih kecil sekitar 9,6kbps. Dimana dengan bit rate tersebut hanya data-data yang mempunyai ukuran kecil saja yang bisa dikirimkan, seperti SMS. Komunikasi pada GSM berbasiskan circuit switch, yang artinya pembagian kanal dimana setiap satu kanal itu mutlak diperlukan oleh pelanggan setiap kali adanya panggilan. 2.1 Topologi Jaringan Global System for Mobile communication (GSM) Jaringan GSM yang merupakan salah satu Public Land Mobile Network (PLMN) tersusun dari beberapa komponen jaringan (Network Element) yang masingmasing mempunyai tugas dan fungsi sendiri-sendiri yang saling mendukung. Jika dilihat 5

6 dari aspek fungsinya jaringan GSM ini dapat dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu Mobile Station, Radio Station subsystem dan Network Switching Subsystem. Berikut topologi jaringan GSM secara umum : Gambar 2.1 Topologi jaringan GSM 2.1.1 Mobile Station (MS) Mobile Station (MS) terdiri dari dua bagian yaitu Mobile Equipment (ME) dan Subscriber Indentity Module (SIM) 2.1.1.1 Mobile Equipment (ME) Mobile Equipment (ME) merupakan perangkat telepon sendiri yang bekerja di jaringan GSM yang pemakaiannya harus menggunakan SIM-card. Seluruh identitas pelanggan tersimpan didalam SIM-card. SIM card juga berfungsi sebagai otentifikasi pengguna untuk menggunakan jaringan GSM.

7 2.1.2 Base Station system (BSS) / Radio Subsystem (RBS) Base Station Subsystem atau Radio Subsystem ini merupakan bagian yang menghubungkan perangkat pelanggan (mobile station) dengan jaringan GSM secara langsung melalui media udara. Di BSS ini terdiri dari 2 komponen, yaitu Base Tranceiver Station (BTS) dan Base Station Controller (BSC). 2.1.2.1 Base Transceiver Station (BTS) BTS merupakan network element yang paling fundamental area cakupan pelayanan di dalam suatu jaringan. BTS juga secara langsung bertanggungjawab pada sebuah sel dan berhubungan langsung dengan MS pelanggan menggunakan media radio. Area cakupan dari BTS ini mempengaruhi kualitas dari sinyal yang didapat oleh MS. 2.1.2.2 Base Station Controller (BSC) Base Station Controller (BSC) berfungsi sebagai pengendali beberapa BTS dan sebagai konsentrator trafik dari BTS-BTS yang di bawahnya menuju ke Network Switching Subsystem. 2.1.3 Network Swithcing Subsystem (NSS) Network Switching Subsystem (NSS) merupakan sub jaringan di GSM yang berfungsi untuk menghubungkan komunikasi dari pelanggan GSM yang satu ke pelanggan GSM yang lain. Selain itu NSS juga berfungsi untuk menghubungkan antara jaringan GSM dengan jaringan komunikasi yang lain, sehingga memungkinkan pelanggan GSM untuk berkomunikasi dengan pelanggan yang berbeda jaringan.

8 Di dalam Network Switching Subsystem (NSS) ini terbagi lagi menjadi beberapa bagian dan fungsinya yaitu: 2.1.3.1 Mobile Switching Centre (MSC) MSC adalah komponen penting dari Network Switching Subsystem yang berfungsi sebagai sentral yang menghubungkan komunikasi antara pelanggan GSM yang satu dengan pelanggan GSM yang lain. Fungsi dasar dari MSC termasuk mengkordinasikan interaksi beberapa site sel, sebagai gerbang komunikasi dengan jaringan PSTN serta jaringan PLMN lainnya dan mengontrol proses pemanggilan serta billing. Jumlah MSC dari setiap operator seluler bergantung dari seberapa luas cakupan area yang dilayaninya. MSC yang berfungsi sebagai interface dengan jaringan PLMN lain maupun jaringan PSTN disebut GMSC (Gateway MSC). GMSC ini harus mampu menangani berbagai standar pensinyalan untuk berkomunikasi dengan switching pada jaringan lain 2.1.3.2 Home Location Register (HLR) HLR merupakan database utama untuk semua informasi mengenai pelanggan beserta jenis layanan yang diberikan ke pelanggan. HLR juga menyimpan informasi berkaitan lokasi pelanggan yang akan diperlukan pada saat terjadinya pembangunan komunikasi. 2.1.3.3 Visitor Location Register (VLR) VLR merupakan network element yang memiliki fungsi utama menyediakan layanan kepada pelanggan yang dilayaninya. Jaringan tempat pelanggan berada tidak memiliki informasi tentang layanan apa saja yang harus didapat pelanggan tersebut. Oleh

