BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Pada era JKN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun

VI. PENUTUP A. Kesimpulan

2016 GAMBARAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS TALAGA BODAS PADA ERA JKN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu program

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Perwujudan komitmen tentang

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

APOTEKER, FKTP DAN ERA JKN. Oleh Helen Widaya, S.Farm, Apt

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia dan

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya

Eksistensi Apoteker di Era JKN dan Program PP IAI

PROSEDUR DAN TATA LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN BAGI PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah dilaksanakan sejak 1 Januari 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengembangan sistem sosial di masyarakat (WHO, 2010).

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Sistem pelayanan kesehatan yang semula berorientasi pada pembayaran

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk Usaha, Bidang Usaha, dan Perkembangan Usaha. Klinik Bhakti Mulya Tangerang merupakan salah satu perusahaan bidang

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Dae

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelayanan kefarmasian oleh apoteker (Menkes, RI., 2014). tenaga teknis kefarmasian (Presiden, RI., 2009).

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 19 SERI F NOMOR 315 PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 18 TAHUN 2014

REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 2011 mengatakan bahwa. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam hal ini memerlukan suatu variabel yang dapat digunakan untuk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkot

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Kesehatan, adalah. setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan 1

PERATURAN BUPATI BERAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MEKANISME PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS) Kesehatan. iurannya dibayar oleh pemerintah (Kemenkes, RI., 2013).

LAPORAN KEMAJUAN. Ketua : Dr. rer.nat. I.M.A.G Wirasuta,M.Si.,Apt.

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perbekalan kesehatan adalah pelayanan obat dan perbekalan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DANA KAPITASI DAN NON KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan melalui mekanisme

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BAB 1 : PENDAHULUAN. orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 50 TAHUN 2014

Universitas Sumatera Utara

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 20-K TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. memenuhinya serta meminimalkan kesalahan yang membuat pasien kecewa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

WALIKOTA TANGERANG SELATAN. Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada. dasarnya ditujukan untuk peningkatan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional adalah perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan,yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah yang diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan ekuitas. Yang menjadi peserta dalam sistem jaminan sosial nasional adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran(republik Indonesia, 2013). Peserta jaminan kesehatan nasional akan mendapatkan pelayanan kesehatan pada fasilitas-fasilitas kesehatan yang sudah ada.fasilitas kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat(Republik Indonesia, 2013). Pelayanan jaminan kesehatan dapat terlaksana secara nasional dengan dilakukannya perjanjian kerjasama antara BPJS dan fasilitas kesehatan yang ada diseluruh Indonesia.BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan berupa fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan(kementerian Kesehatan, 2013). 1

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang selanjutnya disingkat FKTP adalah fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik untuk keperluan observasi, diagnosis, perawatan, pengobatan, dan/atau pelayanan kesehatan lainnya (Kementerian Kesehatan, 2014a).Pelayanan kesehatan tingkat pertama meliputi pelayanan rawat jalan dan pelayanan rawat inap.fasilitas kesehatan tingkat pertama terdiri dari praktek dokter atau praktek dokter gigi; puskesmas atau yang setara;klinik pratama atau yang setara dan rumah sakit kelas D pratama atau yang setara.(kementerian Kesehatan, 2013).Penelitian ini akan dilakukan pada puskesmas dan klinik pratama sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama, dimana puskemas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja(kementerian Kesehatan, 2009)dan klinik pratama adalahmerupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar baik umum maupun khusus(kementerian Kesehatan, 2014b). Fasilitas kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan komprehensifberupa pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan kebidanan, dan Pelayanan Kesehatan Darurat Medis, termasuk pelayanan penunjang yang meliputi pemeriksaan laboratorium sederhana dan pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan(kementerian Kesehatan, 2013).Penelitian ini lebih berfokus pada pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical care) yaitu bentuk pelayanan dan 2

tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (Republik Indonesia, 2004).Pekerjaan kefarmasian meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Fasilitas pelayanan kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kefarmasian, yaitu apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat,atau praktek bersama(republik Indonesia, 2009). Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Selain apoteker sendiri pelayanan kefarmasian dapat di lakukan oleh tenaga teknis kefarmasian yaitu tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi,Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker (Republik Indonesia, 2009). Bagi fasilitas kesehatan tingkat pertama yang tidak memiliki sarana penunjang wajib membangun jejaring dengan sarana penunjang(kementerian Kesehatan, 2013).Jejaring adalah mekanisme kerjasama dimana terjadi hubungan kerja sama yang dilakukan pihak FasilitasKesehatan Tingkat Pertama dengan Apotek dalam hal pelayanan kefarmasian jika fasilitas kesehatan tingkat pertama tidak mempunyai sarana kefarmasian.mekanisme jejaring bertujuan untuk 3

memperoleh fasilitas kesehatan tingkat pertama yang berkomitmen dan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif termasuk pelayanan kefarmasian melalui penerapan kolaborasi profesi dokter dan apoteker (Nugraha, 2014). Sebagai tindak lanjut terhadap pelayanan kefarmasian perlu dilakukan monitoring dan evaluasi kegiatan secara berkala. Indikator yang dapat digunakan dalam mengukur tingkat keberhasilanpelayanan kefarmasian salah satunya dengan melihat tingkat kepuasaan pasien. Menurut Tjiptono (2005), kepuasan dapat diukur dengan beberapa metode, dalam penelitian kepuasan diukur dengan metode sistem keluhan dan saran melalui survei kepuasan konsumen. Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkan dengan apa yang diharapkannya (Pohan, 2007). Sejak di berlakukannya sistem jaminan kesehatan nasional pada tanggal 1 Januari 2014, keluhan dari pasien JKN tentang pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan obat masih banyak ditemukan.menurut kompasiana, beberapa keluhan tersebut diantaranya seperti: Obat yang diberikan serta tindakan yang tidak bagus sehingga mereka merasa tidak dihargai, Obat tidak tersedia alias abis, mesti beli di apotik, nunggu lama banget atau sulit rujukan dari ppk 1, sedangkan obat di puskesmas tidak ada (Kompasiana, 2014).Melihat banyaknya keluhan-keluhan dari pasien peserta JKN tersebut maka peneliti ingin melihat bagaimana langsung kenyaatan dilapangan berkaitan dengan kepuasan 4

