TUGAS AKHIR ANALISA PENSINYALAN PADA INTERKONEKSI MSC INDOSAT DENGAN MSC EXCELCOMINDO. Oleh. Yuliati JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TUGAS AKHIR ANALISA PENSINYALAN PADA INTERKONEKSI MSC INDOSAT DENGAN MSC EXCELCOMINDO. Oleh. Yuliati JURUSAN TEKNIK ELEKTRO"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR ANALISA PENSINYALAN PADA INTERKONEKSI MSC INDOSAT DENGAN MSC EXCELCOMINDO Oleh Yuliati JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA 2007

2 LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR Di Susun Oleh Nama : Yuliati NIM : Jurusan Peminatan Judul : Teknik Elektro : Teknik Telekomunikasi : ANALISA PENSINYALAN PADA INTERKONEKSI MSC INDOSAT DENGAN MSC EXCELCOMINDO Disetujui dan Diterima Pembimbing Koordinator Tugas Akhir (Ir. A.Y. Syauki, MBAT ) (Yudhi Gunardi, ST.MT) Mengetahui Ketua Jurusan Teknik Elektro (Ir. Budi Yanto, Msc) ii

3 LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Yuliati NIM : Jurusan Fakultas : Teknik Elektro : Teknologi Industri Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya buat dan susun ini hasil pemikiran serta karya saya seorang. Tugas Akhir ini tidak dibuat oleh pihak lain, kecuali kutipan-kutipan referensi yang telah disebutkan sumbernya. Jakarta, Maret 2007 Yuliati iii

4 ABSTRAK Pada komunikasi sistem GSM, proses panggilan dari suatu Mobile station ke Mobile station yang lain tersebut melalui suatu proses yang dinamakan call setup. Pada prosedur call setup untuk membentuk, mempertahankan dan memutuskan suatu hubungan diperlukan fungsi pengontrolan yang dinamakan pensinyalan. Dengan mengamati format pesan pensinyalan dapat diketahui keberhasilan suatu panggilan beserta kegagalannya yaitu dengan melihat tipe masing-masing pensinyalan dan parameter yang ada didalamnya. Selain itu pensinyalan dapat juga dipergunakan untuk menganalisa kondisi sirkit dari suatu tempat ke suatu tujuan dan menganalisa titik lemah jaringan secara keseluruhan. Sehingga dapat diketahui efektifitas panggilan. iv

5 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji Allah Tuhan semesta alam, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberikan karunia dan nikmat yang tak pernah terbilang. Ucapan syukur kehadirat-nya akhirnya Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagai syarat akhir untuk meraih gelar Sarjana Teknik di Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana. Sholawat serta Salam penulis haturkan kepada Pemimpin Umat, Nabi Muhammad SAW beserta para keluarganya, sahabatnya, dan semua umatnya yang tetap setia menjalankan ajaran Islam. Semoga kita termasuk di dalamnya. Amin. Sudah tentu penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil hingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan rasa terima kasih yang dalam dan sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis, yaitu kepada : 1. Orang tua penulis yang telah membesarkan, mendidik serta membimbing penulis dalam menjalani kehidupan. 2. Suami dan anak-anak penulis yang telah memberikan motivasi penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini 3. Bapak Ir. A.Y Syauki. MBAT, selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah meluangkan waktu untuk memberikan saran dan bimbingan yang berguna bagi penulis. 4. Bapak Yudhi Gunardi, ST. MT selaku Koordinator Tugas Akhir. 5. Bapak Ir. Budi Yanto, Msc selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu v

6 Buana. 6. Bapak-Bapak Dosen pengajar PKSM, Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana. 7. Ibu Ratna, Ibu lilik, ibu dewi, Pak ghofur, Pak Yudi, di NOM Celullar, PT INDOSAT yang telah banyak memberikan masukan, saran, dukungan dalam menyelesaikan tugas akhir. 8. Rekan-rekan PT. INDOSAT yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan data-data yang dibutuhkan oleh penulis. 9. Semua rekan-rekan dan teman Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana. Penulis sudah mengupayakan untuk menyelesaikan tugas akhir ini dengan sebaik mungkin namun dengan segenap keterbatasan sumber daya (waktu, pengalaman dan wawasan) yang dimiliki, penulis menyadari bahwa hasil yang dicapai masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu segenap masukan sangat penulis harapkan demi mencapai hasil yang lebih memuaskan. Akhir kata, semoga Pembaca bisa mendapat serta menyebarkan hal-hal yang bermanfaat pada Laporan Tugas Akhir ini. Apabila ada kesalahan, semata-mata kekhilafan penulis, sedangkan kebenaran semuanya hanyalah milik Allah SWT. Jakarta, Maret 2007 Yuliati vi

7 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH...ii...iii...iv...v...vii...x...xi...xii BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan...1 I.2 Batasan Permasalahan...2 I.3 Tujuan Penulisan...2 I.4 Metoda Penulisan...2 I.5 Sistimatika Penulisan...2 BAB II SISTEM TELEKOMUNIKASI BERGERAK GSM II.1 Konsep Sistem Selular...5 II.1.1 Pembelahan Sel ( Cell Splitting)...6 II.1.2 Handover...6 II.1.1 Roaming...6 II.2 Arsitektur Jaringan Global System for Mobile Communication...6 II.2.1 Mobile Station (MS)...7 II Mobile Equipment...7 II Subscriber Identity Modul...7 II.2.2 Base Station Subsystem (BSS)...9 II.2.3 Network Switching Subsystem ( NSS)...10 II Mobile Service Switching Center ( MSC)...10 II Home Location Register ( HLR)...10 vii

8 II Visitor Location Register (VLR)...10 II Equipment Identity Register ( EIR)...11 II Authentication Centre (AuC)...11 II Voice Mail System ( VMS)...11 II.3 Sistem Pensinyalan...11 II.3.1 Pengertian Pensinyalan...12 II.3.2 Komponen Jaringan Pensinyalan...14 II Signalling Point...14 II Signalling Link...14 II Signalling Route...15 II.3.3 Model Transfer Pensinyalan...15 II Associated Mode...15 II Quasi Associated Mode...16 II.4 Protokol...16 II.4.1 Arsitektur Protokol...19 II.4.2 Message Transfer Part ( MTP)...21 II.4.3 Signalling Connection Control Part ( SCCP)...23 II.4.4 Integrated Services Digital Network User Part ( ISUP)...24 II.4.5 Transaction Capabilities Aplication Part ( TCAP)...24 II.4.6 Mobile Aplication Part ( MAP)...25 II.5 Interface...26 II.5.1 Fungsi Interworking...28 II.5.2 Skenario E Interface...28 BAB III SISTEM PENSINYALAN NO.7 ISUP ANTAR GATEWAY MSC III.1 Metode Pensinyalan...30 III.2 Format dan Kode Message ISUP...30 III.3 Parameter Message ISUP...34 III.3.1 Backward Call Indicator...34 III.3.2 Called Party Number...36 III.3.3 Calling Party Number...38 III.3.4 Calling Party Category...39 viii

9 III.3.5 Cause Indicator...40 III.3.6 Event Information...42 III.3.7 Forward Call indicator...42 III.3.8 Nature of Connection Indicator...45 III.3.9 Subsequence Number...46 III.3.10 Transmission Medium Requirement...46 III.4 Prosedur ISUP...47 III.4.1 Successful Call Setup...47 III.4.2 Call Release...48 III.4.3 Unsuccessful Call Setup...49 III.4.3 Suplementary Service...50 III.4.3 Jaringan dan Circuit...50 III.5 Answer Seize Ratio ( ASR )...50 BAB III ANALISA FORMAT PESAN ( MESSAGE) ISUP NO.7 PADA GATEWAY MSC INDOSAT GATEWAY EXCELCOMINDO IV.1 Answer Seize Ratio ( ASR )...52 IV.2 Analisa Format Pesan ISUP Untuk Panggilan Yang Berhasil...56 IV.3 Analisa Format Pesan ISUP Untuk Panggilan Yang Tidak Berhasil...59 BAB III KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN A LAMPIRAN B ix

10 DAFTAR GAMBAR II.1. Sistem Telepon Bergerak Sellular...7 II.2. Arsitek Jaringan GSM...7 II.3. Mobile Station...8 II.4 SIM Card...8 II.5 Struktur Fisik PCM II.6 Channel Associated Signalling...13 II.7 Command Channel Signalling...14 II.8 Komponen Jaringan Signalling...15 II.9 Associated Mode...15 II.10 Quasi Associated Mode...16 II.11 Model Osi Layer...17 II.12 Arsitektur Protocol...19 II.13 Arsitektur CCS II.14 Struktur MTP...21 II.15 Lokasi SCCP di Dalam Arsitektur CCS II.16 Struktur TCAP...25 II.17 MAP sebagai TC User...26 II.18 Interface Antar MSC...26 II.19 E Interface...28 III.1 Struktur Pesan ISUP...31 III.2 Struktur Called Party Number...37 III.3 Struktur Calling Party Number...37 III.4 Struktur Cause Indicator...41 III.5 Procedure Succesfull Call Set Up...48 III.6 Procedure Succesfull Call Release...49 III.7 Procedure Unsuccesfull Call Set Up...49 x

11 DAFTAR TABEL III.1 Code CIC...32 III.2 Message Code dan Singkatannya...32 III.3 Backward Call Indicator oktet III.4 Backward Call Indicator oktet III.5 Nature Address Indicator...37 III.6 Numbering Plan Indicator...38 III.7 Kategori dari Calling party...39 III.8 Tabel Lokasi Pembentukan Panggilan...41 III.9 Event Information Code...42 III.10 Forward Call Indicator...43 III.11 Kode Nature Connection Indicator...45 III.12 Kode Address Signal...46 III.13 Transmission Medium Requirement...46 IV.1 Hasil Pengukuran ASR dan Occupancy Circuit...53 IV.2 Prosentase Jumlah Kegagalan Panggilan Terhadap Pemutusan Hubungan xi

12 DAFTAR ISTILAH ACM ANM ASR AuC BSC BSS BTS CAS CC CCITT CCS CIC CM CON CPG DPC EIR GSM HLR IAM ISDN ISUP ITU MSC MAP MCC ME MNC MOC MTC : Address Complete Signal : Answer Message : Answer Seize Ratio : Authentication Center : Base Station Controller : Base Station Subsystem : Base Tranceiver Station : Channel Associate Signalling : Continuity Check : Consultatif International Telegraphique et Telefonique : Common Channel Signalling : Circuit Identification Code : Call Management : Connect Message : Call Progress : Destination Point Code : Equipment Identity Register : Global System for Mobile Communication : Home Location Register : Initial Address Message : Integrated Service Digital Network : ISDN User Part : International Telegraph Union : Mobile Switching Center : Mobile Aplication Part : Mobile Country Code : Mobile Equipment : Mobile Network Country : Mobile Originating Call : Mobile Termintating Call xii

13 MS MSIN MSRN MTP NDC NSS OPC PCM PSTN RAM ROM REL RLC RR SCCP SIM SLS SPC STP1_1 SS7 VMS VLR XLJKT1 : Mobile Station : Mobile Subscriber Identification Number : Mobile Subscriber Roaming Number : Message Transfer Part : Network Destination Code : Network Sub System : Orininating Point Code : Pulse Code Modulation : Public Switch Telephone Network : Random Access Memory : Read Only Memory : R elease Message : Release Complete Message : Radio Resource : Signalling Connection Control Part : Subscriber Identity Modul : Signalling Link Selection : Signalling Point Code : Nama MSC Gateway di Indosat : Signalling System No.7 : Voice Mail Box : Visitor Location Register : Nama MSC Gateway Excelcomindo xiii

14 DAFTAR PUSTAKA Buku Diktat Indosat Training & Conference Centre (ITCC), Common Channel Signalling CCITT no.7, 2003 Asha Mehrotra, GSM system Engineering, Artech Publisher-Boston London, 1996 PT.SATELINDO, Signalling 1,Jakarta,1999 PT.SATELINDO, Signalling 2,Jakarta,1999 PT. TELKOM, Traffic Engineering, Divlat Telkom center of Human Resource and Development, Bandung. CCITT Blue Book, Specification of Signalling System No.7, Helsinki, March 1-12,1993 Website: Tutorial on Signalling System 7 (SS7), Performance Technologies. Siemens, GSM Training, Version 2.5, Berlin xiv