9 karena itu diperlukan database temporer untuk menyimpan lokasi, jenis layanan sehingga memungkinkan pelanggan untuk bisa berkomunikasi secara mobile sesuai layanan yang telah diberikan kepadanya. MSC berkomunikasi dengan VLR untuk mendapatkan informasi dari pelanggan sehingga MSC dapat memproses panggilan. Sedangkan VLR mendapatkan informasi mengenai pelanggan dengan meminta informasi selengkapnya kepada HLR dimana database pelanggan tersebut disimpan. VLR akan menyalin layanan yang disediakan pelanggan dari database HLR. 2.1.3.4 Authentication Centre (AuC) AuC menyediakan fungsi validasi dan otentifikasi untuk mengenali apakah MS tersebut sah/benar dalam menggunakan jaringan seluler. Peran dari AuC ini menentukan apakah MS berhak untuk menggunakan jaringan GSM tempat MS terdaftar. 2.1.3.5 Equipment Identity Register (EIR) EIR menyimpan database dari perangkat pelanggan (handset). Dari database yang disimpan ini akan digunakan untuk mengkategorikan apakah handset pelanggan diijinkan untuk mengakses jaringan atau akan ditolak didalam menggunakan jaringan. 2.1.3.6 Value Added Service (VAS) Komunikasi bergerak ini pada dasarnya guna mendukung komunikasi suara yang mampu berpindah-pindah tempat. Namun dengan perkembangan jaman dan kebutuhan komunikasi maka dibutuhkan adanya layanan-layanan tambahan selain komunikasi suara

10 tersebut. Di bagian VAS inilah layanan-layanan tambahan tersebut diproses. Berbagai jenis layanan yang digunakan antara lain VMS, SMS, MMS, GPRS dan lain sebagainya. 2.1.3.7 Signalling Transfer Point (STP) STP adalah komponen jaringan yang tidak kalah pentingnya, dimana STP ini berfungsi untuk meneruskan paket-paket CCS#7 dari network element yang satu ke network element yang lain. Seperti yang diketahui bahwa dalam komunikasi antar network element di dalam jaringan GSM protokol yang digunakan adalah CCS#7. 2.2 Sistem Pensinyalan Di dalam jaringan telekomunikasi, agar dapat terselenggara hubungan antar dua network element pada jaringan, diperlukan adanya sinyal untuk memulai, memutuskan dan mengontrol pengiriman informasi antar network element tersebut. Sistem ini disebut dengan sistem pensinyalan (signalling system). Di dalam arsitektur GSM digunakan sistem yang disebut Signalling System Number 7 atau biasa di sebut SS7. SS7 ini digunakan untuk mengontrol pengiriman data komunikasi antar network element dalam suatu jaringan juga antar jaringan telekomunikasi lainnya seperti PSTN, PLMN, ISDN 2.2.1 Pengertian Pensinyalan Fungsi utama dari telekomunikasi adalah menyambungkan suatu panggilan dari terminal pelanggan ke terminal pelanggan yang yang dituju. Untuk menuju dari terminal