pasien peserta JKN khususnya pasien rawat jalan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama dan apotek jejaring terkait dengan pelayanan kefarmasian. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah karakteristik pasien dan pelayanan kefarmasian di fasilitas kesehatan tingkat pertama dan apotek jejaringberhubungan dengan kepuasan pasien rawat jalan peserta JKN.Penelitian ini dilakukan di puskesmas dan klinik pratama sebagai penyedia layanan kesehatan tingkat pertama dan apotek jejaring di kabupaten Sleman, Bantul dan Kota Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk menjadi bahan evaluasi kepada BPJS sebagai penyelenggara sistem JKN dan kepada Apoteker sebagai pemberi layanan untuk dapat terus meningkatkan pelayanan kesehatan bagi seluruh pasien rawat jalan peserta JKN untuk dapat terus meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien. B. Perumusan Masalah 1. Apakah terdapat hubungan karakteristik pasien terhadap kepuasan pasien rawat jalan peserta JKN di fasilitas kesehatan tingkat pertama dan apotek jejaring? 2. Apakahterdapat hubungan pelayanan kefarmasian terhadap kepuasan pasien rawat jalan peserta JKN di fasilitas kesehatan tingkat pertama dan apotek jejaring? 5

C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui apakah terdapat hubungan karakteristik pasien terhadap kepuasan pasien rawat jalan peserta JKN di fasilitas kesehatan tingkat pertama dan apotek jejaring. 2. Mengetahui apakah terdapat hubungan pelayanan kefarmasian terhadap kepuasan pasien rawat jalan peserta JKN di fasilitas kesehatan tingkat pertama dan apotek jejaring. D.Manfaat Penelitian 1. Bagi Apoteker Diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk perbaikan dan evaluasi kinerja dalam meningkatkan pelayanan kepada pasien khususnya pasien rawat jalan peserta JKN. 2. Bagi BPJS Diharapkan dapat menjadi masukan kepada pihak manajemen terkait kepuasan pasien rawat jalan terhadap pelayanan kefarmasian yang telah dirasakan dan diterimanya selama berlangsungnya sistem JKN serta diharapkan dapat menjadi landasan dalam melakukan perbaikan sistem jaminan kesehatan nasional ke depannya. 3. Bagi Peneliti Dengan diketahuinya kepuasan pasien rawat jalan peserta JKN terhadap kualitas pelayanan kefarmasian di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Apotek Jejaring maka dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan 6

penelitian lebih lanjut mengenai kualitas pelayanan kefarmasian di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut pada era JKN. 4. Bagi Masyarakat Bagi masyarakat diharapkan dapat memberikan informasi tentang pelayanan kefarmasian yang benar dan sesuai. E. Keaslian Penelitian Penelitian yang akan dilakukan belum pernah dilakukan,dengan variabel kepuasan pasien rawat jalan peserta JKN terhadap pelayanan kefarmasian pada fasilitas kesehatan tingkat pertama dan apotek jejaring. Beberapa penelitian yang pernah di lakukan adalah: Hal yang membedakan Nurkholiq, (2011) Hufron dan Supratman, (2006) Pangganto dkk., (2011) Penelitian yang dilakukan Tabel 1.Keaslian Penelitian Unit analisis Variabel Tehnik Sampling Perbandingan tingkat - Variabel bebas : status Nonprobability kepuasan antara pasien pasien (pasien umum dan umum dengan pengguna pengguna kartu askes), sampling kartu askes di Pelayanan - variabel terikat: tingkat Dokter Keluarga kepuasan pasien (5 dimensi servqual) Hubungan Persepsi Pasien Tentang MutuPelayanan Kesehatan Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Di Puskesmas Penumping Kota Surakarta Kepuasan Pasien Rawat JalanTerhadap Ketepatan Waktu Pelayanan Oleh TenagaKesehatan Hubungan Pelayanan Kefarmasian dan Karakteristik Pasien terhadap Kepuasan pasien rawat jalan peserta JKN di fasilitas kesehatan tingkat pertama dan apotek jejaring - Variabel bebas : pelayanan kesehatan - variabel terikat: tingkat kepuasan pasien (5 dimensi servqual) - Variabel bebas : ketepatan waktu pelayanan kesehatan - variabel terikat: tingkat kepuasan pasien (5 dimensi servqual - Variabel bebas : karakteristik pasien dan pelayanan kefarmasian - variabel terikat: kepuasan pasien Simple random sampling Subjek penelitian Pasien umum dan Pasien Pengguna Kartu Askes Pasien rawat jalan dipuskesmas Penumping - Pasien rawat jalan di Puskesmas Ranotana Weru Random sampling Pasien rawat jalan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama dan apotek jejaring Tempat penelitian Tempat Praktek Dokter Keluarga di Kota Semarang Puskesmas Penumping Surakarta Puskesmas Ranotana Weru Fasilitas kesehatan tingkat pertama dan apotek jejaring di Kabupaten Sleman, Bantul dan Kota Yogyakarta 7