15 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Perkembangan teknologi telekomunikasi sekarang ini semakin meningkat, dimana masyarakat pun menuntut tersedianya kemundahan disegala bidang untuk menunjang usaha dibidang industri, perbankan, pendidikan dan kesehatan maupun bidang yang lainya. Komunikasi maupun transfer informasi yang cepat, yang dapat diakses kapan saja dan dimanapun lokasinya, diperlukan untuk mendukung kemajuan tersebut. Salah satu sistem yang dapat memberikan layanan tersebut adalah sistem telekomunikasi bergerak, dan dewasa ini juga mengalami perkembangan yang pesat, diantaranya adalah Global System for Mobile Communication(GSM). Sistem komunikasi bergerak selular atau GSM didefinisikan sebagai komunikasi antara 2 terminal dimana salah satu atau keduanya berpindah tempat, yang didasarkan pada teknologi selular digital. Pada komunikasi bergerak selular ini pelanggan dapat bergerak secara bebas dalam area layanan jaringannya tanpa melalui pemutusan panggilan dan mempunyai kemampuan untuk jelajah international, dengan simcard dengan identitas pelanggan. Dengan pemberian fasilitas ini, tentu diperlukan perencanaan yang matang untuk memilih teknologi yang tepat dan fleksibel sehingga teknologi tersebut tidak hanya mudah dipergunakan tapi juga mudah dalam membantu menganalisa berbagai masalah yang timbul. Komunikasi pada GSM ini membutuhkan suatu penyambungan atau protokol yang tepat, yang disesuaikan dengan aplikasi dari suatu tempat yang dihubungkan. Perkembangan dan aplikasi ini juga mempertimbangkan penanganan masalah yang akan terjadi di dua tempat yang dihubungkan tersebut, termasuk hubungan antara dua sentral yang berbeda. Hubungan antara GSM ini harus dapat memberikan keuntungan baik dalam segi aplikasi teknologi maupun dari segi penanganan masalah yang terjadi. 1

16 I.2. Pembatasan Permasalahan Pembatasan masalah dalam penulisan tugas akhir ini pada analisa format message ISUP No.7 pada link interkoneksi MSC Indosat dengan MSC Excelcomindo POI ( Point of interconnection ) Jakarta I.3. Tujuan Penulisan Tujuan yang diharapkan dari tulisan ini adalah : 1. Untuk mengetahui proses call setup dan menganalisa kegagalan dari proses tersebut pada link interkoneksi MSC Indosat dengan MSC Excelcomindo Point of Interconnection ( POI) Jakarta. 2. Memberikan masukan terhadap Indosat dalam rangka perbaikan performansi pada link interkoneksi MSC Indosat dengan MSC Excelcomindo Point of Interconnection ( POI) Jakarta. I.4. Metode Penulisan Di dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis mengumpulkan data dengan beberapa metode sebagai berikut : 1. Metode pustaka / literatur, yaitu Mengumpulkan data - data dari perusahaan tempat penulis bekerja, buku - buku dari perpustakaan yang berkaitan dengan judul tugas akhir ini. 2. Metode praktek langsung, yaitu mengumpulkan data dengan praktek langsung di perusahaan tempat penulis bekerja Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran mengenai isi dari tugas akhir ini secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut : BAB I. Pendahuluan 2

17 Pada bab pertama ini berisi latar belakang penulisan, pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan yang menggambarkan secara ringkas isi keseluruhan tugas akhir ini. BAB II. Sistem Telekomunikasi Bergerak GSM Pada bab ini membahas teori GSM secara umum seperti elemen-elemen yang ada dalam sistem GSM dan teory pensinyalan no.7. BAB III. Sistem Pensinyalan No.7 ISUP Antar Gateway MSC Pada bab 3 ini membahas detail format umum Message ISUP serta prosedur call setup. BAB IV. Analisa Format Pesan ( Message ) ISUP NO.7 Pada Gateway MSC Indosat Gateway MSC Excelcomindo Pada bab 4 ini berisi Analisa pesan ISUP untuk keberhasilan panggilan dan kegagalan panggilan. BAB V. Kesimpulan 3

18 BAB II SISTEM TELEKOMUNIKASI BERGERAK GSM Sejak tahun 1981 di benua Eropa telah ada beberapa sistem komunikasi seluler analog. Pada sistem komunikasi ini tidak bersifat kompatibel karena sistemnya berbeda-beda disetiap negara sehingga ponsel (telepon seluler) di suatu negara tidak dapat dipergunakan untuk berkomunikasi di negara lain. Dari sini muncullah pemikiran untuk menyeragamkan sistem komunikasi seluler yang ada agar setiap ponsel dapat dipergunakan di setiap negara. Setelah ditetapkan standar sebagai acuan untuk sistem komunikasi seluler oleh Comite Consultatif International Telegraphique et Telefonique (CCITT) yang sekarang dikenal sebagai International Telegraph Union (ITU), maka diciptakan sistem baru dangan nama Global System For Mobile Communication (GSM). GSM merupakan sistem komunikasi seluler digital yang perkembangannya sangat pesat dan semakin banyak dipergunakan karena mempunyai kelebihan dibanding dengan sistem lain. Beberapa kelebihan sistem GSM dibandingkan dengan sistem komunikasi analog antara lain : 1. Mudah diadaptasikan dengan jaringan digital lainnya, misal sistem Public Network Switching Network (PSTN), karena transmisi pada jaringan Global System for Mobile Communication (GSM) telah mempergunakan sistem digital. 2. Lebih tahan terhadap adanya interferensi. 3. Keamanan transmisi suara dan data pada sistem Global System for Mobile Communication (GSM) lebih aman karena mempergunakan penyandian. 4. Mempunyai kualitas transmisi yang lebih baik. 5. Memiliki kompatibilitas yang tinggi dengan sistem GSM di negara lain, sehingga memungkinkan GSM di suatu negara dapat mempergunakan ponselnya di negara lain (jelajah internasional). 4

19 6. Dimungkinkan adanya beberapa layanan tambahan kepada pelanggan, misalnya : voice mail, short message service, serta pengiriman data lainya. II.1. Konsep Sistem Selular Sistem komunikasi bergerak selular adalah sistem komunikasi yang dipergunakan untuk memberikan layananan jasa telekomunikasi bagi pelanggan bergerak. Disebut sistem seluler karena daerah layanannya dibagi-bagi menjadi daerah yang kecil-kecil yang disebut sel. Tiap sel dicatu oleh BTS (Base Transciever Station) untuk mengcover wilayahnya masing-masing dimana BTS tersebut ditempatkan. Salah satu teknologi selular yang dikenal yaitu sistem teknologi GSM atau Global System For Mobile Communication. Teknologi GSM adalah sistem telepon bergerak yang berbasis teknologi selular digital dengan SIM (Subscriber Identiity Module) sebagai identitas pelanggan dan memiliki kemampuan roaming internasional. Jaringan sistem komunikasi bergerak dapat diperlihatkan seperti gambar II.1. GSM bekerja pada frekuensi 890 Mhz 915 Mhz (uplink) yaitu dari Mobile Station (MS) ke Base Transceiver Station (BTS) dan frekuensi 935 Mhz 960 Mhz (downlink) yaitu dari Base Transceiver Station (BTS) ke MS. PSTN BTS BTS PDN MS BTS BSC MSC ISDN MS BTS BSC MSC PSTN PSPDN PLMN ISDN Mobile Station Base Transceiver Station Base Station Controller Mobile Switching Center Public Switched Telephone Network Packet Switched Public Data Network Public Land Mobile Network Integrated Services Digital Network Other PLMN Gambar II.1. Sistem Telepon Bergerak Selular 1 1 PT.Satelit Palapa Indonesia, Signalling 1 Satelindo Training Center,1999,hal 5 5

20 II.1.1. Pembelahan Sel (Cell Splitting) Inti dari sistem seluler adalah konsep pengulangan sel, dimana tujuannya adalah untuk mencapai kapasitas pelanggan yang besar sekaligus mempergunakan pita frekuensi yang efektif. Kemudian ditambah lagi dengan pembelahan sel (Cell Splitting), menyebabkan kapasitas pelanggan dapat menjadi lebih besar lagi. Pembelahan sel merupakan salah satu konsep yang dipergunakan dalam komunikasi bergerak selular yang dilakukan jika BTS tertentu sudah tidak mampu lagi menangani kepadatan traffik di dalam selnya. II.1.2. Handover Ketika MS bergerak mendekati perbatasan sel menuju daerah cakupan sel di sebelahnya maka kuat sinyal yang diterima oleh MS tersebut akan melemah. Hal ini dideteksi oleh sistem seluler yang kemudian memindahkan kanal radio ke BTS sel-sel sebelahnya. Proses ini disebut dengan hand off atau handover. Proses selanjutnya adalah melakukan penyambungan panggilan ke sebuah kanal frekuensi baru pada sel yang baru tanpa penyelaan panggilan atau pemberitahuan kepada MS. II.1.3. Roaming Roaming atau penjelajahan merupakan satu fasilitas yang dimiliki MS, yang memungkinkan MS tersebut selalu dapat dikendalikan meskipun keluar dari wilayah asalnya. II.2. Arsitektur Jaringan Global System for Mobile Communication (GSM) Jaringan GSM yang merupakan salah satu Public Land Mobile Network (PLMN) tersusun dari beberapa komponen pendukung yang masing-masing komponen mempunyai spesifikasi dan tugas tersendiri. Jaringan GSM dapat dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu Mobile Station (MS), Base Station Subsystem (BSS) dan Network Swicthing Subsystem (NSS). Arsitektur jaringan GSM ini dapat dilihat pada gambar II.2. 6

21 Gambar II.2. Arsitektur jaringan GSM 2 II.2.1. Mobile Station (MS) Mobile Station (MS) terdiri dari dua bagian yaitu Mobile Equipment (ME) dan Subscriber Identity Modul (SIM). II Mobile Equipment (ME) Mobile Equipment (ME) merupakan perangkat telepon sendiri yang pemakaian harus mempergunakan SIM-card. Seluruh identitas pelanggan tersimpan di dalam SIM-card ini sehingga tidak seperti telepon analog dimana identitas sudah melekat pada out station-nya. Oleh karena itu seorang pelanggan GSM tidak ditentukan berdasarkan perangkatnya (ME) tetapi berdasarkan SIMcard nya. Pemilik SIM-card dapat mempergunakannya tanpa terbatas hanya pada perangkat ME yang dimilikinya. II Subscriber Identity Module (SIM) SIM-card tidak termasuk jenis kartu magnetik, melainkan termasuk smart card karena didalamnya terdapat mikroprosesor, Random Access Memory 2 PT.Satelit Palapa Indonesia, Signalling 1 Satelindo Training Center,1999,hal 17 7

22 Gambar II.3. Mobile Station 3 (RAM) dan Read Only Memory (ROM) sehingga dapat dipergunakan untuk menyimpan data yang mendukung informasi dan pelayanan sistem GSM. Chip Gambar II.4. SIM Card 4 Data yang disimpan dalam SIM adalah: 1. International Mobile Subcriber Indentify (IMSI) yang merupakan kode internasional untuk mengetahui pelanggan yang memiliki SIM card. MCC + MNC + MSIN Dimana : MCC = Mobile Country Code MNC = Mobile Network Country MSIN = Mobile Subscriber Identification Number Sebagai contoh: Authentication key (ki). 3. Temporary Mobile Subscriber Identify (TMSI) yang berisi informasi lokasi MS saat itu di dalam sistem. 3 PT. Satelit Palapa Indonesia, Signalling 1, STELINDO Training Center,1999 hal 14 4 Ibid 3 8