11 pelanggan ke terminal pelanggan yang dituju, proses panggilan akan melewati beberapa network element. Untuk melakukan fungsi penyambungan antar network element ini diperlukan suatu fungsi pengontrolan, seperti pembentukan hubungan (connection set up) dan pemutusan hubungan (clearing). Fungsi pengontrolan ini dinamakan dengan pensinyalan. Secara fisik hubungan tersebut menggunakan PCM30 (pulse Code Modulation 30), yang dipergunakan untuk menghubungkan suatu elemen sub jaringan dengan elemen sub jaringan lainnya dan berfungsi sebagai kanal sinkronisasi, kanal trafik dan kanal pensinyalan. PCM 30 mempunyai struktur fisik seperti gambar di bawah ini: Gambar 2.2 Struktur PCM 30 Secara fisik, PCM 30 terdiri dari: a. Time Division Multiplex (TDM) b. Timeslot yang membawa 8 bit c. TDM frame yang terdiri dari 32 timeslot Di sistem PCM 30, untuk kanal sinkronisasi dipergunakan channel 0 yang berfungsi untuk memastikan antara satu sub sistem telah siap untuk mengirim data ke sub sistem yang lain. Sedangkan untuk kanal trafik terdiri dari 30 time slot yang di pergunakan sebagai sarana untuk memindahkan data (dapat berupa suara atau data yang lain) dari salah satu sub sistem ke sub sistem yang lain. Pemakaian dari kanal tersebut

12 ditentukan pada saat proses pensinyalan, pada struktur PCM 30, kanal trafik/traffic channel menggunakan Ch 1 s/d Ch 15 dan Ch 17 s/d Ch 31 dengan kecepatan transfer 64 kbps. Pada sistem pensinyalan menggunakan PCM 30 dikenal ada 2 pensinyalan, yaitu: 1. Channel Associated Signalling (CAS) Channel Associated Signalling (CAS) adalah metode pensinyalan dimana informasi pesinyalan untuk suatu hubungan disalurkan menggunakan kanal fisik (PCM) yang juga dipergunakan oleh hubungan itu sendiri (kanal suara/data). Pada sistem ini channel/timeslot-16 biasa dipergunakan untuk kanal pensinyalan. Gambar 2.3 Channel Associated Signalling 2. Common Channel Signalling (CCS) Metode pensinyalan ini adalah metode pensinyalan informasi yang berhubungan dengan trafik suara/data dilewatkan melalui jaringan terpisah dengan trafik kanal suara/data yang dikontrolnya. Dalam satu kanal pensinyalan dapat dipergunakan secara bersama-sama untuk beberapa kanal trafik suara/data.

13 Gambar 2.4 Common Channel Signalling 2.2.2 Komponen Jaringan Pensinyalan Jaringan pensinyalan SS7 terpisah dari jaringan suara/data yang didukungnya. Jaringan SS7 ini terdiri dari beberapa node atau signaling points yang memiliki fungsi berbeda satu dengan yang lain. Node/titik tersebut yakni SSP (Service Switching Point), SCP (Signal Control Points) dan STP (Signal Transfer Point) Gambar 2.5 Jaringan Pensinyalan SS7 2.2.2.1 Service Switching Points Pada awalnya SSP adalah sentral digital yang menyediakan akses suara ke pelanggan dan mampu menyambungkan routing panggilan dengan ditambah perangkat

14 antarmuka SS7 beserta perangkat lunak aplikasi SS7. Saat ini fungsi SSP tergabung menjadi satu dengan MSC yang memiliki dua fungsi utama. Fungsi pertama, menggabungkan proses pembangunan dan pemutusan hubungan kanal suara melalui pesan ISUP. Fungsi kedua mengolah dan mengirimkan SS7 message yang dikirimkan ke database eksternal. Agar SSP ini mampu berkomunikasi dengan komponen lainnya di dalam jaringan SS7 maka diperlukan sebuah penamaan yang disebut Point Code. Sebuah SSP yang menghasilkan sebuah SS7 message berasal disebut Originating Point Code (OPC). Sebuah SSP yang menjadi tujuan akhir dari message SS7 memiliki sebuah Point Code yang disebut Destination Point Code (DPC) 2.2.2.2 Signal Control Points SCP adalah sebuah bagian yang menyediakan antarmuka ke bagian aplikasi database. Pesan-pesan yang berasal dari SSP ke SCP akan mendapatkan perintah routing atau informasi layanan. 2.2.2.3 Signal Transfer Points STP memiliki fungsi utama sebagai penyampai pesan dan mendistribusikan pesan-pesan SS7 ke alamat yang ada di dalam pesan SS7 tersebut. Sebuah pesan SS7 tidak akan pernah berasal/dihasilkan atau ditujukan/berakhir untuk sebuah STP. Beberapa fungsi penting dari STP: - Merupakan tempat koneksi fisik ke jaringan SS7 - Menjaga keamanan jaringan dengan sistem gateway screening - Merutekan pesan melalui layer MTP