23 4. Mobile Station ISDN Number (MSISDN) yang dipergunakan sebagai nomor dari pelanggan. CC + NDC + SN Dimana : CC = Country Code NDC = Network Destination Code SN = Serial Number Sebagai contoh : Personal Identification Number (PIN) yang merupakan kode pribadi yang terdiri sampai 8 digit dan dipergunakan untuk keamanan pribadi. II.2.2. Base Station Subsystem (BSS). Base Station Subsystem (BSS) terdiri dari dua komponen, yaitu Base Transceiver Station (BTS) dan Base Station Controller (BSC). II Base Transceiver Station (BTS) Base transceiver Station (BTS) merupakan elemen mendasar dari cakupan pelayanan di dalam suatu jaringan. BTS juga melayani secara langsung sebuah sel dan berhubungan langsung dengan MS. Di samping itu, kemampuan cakupan dari suatu BTS bisa diatur. Jika pada daerah yang padat, cakupan dari BTS bisa diatur hanya sampai radius 200 meter untuk meningkatkan kapasitas panggilan tersebut. Jika pada daerah yang tidak padat, BTS dapat mempunyai daerah cakupan yang lebih luas yaitu radius sekitar 30 kilometer. II Base Station Controller (BSC) Base Station Controller (BSC) berfungsi untuk mengontrol dan memonitor beberapa BTS yang dibawahnya. Untuk trafik yang datang dari BTS, BSC berfungsi sebagai konsentrator dan untuk trafik yang datang dari MSC, BSC berfungsi sebagai pengatur dari BTS yang ingin dituju. Fungsi di dalam jaringan adalah BSC mengirim alarm dan statistik perfomansi ke BTS, dan membantu men-download sofware ke BTS dari pusat operasi. BSC juga melakukan pengaturan handover antar BTS yang dicakupinya. 9

24 II.2.3. Network Switching Subsystem (NSS). Dalam subsistem Network Switching Subsystem (NSS) ini masih terbagi lagi menjadi beberapa bagian yaitu: II Mobile Service Switching Centre (MSC) Mobile Service Switching Center (MSC) merupakan komponen utama dari subsistem ini dan dapat dianggap sebagai sentral switching GSM seperti sentral switching pada Public Switch Telephone Network (PSTN) atau Integrated Switch Digital Network (ISDN). Fungsi utamanya adalah mengatur agar terselenggaranya komunikasi antar BSC, antar MSC atau dengan jaringan lain, misalnya jaringan PSTN dan ISDN. Pensinyalan yang dipergunakan antar fungsional pada jaringan ini mempergunakan Signaling System Number 7 (SS7). II Home Location Register (HLR) Home Location Register (HLR) merupakan database yang berisi semua informasi administratif dari MS, yaitu identitas MS, kemampuan akses dan layanan yang dapat diterima oleh MS tertentu. HLR mempunyai tugas untuk mengetahui posisi setiap MS. Dalam HLR terkandung informasi penting untuk sistem mengenai pelanggan, yaitu :International Mobile Subscriber Identity (IMSI), Mobile Station ISDN (MSISDN) merupakan nomor ponsel pelanggan dan alamat VLR yang menyimpan data pelanggan yang sedang roaming. II Visitor Location Register (VLR) Visitor Location Register (VLR) berisi beberapa informasi administratif penting dari HLR untuk pengendalian panggilan dan pemberian layanan kepada pelanggan yang sedang berada pada daerah cakupan VLR tersebut. VLR bertugas pada suatu wilayah tertentu dan akan diberi tahu oleh MSC apabila ada MS yang memasuki daerahnya. Pada VLR terkandung informasi berupa Mobile Subscriber Roaming Number (MSRN) yang merupakan nomor tunggal yang diberikan oleh VLR pada saat itu, hanya berlaku pada daerah VLR. 10

25 II Equipment Identity Register (EIR) Suatu MS yang telah terdaftar, dapat tidak dijinkan dipergunakan misalnya, karena telah jatuh ke tangan selain pemiliknya atau dicuri. Keadaan tersebut tercatat dalam status yang tersimpan dalam Equipment Identity Register (EIR). Dalam EIR terdapat tiga daftar status yaitu daftar resmi (white list), daftar terlarang (black list) dan daftar diragukan (grey list). MS yang masuk dalam daftar terlarang, misalnya karena telah dicuri, tidak dapat dipergunakan kembali, kecuali telah diijinkan kembali oleh operator, sedangkan MS yang termasuk diragukan, tidak diperkenankan mempergunakan ponselnya untuk sementara. II Authentication Centre (AuC) Fungsi utama Authentication Center (AuC) untuk melindungi database yang menyimpan kode rahasia dengan menyimpannya pada SIM card pelanggan tersebut. Dengan cara ini seseorang yang tidak tercatat sebagai pelanggan GSM, tidak dapat ikut mempergunakan jaringan GSM. Lebih dari itu, AuC juga dipergunakan untuk melindungi data pelanggan yang tersimpan dalam sistem, agar tidak dapat diubah oleh orang yang tidak bertanggung jawab. II Voice Mail System (VMS) Voice Mail System (VMS) berisi database dari mailbox pelanggan. VMS ini bekerja jika MS dialihkan ke nomer VMS yang sudah ditentukan, dan jika MS tidak tercakup oleh BTS atau ponsel dari MS dalam keadaan mati, maka panggilan ke arah MS tersebut dialihkan ke VMS. II.3. Sistem Pensinyalan. Pada jaringan telekomunikasi, untuk dapat terselenggaranya hubungan antara dua terminal pada jaringan, diperlukan adanya sinyal untuk memulai hubungan, pemutusan hubungan dan pengontrolan pengiriman informasi antar komponen tersebut. Sistem yang mendukung sinyal yang dibutuhkan antar dua komponen jaringan ini disebut sistem pensinyalan. 11

26 Dalam arsitektur GSM dipergunakan sistem pensinyalan Signaling System No. 7 (SS7). Sistem ini digunakan untuk pengontrolan pengiriman data antara MSC dan MSC, MSC dan BSC, MSC dan jaringan PSTN atau jaringan lainnya. II.3.1. Pengertian Pensinyalan Fungsi utama dari telekomunikasi adalah menyambungkan suatu panggilan dari terminal pelanggan ke terminal pelanggan yang dituju. Gambar II.5. Struktur fisik PCM 30 5 Untuk melakukan fungsi penyambungan ini diperlukan suatu fungsi pengontrolan, seperti pembentukan hubungan (connection set up) dan pemutusan hubungan (clearing). Fungsi pengontrolan ini dinamakan dengan pensinyalan. Secara fisik hubungan tersebut mempergunakan PCM 30 (Pulse Code Modulation), yang dipergunakan untuk menghubungkan suatu elemen sub jaringan dengan elemen sub jaringan lainnya dan berfungsi sebagai kanal sinkronisasi, kanal trafik dan kanal pensinyalan. PCM 30 mempunyai struktur fisik seperti pada gambar II.5. Secara fisik 1 PCM 30 terdiri dari : a. Time Division Multiplex (TDM) 5 PT. Satelit Palapa Indonesia, Signalling 2, SATELINDO Training Center,1999 hal 1 12

27 b. Timeslot, yang membawa 8 bit word (3,9 us) c. TDM frame, yang terdiri 32 timeslot (125 us) d. Multi frame, yang terdiri 16 frame TDM Pada sistem PCM 30, untuk kanal sikronisasi dipergunakan ch-0 yang berfungsi untuk memastikan antara satu sub sistem telah siap untuk mengirim data ke sub sistem yang lain. Sedangkan untuk kanal trafik terdiri dari 30 time slot, yang dipergunakan sebagai sarana untuk pemindahan data (dapat berupa voice atau data yang lain) dari salah satu sub sistem ke sub sistem yang lain. Pemakaian dari kanal tersebut ditentukan pada saat proses pensinyalan, untuk struktur PCM diatas, kanal trafik (speech channel / traffic channel) mempergunakan Ch1 - Ch15 dan Ch17 - Ch 31 dengan kecepatan transfer 64 Kbit / s. Pada sistem PCM 30 dikenal 2 pensinyalan yaitu : 1. Channel Associated Signaling (CAS) Channel Associated Signaling (CAS) adalah metode pensinyalan dimana informasi pensinyalan untuk suatu hubungan disalurkan melalui kanal fisik (PCM) yang juga dipergunakan oleh hubungan itu sendiri (kanal voice / data). Pada sistem ini Ch16 selalu dipergunakan untuk kanal pensinyalan. Contohnya adalah pensinyalan R2 Gambar II.6. Channel Associated Signaling (CAS) 6 6 PT. Satelit Palapa Indonesia, Signalling 2, STELINDO Training Center,

28 2. Common Channel Signaling (CCS no.7) Metode pensinyalan ini adalah metode dimana pertukaran informasi dilakukan kanal untuk trafik data / speech dan mempergunakan kanal khusus untuk keperluan pensinyalan dan transfer data yang terpisah dari kanal trafik. Satu kanal pensinyalan dapat dipergunakan secara bersama-sama untuk banyak PCM link. Exchange A Speech/Data Speech/Data Speech/Data Speech/Data Speech/Data Exchange B CSC (Common Signaling Ch) Gambar II.7. Common Channel Signaling (CCS no.7) 7 II.3.2. Komponen Jaringan Pensinyalan II Signalling Point Signalling Point (SP) adalah semua titik yang ada pada jaringan yang mampu mengatur message (pesan) pensinyalan no.7. Signaling point yang menghasilkan sebuah message (pesan) dinamakan Originating Point Code (OPC), sedangkan signaling point yang dipergunakan sebagai tujuan dari message (pesan) dinamakan Destination Point Code (DPC). Signaling point yang bukan sebagai asal dan tujuan dari message (pesan) tetapi hanya dipergunakan untuk transfer message (pesan) dinamakan Signaling Transfer Code (SPC). II Signalling Link Sebuah kanal yang dipergunakan sebagai transmisi informasi pensinyalan antara dua signaling point dinamakan signaling link, sedangkan satu 14

29 ikatan dari signaling link pararel yang secara langsung menghubungkan dua signaling point dinamakan link set. II Signaling Route Jalur yang ditetapkan yang melalui jaringan pensinyalan (dari originating point ke destination point) yang terdiri dari urutan signaling point dan atau signaling transfer point dan terhubungkan dengan signaling link dinamakan signaling route, sedangkan semua signaling route yang dapat dilalui oleh message (pesan) antara originating point dan destination point dinamakan signaling route set. Gambar II.8. Komponen Jaringan Signaling 8 II.3.3. Model Transfer Pensinyalan II Associated Mode Sebuah model pensinyalan dimana transfer informasi pensinyalan dan informasi pengguna antara dua signaling point pada sebuah jaringan pensinyalan dilewatkan secara langsung tanpa mempergunakan titik transfer dan melalui jalur yang sama. 7 PT. Satelit Palapa Indonesia, Signalling 2, STELINDO Training Center, CCITT Blue Book, Spesification Of signalling System No.7, Helsinki, March 1-12,1993, Rec.Q700 hal 6 15

30 Gambar II.9. Assosiated mode 9 II Quasi Associated Mode Model pensinyalan dimana transfer informasi pensinyalan antara dua titik pensinyalan dilewatkan pada suatu signaling transfer point, yaitu jalur informasi pensinyalan dan informasi pelanggan dilewatkan pada jalur yang terpisah. Gambar II.10. Quasi Associated Mode 10 II.4. Protokol Sistem pensinyalan no. 7 merupakan tipe pensinyalan multi fungsi yang memungkinkan untuk membawa seluruh data informasi seperti suara atau data dengan kecepatan tinggi. Aplikasi-aplikasi yang dapat didukung oleh sistem pensinyalan no. 7 antara lain adalah Public Switching Telephone Network (PSTN) dan Integrated Service Digital Network (ISDN). Prinsip dasar dari sistem pensinyalan no. 7 tidak terlepas dari Open system 9 CCITT Blue Book, Spesification Of signalling System No.7, Helsinki, March 1-12,1993, Rec.Q700 hal 6 10 Ibid 9 16