15 - Memberikan alamat pesan melalui Global Title Translation (GTT) 2.2.2.4 Signalling Link Sebuah kanal yang dipergunakan sebagai transmisi informasi antara dua Signalling Point dinamakan signaling link, kumpulan dari beberapa signaling link parallel yang secara langsung menghubungkan dua signalling Point disebut LinkSet 2.2.2.5 Signalling Route Jalur yang telah ditetapkan untuk dilalui sebuah pesan agar pesan yang dikirim dari originating Point Code menuju dengan pasti ke Destination Point Code. Sedangkan sekumpulan signalling route yang dapat dilalui oleh pesan antara Originating point menuju Destination Point dinamakan Signalling Routeset. 2.2.3 Mode Transfer Pensinyalan 2.2.3.1 Associated Mode Sebuah model pensinyalan dimana transfer informasi pensinyalan dan informasi pengguna antara dua signalling point pada sebuah jaringan pensinyalan dilewatkan secara langsung tanpa menggunakan titik transfer dan melalui jalur yang sama. Gambar 2.6 Associated Mode

16 2.2.3.2 Quasi Associated Mode Mode Pensinyalan dimana transfer informasi pensinyalan antar dua titik pensinyalan dilewatkan pada suatu Signalling Transfer Point, yaitu jalur informasi pensinyalan dan informasi pelanggan dilewatkan pada jalur yang terpisah. 2.3 Protokol SS7 Gambar 2.7 Quasi mode Signalling System No.7 atau biasa disebut SS7 ini merupakan tipe pensinyalan yang memungkinkan untuk membawa data informasi baik suara maupun data. Teknologi aplikasi yang dapat didukung SS7 ini antara lain Public Switched Telephone Network (PSTN) dan Integrated Service Digital Network (ISDN). Prinsip dasar dari SS7 ini tidak terlepas dari prinsip Open System Interconnection (OSI) layer. Pendekatan ini merupakan dasar penyusunan blok dari sistem pensinyalan no.7 pada masing-masing fungsional layer OSI dan maksud pembentukan blok ini adalah untuk membentuk sistem pensinyalan no.7 menjadi modular, yang berarti blok baru bisa ditambahkan dan blok bagian lama dimodifikasi tanpa mengganggu bagian sistem lain yang sudah ada.

17 Perkembangan sistem pensinyalan no. 7 didasarkan pada OSI referensi model dan tujuan dari OSI referensi model ini adalah untuk menyediakan sebuah struktur yang ditentukan dengan baik, untuk model interkoneksi dan pertukaran informasi antara pengguna di dalam sistem komunikasi. Gambar 2.8 Pertukaran informasi pada layer OSI Pada OSI layer, pembagian layer dipergunakan untuk menggambarkan hubungan dan pertukaran informasi pada sebuah sistem komunikasi menjadi tujuh layer. Fungsi dari tiap-tiap layer dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Layer 1 (Physical Layer) Menyediakan transmisi langsung untuk aliran bit atau data melalui sirkit yang dibentuk pada media fisik komunikasi. Pada layer ini kesalahan transmisi belum