31 Interconnection (OSI) layer untuk mendefinisikan sistem pensinyalan no.7 itu sendiri. Pendekatan ini merupakan dasar penyusunan blok dari sistem pensinyalan no. 7 pada masing-masing fungsional layer OSI dan maksud pembentukan blok ini adalah untuk membentuk sistem pensinyalan no. 7 menjadi modular, yang berarti blok baru bisa ditambahkan dan blok lama dimodifikasi tanpa mengganggu bagian sistem yang lain yang sudah ada. Untuk itulah maka perlu diketahui terlebih dahulu bagaimana open system interconnection (OSI) Layer dan komponen-komponennya sebelum membahas mengenai sistem pensinyalan no.7. Perkembangan sistem pensinyalan no. 7 didasarkan pada OSI referensi model dan tujuan dari OSI referensi model ini adalah untuk menyediakan sebuah struktur yang ditentukan dengan baik, untuk model interkoneksi dan pertukaran informasi antara pengguna di dalam sistem komunikasi. Gambar II.11. Model OSI Layer 11 Pada OSI layer, pembagian layer dipergunakan untuk menggambarkan hubungan dan pertukaran informasi pada sebuah sistem komunikasi menjadi tujuh layer. Fungsi dari tiap-tiap layer dapat dijelaskan sebagai berikut: 11 Siemens GSM Training Version 2.5, Berlin,Survey hal 16 17

32 1. Layer 1 (Physical Layer) Menyediakan transmisi langsung untuk aliran bit atau data melalui sirkit yang dibentuk pada media fisik komunikasi. Pada layer ini kesalahan transmisi belum dapat dideteksi. Pada Sistem Signaling No.7, physical layer merupakan link fisik yang mempunyai kecepatan transfer 64 K bit per detik. 2. Layer 2 (Data Link Layer) Layer ini berfungsi untuk mengirimkan blok-blok data dalam bentuk frame melalui sebuah hubungan fisik, dan hal ini berhubungan dengan: a. bagaimana sebuah mesin mengetahui dimana suatu blok yang ditransmisikan mulai atau berakhir. b. bagaimana kesalahan transmisi dapat dideteksi (secure). c. bagaimana mengetahui gangguan transmisi. d. bila banyak mesin mempergunakan satu angkutan fisik bersama, bagaimana mereka dapat diatur sehingga pentransmisian informasi ini tidak tumpang tindih dan tercampur. 3. Layer 3 (Network Layer) Layer 3 bertugas untuk mentransmisikan paket data yang berupa kelompok bit secara langsung berdasarkan alamat atau routing yang dimilikinya. Pada network layer beberapa sub jaringan akan melakukan kerja sama atau interworking untuk menyediakan pelayanan jaringan dari end user ke end user. 4. Layer 4 (Transport Layer) Transport layer ini menandai batas antara elemen-elemen fisik pada sebuah jaringan dan logika, dan menyediakan sebuah layanan komunikasi ke layer yang lebih tinggi. Layer ini menawarkan pentransferan data atau informasi antara dua kesatuan session layer. 5. Layer 5 (Session Layer) Fungsi utama dari session layer adalah menciptakan, mempertahankan dan memutuskan sambungan logika antar aplikasi proses. Session layer menambah layanan yang telah disediakan oleh transport layer dengan membentuk dan mengatur session. 18

33 6. Layer 6 (Presentation Layer) Presentation layer digunakan untuk mengubah data yang ditawarkan oleh aplikasi layer ke dalam format yang secara umum dapat diterapkan untuk mengirimkan data. Fungsi utama dari layer ini adalah memungkinkan aplikasi untuk menginterprestasikan data yang baru diterima. 7. Layer 7 (Application Layer) Layer 7 merupakan layer dengan fungsi-fungsi level yang lebih tinggi yang mendukung aplikasi atau aktifitas sistem. Layer ini secara langsung melayani user dengan memberikan layanan informasi. Representasi dari layer ini adalah program aplikasi, operator dan terminal, peralatan periperal lainnya dan peralatan lainnya yang merupakan peralatan akhir. Contoh fungsi layer ini adalah penggunaan data jarak jauh, kontrol pemindahan file, dan lain sebagainya. II.4.1. Arsitektur Protokol Untuk arsitektur protokol pada komunikasi GSM terlihat pada gambar II.12. Gambar II.12. Arsitektur Protokol PT.Satelit Palapa Indonesia, Signalling 2,STELINDO Trainning Center, 1999, hal 5 19

34 LAPD Link Access Protocol on D Channel MTP Message Transfer Part DTAP Direct Transfer Application Part MAP Mobile Application Part RR Radio Resource Management CM Call Management SCCP Signalling Connection Control Part ISUP ISDN User Part RR Radio Resource Management MM Mobility Management TCAP Transaction Capabilities Application Part BTSM BTS Management BSSMAP BSS Management Application Part Pada penulisan tugas akhir ini hanya akan menitikberatkan sistem pensinyalan no.7 ISUP yang terjadi antara Gateway MSC Indosat dengan Gateway MSC Excelcomindo. Dari gambar II.12, terlihat bahwa dalam sistem Global System for Mobile Communication (GSM) terdapat beberapa protokol yang ada pada sistem pensinyalan no. 7 yaitu: 1. Layer 1 (Physical Layer) Merupakan koneksi fisik, elektrik dan karakteristik fungsional dari signaling data link. Untuk digital, secara normal lintasan data pensinyalan dapat mempergunakan kecepatan transfer 64 Kbit/s. 2. Layer 2 (Data Link Layer) Berisikan fungsi dan pelaksanaan prosedur untuk mengontrol pentransferan informasi pensinyalan melalui sebuah lintasan data yang meliputi fungsi - fungsi sebagai : a. Pembatas frame b. Pendeteksi kesalahan c. Pembetul kesalahan dengan mengirim ulang d. Pengontrol aliran lintasan Untuk Um dan Abis Interface, yang berfungsi sebagai layer 2 adalah LAPD protokol. Sedngkan A interface, MTP level 2 yang berfungsi sebagai layer 2 (layer lintasan data). 3. Layer 3 (Network Layer)... Layer 7 (Application Layer) Berisi tentang prosedur pensinyalan, yang dapat dibagi sebagai berikut : a. Call Management (CM) 20

35 Berfungsi untuk mengontrol prosedur call normal (penyambungan dan pemutusan panggilan), establishment servis dan akses servis. b. Mobility Management (MM) Berfungsi untuk pengontrolan roaming dan prosedur authentication, seperti proses location update. c. Radio Resource Management (RR) Berhubungan dengan paging, pembagian kanal transmisi, handover, kontrol power, kualitas measurement dan kualitas transmisi. Sedangkan untuk layer 3 sampai 7 dipergunakan sebagai user part yang sesuai dengan fungsi dari aplikasi yang dipergunakan. Untuk antar muka MSC berdasarkan pada standar sistem pensinyalan No. 7, ISUP dipegunakan untuk mengirimkan network related information (seperti penstabilan dan pemutusan kanal trafik, pengontrolan supplementary services). II.4.2. Message Transfer Part (MTP) Gambar II.13. Arsitektur CCS No.7 13 Message Transfer Part (MTP) pada sistem signaling No.7 berfungsi untuk : a. Mempercepat dan membebaskan kesalahan pemindahan message antara dua titik jaringan. b. Me-routing-kan message ke titik tujuan signaling. c. Mendistribusikan message ke user part mereka pada titik tujuan signaling. 13 CCITT Blue Book, Specification of Signalling System No.7, Helsinki, March 1-12,1993, Rez Q701 21

36 d. Me-routing-kan ulang aliran message signaling, jika jaringan signaling mengalami kegagalan (seperti: gangguan signaling link, gangguan signaling transfer point,dsb) Gambar II.14. Struktur MTP 14 Struktur dari MTP ada 3 macam seperti pada gambar II.14 yaitu : 1. MTP Level 1 a. Menggambarkan secara fisik, elektrik dan kualitas fungsional dari signaling data link. b. Menggunakan kanal dengan kecepatan 64 Kbit/s. c. Berdasarkan pada rekomendasi CCITT Q.702, time slot 16 dari PCM multiframe direkomendasikan untuk kanal signaling. 2. MTP Level 2 a. Menggambarkan fungsi dan prosedur untuk pengiriman message signaling yang melalui signaling data link. b. Menyediakan signaling link untuk memindahkan message signaling antara dua buah signaling point yang berhubungan secara langsung. c. Berfungsi juga sebagai pembatasan (delimitation) signal unit, pendeteksi kesalahan, pembetul kesalahan, memonitor kesalahan signaling link dan pengontrol aliran link. 14 CCITT Blue Book, Specification of Signalling System No.7, Helsinki, March 1-12,1993, Rez Q701 22

37 3. MTP Level 3 Sebagai signaling message handling, untuk memastikan bahwa message yang dihasilkan oleh User Part pada sebuah signaling point dikirimkan ke User Part pada titik tujuan yang diindikasikan oleh User Part pengirim. II.4.3. Signaling Connection Control Part (SCCP) SCCP adalah sebuah blok fungsional di dalam arsitektur CCS No. 7 yang berfungsi untuk mengontrol transaksi dari hubungan signaling. Signaling Connection Control Part (SCCP) mendukung MTP dengan koneksi logika dan pengalamatan di seluruh dunia. Posisi SCCP berada diatas MTP dan mempunyai user sendiri, seperti gambar II. 15. Gambar II.15. Lokasi SCCP di dalam arsitektur CCS No.7 15 SCCP terdapat diantara interface berikut ini, A (MSC -BSS), B (MSC - VLR), C (MSC - HLR), E (MSC - MSC), F (MSC - EIR), G (VLR - VLR). SCCP melengkapi fungsi dari MTP yang meliputi : a. Beberapa bentuk alamat seperti Signaling Point Code dan alamat secara umum untuk Global Tittle (GT). b. Fungsi - fungsi translasi dan routing. c. Pembagian transfer informasi signaling dan fungsi managemen. 15 CCITT Blue Book, Specification of Signalling System No.7, Helsinki, March 1-12,1993, Rez Q711 23

38 d. Aplikasi yang menggunakan SCCP, ISDN User Part (ISUP) dan Transaction Capabilities Application Part (TCAP) II.4.4. Integrated Services Digital Network User Part (ISUP) ISDN -UP adalah protokol yang ada pada system signaling No.7 yang menyediakan fungsi fungsi signaling yang diperlukan untuk mendukung servis-servis dasar dan servis tambahan (supplementary service) berupa suara dan aplikasi non suara pada ISDN dan interface ke ISDN. ISUP menggunakan servis yang dilengkapi oleh MTP untuk mentransfer informasi antara ISUP. Untuk ISUP akan dibahas lebih lengkap di bab III. ISDN User Part (ISUP). II.4.5. Transaction Capabilities Application Part (TCAP) Menyediakan fungsi - fungsi Transaction Capabilities (TC) dalam satu prosedur yang sama yang mendukung transfer informasi antara 2 titik jaringan, dan untuk menyediakan servis - servis generik untuk aplikasi (didistribusikan melalui exchange dan service center). Aplikasi yang menggunakan TCAP meliputi, OMAP, MAP dan INAP. Gambar II.16. Struktur TCAP CCITT Blue Book, Specification of Signalling System No.7, Helsinki, March 1-12,1993, Rez Q771 24

39 TCAP terdiri dari 2 bagian, yaitu : a. Component sublayer : Berhubungan dengan component yaitu application protocol data unit (APDU) yang mengiringi remote operation dan respon - respon mereka. b. Transaction sublayer : Berhubungan dengan pertukaran message yang berisikan component dan dialog portion antara dua TC user yang bersifat optional. Transaction Capability User (TC User), meliputi : a. Aplikasi Mobile service b. Aplikasi Supplementary service c. Short message transfer d. Operation and maintenance. II.4.6. Mobile Application Part (MAP) MAP digunakan untuk membatasi fungsi - fungsi signaling yang berhubungan dengan perubahan informasi yang berdasarkan pada kemungkinan sebuah mobile station untuk berpindah - pindah. Mobile Application Part (MAP) juga mendukung fungsi khusus dalam jaringan radio bergerak dan untuk signaling antara MSC dan HLR, VLR dan EIR. Pada MAP dilengkapi fungsi - fungsi transaction capability (TC) di dalam satu kesatuan prosedur yang menyokong pemindahan informasi berdasarkan non - circuit antara dua atau lebih titik - titik signaling. Pemakaian MAP meliputi : a. Call set up (MOC dan MTC) b. Location up date dan cancellation. c. Up date informasi mobile subscriber di VLR dan HLR dengan memperhatikan perubahan parameter - parameter subscriber. 25