18 dapat dideteksi. Pada Sistem Signaling No.7, physical layer merupakan link fisik yang mempunyai kecepatan transfer 64 kbps. 2. Layer 2 (Data Link Layer) Layer ini berfungsi untuk mengirimkan blok-blok data dalam bentuk frame melalui sebuah hubungan fisik, dan hal ini berhubungan dengan: a. bagaimana sebuah mesin mengetahui dimana suatu blok yang ditransmisikan dimulai atau berakhir. b. bagaimana kesalahan transmisi dapat dideteksi (secure). c. bagaimana mengetahui gangguan transmisi. d. bila banyak mesin mempergunakan satu angkutan fisik bersama, bagaimana mereka dapat diatur sehingga pentransmisian informasi ini tidak tumpang tindih dan tercampur. 3. Layer 3 (Network Layer) Layer 3 bertugas untuk mentransmisikan paket data yang berupa kelompok bit secara langsung berdasarkan alamat atau routing yang dimilikinya. Pada network layer beberapa sub jaringan akan melakukan kerja sama atau interworking untuk menyediakan pelayanan jaringan dari end user ke end user. 4. Layer 4 (Transport Layer) Transport layer ini menandai batas antara elemen-elemen fisik pada sebuah jaringan dan logika, dan menyediakan sebuah layanan komunikasi ke layer yang lebih tinggi.

19 Lapisan ini menawarkan pertukaran data atau informasi antara dua kesatuan session layer. 5. Layer 5 (Session Layer) Fungsi utama dari session layer adalah menciptakan, mempertahankan dan memutuskan sambungan logika antar proses aplikasi. Session layer menambah layanan yang telah disediakan oleh transport layer dengan membentuk dan mengatur sesi. 6. Layer 6 (Presentation Layer) Presentation layer digunakan untuk mengubah data yang ditawarkan oleh lapisan aplikasi ke dalam format yang secara umum dapat diterapkan untuk mengirimkan data. Fungsi utama dari layer ini adalah memungkinkan aplikasi untuk menginterprestasikan data yang baru diterima. 7. Layer 7 (Application Layer) Lapisan terakhir merupakan lapisan dengan fungsi-fungsi tingkatan yang lebih tinggi yang mendukung aplikasi atau aktivitas sistem. Lapisan ini secara langsung melayani user dengan memberikan layanan informasi. Representasi dari layer ini adalah program aplikasi, operator dan terminal, peralatan periperal lainnya dan peralatan lainnya yang merupakan peralatan akhir. Contoh fungsi layer ini adalah penggunaan data jarak jauh, kontrol pemindahan file (FTP), dan lain sebagainya.

20 Pada penulisan tugas akhir ini hanya akan membahas sistem pensinyalan SS7 ISUP message yang terjadi antara gateway MSC Indosat Semarang dengan gateway MSC Telkom Semarang. Berikut ini susunan layer SS7 : Gambar 2.9 Lapisan SS7 2.3.1 Message Transfer Part 1 (MTP-1) MTP-1 disebut sebagai lapisan fisik yang berhubungan dengan perangkat keras dan juga konfigurasi elektrik. MTP-1 ini merupakan koneksi fisik, elektrik dan karakteristik fungsional dari signaling data link 2.3.2 Message Transfer Part 2 (MTP-2) Pada layer MTP-2 ini memiliki peranan untuk mengontrol prosedur pertukaran informasi pensinyalan melalui sebuah lintasan data. Lapisan ini merupakan lapisan terakhir yang bertanggungjawab membawa pesan/message yang akan ditransmisikan serta penanggungjawab pertama pada pesan yang diterima. Di lapisan ini juga memantau dan melaporkan kondisi jalur/link yang dilewati sebuah pesan, dengan jalan memeriksa