40 d. Authentication. e. Handover. Gambar II.17. MAP sebagai TC User 17 Selain protokol diatas juga terdapat Base Station Subsystem Application Part (BSSAP) menangani komunikasi antara MSC dan BSS. BSSAP dibagi menjadi dua, yaitu: a. BSS Management AP (BSSMAP) mendukung bagian radio. b. Direct Transfer AP (DTAP) mendukung fungsi call control dan manajemen mobilitas. II.5. Interface Pada jaringan GSM terdapat beberapa elemen jaringan yang saling berhubungan sehingga membentuk satu kesatuan fungsional. Dari tiap - tiap elemen tersebut terhubung dengan elemen yang lainnya yang kemudian membentuk suatu jaringan, dimana hubungan antara dua sisi elemen tersebut atau hubungan antar muka (interface) menggunakan standar kecepatan transfer 2 Mbit/s jalur PCM. Hubungan antar muka (interface) elemen sub sistem switching terdiri dari : a. B interface ( MSC - VLR) b. F interface (MSC - EIR) c. C interface (MSC - HLR) 17 Siemens GSM Training, Version 2.5, Berlin, MAP-2 26

41 d. G interface (VLR - VLR) e. D interface (HLR - VLR) f. MSC-ISDN/telephone network interface g. E interface (MSC - MSC) Gambar II.18. Interface antar MSC 18 Dari beberapa interface tersebut yang dibahas pada tugas akhir ini adalah E interface untuk protokol ISUP. Hubungan antar muka MSC dengan MSC (E interface) ini terhubung secara fisik dengan menggunakan jalur PCM seperti dijelaskan pada bagian II.3.1. Beberapa protokol yang digunakan sebagai pembawa informasi signaling pada E interface terdapat pada gambar II PT.Satelit Palapa Indonesia, Signalling 2,STELINDO Trainning Center,

42 Gambar II.19. E Interface 19 II.5.1. Fungsi Interworking Hubungan antar muka MSC - MSC (E interface) menyediakan untuk kanal trafik dan kanal signaling. Kerja sama (interworking) ini berfungsi untuk : a. Speech / data traffic. b. Signaling antara MSC dengan MSC yang lainnya, seperti :permintaan measurement di MSC yang lain serta dasar hand over dari satu MSC ke MSC lain. Hubungan antar muka ini terbentuk mengingat fungsi MSC adalah untuk mengatur komunikasi antara jaringan GSM user dengan jaringan telekomunikasi lainnya yang meliputi pengontrolan informasi signaling pada saat proses terbentuknya panggilan (call set up), pengaturan handover, billing data untuk panggilan baik pemakaian untuk jaringan itu sendiri atau pada saat MS menggunakan jaringan yang lainnya (roaming), dsb. II.5.2. Skenario E Interface Pada hubungan antar muka MSC - MSC (E interface) terbentuk untuk membentuk kanal trafik dan kanal untuk signaling. Untuk beberapa proses jaringan GSM terjadi hubungan antara satu jaringan (MSC) dengan jaringan (MSC) yang lainnya dimana komunikasi antar jaringan tersebut memerlukan prosedur signaling tersendiri, dengan protokol SS No.7 yang tertentu juga. Beberapa proses di jaringan GSM yang menggunakan E inteface diantaranya, panggilan MS - MS berbeda MSC dalam satu PLMN, handover antar MSC. 28

43 Untuk proses panggilan MS - MS setelah koneksi terbentuk, dengan menggunakan message - message signaling protokol SS No.7 E interface akan menyediakan kanal untuk trafik data / speech. 19 PT.Satelit Palapa Indonesia, Signalling 2,STELINDO Trainning Center,

44 BAB. III SISTEM PENSINYALAN NO.7 ISUP ANTAR GATEWAY MSC ISUP adalah merupakan salah satu protokol pada sistem pensinyalan No.7 yang menyediakan fungsi - fungsi pensinyalan yang diperlukan untuk mendukung layanan dasar dan layanan tambahan yang berupa suara dan aplikasi bukan suara pada ISDN serta antar muka ke ISDN. Layanan dasar dan layanan tambahan pada ISUP adalah sebagai berikut: 1. Layanan-layanan dasar antara lain berupa pembentukan (establishment), pengawasan (supervision), pemutusan (release) koneksi jaringan antar pelanggan. 2. Layanan-layanan tambahan antara lain adalah Identifikasi nomor / Number Identification, Call offering, Call Completion, Multiparty dan Charging. III.1 Metode Pensinyalan Ada dua macam metode pensinyalan, yaitu : 1. Pensinyalan link by link. Metode ini dipergunakan untuk pesan (message) yang memerlukan pengujiaan di setiap sentral (exchange). 2. Pensinyalan end to end Metode ini dipergunakan untuk pesan end point significance yaitu dari satu pengirim langsung ke penerima. Secara tipikal dipergunakan antara semua asal dan tujuan sentral lokal, untuk meminta atau menanggapi permintaan untuk menambah panggilan berdasarkan informasi atau meminta layanan tambahan. III.2. Format dan Kode Message ISUP Struktur message ISUP (ISDN User Part terlihat seperti gambar III.1, dimana SIF (Signaling Information Field) dari setiap MSU yang terdapat di dalam ISUP terdiri dari beberapa bagian yaitu : 30

45 1. Routing Label Routing label mengandung keterangan yang diperlukan untuk mengirimkan pesan (message) menuju tujuan yang diinginkan. Panjang standar dari routing label ini adalah 32 bit dan informasi ini ditempatkan pada bagian awal dari SIF. 2. Circuit Identification Code (CIC) CIC mengalokasikan pesan ISUP di dalam rangkaian atau kanal tertentu. CIC ini dikodekan dalam 12 bit dan dapat dipergunakan sampai 4096 kanal. 3. Message Type Code Message type code terdiri dari satu oktet dan termasuk di dalam mandatory / wajib untuk seluruh pesan (message). Message type code menggambarkan fungsi dan format dari setiap pesan ISUP, yang dapat dilihat pada tabel III.4. Flag CK SIF SIO LI 8 16 nx8, 273>n> F I B FSN B I B BSN Flag first bit transmitted ISUP Message info elements Message type code CIC SLS OPC DPC lihat tabel Routing label Gambar III.1. Struktur pesan (message) ISUP Siemens GSM Training Version 2.5, Berlin ISUP hal 6 31

46 Tabel III.1. Kode CIC 21 Oktet 2 Oktet Circuit/channel Tabel III.2. Message type code dan singkatannya (Rec. Q.762) 22 Message untuk call setup dan release Singkatan Kode Initial Address Message IAM Subsequent Address Message SAM Address Complete Message ACM Call Progress Message CPG Connect Message CON Answer Message ANM Forward Transfer Message FOT Relese Message REL Release Complete RLC Message untuk network dan circuit operation Singkatan Kode Continuity Message COT Continuity check Request Message CCR CCITT Blue Book, Specification of Signalling System No.7, Helsinki, March 1-12,1993, Rec. Q ibid 20 32

47 Reset Circuit Message RSC Unblocking Message UBL Unblocking Acknowledgement message UBA Circuit Group Reset Message GRS Circuit group Blocking Message CBG Circuit Group Unblocking Message CGU Circuit Group Blocking Acknowledgement message CGBA Circuit Group Unblocking acknowledgement message CGUA Circuit Group Reset Acknowledgement GRA Suspend Message SUS Resume Message RES Blocking Message BLO Blocking Acknowledgement Message BLA Mandatory fixed part Mandatory fixed part mengandung seluruh parameter dari tipe pesan yang spesifik yang selalu ada dan yang selalu mempunyai panjang yang sama. Posisi, panjang dan perintah dari parameter ini ditentukan oleh tipe pesan dan tidak secara jelas tercatat di dalam pesan. 5. Mandatory variable part Mandatory variable part mengandung seluruh parameter dari tipe pesan yang spesifik yang selalu ada tetapi tidak selalu mempunyai panjang yang sama. Posisi dari parameter yang terkandung di dalam pesan ini ditunjukkan oleh pointer dan jumlah parameter dan pointernya secara unik ditentukan oleh tipe pesan. Satu pointer juga dipergunakan untuk menunjukkan permulaan dari optional part. 6. Optional part Optional part mengandung parameter yang mungkin ada atau tidak ada di dalam beberapa tipe pesan dan parameter. Panjang parameter tetap dan panjang parameter variabelnya mungkin termasuk di dalamnya dan setiap 33

TUGAS AKHIR ANALISA MESSAGE ISUP TRUNK INTERKONEKSI INDOSAT-TELKOM PASKA MIGRASI GATEWAY INTERKONEKSI PSTN TELKOM SEMARANG

TUGAS AKHIR ANALISA MESSAGE ISUP TRUNK INTERKONEKSI INDOSAT-TELKOM PASKA MIGRASI GATEWAY INTERKONEKSI PSTN TELKOM SEMARANG TUGAS AKHIR ANALISA MESSAGE ISUP TRUNK INTERKONEKSI INDOSAT-TELKOM PASKA MIGRASI GATEWAY INTERKONEKSI PSTN TELKOM SEMARANG Oleh Nurcholis 41406120074 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB II SISTEM TELEKOMUNIKASI GSM. Global System for Mobile Communication (GSM) merupakan salah satu trend

BAB II SISTEM TELEKOMUNIKASI GSM. Global System for Mobile Communication (GSM) merupakan salah satu trend BAB II SISTEM TELEKOMUNIKASI GSM Global System for Mobile Communication (GSM) merupakan salah satu trend teknologi seluler yang paling banyak dipakai pada saat ini. GSM merupakan teknologi seluler generasi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

TUGAS AKHIR. Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SISTEM SCA (SMART CALL ASSISTANT) DALAM PROSES MOC (MOBILE ORIGINATING CALL) PADA PELANGGAN INTERNATIONAL ROAMING INBOUND Diajukan guna melengkapi sebagian syarat

Lebih terperinci

Common Channel Signalling

Common Channel Signalling Common Channel Signalling STRUKTUR NETWORK SS7 SIGNALLING POINT (SP). Adalah semua titik dalam network yang mampu menangani control SS7 (Signalling System No.7). SP dibedakan menjadi : SEP (Signalling

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Komunikasi Seluler GSM GSM merupakan salah satu teknologi seluler yang banyak digunakan pada saat ini. GSM adalah generasi kedua dalam teknologi seluler yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB II TEORI PENUNJANG BAB II TEORI PENUNJANG 2.1 Dasar-Dasar Jaringan GSM 2.1.1 Pengertian GSM Global System for Mobile Communication disingkat GSM adalah sebuah teknologi komunikasi selular yang bersifat digital. Teknologi

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European BAB II JARINGAN GSM 2.1 Sejarah Teknologi GSM GSM muncul pada pertengahan 1991 dan akhirnya dijadikan standar telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European Telecomunication Standard Institute).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Jaringan Dasar GSM (Global Service for Mobile Communication) Gambar 2.1 Hirarki Dasar GSM Pada dasarnya GSM yang melayani dan menyambungkan satu pelanggan ke pelanggan

Lebih terperinci

Oleh : Budi Nugroho ( L2F )

Oleh : Budi Nugroho ( L2F ) MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK LOCATION UPDATE DAN MOBILE TERMINATING CALL YANG MELIBATKAN HLR ERICSSON Oleh : Budi Nugroho ( L2F007022 ) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jl.

Lebih terperinci

BAB II PENGENALAN SISTEM GSM. tersedianya kemudahan disegala bidang yang mampu menunjang usaha dibidang

BAB II PENGENALAN SISTEM GSM. tersedianya kemudahan disegala bidang yang mampu menunjang usaha dibidang BAB II PENGENALAN SISTEM GSM 2.1 Umum Di era modernisasi dan pembangunan yang terus meningkat menuntut tersedianya kemudahan disegala bidang yang mampu menunjang usaha dibidang industri, perbankan, pendidikan,

Lebih terperinci

BAB II TEKNOLOGI GSM DAN STANDAR PROTOKOL SMS

BAB II TEKNOLOGI GSM DAN STANDAR PROTOKOL SMS BAB II TEKNOLOGI GSM DAN STANDAR PROTOKOL SMS 2.1 Teknologi GSM Global System for Mobile Communication (GSM) merupakan standar yang paling dominan untuk sistem mobile phone di dunia saat ini. Jaringan

Lebih terperinci

BAB II ARSITEKTUR SISTEM CDMA. depan. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan salah satu teknik

BAB II ARSITEKTUR SISTEM CDMA. depan. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan salah satu teknik BAB II ARSITEKTUR SISTEM CDMA 2. 1 Code Division Multiple Access (CDMA) Dalam perkembangan teknologi telekomunikasi telepon selular terutama yang berkaitan dengan generasi ke tiga CDMA merupakan teknologi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. jaringan. Masing-masing subsistem jaringan ini yaitu : GSM merupakan salah satu standar sistem selular digital.

BAB II DASAR TEORI. jaringan. Masing-masing subsistem jaringan ini yaitu : GSM merupakan salah satu standar sistem selular digital. BAB II DASAR TEORI 2.1 Arsitektur GSM Arsitektur sistem GSM terdiri atas tiga subsistem yang berinterkoneksi dan berinteraksi antar sistem serta dengan para penggunanya, melalui antarmuka jaringan. Masing-masing

Lebih terperinci

BAB III. KONFIGURASI MSC DAN MSS PT. INDOSAT, Tbk.

BAB III. KONFIGURASI MSC DAN MSS PT. INDOSAT, Tbk. 17 BAB III KONFIGURASI MSC DAN MSS PT. INDOSAT, Tbk. 3.1. Definisi MSC ( Mobile Switching Center ) Secara umum, fungsi MSC adalah mengontrol panggilan dari dan menuju sistem telepon maupun data yang lain.

Lebih terperinci

Arsitektur Jaringan GSM. Pertemuan XIII

Arsitektur Jaringan GSM. Pertemuan XIII Arsitektur Jaringan GSM Pertemuan XIII Jaringan GSM adalah sistem yang terdiri dari beberapa sel/cell. Jangkauan area service sebuah cell (atau yang disebut coverage berbeda dari satu cell dengan cell

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur Jaringan GSM Sebuah jaringan GSM dibangun dari beberapa komponen fungsional yang memiliki fungsi dan interface masing-masing yang spesifik. MS BTS BSC TC MSC EIR

Lebih terperinci

Analisa Performansi Pengiriman Short Message Service (SMS) Pada Jaringan CDMA

Analisa Performansi Pengiriman Short Message Service (SMS) Pada Jaringan CDMA Analisa Performansi Pengiriman Short Message Service (SMS) Pada Jaringan CDMA Martina Pineng *Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Indonesia Toraja Abstract- Short Message Service (SMS)

Lebih terperinci

BAB 2. LANDASAN TEORI 2.1. Teknologi GSM GSM (Global System for Mobile Communication) adalah teknologi yang menyokong sebagian besar jaringan telepon seluler dunia. GSM telah menjadi teknologi komunikasi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Arsitektur Sistem GSM (Global System for Mobile Communication) Sistem GSM Ericsson merupakan sistem telepon mobile yang terdiri dari beberapa band frekuensi yaitu GSM 900, GSM

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA PERFORMANSI JARINGAN BTS GSM/DCS NOKIA DI SEKITAR AREA UNIVERSITAS MERCU BUANA

TUGAS AKHIR ANALISA PERFORMANSI JARINGAN BTS GSM/DCS NOKIA DI SEKITAR AREA UNIVERSITAS MERCU BUANA TUGAS AKHIR ANALISA PERFORMANSI JARINGAN BTS GSM/DCS NOKIA DI SEKITAR AREA UNIVERSITAS MERCU BUANA Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh Nama

Lebih terperinci

Jaringan Telekomunikasi dan Informasi FEG2E3

Jaringan Telekomunikasi dan Informasi FEG2E3 Jaringan Telekomunikasi dan Informasi FEG2E3 2/16/2015 Faculty of Electrical and Communication Institut Teknologi Telkom Bandung 2012 Konsep Layering (Lapisan) SS7 Jaringan CCS7 dirancang untuk mampu mengontrol

Lebih terperinci

: RANCANG BANGUN SIMULASI ENKRIPSI PADA KOMUNIKASI GSM

: RANCANG BANGUN SIMULASI ENKRIPSI PADA KOMUNIKASI GSM Jurnal Teknik Elektro, Desember 2008 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Indonesia Rancang Bangun Simulasi Enkripsi Pada Komunikasi GSM Permadi Hudoyo Junramdlan Fakultas Teknik, Jurusan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS PENERAPAN BASEBAND HOPPING PADA SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER GSM DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN PANGGILAN

TUGAS AKHIR ANALISIS PENERAPAN BASEBAND HOPPING PADA SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER GSM DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN PANGGILAN TUGAS AKHIR ANALISIS PENERAPAN BASEBAND HOPPING PADA SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER GSM DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN PANGGILAN Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Menyelesaikan Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS PANGGILAN DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMOGRAMAN VISUAL BASIC PADA JARINGAN. GSM PT. INDOSAT, Tbk

ANALISIS KUALITAS PANGGILAN DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMOGRAMAN VISUAL BASIC PADA JARINGAN. GSM PT. INDOSAT, Tbk ANALISIS KUALITAS PANGGILAN DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMOGRAMAN VISUAL BASIC PADA JARINGAN GSM PT. INDOSAT, Tbk Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1)

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Disusun oleh : Edy Hadiyanto

TUGAS AKHIR. Disusun oleh : Edy Hadiyanto TUGAS AKHIR ANALISA ALARM 7745 (CHANNEL FAILURE RATE ABOVE DEFINED THRESHOLD) PADA BTS ( BASE TRANSCEIVER STATION ) NOKIA ULTRASITE DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERFORMANSI TRAFIK DI BTS TERSEBUT. Disusun

Lebih terperinci

OCHAN FRIMA SUGARA PURBA NIM :

OCHAN FRIMA SUGARA PURBA NIM : SKRIPSI ANALISIS PERFORMANSI PENGIRIMAN SHORT MESSAGE SERVICE UNTUK PELANGGAN PRABAYAR PADA JARINGAN CDMA DI PT. TELKOM FLEXI MEDAN Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan sarjana

Lebih terperinci

MODUL-8 SIGNALING 1 Pendahuluan 2 Signaling Telepon Analog

MODUL-8 SIGNALING 1 Pendahuluan 2 Signaling Telepon Analog MODUL-8 SIGNALING 1 Pendahuluan Setelah memahami jaringan telekomunikasi yang terdiri dari pesawat pelanggan, jaringan akses, sentral dan jaringan transmisi, berikutnya kita harus memahami bagaimana proses

Lebih terperinci

BAB II WIDE AREA NETWORK

BAB II WIDE AREA NETWORK BAB II WIDE AREA NETWORK Wide Area Network adalah sebuah jaringan komunikasi data yang mencakup daerah geographi yang cukup besar dan menggunakan fasilitas transmisi yang disediakan oleh perusahaan telekomunikasi.

Lebih terperinci

BAB II KOMUNIKASI BERGERAK SELULAR GSM

BAB II KOMUNIKASI BERGERAK SELULAR GSM BAB II KOMUNIKASI BERGERAK SELULAR GSM Perkembangan sistem komunikasi GSM (Global System for Mobile communication) dimulai pada awal tahun 1980 di Eropa, dimana saat itu banyak negara di Eropa menggunakan

Lebih terperinci

BAB V SIGNALING. (CAS dan CCS7 Lihat Software) Oleh : Suherman, ST.

BAB V SIGNALING. (CAS dan CCS7 Lihat Software) Oleh : Suherman, ST. BAB V SIGNALING (CAS dan CCS7 Lihat Software) Oleh : Suherman, ST. Signaling Telepon Analog Signaling pada telepon analog adalah sinyal-sinyal yang terdengar pada saat melakukan panggilan telepon selain

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI REHOMMING BR 9.0-EVOLUSION BSC (ebsc) PADA JARINGAN GSM PT TELKOMSEL DI MAKASSAR

ANALISIS PERFORMANSI REHOMMING BR 9.0-EVOLUSION BSC (ebsc) PADA JARINGAN GSM PT TELKOMSEL DI MAKASSAR ANALISIS PERFORMANSI REHOMMING BR 9.0-EVOLUSION BSC (ebsc) PADA JARINGAN GSM PT TELKOMSEL DI MAKASSAR (PERFORMANCE ANALYSIS REHOMMING BR-9.0 EVOLUSION BSC (ebsc) IN GSM NETWORK ON PT. TELKOMSEL MAKASSAR

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA. diimplementasikan pada jaringan telekomunikasi di Indonesia. Latar Belakang

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA. diimplementasikan pada jaringan telekomunikasi di Indonesia. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Voice Privacy telah menjadi salah satu fasilitas penting dalam keamanan komunikasi. Voice Privacy diharapkan dapat digunakan mulai tingkat masyarakat terkecil, yaitu keluarga,

Lebih terperinci

SIGNALLING. Ade Nurhayati, ST, MT

SIGNALLING. Ade Nurhayati, ST, MT SIGNALLING Ade Nurhayati, ST, MT Signaling Signaling adalah proses pertukaran informasi di antara komponenkomponen dalam sistem telekomunikasi untuk membangun, memonitor dan memutuskan hubungan, serta

Lebih terperinci

Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA

Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA TEKNOLOGI AMPS Analog mobile phone system(amps) dimulai

Lebih terperinci

WIRELESS & MOBILE COMMUNICATION ARSITEKTUR JARINGAN SELULER

WIRELESS & MOBILE COMMUNICATION ARSITEKTUR JARINGAN SELULER WIRELESS & MOBILE COMMUNICATION ARSITEKTUR JARINGAN SELULER Arsitektur jaringan seluler dibagi menjadi yaitu: 1. Generasi Kedua terdiri atas: SISTEM DECT (DIGITAL ENHANCED CORDLESS TELECOMMUNICATION) adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem selular GSM GSM (global system for mobile communication) GSM mulanya singkatan dari groupe special mobile adalah sebuah teknologi komunikasi selular yang bersifat digital.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 OVERVIEW SISTEM GSM (GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE COMMUNICATION) Global System for Mobile Communication (GSM) merupakan salah satu trend teknologi seluler yang paling banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Sistem telekomunikasi GSM (Global System for Mobile communication) didasari oleh teknologi TDMA (Time Division Multiple Access), dimana menggunakan dua buah kanal

Lebih terperinci

PENGANTAR TELEKOMUNIKASI

PENGANTAR TELEKOMUNIKASI ARSITEKTUR SELULAR PENGANTAR TELEKOMUNIKASI SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T ARSITEKTUR DASAR SISTEM GSM Air A MSC VLR M SC VLR HLR O & M Arsitektur Jaringan GSM terdiri dari 3 bagian utama : Radio

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PONSEL SEBAGAI PERANGKAT MONITORING JARINGAN GSM BERBASIS PERSONAL KOMPUTER

PEMANFAATAN PONSEL SEBAGAI PERANGKAT MONITORING JARINGAN GSM BERBASIS PERSONAL KOMPUTER PEMANFAATAN PONSEL SEBAGAI PERANGKAT MONITORING JARINGAN GSM BERBASIS PERSONAL KOMPUTER Julham *) * ) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Medan Abstrak GSM (Global System for Mobile Communication)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Subsistem base transceiver station (BTS)

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Subsistem base transceiver station (BTS) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Subsistem base transceiver station (BTS) dalam sistem seluler mobile, wilayah geografis besar operator tersegmentasi ke arreas mungkin lebih kecil, yang disebut sebagai sel. Setiap

Lebih terperinci

DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI

DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI DTG1E3 DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Pengenalan Komunikasi Data dan Klasifikasi Jaringan By : Dwi Andi Nurmantris Dimana Kita? Dimana Kita? Pengertian Komunikasi Data Penggabungan antara dunia komunikasi

Lebih terperinci

PENGANTAR SISTEM KOMUNIKASI SELULER

PENGANTAR SISTEM KOMUNIKASI SELULER PENGANTAR SISTEM KOMUNIKASI SELULER DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI YUYUN SITI ROHMAH, ST,.MT //04 OUTLINES A. Pendahuluan B. Frequency Reuse C. Handoff D. Channel Assignment Strategies //04 A. Pendahuluan