21 semua pesan yang dikirim dan diterimanya. Dengan adanya MTP-2 ini terjamin kondisi jaringan/link yang reliable Dari penjelasan di atas, fungsi dari MTP-2 adalah sebagai; - pembatas frame - pendeteksi kesalahan - pengoreksi kesalahan dengan cara mengirim ulang - pengontrol aliran lintasan/link. 2.3.3 Message Transfer Part 3 (MTP-3) Fungsi dari MTP-3 ini terbagi menjadi 2 kategori, yakni Message Routing(Signalling Message Handling) dan Signalling Network Management. Pada Message Routing terbagi menjadi dua sub kategori: - Message Discrimination, memisahkan asal dan tujuan dari pesan yang diterima. - Message Distribution, mengirimkan pesan berdasarkan alamat tujuan dari pesan. Pada kategori Signalling Network Management terbagi menjadi empat sub kategori: - Traffic Management, - Link Management, - Routing Management - Congestion (Flow) Control

22 2.3.4 Signalling Connection Control Part (SCCP) SCCP adalah sebuah blok fungsional di dalam arsitektur CCS no. 7 yang berfungsi untuk mengontrol transaksi dari hubungan signalling. Signalling Connection Control Part (SCCP) menyediakan layanan jairngan berupa connectionless (class 0) maupun connection-oriented (class 1). Pada class 0 atau connection-less pesan dikirimkan tanpa ada kaitan dengan pesan lainnya. Pengiriman pesan ini tidak dijamin urutannya. Sedangkan untuk class 1 atau connection-oriented, SCCP dibutuhkan oleh lapisan MTP-3 untuk memproses penanganan link di dalam sebuah linkset. Secara normal MTP-3 memberikan kode urutan pemilihan link yang disebut Signalling Link Selection / SLS untuk membagi beban link di dalam linkset. Dengan penggunaan SCCP, fungsi MTP-3 di atas akan dimatikan. Sehingga nilai dari SLS akan tetap, yang mengakibatkan pesan akan dikirim melalui link yang sama sehingga pesan terkirimkan secara berurutan. Beberapa fungsi tambahan dari SCCP adalah fungsi ruting khusus. Kemampuan pengalamatan disini memungkinkan pemetaan lokasi dari database informasi. Di lapisan MTP, MTP hanya memperhatikan pengiriman pesan ke sisi lawan dari sebuah link. Oleh karena itu pengalamatan di lapisan MTP dibatasi dengan penggunaan pointcode dari sisi asal dari sebuah jaringan yang di sebut oleh Originating Point Code dan signalling point code dari sisi lawan sebuah link yang disebut Destination Point Code. DPC berperan penting di dalam lapisan SCCP. Saat permintaan pengiriman pesan dikirimkan oleh node asal dari sebuah pesan, permintaan tersebut mengindikasikan lokasi jaringan dimana sebuah proses untuk mendapatkan data dari sebuah database. Untuk memperoleh data tersebut dapat berasal dari sebuah atau beberapa database. Oleh karena

23 itulah, SCCP diperlukan untuk penyediakan pengalamatan yang dapat membedakan antara beberapa database atau beberapa nilai lebih atau layanan yang melibatkan sebuah node. Nilai yang digunakan untuk jenis layanan dari sebuah layanan dari sebuah node disebut subsystem number. Nilai tersebut mengindikasikan indentifikasi database yang nilainya dari 0 sampai dengan 255. Beberapa nilai database ada yang sudah ditentukan terlebih dahulu untuk penggunaan bersama oleh beberapa vendor perangkat. Nilai 0 jika digunakan mengindikasikan sebuah database yang tidak dikenal. Tujuh nilai pertama ditetapkan untuk kebutuhan standar dari database. Seperti untuk ISDN/Telephony Numbering Plan (1), Data Numbering Plan (3), Land Mobile Numbering Plan (6) dan lain-lain. SCCP menggunakan DPC dan SSN untuk merutingkan menuju ke lokasi jaringan yang tepat dan pada database yang tepat. Fungsi penggunaan SCCP lainnya yang masih berkenaan dengan pengalamatan adalah GTT (Global Title Translation). Dikarenakan database pengalamatan dan layanan yang selalu berkembang, maka pada sebuah node dibutuhkan pembaharuan database pengalamatan dan layanan yang terus menerus, agar pesan dapat dikirimkan ke tujuan yang tepat. Dengan pemakaian GTT hal tersebut tidak diperlukan. Dengan menggunakan GTT, SSP tempat asal sebuah pesan tidak perlu mengetahui dimana letak tepatnya database yang dituju berada. SSP akan mengajukan pertanyaan untuk GTT dan akan melewatkannya ke arah STP. Dan di STP yang memiliki database DPC dan SSN di dalamnya akan melewatkan pesan yang dikirimkan dari SSP ke GTT yang di tuju. Jika STP yang pertama menerima pesan dari SSP tersebut tidak menemukan alamat yang dituju, maka STP akan menanyakan ke STP yang lainnya untuk mencari jalur dimana database GTT tersebut disimpan dan meneruskannya