Lebih terperinci

GSM Attack (IMSI Catch and Fake SMS) Arif Wicaksono & Tri Sumarno

GSM Attack (IMSI Catch and Fake SMS) Arif Wicaksono & Tri Sumarno GSM Attack (IMSI Catch and Fake SMS) Arif Wicaksono & Tri Sumarno arif@rndc.or.id, tri.sumarno.sh@gmail.com Pendahuluan Pada kesempatan ini, saya bersama rekan akan memaparkan tentang serangan pada sebuah

Lebih terperinci

TEKNOLOGI SELULER ( GSM )

TEKNOLOGI SELULER ( GSM ) TEKNOLOGI SELULER ( GSM ) GSM (Global System for Mobile communication) adalah suatu teknologi yang digunakan dalam komunikasi mobile dengan teknik digital. Sebagai teknologi yang dapat dikatakan cukup

Lebih terperinci

BAB 3 REBALANCING GPRS TIME SLOT (GTS) TRAFFIC DATA GSM 900 MHZ

BAB 3 REBALANCING GPRS TIME SLOT (GTS) TRAFFIC DATA GSM 900 MHZ BAB 3 REBALANCING GPRS TIME SLOT (GTS) TRAFFIC DATA GSM 900 MHZ 3.1 Trafik dan Kanal Dalam jaringan telekomunikasi, pola kedatangan panggilan (voice ataupun data) dan pola pendudukan dideskripsikan dengan

Lebih terperinci

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version -

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com 1 KATA PENGANTAR Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat-nya hingga saya dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1. OTP (One Time Password) Tujuan dari pembuatan OTP (password sekali pakai) adalah untuk mempersulit pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dalam mengakses

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) 3RD CARRIER CELL PADA JARINGAN 3G

TUGAS AKHIR ANALISA KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) 3RD CARRIER CELL PADA JARINGAN 3G TUGAS AKHIR ANALISA KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) 3RD CARRIER CELL PADA JARINGAN 3G Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun oleh : Nama : Dyan Tri

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 GLOBAL SISTEM FOR MOBILE (GSM)

BAB II TEORI DASAR 2.1 GLOBAL SISTEM FOR MOBILE (GSM) BAB II TEORI DASAR 2.1 GLOBAL SISTEM FOR MOBILE (GSM) Global Sistem For Mobile Communication (GSM) merupakan salah satu trend teknologi seluler yang paling banyak dipakai pada saat ini. GSM merupakan teknologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur Jaringan GSM (Global Service for Mobile Communication) Sebuah jaringan GSM dibangun dari beberapa komponen fungsional yang memiliki fungsi dan interface masing-masing

Lebih terperinci

WAN. Karakteristik dari WAN: 1. Terhubung ke peralatan yang tersebar ke area geografik yang luas

WAN. Karakteristik dari WAN: 1. Terhubung ke peralatan yang tersebar ke area geografik yang luas WAN WAN adalah sebuah jaringan komunikasi data yang tersebar pada suatu area geografik yang besar seperti propinsi atau negara. WAN selalu menggunakan fasilitas transmisi yang disediakan oleh perusahaan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA. DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Yuyun Siti Rohmah, ST., MT

KOMUNIKASI DATA. DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Yuyun Siti Rohmah, ST., MT KOMUNIKASI DATA DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Yuyun Siti Rohmah, ST., MT PENGERTIAN KOMUNIKASI DATA Penggabungan antara dunia komunikasi dan komputer, Komunikasi umum antar manusia (baik dengan bantuan alat

Lebih terperinci

SIMULASI LAYANAN KARTU PANGGIL PADA JARINGAN PUBLIC SWITCH TELEPHONE NETWORK BERBASIS INTELLIGENT NETWORK

SIMULASI LAYANAN KARTU PANGGIL PADA JARINGAN PUBLIC SWITCH TELEPHONE NETWORK BERBASIS INTELLIGENT NETWORK SIMULASI LAYANAN KARTU PANGGIL PADA JARINGAN PUBLIC SWITCH TELEPHONE NETWORK BERBASIS INTELLIGENT NETWORK Muhammad Yusra Rustam 1 Helmi Kurniawan 2 Budi Triandi 3 Email : purtisen@potensi-utama.ac.id ABSTRAKSI

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS JARINGAN KOMUNIKASI SEKTOR INDUSTRI DENGAN INTELLIGENT NETWORK SEBAGAI UPAYA PERLUASAN DAERAH PEMASARAN

PENINGKATAN KUALITAS JARINGAN KOMUNIKASI SEKTOR INDUSTRI DENGAN INTELLIGENT NETWORK SEBAGAI UPAYA PERLUASAN DAERAH PEMASARAN PENINGKATAN KUALITAS JARINGAN KOMUNIKASI SEKTOR INDUSTRI DENGAN INTELLIGENT NETWORK SEBAGAI UPAYA PERLUASAN DAERAH PEMASARAN Haryanto Teknik Elektro, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani Tromol

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH

BAB III ANALISIS MASALAH BAB III ANALISIS MASALAH III.1 Analisis Umum Sistem SMS-Banking Secara umum, layanan SMS-Banking bertujuan untuk memberi kemudahan kepada nasabah dalam memperoleh informasi keuangan dan melakukan transaksi

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS CALL SETUP SUCCESS RATE (CSSR) PERFORMANCE PT. INDOSAT,

PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS CALL SETUP SUCCESS RATE (CSSR) PERFORMANCE PT. INDOSAT, Makalah Seminar Kerja Praktek PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS CALL SETUP SUCCESS RATE (CSSR) PERFORMANCE PT. INDOSAT, Tbk SEMARANG Heri Setio Jatmiko (L2F 009 051), Ajub Ajulian Zahra M, ST. MT (197107191998022001)

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek. PERANGKAT MOBILE MEDIA GATEWAY R5.0 (M-MGW R5.0) PADA NETWORK SWITCHING SUBSYSTEM (NSS) PT. INDOSAT, Tbk SEMARANG

Makalah Seminar Kerja Praktek. PERANGKAT MOBILE MEDIA GATEWAY R5.0 (M-MGW R5.0) PADA NETWORK SWITCHING SUBSYSTEM (NSS) PT. INDOSAT, Tbk SEMARANG Makalah Seminar Kerja Praktek PERANGKAT MOBILE MEDIA GATEWAY R5.0 (M-MGW R5.0) PADA NETWORK SWITCHING SUBSYSTEM (NSS) PT. INDOSAT, Tbk SEMARANG Oleh: Chairunnisa Adhisti Prasetiorini (L2F008021) Jurusan

Lebih terperinci

MOBILITY MANAGEMENT DALAM SISTIM NIRKABEL BERGERAK

MOBILITY MANAGEMENT DALAM SISTIM NIRKABEL BERGERAK MOBILITY MANAGEMENT DALAM SISTIM NIRKABEL BERGERAK By : Prima Kristalina Program Studi S2 T. Elektro- PENS 2015 OVERVIEW Konsep Dasar Mobility Management Location Management Handoff Management Mobility

Lebih terperinci

Bab 9. Circuit Switching

Bab 9. Circuit Switching 1/total Outline Konsep Circuit Switching Model Circuit Switching Elemen-Elemen Circuit Switching Routing dan Alternate Routing Signaling Control Signaling Modes Signaling System 2/total Jaringan Switching

Lebih terperinci

Komputer, terminal, telephone, dsb

Komputer, terminal, telephone, dsb Circuit Switching Jaringan Switching Transmisi jarak jauh melalui simpul-simpul jaringan switching perantara Simpul switching tidak berkaitan dengan isi data Perangkat yang melakukan komunikasi disebut

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. sistem seluler. Bit Error Rate (BER) : peluang besarnnya bit salah yang mungkin terjadi selama proses pengiriman data

DAFTAR ISTILAH. sistem seluler. Bit Error Rate (BER) : peluang besarnnya bit salah yang mungkin terjadi selama proses pengiriman data DAFTAR ISTILAH ACK (acknowledgement ) : Indikasi bahwa sebuah data yang terkirim telah diterima dengan baik Adaptive Modulation and Coding (AMC) Access Grant Channel (AGCH) arrival rate for SMS message

Lebih terperinci

MODUL-10 Global System for Mobile Communication (GSM)

MODUL-10 Global System for Mobile Communication (GSM) MODUL-10 Global System for Mobile Communication (GSM) Definisi Sistem global untuk komunikasi mobile (GSM) adalah standar yang diterima secara global dalam komunikasi seluler digital. GSM adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB II ASPEK TEKNIS JARINGAN GSM

BAB II ASPEK TEKNIS JARINGAN GSM BAB II ASPEK TEKNIS JARINGAN GSM 2.1 STRUKTUR FRAME GSM Sistem telekomunikasi GSM (Global System for Mobile communication) didasari oleh teknologi TDMA (Time Division Multiple Access), dimana sistem ini

Lebih terperinci

ANALISA KEGAGALAN LOCATION UPDATE DI MSC SIEMENS PADA JARINGAN INDOSAT

ANALISA KEGAGALAN LOCATION UPDATE DI MSC SIEMENS PADA JARINGAN INDOSAT ANALISA KEGAGALAN LOCATION UPDATE DI MSC SIEMENS PADA JARINGAN INDOSAT Disusun oleh : Nama : Yayan Rudiana NIM : 0140312-064 Peminatan Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Komunikasi Bergerak Seluler GSM Sistem komunikasi bergerak seluler adalah sebuah sistem komunikasi dengan daerah pelayanan dibagi menjadi daerah-daerah kecil yang disebut

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 23 / DIRJEN / 2004 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 23 / DIRJEN / 2004 TENTANG KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 23 / DIRJEN / 2004 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT JARINGAN GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE (GSM) 900 MHz / DIGITAL COMMUNICATION SYSTEM

Lebih terperinci

BAB I PROTOKOL KOMUNIKASI

BAB I PROTOKOL KOMUNIKASI BAB I PROTOKOL KOMUNIKASI Komunikasi adalah suatu pengalihan informasi dan pengertian diantara bagian individu, dan suatu proses pengiriman dari lambang- lambang antar pribadi dengan makna-makna yang dikaitkan

Lebih terperinci

Dalam perkembangan teknologi telekomunikasi telepon selular terutama yang berkaitan dengan generasi ke-tiga (3G), CDMA menjadi teknologi pilihan masa

Dalam perkembangan teknologi telekomunikasi telepon selular terutama yang berkaitan dengan generasi ke-tiga (3G), CDMA menjadi teknologi pilihan masa Dalam perkembangan teknologi telekomunikasi telepon selular terutama yang berkaitan dengan generasi ke-tiga (3G), CDMA menjadi teknologi pilihan masa depan CDMA adalah teknologi berbasis spread spectrum

Lebih terperinci

PENS SISTIM SELULER GENERASI 2 POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA By: Prima Kristalina

PENS SISTIM SELULER GENERASI 2 POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA By: Prima Kristalina SISTIM SELULER GENERASI 2 By: Prima Kristalina POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 2016 Overview Pengenalan Sistim Seluler Generasi 2 Arsitektur GSM Upgrade GSM (2G) to GPRS (2.5G) CDMA IS 95 Arsitektur

Lebih terperinci

VISUALISASI PROSES OTENTIFIKASI PADA SISTEM KOMUNIKASI GSM (GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE COMMUNICATION)

VISUALISASI PROSES OTENTIFIKASI PADA SISTEM KOMUNIKASI GSM (GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE COMMUNICATION) VISUALISASI PROSES OTENTIFIKASI PADA SISTEM KOMUNIKASI GSM (GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE COMMUNICATION) ABSTRAK Sistem komunikasi bergerak seluler GSM media transmisinya tidak menggunakan kawat melainkan melalui

Lebih terperinci

Bluetooth. Pertemuan III

Bluetooth. Pertemuan III Bluetooth Pertemuan III Latar Belakang Pada bulan Mei 1998, 5 perusahaan promotor yaitu Ericsson, IBM, Intel, Nokia dan Toshiba membentuk sebuah Special Interest Group (SIG) dan memulai untuk membuat spesifikasi

Lebih terperinci

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3) Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3) Yuyun Siti Rohmah, ST.,MT Dadan Nur Ramadan,S.Pd,MT Trinopiani Damayanti,ST.,MT Suci Aulia,ST.,MT KONSEP DASAR SISTEM SELULER 2 OUTLINES LATAR BELAKANG KONFIGURASI SEL

Lebih terperinci

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3) Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3) Yuyun Siti Rohmah, ST.,MT Dadan Nur Ramadan,S.Pd,MT Trinopiani Damayanti,ST.,MT Suci Aulia,ST.,MT KONSEP DASAR SISTEM SELULER OUTLINES LATAR BELAKANG KONFIGURASI SEL PARAMETER

Lebih terperinci

Faculty of Electrical Engineering BANDUNG, 2015

Faculty of Electrical Engineering BANDUNG, 2015 PENGENALAN TEKNIK TELEKOMUNIKASI Modul : 03 Sinyal Faculty of Electrical Engineering BANDUNG, 2015 PengTekTel-Modul:03 Telecommunication deals with conveying information with Electrical Signals.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Global System for Mobile Communication (GSM) adalah sistem

BAB II DASAR TEORI. Global System for Mobile Communication (GSM) adalah sistem 5 BAB II DASAR TEORI 2.1 Teknologi Global System for Mobile Communications (GSM) 2.1.1 Definisi Global System for Mobile Communication (GSM) adalah sistem komunikasi yang digunakan untuk memberikan layanan

Lebih terperinci

Implementasi Short Message Service pada Jaringan GSM Menggunakan OpenBTS v 5.0

Implementasi Short Message Service pada Jaringan GSM Menggunakan OpenBTS v 5.0 Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (SEMANTIK) 2015 303 Implementasi Short Message Service pada Jaringan GSM Menggunakan OpenBTS v 5.0 Dhipo A. Putra *), Moch. Fahru Rizal **),

Lebih terperinci

Universal Mobile Telecommunication System

Universal Mobile Telecommunication System Universal Mobile Telecommunication System Disusun Oleh: Fikri Imam Muttaqin Kelas XII Tel 2 2010026 / 23 UMTS merupakan salah satau evolusi generasi ketiga (3G) dari jaringan mobile. Air interface yang

Lebih terperinci

adalah sebuah aturan atau standar yang mengatur hubungan, komunikasi, dan perpindahan data antara dua atau lebih titik komputer dalam Komunikasi Data

adalah sebuah aturan atau standar yang mengatur hubungan, komunikasi, dan perpindahan data antara dua atau lebih titik komputer dalam Komunikasi Data adalah sebuah aturan atau standar yang mengatur hubungan, komunikasi, dan perpindahan data antara dua atau lebih titik komputer dalam Komunikasi Data Melakukan deteksi adanya koneksi fisik atau ada tidaknya

Lebih terperinci

BAB III SENTRAL TELEPON DIGITAL EWSD. Electronic Wahler System Digital (EWSD) atau Digital Electronic Switching

BAB III SENTRAL TELEPON DIGITAL EWSD. Electronic Wahler System Digital (EWSD) atau Digital Electronic Switching BAB III SENTRAL TELEPON DIGITAL EWSD 3.1 Pengenalan sentral EWSD Electronic Wahler System Digital (EWSD) atau Digital Electronic Switching System telah di produksi oleh PT. INTI dengan lisensi dari SIEMENS

Lebih terperinci

Modul 4. Stuktur Jaringan SS& & Proses Pensinyalan

Modul 4. Stuktur Jaringan SS& & Proses Pensinyalan Jaringan Telekomunikasi dan Informasi (FEG2E3) Modul 4. Stuktur Jaringan SS& & Proses Pensinyalan Faculty of Electrical and Communication Telkom University Bandung 2015 2/16/2015 SIGNALLING Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB II SISTEM JARINGAN GSM DAN HANDOVER

BAB II SISTEM JARINGAN GSM DAN HANDOVER BAB II SISTEM JARINGAN GSM DAN HANDOVER 2.1 Radio Sub System (RSS) Area yang diliput oleh sistem komunikasi bergerak dibagi dalam berbagai cell. Tiap cell memiliki Base Transceiver Station (BTS) yang menjamin

Lebih terperinci

Analisis Kualitas Sinyal GSM di Kecamatan Syiah Kuala Menggunakan Nokia Network Monitor

Analisis Kualitas Sinyal GSM di Kecamatan Syiah Kuala Menggunakan Nokia Network Monitor ISSN : 2088-9984 Seminar Nasional dan ExpoTeknik Elektro 2011 Analisis Kualitas Sinyal GSM di Kecamatan Syiah Kuala Menggunakan Nokia Network Monitor Rizal Munadi, Rahmat Saputra dan Hubbul Walidainy Jurusan

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek. SHORT MESSAGE SERVICE CENTER ( SMSC ) PADA NETWORK SWITCHING SUBSYSTEM ( NSS ) PT. INDOSAT, Tbk.

Makalah Seminar Kerja Praktek. SHORT MESSAGE SERVICE CENTER ( SMSC ) PADA NETWORK SWITCHING SUBSYSTEM ( NSS ) PT. INDOSAT, Tbk. Makalah Seminar Kerja Praktek SHORT MESSAGE SERVICE CENTER ( SMSC ) PADA NETWORK SWITCHING SUBSYSTEM ( NSS ) PT. INDOSAT, Tbk. SEMARANG Oleh: Paskah Handikardo Benjamin Nainggolan (L2F007062) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Oleh : Slamet Joyo Mulyono ( L2F )

Oleh : Slamet Joyo Mulyono ( L2F ) MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK Huawei HLR9820 Home Location Register Sebagai Database Pelanggan Mentari dan Matrix Oleh : Slamet Joyo Mulyono ( L2F007074 ) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Badiyanto, S.Kom., M.Kom. Refrensi : William Stallings Data and Computer Communications

Badiyanto, S.Kom., M.Kom. Refrensi : William Stallings Data and Computer Communications KOMIKASI DATA Dosen: Badiyanto, S.Kom., M.Kom. Refrensi : William Stallings Data and Computer Communications BAB 1 Pendahuluan 1. Model Komunikasi 2. Komunikasi Data 3. Jaringan Komunikasi Data 4. Protokol

Lebih terperinci

Penerapan Kriptografi dalam Sistem Keamanan SMS Banking

Penerapan Kriptografi dalam Sistem Keamanan SMS Banking Penerapan Kriptografi dalam Sistem Keamanan SMS Banking Biyan Satyanegara / 13508057 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung

Lebih terperinci

Materi 11 Model Referensi OSI

Materi 11 Model Referensi OSI Materi 11 Model Referensi OSI Missa Lamsani Hal 1 Hal Penting Dalam Pertukaran Data Sistem sumber harus mengaktifkan path komunikasi data langsung atau memberitahukan jaringan komunikasi tentang identitas

Lebih terperinci

DASAR TEORI. Merupakan jaringan packet-switched yang ditumpangkan (overlaid) ke jaringan

DASAR TEORI. Merupakan jaringan packet-switched yang ditumpangkan (overlaid) ke jaringan BAB II DASAR TEORI 2.1 GPRS (General Packet Radio Service) 2.1.1 Definisi GPRS Merupakan jaringan packet-switched yang ditumpangkan (overlaid) ke jaringan circuit-switched GSM dengan tujuan mengoptimalkan

Lebih terperinci

Modul 10. Konsep Kanal Fisik dan Logik pada Sistem Selluler

Modul 10. Konsep Kanal Fisik dan Logik pada Sistem Selluler Modul 10. Konsep Kanal Fisik dan Logik pada Sistem Selluler Faculty of Electrical and Communication Institut Teknologi Telkom Bandung 2012 Modul 9 Arsitektur Seluler Interface pada GSM MSC Transcoder BSC

Lebih terperinci

B A B IX MODEL OSI (OPEN SYSTEMS INTERCONNECTIONS)

B A B IX MODEL OSI (OPEN SYSTEMS INTERCONNECTIONS) B A B IX MODEL OSI (OPEN SYSTEMS INTERCONNECTIONS) OSI dan Integrated Services Digital Network (ISDN) merupakan bentuk komunikasi internasional. OSI diperkenalkan oleh International Standard Organization

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI PENGIRIMAN SHORT MESSAGE SERVICE UNTUK PELANGGAN PRABAYAR PADA JARINGAN CDMA DI PT TELKOM FLEXI MEDAN

ANALISIS PERFORMANSI PENGIRIMAN SHORT MESSAGE SERVICE UNTUK PELANGGAN PRABAYAR PADA JARINGAN CDMA DI PT TELKOM FLEXI MEDAN ANALISIS PERFORMANSI PENGIRIMAN SHORT MESSAGE SERVICE UNTUK PELANGGAN PRABAYAR PADA JARINGAN CDMA DI PT TELKOM FLEXI MEDAN Ochan Frima Sugara Purba, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi,

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA. Oleh : 1. M. Faisal Risqiansyah Muhammad Ismail Nida Nurvira

KOMUNIKASI DATA. Oleh : 1. M. Faisal Risqiansyah Muhammad Ismail Nida Nurvira KOMUNIKASI DATA Oleh : 1. M. Faisal Risqiansyah 15101022 2. Muhammad Ismail 15101023 3. Nida Nurvira 15101024 HOME Sub Bahasan Komunikasi Data OSI Layer Circuit Switching Packet Switching KOMUNIKASI DATA

Lebih terperinci

Kata kunci : GSM (Global System Mobile), KPI, CDR, seluler

Kata kunci : GSM (Global System Mobile), KPI, CDR, seluler Makalah Seminar Kerja Praktek PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS CALL DROP RATE (CDR) PERFORMANCE PT. INDOSAT, Tbk SEMARANG Hutama Arif Bramantyo (L2F 009 015), Ajub Ajulian Zahra M, ST. MT (197107191998022001)

Lebih terperinci

PENTERJEMAH REPORT SIGNALLING MESSAGE CCS #7

PENTERJEMAH REPORT SIGNALLING MESSAGE CCS #7 PENTERJEMAH REPORT SIGNALLING MESSAGE CCS #7 Aprilia Kurniati dan Bledug Kusuma Prasaja ABSTRAK Pensinyalan merupakan pertukaran informasi yang diperlukan bagi pembentukan, pemantauan dan pemutusan hubungan

Lebih terperinci

Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : TUGAS AKHIR MENGATASI ADJACENT CHANNEL INTERFERENCE 3G/WCDMA PADA KANAL 11 & 12 MILIK OPERATOR AXIS DENGAN MENGUNAKAN BAND PASS FILTER STUDI KASUS SITE PURI KEMBANGAN Diajukan guna melengkapi sebagian

Lebih terperinci

~ By : Aprilia Sulistyohati, S.Kom ~

~ By : Aprilia Sulistyohati, S.Kom ~ ~ By : Aprilia Sulistyohati, S.Kom ~ Teknologi WAN Wide area network (WAN) digunakan untuk saling menghubungkan jaringan-jaringan yang secara fisik tidak saling berdekatan terpisah antar kota, propinsi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Arsitektur GSM

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Arsitektur GSM BAB II DASAR TEORI 2.1 Arsitektur GSM Dalam pembahasan arsitektur GSM ini dibahas mengenai Base Station Subsystem (BSS) dan Network Switching Subsystem (NSS). Berikut adalah arsitektur GSM. Gambar 2.1

Lebih terperinci

Memahami proses switching dalam sistem telepon Memahami rangkaian switching yang digunakan dalam sistem komunikasi telepon Menjelaskan aplikasi dan

Memahami proses switching dalam sistem telepon Memahami rangkaian switching yang digunakan dalam sistem komunikasi telepon Menjelaskan aplikasi dan Memahami proses switching dalam sistem telepon Memahami rangkaian switching yang digunakan dalam sistem komunikasi telepon Menjelaskan aplikasi dan konsep swicting dalam sistem telepon Proses switching

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu perkembangan teknologi yang demikian pesat adalah teknologi komunikasi data, baik melalui perangkat-perangkat mobile seperti handphone, PDA dan sebagainya,

Lebih terperinci