24 2.3.5 Integrated Services Digital network User Part (ISUP) ISUP digunakan sepenuhnya oleh PSTN (Public Switched Telephone Network) untuk membawakan pesan untuk keperluan pembangunan dan pembubaran sirkit, baik suara dan digital. Pada jaringan wireless juga menggunakan pesan ISUP untuk membangun hubungan komunikasi dengan PSTN. Pesan ISUP dikirimkan dari setiap switching ke switching dimana hubungan sirkit dibutuhkan untuk komunikasi. Pesan ISUP memberikan dua tipe layanan yang dikenal dengan Dasar/Basic dan Tambahan/Supplementary. Basic service terdiri dari service pembangunan dan pembubaran hubungan. Sedangkan pada Supplementary service berisi layanan-layanan yang membawa pesan yang diperlukan untuk menjaga dan menjamin panggilan sesuai dengan layanan yang diberikan kepada pelanggan. Fungsi pesan ISUP dapat dibagi menjadi tiga kategori prosedur. Yang pertama kategori Signalling Procedure Control (SPRC) yang berhubungan secara langsung dengan layanan dari lapisan MTP. Prosedur SPRC ini diperlukan untuk mendukung Circuit Supervision Control (CSC) dan untuk Call Processing Control (CPC). 2.3.6 Transaction Capabilities Application Part (TCAP) Menyediakan fungsi - fungsi Transaction Capabilities (TC) dalam satu prosedur yang sama yang mendukung transfer informasi antara 2 titik jaringan, dan untuk menyediakan layanan-layanan standar generik untuk aplikasi (didistribusikan melalui exchange dan service center).

25 Aplikasi yang menggunakan TCAP diantaranya adalah OMAP, MAP dan INAP. Gambar 2.10 Struktur TCAP TCAP terdiri dari 2 bagian, yaitu : a. Component sublayer : Berhubungan dengan component yaitu application protocol data unit (APDU) yang mengiringi remote operation dan respon - respon mereka. b. Transaction sublayer : Berhubungan dengan pertukaran message yang berisikan component dan dialog portion antara dua TC user yang bersifat optional. Transaction Capability User (TC User), meliputi : a. Aplikasi Mobile service b. Aplikasi Supplementary service c. Short message transfer d. Operation and maintenance.

26 2.3.7 Mobile Application Part (MAP) MAP digunakan untuk membatasi fungsi - fungsi signaling yang berhubungan dengan perubahan informasi yang berdasarkan pada kemungkinan sebuah mobile station untuk berpindah - pindah. Mobile Application Part (MAP) juga mendukung fungsi khusus dalam jaringan radio bergerak dan untuk signaling antara MSC dan HLR, VLR dan EIR. Pada MAP dilengkapi fungsi - fungsi transaction capability (TC) di dalam satu kesatuan prosedur yang menyokong pemindahan informasi berdasarkan non - circuit antara dua atau lebih titik - titik signaling. Pemakaian MAP meliputi : a. Call set up (MOC dan MTC) b. Location up date dan cancellation. c. Up date informasi mobile subscriber di VLR dan HLR dengan memperhatikan perubahan parameter - parameter subscriber. d. Authentication. e. Handover Gambar 2.11 MAP sebagai TC User